ETOS KERJA DAN MOBILITAS SOSIAL
BURUH TANI ETNIS JAWA
(Study Kasus: Di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kab. Karo)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Yan Berlianta Depari
080901015
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI
Lembar Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :
Nama : Yan Berlianta Depari
Nim : 080901015
Departemen : Sosiologi
Judul : Etos Kerja dan Mobilitas Sosial Buruh Tani Etnis Jawa
( Study Kasus: Di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo)
Dosen Pembimbing Ketua Departemen Soaiologi
( Drs. Sismudjito, M.Si) (Dra. Lina Sudarwati, M.Si)
NIP. 19560404200011100 NIP. 196603181989032001
Dekan FISIP USU
(Prof. Dr. Badaruddin, M. Si)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, atas segala Karunia dan berkat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Etos kerja dan Mobilitas Sosial Buruh Tani Etnis
Jawa di Desa Raya kecamatan Berastagi, disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara. Secara ringkas skripsi ini menjelaskan bagaimana cara kerja dan mobilitas social
buruh tani etnis Jawa yang semakin lama semakin meningkat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini
tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang membantu dengan iklas dan disertai juga dengan member
semangat, dan juga bantuan yang berupa moral dan materil sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Terimakasih saya ucapkan yang tak terhingga kepada okedua orang tua
tercinta, ayah Dahlan Depari dan Ibu saya Marinta Br Bangun yang telah melahirkan,
membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang dan juga mencukupi semua
kebutuhan penulis baik secara moril dan materil. Saya juga mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada nenek Karo dan Bulang saya tercinta yang telah memberikan kasih
saying, kehangatan dalam keluarga dan juga turut membesarkan dan mendidik dengan kasih
sayang, dan mengajarkan saya dengan penuh kesabaran . Akhirnya inilah persembahan yang
dapat saya berikan sebagai tanda ucapan dan terimakasih dan tanda bakti saya.
Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan
terimakasih yang sebesar-besar nya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian
1. Bapak Prof. Dr Badaruddin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si , selaku ketua Departemen Sosiologi dan Juga menjadi
Ketua Penguji dalam ujian skripsi saya dan Drs. T.I Saladin. M.Sp, selaku sekretaris
Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utarayang selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada bapak Drs. Sismudjito,
M.Si selaku dosen wali dan juga dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak
membimbing dari awal perkuliahan dan juga bersedia memberikan waktu, tenaga, ide.
Kasih sayang dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan yang Maha
Esa membalas semua kebaikan yang beliau berikan kepada penulis.
4. Segenap dosen, staff dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa, Kak Betty, yang telah cukup
banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.
5. Ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada adik-adik saya Bernita Depari, Yan
Primadanta Depari dan Agus Pranata Depari yang memberikan doa, dukungan dan
semangat kepada penulis
6. Ucapan Terimakasih Juga saya ucapkan kepada Bik tengah Layas Br Depari dan Bik
Uda Mariati br Bepari, dan Pak Uda Samuel yang merawat dan mencurahkan kasih
sayang dari saya kecil sampai saya besar dan memberikan bantuan baik secara moril
dan materil dan juga ucapan terimakasih saya ucapkan buat adik-adik saya, Andes,
Kezia, Markus, Renra, Aljun, Vinny yang memberikan penghiburan dan semangat
7. Sahabat-sahabat baik saya yang saling membantu selama perkuliahan “Genk Karona”
Salmen sembiring S.sos, Irma Sebayang S.sos dan Eninta Barus. Terimakasih buat
kebersamaan nya, dukungan, doa dan semangat dan juga sudah menjadi tempat saling
berbagi baik dalam suka dan duka. Terimakasih juga buat teman-teman sosiologi 08
yang telah bersama penulis selama perkuliahan. Terimakasih juga kepada Lenny,
Robby, Belman, Okta Nari, Desi, Gio, Hendra, Riama dan Vera didalam
kebersamaan dan perjuangan selama perkuliahan. Dan juga terimakasih buat sahabat
baik saya, Monika, Lisbet, Anstasya, Theresia, Lydiana yang selalu menjadi tempat
ku berkeluh kesah dan memberikan dukungan, semangat dan bantuan baik berupa
moril dan materil.
8. Secara khusus penulis ucapkan terimakasih kepada teman dekat saya Tri Syahputra
Sitepu S.sn yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa dan menjadi abang
yang baik bagi penulis yang memberikan nasehat dan membantu banyak penulis di
dalam penyelesaian skripsi.
9. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Ikatan Mahasiswa Karo
“Eguaninta”Fisip USU. Terimaksih juga buat kak Meche, Kak Sardis, Kak Helenta,
juga kepada adik-adik stambuk 09( Bertha, Noni, Elisabet, Wisnu, Corry) 010( Binna,
Ana, Tasya, Terangta) yang selalu memberikan dukungan, semangat dan
penghiburan.
10.Para informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat
dibutuhkan di dalam penyelesaian skripsi ini, Bapak Budiman Ketaren selaku Kepala
Desa Raya, Bapak Sadar Ginting, Bapak B.Depari, Bapak Slamat Sumarno dan Ibu
Penulis merasa bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat berbagai kekurangan
dan keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran-saran yang
sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikian lah yang dapat penulis
sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata
dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan skripsi ini.
