• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.3 MOBILITAS SOSIAL

Menurut Horton dan Hunt (dalam Bagong Suyanto 2004) dapat mobilitas diartikan

sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas soaial lainnya. Mobilitas

sosial bisa merupakan peningkatan atau penurunan dalam segi status soaial dan termasuk pula

segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota

kelompok. Tingkat mobilitas sosial pada masing-masing masyarakat berbeda-beda. Pada

masyarakat yang bersistem kelas soaial terbuka maka mobilitas sosial warga masyarakat akan

cendrung tinggi. Tetepi sebaliknya pada sistem kelas sosial tertutup seperti masyarakay

feodal atau masyarakat yang bersistem kasta maka mobilitas sosial warga masyarakatnya

akan cendrung sangat rendah dan sulit diubah.

Dalam mobilitas sosial secara prinsip dikenal dua macam yaitu,mobilitas sosial

vertikal,dan mobilitas sosial horizontal. Yang dimaksud dengan mobilitas vertikal adalah

perpindahan individu dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial yang lain yang tidak

sederajat. Ada dua jenis mobilitas vertikal,yakni:

1. Gerak sosial yang meningkat(sosial climbing), Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk yang utama.

• Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana

kedudukan tersebut telah ada sebelumnya. Contoh: A adalah seorang guru sejarah di

salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah. • Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan

individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri

seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya

naik.

2. Gerak sosial menurun(sosial sinking), yakni perpindahan anggota masyarakat dari kelas soaial tertentu ke kelas sosial yang posisinya lebih rendah .

Berbeda dengan mobilitas sosial vertilal yang berarti perpindahan dalam jenjang

status yang berbeda,yang dimaksud dengan mobilitas sosial horizontal adalah perpindahan

individu atau objek-objek lainnya dari suatu kelompok sosial yang satu ke kelompok sosial

yang lainnya yang sederajad. Dalam mobilitas sosial yang horizontal tidak terjadi perubahan

dalam drajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya.

Pitirim A. Sorokin,di dalam pengantar sosiologi dan terapan karangan Dwi Narwoko

dan Bagong pada tahun 2004 hal:210 dalam mobilitas sosial secara vertikal dapat dilakukan

lewat beberapa saluran sebagai berikut:

1. Angkatan bersenjata. Dalam keadaan perang dimana setiap negara mengehendaki

kemenangan maka jasa seorang prajurit tanpa melihat statusnya akan dihargai dalam

masyarakat. Dan karna jasanya di dalam peperangan berhasil maka ia memperoleh

kekuasaan dan wewenang.

2. Lembaga-lembaga pendidikan. Pada umumnya lembaga pendidikan merupakan saluran

yang kongkret dari mobilitas sosial vertikal bahkan lembaga pendidikan formal dianggap

sebagai sosial elevator yang bergerak dari kedudukan yang paling rendah ke kedudukan

yang paling tinggi.

3. Lembaga-lembaga keagamaan. Lembaga ini juga merupakan salah satu saluran mobilitas

sosial vertikal walaupun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai

4. Organisasi Politik. Kesempatan yang cukup besar bagi setiap anggota masyarakat. Bagi

mereka yang pandai berorganisasi dalam organisasi politik dapat kesempatan untuk dipilih

sebagai anggota DPR sebagai wakil dari organisasi politik yang mengorbikannya sehingga

seseorang tersebut dapat merubah status kedudukannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

5. Organisasi Ekonomi. Organisasi ini baik yang bergerak dalam bidang perusahaan maupun

jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai

mobilitas sosial vertikal,karena dalam organisasi ini sifatnya relatif terbuka

Horton dan Hunt (1987) mencatat ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas

pada masyarakat modern,yakni:

1. Faktor struktural,yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus di isi

serta kemudahan untuk memperolehnya. Ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja

yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar atau pencari kerja adalah

termasuk faktor struktural.

2. Faktor individu,yakni kualitas orang per orang baik dari tingkat pendidikannya,

pemanpilannya,keterampilan pribadi dan juga faktor kemujuran siapa yang berhasil

mencapai kedudukan tersebut.

Sementara Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial.

Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :

1. Kemiskinan Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat

miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit

2. Diskriminasi Kelas Sistem kelas tertutup dapat menghalangi mobilitas ke atas,

terbukti denga adanya pembatasan keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan

3. Perbedaan Ras dan Agama dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan

terjadinya mobilitas vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan

sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai

keinginannya.

4. Perbedaan jenis kelamin (Gender). Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi

derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini

mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan

kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.

5. Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau

kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama

berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.

6. Perbedaan kepentingan. Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu

struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk

memperebutkan sesuatu .

Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya

penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik. Menurut Horton dan Hunt

(1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antara

nya:

1. Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.

2. Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang

meningkat.

3. Keterangan hubungan antar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang

Dampak mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dampak positif dan

dampak negatif.

\

Dampak positif, yaitu :

1. Mendorong seseorang untuk lebih maju. Terbukanya kesempatan untuk pindah dari

strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk

maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.

2. Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik mobilitas

sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang

lebih baik. Contoh perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.

Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki

kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.

3. Meningkatkan intergrasi social. mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat

meningkatkan integrasi sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya

hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang di anut oleh kelompok orang dengan status

sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi sosial

Dampak negatif,

1. Konflik antarkelas. Dimasyarakat terdapat lapisan-lapisan sosial karena

ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Dan apabila

terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di

2. Konflik antarkelompok sosial. Dimasyarakat juga terdapat pula kelompok

sosial yang beragam diantaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi,

profesi, agama, suku dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha umtuk

menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul lah konflik.

BAB III