• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

4.3 Metodologi Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahapan yaitu tahap penelitian dan perancangan.

Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi rendahnya kinerja TPM kemudian dilakukan rancangan perbaikan sistem TPM. Pada tahap penelitian dilakukan wawancara dengan manager, supervisor dan karyawan untuk merumuskan masalah dan tujuan penelitian bersamaan dengan studi pustaka untuk

mengidentifikasi variabel penelitian. Tahap berikutnya dilakukan pengolahan data untuk menjawab tujuan penelitian. Tahapan penelitian terdapat pada Gambar 4.1.

Melakukan penelitian pendahuluan ke perusahaan

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja TPM Rendah Data Primer

Gambar 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian

4.3.1 Kerangka Konseptual.

Kerangka konseptual merupakan model yang menunjukkan hubungan logis antara variabel penelitian yang dibangun berdasarkan landasan teori. Variabel penelitian terdiri dari variabel dependen dan independen yang bersifat kualitatif.

Tujuan TPM adalah zero breakdown, zero defect dan zero accident yang ditunjang oleh delapan pilar untuk mengimplementasikan konsep tersebut.

Implementasi yang efektif dari delapan pilar dapat meningkatkan kinerja TPM. Pada Gambar 4.2 kinerja TPM (Y) merupakan variabel dependen, yang dipengaruhi oleh variabel independen yang terdiri dari 5S (X1), autonomous maintenance (X2), kaizen (X3), planned maintenance (X4), quality maintenance (X5), education and training (X6), office TPM (X7) dan safety, health and environment (X8).

Kinerja TPM 5 S

Autonomous Maintenance

Kaizen

Planned Maintenence

Quality Maintenence

Education & Training

Office TPM

Safety, Health and Environment

Gambar 4.2 Kerangka Konseptual

4.3.2 Definisi Operasional.

Definisi operasional merupakan penjelasan sistematis dari konsep dan variabel yang membentuk kerangka teoritis (Sinulingga, S., 2012: 95). Definisi operasional masing-masing variabel adalah:

1. 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke).

Menurut Gaspersz, V., (2007: 295) 5S merupakan pendekatan sistematik untuk meningkatkan proses produksi dan lingkungan kerja dengan melibatkan karyawan. Aktivitas 5S terdiri dari membersihkan, merawat dan disiplin menjalankan aktivitas tersebut agar menjadi budaya di tempat kerja.

2. Autonomous maintenance.

Autonomous maintenance merupakan perawatan mandiri yang menuntut operator mampu mengoperasikan mesin/peralatan kerja, mampu mendeteksi ketidaknormalan pada mesin/peralatan kerja dan melakukan perbaikan.

3. Kaizen.

Menurut Imai, M., (1997: 7) kaizen adalah perbaikan secara terus menerus.

Kesuksesan konsep kaizen salah satunya dengan penerapan TPM, sistem saran, gugus kendali mutu dan menjalankan siklus PDCA.

4. Planned maintenance.

Planned maintenance merupakan program pemeliharaan terencana yang bertujuan mencegah kerusakan mesin/peralatan dengan mengevaluasi status peralatan, mendeteksi dan memperbaiki kelemahan, membangun sistem informasi manajemen serta merencanakan jadwal pemeliharaan yang sesuai.

5. Quality maintenance.

Quality Maintenance merupakan aktivitas merawat kondisi mesin/peralatan dan proses produksi menghasilkan produk sesuai standar dengan peran manajemen yang mengatur pelaksanaan aktivitas tersebut.

6. Education and training.

Education and training merupakan program pelatihan bagi sumber daya manusia secara keseluruhan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan karyawan untuk melakukan fungsinya secara efektif dengan membuat program dan jadwal pelatihan yang sesuai.

7. Office TPM.

Office TPM merupakan kegiatan meningkatkan efisiensi dan efektivitas logistik dan administrasi untuk mendukung kelancaran proses produksi.

8. Safety, health and environment.

Pilar ini berupaya menjaga keselamatan, kesehatan dan kenyamanan lingkungan kerja sehingga karyawan merasa nyaman bekerja dengan menjaga kebersihan, keamanan, kecelakaan kerja dan mencegah polusi.

Indikator masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Variabel dan Indikator Penelitian

No Variabel Indikator

A. Independen

1. 5S a. Kenyamanan melaksanakan pekerjaan

b. Kedisiplinan pelaksanaan 5S c. Ketersediaan fasilitas

2.

Autonomous maintenance a. Kemampuan menggunakan peralatan b. Kemampuan merawat peralatan 3. Kaizen a. Kemampuan melakukan improvement

b. Partisipasi pada sistem saran dan GKM 4. Planned maintenance. a. Kedisiplinan melaksanakan jadwal

b. Kesesuaian jadwal

5. Quality maintenance. a. Kemampuan memenuhi sasaran mutu b. Dukungan manajemen

6. Education and training. a. Kesesuaian kurikulum b. Kesesuaian metode

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No Variabel Indikator

7. Office TPM. a. Kecepatan mendapatkan informasi b. Kemudahan birokrasi

c. Kedisiplinan melakukan dokumentasi d. Kemudahan mendapat komponen 8. Safety, health and

environment.

a. Keselamatan dan keamanan area kerja b. Kesesuaian lingkungan kerja

c. Partisipasi pada program perusahaan d. Kesesuaian kebijakan perusahaan B. Dependen.