Medan, April 2013
(Penulis)
YAN BERLIANTA
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “ Etos kerja dan Mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa di desa Raya Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Berawal dari ketertarikan penulis terhadap keberadaan suku Jawa di desa Raya terkhususnya di bidang perekonomin masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani tersebut. Masyarakat buruh tani Suku Jawa tersebut sudah tinggal lama di desa Raya ini dan juga keturunan-keturunan nya sehingga banyak juga keturunan nya tersebut bekerja sebagai buruh tani harian lepas maupun buruh tani yang bekerja menetap. Walaupun di Kabupaten Karo banyak daerah pertanian tetapi di desa Raya merupakan salah satu desa yang banyak mengguanakan buruh tani dan di desa Raya juga merupakan salah satu desa yang paling banyak ditinggalali oleh masyarakat suku Jawa.
Metode penelitian yang dipakai adalah metode study kasus dengan penelitian kualitatif. Teknik-teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipan, wawancara mendalam dan juga dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Kecamatan Berastagi, yang bekerja sebagai buruhtani dan juga yang mempekerjakan buruhtani. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dalam hasil observasi, wawancara dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat buruhtani etnis Jawa yang tinggal menetap di Desa Raya dan bekerja sebagai buruh tani ini, pada awalnya mereka adalah masyarakat perantauan yang datang dari daerah Jawa, Siantar, Binjai, dan Langkat. Pada awalnya mereka tinggal dengan cara menyewa rumah dan menggunakan fasilitas rumah tangga yang seadanya. Alasan utama mereka memilih bekerja sebagai buruhtani karena mereka tidak punya pendidikan dan keahlian sehingga hanya mampu untuk bekerja di ladang. Masyarakat buruh tani ini juga merasa nyaman tinggal di Desa Raya ini karena tidak jauh dari kota dan berada di pertengahan kota Berastagi dan juga kota Kabanjahe. Selain itu juga akses menuju kota mudah. Selain faktor tersebut masyarakat suku Jawa merasa nyaman tinggal di desa ini karena masyarakat suku Karo menerima keberadaan mereka karena masyarakat suku Karo membutuhkan jasa buruhtani tersebut.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Abstrak ... v
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penulisan ... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... 13
1.5 Defenisi Konsep ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
2.1 Etos Kerja Dalam Perspektif Sosiologi... 14
2.2 Etika Jawa ... 17
2.3 Mobilitas Sosial ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Jenis Penelitian... 25
3.2 Lokasi Penelitian ... 26
3.3 Unit Analisis dan Informan ... 26
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.5 Interpretasi Data ... 28
3.6 Jadwal Pelaksanaan ... 29
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA ... 31
4.1 Desakripsi Wilayah Penelitian ... 31
4.1.1 Sejarah Desa... 31
4.1.2 Keadaan Geografis Desa ... 33
4.1.3 Sarana dan Prasarana Desa ... 35
4.1.4 Penduduk ... 38
4.1.5 Perekonomian ... 40
4.1.6 Kondisi Sosial budaya ... 42
4.1.7 Pendidikan ... 43
4.2 Profil Informan ... 47
4.3 Etos Kerja Buruh Tani Etnis Jawa di Desa Raya ... 83
4.4 Etika Jawa Buruh Tani Etnis Jawa Desa Raya... 87
4.5 Mobilitas Sosial Buruh Tani Etnis Jawa ... 91
BAB V PENUTUP ... 100
5.1 Kesimpulan ... 100
5.2 Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian...28
Tabel 4.1 Nama-nama Kepala Dusun...32
Tabel 4.2 Penyebaran Luas Wilayah Desa Raya...33
Tabel 4.3 Sarana Kesehatan Desa Raya...34
Tabel 4.4 Sarana Pendidikan Formal Desa Raya ...35
Tabel 4.5 Sarana peribadatan Desa Raya...36
Tabel 4.6 Kepadatan Penduduk Desa Raya Menurut Jenis Kelamin...37
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Komposisi Suku ...37
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia...38
Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Menurut Agama...39
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencharian...41
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “ Etos kerja dan Mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa di desa Raya Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Berawal dari ketertarikan penulis terhadap keberadaan suku Jawa di desa Raya terkhususnya di bidang perekonomin masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani tersebut. Masyarakat buruh tani Suku Jawa tersebut sudah tinggal lama di desa Raya ini dan juga keturunan-keturunan nya sehingga banyak juga keturunan nya tersebut bekerja sebagai buruh tani harian lepas maupun buruh tani yang bekerja menetap. Walaupun di Kabupaten Karo banyak daerah pertanian tetapi di desa Raya merupakan salah satu desa yang banyak mengguanakan buruh tani dan di desa Raya juga merupakan salah satu desa yang paling banyak ditinggalali oleh masyarakat suku Jawa.
Metode penelitian yang dipakai adalah metode study kasus dengan penelitian kualitatif. Teknik-teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipan, wawancara mendalam dan juga dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Kecamatan Berastagi, yang bekerja sebagai buruhtani dan juga yang mempekerjakan buruhtani. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dalam hasil observasi, wawancara dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat buruhtani etnis Jawa yang tinggal menetap di Desa Raya dan bekerja sebagai buruh tani ini, pada awalnya mereka adalah masyarakat perantauan yang datang dari daerah Jawa, Siantar, Binjai, dan Langkat. Pada awalnya mereka tinggal dengan cara menyewa rumah dan menggunakan fasilitas rumah tangga yang seadanya. Alasan utama mereka memilih bekerja sebagai buruhtani karena mereka tidak punya pendidikan dan keahlian sehingga hanya mampu untuk bekerja di ladang. Masyarakat buruh tani ini juga merasa nyaman tinggal di Desa Raya ini karena tidak jauh dari kota dan berada di pertengahan kota Berastagi dan juga kota Kabanjahe. Selain itu juga akses menuju kota mudah. Selain faktor tersebut masyarakat suku Jawa merasa nyaman tinggal di desa ini karena masyarakat suku Karo menerima keberadaan mereka karena masyarakat suku Karo membutuhkan jasa buruhtani tersebut.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam masyarakat terdapat pengelompokan di segala bidang kehidupan dimana
manusia itu menjalan kan aktivitas nya. Perwujutan pelapisan di dalam masyarakat di kenal
dengan istilah kelas-kelas sosial. Kelas-kelas sosial ini terdiri dari kelas sosial tinggi, kelas
sosial menengah dan kelas sosial rendah. Kelas sosial tinggi biasanya meliputi para pejabat,
pengusaha kaya. Kelas sosial menengah meliputi kaum intelektual seperti dosen, mahasiswa,
pengusaha kecil dan pegawai negri. Sementara kelas sosial rendah yaitu meliputi kaum buruh
dan pedagang kecil dan kelas sosial rendah ini paling banyak terdapat di masyarakat.
Mobilitas sosial di dalam masyarakat yaitu perpindahan dari satu kelas ke kelas lain
dan bisa merupakan peningkatan dan penurunan dalam segi status sosial dan juga termasuk
segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu dengan kelompok. Mobilitas
sosial hampir terdapat dalam setiap masyarakat. Perubahan dalam setiap mobilitas ini
ditandai oleh perubahan-perubahan struktur sosial yang meliputi hubungan antar individu
dengan kelompok baik mobilitas individu maupun kelompok sama-sama memiliki dampak
sosial dan keduanya membawa pengaruh bagi perubahan struktur masyarakat yang
bersangkutan.
Faktor pendorong seseorang melakukan perpindahan kelas itu dapat dibedakan
menjadi 2 faktor yaitu faktor individu dan faktor struktural. Namun faktor yang paling
penting dalam melakukan mobilitas sosial ini adalah faktor individu, dimana faktor individu
ini meliputi yang pertama, perbedaan kemampuan dimana di setiap individu memiliki tingkat
meningkatkan prospek mobilitas sosial nya melalui pendidikan, kebiasaan kerja dan
memperbaiki penampilan diri. Yang ketiga adalah faktor kemujuran, yang keempat yaitu
faktor status sosial dimana setiap manusia itu dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki
orang tuanya. Yang kelima adalah faktor keadaan ekonomi faktor yang keenam yaitu situasi
politik dan yang ke tujuh yaitu faktor kependudukan. Selain faktor individu yang diatas yang
mendorong seseorang melakukan mobilitas sosial yaitu kualitas kerja, dimana semakin gigih
dan rajin dalam bekerja semakin besar pemasukan di sisi ekonomi sehingga mengakibatkan
seseorang dapat melakukan mobilitas sosial. Kualitas kerja ini juga berkaitan erat dengan
kerajinan dan juga nilai-nilai budaya. Nilai-nilai di dalam suatu budaya itu sangat
berpengaruh di dalam bekerja sehingga mendorong seseorang melakukan mobilitas sosial.
Kemunculan etos kerja karena banyak nya tangtangan-tangtangan dan
harapan-harapan yang di inginkan oleh setiap individu. Jadi situasi dimana individu itu bekerja dan
rajin, teliti, berdedikasi dan bertanggung jawab. Etos kerja bagi suatu masyarakat lahir dan
berkembang berdasarkan standar dan norma yang dijadikan dasar oriantasi masyarakat kerja
merupakan perbuatan melakukan pekerjaan. Kerja memiliki arti luas dan arti sempit. Dalam
arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia baik dalam hal materi
maupun non materi baik bersifat intelektual maupun non fisik, mengenai keduniaan maupun
akhirat. Sedangkan dalam arti sempit kerja berkonotasi ekonomi yang bertujuan mendapatkan
materi. Jadi pengertian etos kerja adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang
berupa kehendak atau keamauan dalam bekerja disertai semangat yang tinggi untuk
mewujudkan cita-citanya.
Salah satu budaya tradisional yang ada di Indonesia yang sudah cukup tua adalah
budaya Jawa, dianut secara turun temurun oleh penduduk di sepanjang Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Meskipun banyak orang beranggapan bahwa budaya Jawa itu hanya satu dan
prilaku masyarakat nya dalam memahami budaya Jawa. Perbedaan tersebut disebabkan
antara lain karena kondisi geografis yang menjadikan kondisi geografis yang menjadikan
budaya Jawa terbagi-terbagi ke dalam beberapa Wilayah kebudayaan. Setiap kebudayaan
memiliki karakteristik khas tersendiri dalam mengimplementasikan falsafah-falsafah Jawa ke
dalam kehidupan keseharian. Disamping kondisi geografis beragamnya karakteristik ke
dalam implementasi budaya Jawa juga disebabkan oleh masuknya pengaruh nilai-nilai agama
maupun budaya lain. Sejarah menunjukkan bahwa pada awalnya budaya Jawa sangat
dipengaruhi oleh budaya Hindu. Pada tahap berikutnya, ketika islam masuk ke pulau Jawa,
nilai-nilai agama terbesar di Indonesia ini turut pula mewarnai budaya Jawa. Perkembangan
budaya Jawa juga dipengaruhi oleh masuknya budaya barat yang dianggap modern.