9. Kinerja TPM. a. Kesiapan peralatan kerja b. Kesesuaian peralatan kerja

c. Kemampuan meningkatkan hasil kerja d. Kemampuan memperbaiki standar kerja

4.3.3 Hipotesis.

Menurut Sekaran, U., (2003: 135) hipotesis merupakan hubungan yang diperkirakan secara logis antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif (associative hypothesis) yaitu pernyataan tentang ada atau tidak hubungan antara dua variabel atau lebih (Sinulingga, S., 2012: 120), yaitu:

1. H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara 5S dengan kinerja TPM.

H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara 5S dengan kinerja TPM.

2. H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara autonomous maintenancedengan kinerja TPM.

H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara autonomous maintenance dengan kinerja TPM.

3. H0: Tidak terdapat hubungan signifikan antara kaizen dengan kinerja TPM.

H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara kaizen dengan kinerja TPM.

4. H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara planned maintenance dengan kinerja TPM.

H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara planned maintenance dengan kinerja TPM.

5. H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara quality maintenance dengan kinerja TPM.

H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara quality maintenance dengan kinerja TPM.

6. H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara education and training dengan kinerja TPM.

H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara education and training dengan kinerja TPM.

7. H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara office TPM dengan kinerja TPM.

H1: Terdapat hubungan signifikan antara office TPM dengan kinerja TPM.

8. H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara safety, health and environmentdengan kinerja TPM.

H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara safety, health and environmentdengan kinerja TPM.

9. H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel penelitian 5S, autonomous maintenance, kaizen, planned maintenance, quality maintenance, education and training, office TPM dan safety, health and environment) secara bersama-samadengan kinerja TPM.

H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel penelitian 5S, autonomous maintenance, kaizen, planned maintenance, quality maintenance, education and training, office TPM dan safety, health and environment) secara bersama-samadengan kinerja TPM.

4.3.4 Mengidentifikasi Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kinerja TPM.

Identifikasi faktor merupakan sasaran penelitian yang pertama yang dilakukan dengan mengukur variabel penelitian melalui pernyataan kuesioner. Variabel terdiri dari delapan pilar TPM dengan indikator yang dijabarkan pada butir pertanyaan kuesioner. Kuesioner bersifat tertutup menggunakan skala Likert untuk menguji tingkat kesetujuan respoden terhadap pernyataan tersebut. Menurut Sinulingga, S., (2012: 155) skala Likert terdiri dari lima tingkatan kesetujuan yaitu sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4) dan sangat setuju (5).

4.3.4.1 Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi penelitian terdiri dari manajemen dan karyawan departemen produksi PT. XYZ yang berjumlah 124 orang dengan rincian terdapat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Populasi Penelitian No Level Organisasi Jumlah (orang) 1. General Manager 1

2. Manager 1

3 Supervisor 11

4 Karyawan 111

Sumber: PT. XYZ (2012)

Sampel penelitian untuk level manajemen sama dengan populasi sedangkan untuk level karyawan pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan simple random sampling dengan besaran sampel dihitung menggunakan rumus Slovin yaitu:

e = Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi.

Maka, 2

1. Data primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh dengan mencari atau menggali secara langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan. Pada penelitian ini data tersebut adalah data implementasi sistem TPM.

2. Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang dikumpulkanoleh pihak lain sehingga tidak perlu lagi digali oleh peneliti yaitu data breakdown mesin, data mesin dan proses produksi serta jumlah produk yang tidak sesuai standar perusahaan.

4.3.4.3 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian.

Tahapan pelaksanaan pengumpulan data dan instrumen penelitian yaitu:

1. Melakukan Wawancara.

Wawancara dan diskusi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dengan manager, supervisor dan karyawan departemen produksi.

Instrumen yang digunakan adalah panduan wawancara dan alat tulis.

2. Observasi.

Melakukan pengamatan pada proses produksi, mesin/peralatan kerja dan sebagainya. Instrumen yang digunakan adalah alat tulis.

3. Menyebarkan Kuesioner.

Menyebarkan kuesioner kepada karyawan departemen produksi.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.

4.3.4.4 Pengolahan dan Analisis Data.

Langkah-langkah yang dilakukan pada pengolahan dan analisis data adalah:

1. Uji validitas dan reabilitas data.

Menurut Sinulingga, S., (2012: 216) validitas adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajad kesesuaian antara data yang dikumpulkan dengan data sebenarnya untuk mengukur sah tidak instrumen. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian dilakukan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson yaitu:

r xy =

rxy = Korelasi product moment.

N = Jumlah data.

X = Skor variabel independen X.

Y = Skor variabel dependen Y.