(Guatama 2003:10).
Etos kerja yang dibahas adalah etos kerja suku Jawa. Bagi masyarakat Jawa kelas
bawah yang tinggal di pedesaan maupun di perkotaan jarang memikirkan hakiikat kerja dan
usaha. Mereka hanya tahu bahwa mereka harus terus berikhtiar dan bekerja. Bagi mereka
bekerja itu merupakan suatu keharusan untuk mempertahankan hidup karena itu di kalangan
masyarakatt kelas bawah dikenal dengan falsafah “ Ngupaya upa”dan yang artinya bekerja
hanya untuk mendapatkan makan. Sebaliknya masyarakat kelas menengah dan masyarakat
kelas atas telah memilki tujuan dan hakekat kerja, sehingga segala usaha yang dijalankan
selalu dihubungkan dengan hasil yang diharapkan. Falsafah yang banyak dipahami oleh
mereka adalah “jer basuki nawa beya” artinya bekerja merupakan segala sesuatu
dicita-citakan dan harus disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Falsafah lain yang sering
dihubungkan dengan hakekat kerja adalah “sepi ing pamrih rame ing gawe”. Falsafah ini
mengandung arti bahwa setiap orang mau menolong orang lain tanpa mengharapkan pujian
Suku Jawa merupakan suku terbesar di Indonesia, sejak abad ke 18 selain di
Nusantara suku Jawa pada saat itu juga sudah dibawa ke Suriname (Amerika Selatan) ke
Afrika selatan dan juga ke Haiti di lautan teduh (pasifik)oleh Belanda. Menurut populasi
alinya suku Jawa menempati wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Dearah Istimewa
Yongyakarta. Namun diwilayah itu sebagian provinsi Jawa Barat juga banyak suku Jawa baik
di Cirebon, Jakarta, dan Banten. Jumlah populasi suku Jawa Tahun 2009 kurang lebih dari
150 juta dengan penyebaran nya di Jawa Tengah terdapat 33 juta jiwa, Yongyakarta terdapat
3 juta, Jawa Timur terdapat 30 juta,Jawa Barat terdapat 5,5 juta jiwa, Lampung terdapat 4,5
juta, Banten terdapat 500.000 jiwa, Jakarta terdapat 3 juta jiwa, Sumatera Selatan terdapat 1.9
juta jiwa, Riau terdapat 1,2 juta, Kalimantan Timur terdapat 0,7 juta Jiwa, Jambi terdapat 0,7
juta jiwa, di Bengkulu terdapat 0,3 juta jiwa. Kalimantan Selatan terdapat 0,4 juta jiwa,
Kalimantan Tengah terdapat 0,4 juta jiwa dan di Papua terdapat 0,3 juta jiwa. Karena suku
Jawa merupakan suku yang paling banyak terdapat di Indonesia sehingga mereka berpindah
ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lebih layak lagi sehingga mereka
kenayakan bekerja sebagai buruh perkebunan dan buruh
pertanian.Sumber
Di Sumatera Utara terdapat berbagai-bagai macam jenis suku bangsa seperti suku
Batak terdapat sekitar(41,95%), suku Jawa terdapat (32,62%), suku Nias terdapat(6,36%),
suku Melayu terdapat (4,92%), suku Tionghoa terdapat (3,07%) suku Minangkabau terdapat
(2,66%), suku Banjar terdapat (0,97%),lain-lain terdapat (7,45%).Suku Jawa termasuk suku
terbesar jumlahnya di indonesia termasuk di Sumatera Utara. Kita banyak menemui
perkampungan atau desa yang dihuni oleh mayorita suku Jawa, bahkan banyak desa di
Sumatera Utara menggunakan nama-nama desa di Jawa, seperti tanah Jawa, Karang Anyar,
Karang Sari, Sidorukun, Sidodadi. Suku bangsa Jawa dapat ditemui dibeberapa daerah
pada masa kolonial Belanda. Pada saat ini suku bangsa Jawa tersebar hampir diseluruh daerah
Sumatera Utara. Meraka disubut dengan Jawa Deli (Jadel), Jawa Kontrak (jakon) namun
istilah ini dianggap merendahkan, sehingga mereka lebih suka disebut Pujakesuma (putra
jawa kelahiran sumatera).Sumber26 maret 2012
pukul 12.55 wib)
Kabupaten Karo adalah salah satu kabupaten yang terdapat di Sumatera Utara dimana
terletak di daerah dataran tinggi bukit Barisan dengan luas daerah sekitar 2.127,25 km2 atau
212.725 ha. Jumlah penduduk Kabupaten Karo adalah 342.555 Jiwa. Masyarakat Kabupaten
Karo pada umumnya menganut agama Kristen Protestan dan katolik tetapi ada juga yang
menganut agama lain seperti Islam, Budha dan Hindu. Mata Pencaharian sebagian besar
masyarakat di kabupaten Karo adalah sebagai petani karena tanah nya yang subur sehingga
cocok untuk lahan pertanian dan tanaman buah, sayur mayur, bunga dan bahan kebutuhan
pokok lainnya. Masyarakat tanah Karo pada Umumnya bersuku Karo walaupun terdapat
suku-suku lain seperti suku Jawa, batak, Nias melayu dsb. Kehidupan masyarakatnya di
Kabupaten pada umumnya sejahtera, sekalipun ada suku lain yang merantau ke tanah Karo
mereka dapat hidup dengan makmur karena datang dari daerah lain untuk mencari pekerjaan
di kabupaten Karo. Salah Satu nya adalah suku Jawa yang kebanyakan datang dari daerah
Siantar, Binjai yang datang merantau ke kabupaten Karo dan bekerja sebagai buruh tani atau
bekerja sebagai pembantu atau pekerjaan yang lain tetapi pada umumnya mereka datang
sebagi buruh tani. Sumber26 maret 2012 pukul
12.55 wib)
Di kabupaten Karo terdapat 17 kecamatan yaitu kecamatan Mardingding, Lau baleng,
Tiga binanga, Juhar, Kuta buluh, Munte,payung, Tiga nderket, Simpang empat, Naman teran,
Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Dolat rakyat, Merek, dan Barusjahe. Dari
tersebut adalah Suku Jawa. Pada saat tahun 1960-an ke bawah ada sebutan “lit tebandu”?
suatu sebutan untuk orang batak sebagai orang yang menunggui ladang, hal ini menyiratkan
bahwa saat itu orang karo adalah tuan tanah sedang kan orang toba adalah pekerja tanah yang
digaji, saat ini di era 1960-an ke atas dikenal lagi dengan istilah “lit Jawandu”? sebutan ini
kembali lagi lahir untuk menunjuk orang jawa sebagai pekerja atau di masyarakat karo
dikenal dengan istilah Aron. Aron ini lah yang sampai sekarang menjadi penunjang berjalan
nya sektor pertanian di Kabupaten Tanah karo.
Sumber:http//repository.usu.ac.id.bitstream/12345678/ chapter 15 diakses 7 mei 2012 pukul
22.23 wib pukul 22.31 wib.
Berastagi merupakan daerah yang sangat terkenal dengan kesuburannya sehingga
banyak orang yang ingin memperbaiki taraf kehidupannya ke daerah tersebut. Diperkirakan
orang Jawa mulai berbermigrasi ke Berastagi sejak tahun 1950 –an sama seperti etnis lainnya
yakni seperti etnis Batak Toba yang datang ke Berastagi. Orang-orang jawa juga
melaksanakan kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik serta bidang-bidang lainnya dalam
usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya di daerah perantauan tersebut. Pada tahun
1935 telah ada juga orang Jawa bernama Wagimin yang dikenal sebagai orang Jawa pertama
kalinya menginjakkan kaki di Berastagi dan ia beserta keluarganya tinggal di daerah
Matahari, Desa Rumah Berasatagi di mana di daerah ini dulunya terdapat bangunan sekolah
rakyat (sekolah dasar)yang dibangun oleh sekutu Jepang. Pada saat sekarang ini di
Kecamatan Berastagi terdapat 9 daerah yang pada umumnya ditempati oleh buruh tani, yaitu
daerah Gurusinga, Raya, Rumah Berastagi, Tambak lau mulgap, Gundaling 1, Gundaling 2,
tambak lau mulgap 2, Sempa Jaya, dan Daulu. Jumlah keseluruhan buruh tani yang terdapt di
daerah ini 12.280 orang dan rata-rata suku Jawa.
Sumberdiakses( tanggal 7 mey 2012
Salah satu desa yang terdapat di kecamatan Berastagi ini adalah Desa Raya. Desa
Raya adalah salah satu desa yang terdapat diantara kota Kabanjahe, dan kota Berastagi. Di
desa raya ini memiliki 7 dusun dan Desa Raya ini merupakan suatu desa peralihan dari desa
ke kota. Terbukti di desa Raya ini terdapat 2 sarana kesehatan yaitu 2 rumah sakit besar,
terdapat juga sekolah TK, SD, SMP, dan SMK. Di desa Raya ini juga terdapat 2 lembaga
kemasyarakatan yaitu lembaga Parawasa untuk rehabilitasi wanita Tunasusila dan lembaga
Pejorekan untuk tempat tinggal masyarakat yang sakit jiwa. Dari sisi komposisi etnis banyak
jenis suku yang terdapat di desa Raya ini seperti suku Karo, Batak Toba, Simalungun,
Melayu dan juga suku Nias. Tetapi suku yang paling banyak terdapat di desa Raya ini adalh
suku Karo.