Pengujian validitas menggunakan rumus Pearson bertujuan untuk mencari korelasi antar faktor serta korelasi antara total faktor dan masing-masing faktor. Jika korelasi faktor menunjukkan derajad signifikansi yang tinggi maka dapat disimpulkan kuesioner yang diuji memiliki validitas tinggi.

Pengujian reliabilitas data menurut Sinulingga, S., (2012: 231)

merupakan pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian dilakukan dengan koefisien alpha cronbach yaitu:

š‘Ÿ11 = š‘˜

š‘˜āˆ’1 1 āˆ’ šœŽš‘2

šœŽš‘”2 ...(4.2) Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen.

k = Jumlah butir pertanyaan dalam instrumen.

šœŽš‘2 = Jumlah varians butir pertanyaan.

šœŽš‘”2 = Varians total.

2. Uji kenormalan data.

Kuesioner yang sudah valid dan reliable disebarkan kembali kepada 53 karyawan sebagai data penelitian. Uji kenormalan data menggunakan model kolmogorov smirnov dengan bantuan software SPSS versi 19.0 for windows untuk mengetahui apakah data yang diolah sudah memenuhi distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik.

3. Analisis Spiderweb.

Menganalisis pencapaian target TPM dari hasil perhitungan kuesioner ke spiderweb. Pilar dengan nilai terendah merupakan variabel yang menjadi fokus perbaikan terhadap penurunan kinerja TPM di PT. XYZ.

4. Analisis regresi berganda.

Variabel independen terdiri lebih dari dua variabel yang memiliki hubungan dengan variabel dependen dan memungkinkan terjadi

hubungan antara variabel independen yang disebut dengan regresi berganda. Persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + a1 X1 + a2 X2 +e ... (4.3) Keterangan:

Y= Variabel dependen.

X= Variabel independen.

a = Konstanta.

5. Analisis Hipotesis.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan t-test dan f-test. T-test digunakan untuk menguji hubungan variabel penelitian secara parsial, jika nilai t-hitung berada di luar wilayah penerimaan tļ” maka Ho ditolak sehingga variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan persamaan 4.4.

t =

r nāˆ’2

1āˆ’r2 ...(4.4) Keterangan:

t = Nilai t-hitung.

r = Nilai korelasi variabel dependen dengan independen.

n = Jumlah data.

F-test digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap kinerja TPM.

Jika nilai f-hitung berada di luar daerah penerimaan fļ” maka Ho ditolak

sehingga semua variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen. Nilai koefisien korelasi simultan dan nilai f-hitung diperoleh dengan Persamaan 4.5 dan 4.6.

š‘… = 1 āˆ’ 1 āˆ’ š‘Ÿš‘„1š‘¦ 1 āˆ’ š‘Ÿš‘„2š‘¦ ā€¦ 1 āˆ’ š‘Ÿš‘„š‘›š‘¦ ...(4.5)

š‘“ =

š‘…2/š‘˜

(1āˆ’š‘…2)/(š‘› āˆ’š‘˜āˆ’1) ...(4.6) Keterangan:

F = Nilai f-hitung.

R = Koefisien korelasi simultan.

k = Jumlah variabel independen.

n = Jumlah sampel.

š‘Ÿš‘„š‘›š‘¦ = Koefisien korelasi Xn, Y.

6. Analisis Deskriptif.

Menurut Sinulingga, S., (2012: 252) statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang situasi yang berlaku pada objek penelitian. Analisis ini mendeskripsikan keadaan suatu gejala melalui alat ukur dan diolah sesuai fungsinya. Analisis ini terdiri dari distribusi frekuensi, pengukuran tendensi sentral dan variabilitas.

4.3.4.5 Menyusun Perbaikan Rancangan Sistem TPM.

Perbaikan rancangan sistem TPM berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada proses penelitian berupa faktor yang mempengaruhi rendahnya kinerja TPM.

Tahapan perancangan berdasarkan enam langkah perbaikan yang diterapkan Toyota, yaitu sebagai berikut (Kato, I dan Art Smalley, 2012: 38-40):

6. Menemukan potensi perbaikan.

Menganalisis perbaikan dengan membandingkan kinerja aktual dan standar.

7. Menganalisis kondisi aktual.

Menganalisis kondisi sebenarnya untuk mengidentifikasi perbaikan.

8. Memberikan ide perbaikan.

Menggunakan pendekatan untuk menyelesaikan masalah dan melakukan perbaikan.

9. Menyusun penerapan rencana perbaikan.

Melakukan pertimbangan rencana serta komunikasi dengan pihak terkait.

10. Menerapkan rencana perbaikan.

Menyusun tahapan rencana perbaikan dan pertimbangan yang diperlukan.

11. Mengevaluasi pelaksanaan perbaikan.

Melakukan evaluasi perbaikan dan membandingkan dengan kinerja sebelumnya.

4.3.5 Kesimpulan dan Saran.

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian dirangkum saran sebagai masukan bagi perusahaan dan penelitian berikutnya.

BAB 5

Dokumen terkait