Mata penncaharian masyarakat Desa Raya ini pada umumnya bertani. Lahan
perladangan di desa ini sangat lah luas. Desa raya ini dikenal sebagai penghasil bunga krisan
sehingga ada di kenal dengan istilah “Bunga Raya”. Bunga krisan ini dikenal sebagai
tanaman musiman, bunga krisan banyak dijual pada saat-saat hari raya besar keagaaman
seperti Hari Raya Idul fitri, Tahun Baru, Natal,paskah dan juga Imlek. Pembeli bunga krisan
ini datang dari berbagai daerah ada yang dari Siantar, Medan, Sidikalang dan daerah lain di
sekitar Kabupaten Karo. Pemasaran bunga krisan ini dikenal dengan istilah “Tiga Bunga”
yang diadakan setiap hari senin dan kamis. Tiga bunga artinya pajak bunga dimana di Tiga
bunga ini lah banyak dijumpai petani yang menjual bunga nya. Masyarakat di desa ini
menanam bunga 4 bulan sebelum hari raya besar tersebut. Sebelum tiba panen atau sesudah
panen bunga krisan tersebut masyarakat desa ini juga mananam tanaman sayur mayur dan
juga buah jeruk. Ada juga sebagai petani kopi tapi itu hanya sebagain kecil. Raya ini terkenal
dengan kentang nya, bunga kol, brokoli dan jeruk nya.
Status sosial ekonomi masyarakat desa Raya ini sudah termasuk golongan menengah
tanah yang luas dan yang mengerjakan ladang mereka adalah aron/ buruh tani. Struktur
perekonomian suku karo nya rata-rata sudah mapan sehingga mereka mampu membiayai
aron/buruh tani untuk bekerja di ladang nya. Selain status sosial ekonomi suku karo yang
baik di bidang pendidikan juga semakin membaik.
Pada saat sekarang ini banyak dijumpai masyarakat suku Karo yang tinggal di Desa
Raya ini memiliki pengetahuan yang tinggi. Orientasi untuk pendidikan nya juga sudah maju
dimana mereka mampu menyekolahkan anak nya ke tingkat perguruan tinggi baik di dalam
daerah maupun sampai ke luar daerah. Walaupun tidak semua mampu untuk membiayai
pendidikan sampai tingkat universitas tetapi pada saat sekarang ini pendidikan paling rendah
nya itu adalah SMA. Bahkan anak-anak yang berusia umur 4-5 tahun sudah dimasuk kan ke
PAUD dn TK. Jadi pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat karo yang
tinggal di desa Raya ini. Selain itu juga kondisi kehidupan sosial nya sudah menuju
masyarakat yang maju dan modern tanpa menghilangkan unsur-unsur tradisional. Masih ada
sistem kekerbatan yang sampai sekarang masi terus dipergunakan. Selain itu juga masyarakat
desa Raya suku Karo ini masi menjalani Gotong Royong, bukan hanya sesama suku karo
tetapi juga dengan suku lain. Dan saling memberi simpati baik acara dukacita maupun
sukacita.
Selain Suku karo terdapat juga suku lain seperti Suku Batak Toba, Simalungun Jawa
dan Nias. Suku Batak Toba dan Batak Simalungun ini tidak terlalu banyak karena mereka
datang ke daerah Desa Raya bukan sebagai buruh tani tetapi kebanyakan dari mereka sudah
ada yang menikah dan berumah tangga denagan suku Karo yang tinggal di Desa Raya ini.
Hanya sebagian kecil suku Batak Toba dan Simalungun yang tinggal di Desa Raya ini yang
bekerja sebagai buruh Tani, Mereka tinggal secara membaur dengan masyarakat Karo
sehingga mereka lebih identik dengan suku Karo dan lebih di kenal sebagai orang karo
Marga, sehingga orang batak ini juga mempunyai marga dari Suku Karo. Selain itu ada juga
suku Nias dimana awal kedatangan suku Nias ini baru bermula dari tahun 2010 dimana
mereka pada awalnya tinggal di daerah bawah kaki gunung Sinabung. Karena tahun 2010
Gunung Sinabung meletus mereka pindah ke Daerah sekitar berastagi salah satunya yaitu
Desa Raya.mereka bekerja sebagai buruh tani, tetapi populasi mereka tidak Banyak dan
mereka tinggal di dusun 6.
Suku Jawa adalah suku yang terbesar yang bekerja sebagai Buruh Tani di Desa Raya
ini. Awal kedatangan suku Jawa ini sendiri ke desa Raya ini mereka datang hanya sebagian
kecil yang bekerja sebagai buruh tani di ladang masyarakat suku Karo. Pada awalnya mereka
datang tidak mempunyai apa-apa. Mereka tinggal di gubuk-gubuk di ladang milik petani
dengan hidup seadanya dimana tidak terdapat kamar tidur, kamar mandi dan untuk air bersih
mereka ambil dari sawah dekat ladang atau di pet-pet umum. Kedatangan Buruh Tani etnis
Jawa ini kenayakan datang dari Siantar, Binjai dan juga sekitar Batu-Bara dan Kisaran.
Setelah beberapa tahun bekerja sebagai pekerja sehingga si buruh tani Etnis Jawa ini
mempunyai modal untuk mengontrak rumah kecil-kecilan walau hanya terdapat satu kamar
mandi, 1 kamar tidur dan terbuat dari papan dan berlantai semen. Selain bekerja sebagai
buruh tani mereka juga bekerja mempunyai tanaman sendiri dimana tanaman ini ditanam di
ladang milik petani tempat mereka bekerja, dengan catatan segala yang mengerjakan ladang
adalah si buruh tani dan yang memodali adalah si petani tersebut.
Status sosial buruh tani ini secara perlahan-lahan sudah mulai meningkat dimana
tadinya mereka sebagai buruh tani sekarang sudah banyak sebagai pemilik tanah. Buruh tani
tadi bisa memiliki tanah dengan cara menabung ke CU (Credit Union) dimana CU ini adalah
sebuah wadah bagi masyarakat untuk dapat menabung seperti sistem simpan pinjam dengan
bunga pinjaman yang rendah. Pada umumnya mereka menggunakan tabungan untuk membeli
membangun secara sikit demi sedikit walau tidak bagus dan berukuran kecil. Untuk tinggakt
pendidikan sendiri pada awalnya buruh tani ini datang mereka tidak mempunyai pendidikan
bahkan kebanyakan dari mereka tidak mengetahui baca tulis. Tetapi pada saat sekarang
sangat jauh berbeda mereka sangat peduli dengan pendidikan dimana dapat dijumpai
anak-anaknya rata-rata sudah masuk ke dunia pendidikan dan rata-rata sudah tamat SMA, bahkan
ada beberapa yang masuk ke perguruan tinggi.
Masyarakat buruh tani Etnis Jawa ini tinggal secara berkelompok. Di desa Raya
terdapat 7 dusun dan di ke 7 dusun ini ada terdapat daerah khusus yang dihuni buruh tani
Etnis Jawa. Mereka tinggal secara bersama dan berkelompok. Buruh tani etnis Jawa ini
sendiri mempunyai perkumpulan seperti perwiritan kaum bapak dan kaum ibu. Masyarakat
setempat yang berbeda agama dengan mereka tidak terganggu dengan kegiatan tersebut
bahkan masyarakat desa Raya yang bersuku karo beragama muslim ikut bergabung dengan
etnis Jawa tersebut. Untuk kehidupan sosial nya, pada umumnya mereka dapat menerima
suku lain untuk bergabung dengan komunitas mereka. Mereka juga mengormati agama lain
dan suku lain yang berbeda dengan mereka. Contohnya saja jika suku Karo mengadakan
pesta mereka datang untuk menghadiri memenuhi undangan dan suku Karo tersebut
menyiapkan makanan khusus yang halal dimakan oleh suku Jawa tersebut karena pada
umunya mereka beragama Islam. Begitu juga sebaliknya jika Buruh Tani etnis Jawa
mengadakan Hajatan maka suku Karo yang tinggal di sekitar tempat mereka dan juga tuan
tanah tempat mereka bekerja di undang, pada saat ini Hajatan tersebut diadakan meriah dan
sudah mewah karena situasi ekonomi mereka yang sudah mampu. Buruh tani etnis Jawa
dengan pemilik Tanah suku Karo saling menghargai satu sama lain, dan sejauh ini tidak ada
konflik yang terjadi antara Suku karo dan suku Jawa.
Untuk partisipasi di desa ini juga dilibatkan suku Jawa seperti Gotong Royong,
di dalam pemilihan Kepala Desa. Masyarakat lain juga dilibatkan didalam pemilihan kepala
desa bukan hanya yang bersuku karo yang berhak memilih tetapi juga suku lain seperti batak
Toba, Simalungun, Nias dan juga suku Jawa. Mereka berhak memilih dan menentukan kepala
desa tetapi mereka tidak bisa mencalonkan diri karena mereka bukan warga asli Desa Raya.
Untuk bantuan dari pemerintah mereka juga ikut mendapat kan hak yang sama dengan suku
karo. Buruh tani etnis Jawa ini juga mendapatkan Jatah Raskin dan juga Jamkesmas. Mereka
di data oleh aparat desa dan jika mereka dalam keadaan kurang mampu maka mereka akan
diberi bantuan.
Pada umumnya masyarakat Jawa dikenal lambat di dalam bekerja tetapi buruh Tani
etnis Jawa yang bekerja di Desa raya ini sudah gigih, rajin dan ulet karena mereka bekerja
dengan suku Karo yang dikenal cepat di dalam bekerja sehingga lama-kelamaan mereka
bekerja dengan cepat dan bersih sehingga sampai pada saat sekarang masyarakat desa Raya
masih mempertahankan buruh tani Etnis Jawa sebagai Aron mereka. Dan pada umumnya
buruh tani ini sudah bekerja secara menetap dengan pemilik tanah.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakan diatas adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana etos kerja buruh tani etnis Jawa di Desa Raya?
2. Bagaimana mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa di Desa Raya?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana etos kerja masyarakat buruh tani etnis jawa yang
2. Untuk mengetahui mobilitas sosial atau status sosial ekonomi buruh tani etnis Jawa
yang merantau dan sudah lama tinggal di desa Raya tersebut?
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada umumnya mempunyai manfaat.Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana etos kerja dan mobilitas sosial
buruh tani etnis Jawa dan juga memberikan kontribusi bagi mahasiswa Sosiologi,terutama
sosiologi pertanian dan sosiologi pedesaan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi penulis,penelitian ini dapat mengasah dalam penulisan karya ilmiah dan melalui
penelitian ini juga penulis dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana cara bekerja
buruh tani Khusus nya Etnis Jawa dan juga Mobilitas sosialnya. Penelitian ini juga dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca dan pemerintahan Desa Di Raya Kecamatan
Bersatagi.
1.5Defenisi Konsep.
Penelitian mengenai etos kerja dan mobilitas sosial buruh tani di Desa Raya Kecamatan
Berastagi bertujuan untuk menegtahui bagaimana perubahan hidup masyarakat Suku Jawa
yang bekerja sebagai buruh tani dimana kehidupan sosial ekonominya yang semakin lama
menimbulkan penafsiran ganda di kemudian hari maka perlu dibuat defenisi konsep antara
lain sebagai berikut:
1. Etos kerja adalah sikap atau kehendak yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
dan juga sifat dan pandangan bangsa terhadap kerja dan memiliki tujuan untuk
mencapai hasil terbaik dalam pekerjaan.
2. Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindaha dari suatu kelas sosial ke kelas
sosial lainnya. Mobilitas sosial ini bisa berupa peningkatan atau penurunan
dalam segi status sosial termasuk segi penghasilan yang dapat dialami individu
atau oleh keseluruhan anggota kelompok.
3. Buruh tani/dalah sekelompok masyarakat yang bekerja sebagai tenaga upahan
harian dan bekerja di sekitar daerah pertanian seperti di persawahan, perkebunan,
dan ladang.
4. Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarki menurut dimensi
kekuasaan dan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun
secara bertingkat.
5. Suku jawa adalah salah satu suku yang terdapat di Indonesia dan tersebar di
berbagai wilayah dan mempunyai budaya tersendiri juga mempunyai bahasa
sendiri.
6. Aron adalah sebutan di suku Karo kepada buruh tani yang bekerja di ladang dan
aron inilah yang berperan penting di dalam penunjang pertanian di sekitar
Kabupaten karo.
7. CU(Cerdit Union) adalah sebuah wadah bagi masyarakat untuk melakukan
transaksi simpan pinjam dengan bunga yang rendah dan pada umumnya CU ini
8. Mayarakat Karo adalah sekumpulan manusia yang hidup pada wilayah yang
dinamakan Kuta(Desa), dan memiliki ciri-ciri dengan memakai bahasa, nilai,
adat-istiadat, dan ikut dalam merga silima, tutur siwaluh dan perkeden-kaden
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1 ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI
Etos kerja secara etimologis merupakan kata yang memiliki pengertian yang saling
berbeda satu dengan yang lainnya. Kata etos mengandung pengertian pandangan hidup yang
khas suatu golongan sosial(kamus besar bahasa indonesia,1991:237). Etos kerja adalah sifat
karakter kualitas hidup yang moral dan gaya serta suasana hati seseorang masyarakat. Etos
berada pada lingkaran etika dan logika yang bertumbuh pada nilai-nilai dengan hubungan nya
dengan pola-pola tingkah laku dan rencana-rencana manusia. Etos memberi warna dan
penilaian terhadap alternatif pilihan kerja apakah suatu pekerjaan itu dianggap baik
atau,mulia,terpandang.
Koentjaraningrat memberi pengertian tentang etos sebagai watak khas yang tampak
dari luar,dalam artian watak disini adalah dapat dilihat oleh orang lain. (Sarajar,1995:38).
Etos kerja pada intinya memiliki tujuan yang sama dan terpusat pada sikap dasar dari
manusia.
Kerja secara etimologis diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatu(kamus besar
bahasa indonesia,1991:428). Setelah melihat kedua pengertian yang disebutkan diatas tadi
apabila digabungkan menjadi satu didalamnya akan memberikan pengertian sebagai berikut:
“Etos kerja “ sebagai sikap kehendak yang diperlukan untuk kegiatan tertentu dan merupakan
sifat dan pandangan bangsa terhadap kerja dan etos kerja memiliki tujuan sejauh mana
mencapai hasil terbaik dalam pekerjaan.
Menurut Nurhana (dalam Sarajar, 1991: 39) mengartikan bahwa etos kerja
• Dasar motivasi yang terdapat dalam budaya suatu masyarakat yang menjadi
penggerak batin anggota masyarakat pendukung budaya untuk melakukan suatu kerja.
• Nilai-nilai tertinggi dalam gagasan budaya masyarakat terhadap kerja yang dapat
menjadi penggerak batin masyarakatnya melakukan kerja.
• Pandangan hidup yang khas dari sesuatu masyarakat terhadap kerja yang mendorong
keingginanya untuk melakukan pekerjaan.
Demi kelangsungan hidup, disadari atau tidak bahwa setiap manusia memiliki suatu
pandangan tentang bagaimana ia harus hidup dan juga tidak sekedar untuk hidup
semata,tetapi akan hidup maju dan paling tidak dapat mensejajarkan drajat dirinya dengan
sesama manusia yang ada di sekelilingnya. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan jika
dilihat dari kedudukannya menunjukkan bahwa ia memiliki kedudukan yang istimewa dalam
hubungannya dengan sang pencipta. Sebagai makhluk yang istimewa dalam rangka ia
mempertahankan hidup ataupun mempertinggi drajad hidup,makan manusia dapat mencapai
semua itu dengan jalan pekerjaan. Bekerja bagi setiap manusia erat kaitannya dengan harkat
dan martabat manusia itu sendiri.
Etos kerja juga dipengaruhi oleh unsur agama seperti tesis Weber. Weber adalah
seorang ilmuwan, dan bukunya yang terkenal adalah The Protestan Etnic and The Spirit of
Capitalism. Di dalam bukunya ini ia mengemukakan tesis nya yang terkenal adalah mengenai
keterkaitan antara etika protestan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat. Menurut
Weber muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung secara bersamaan
dengan perkembangan sekte calvinisme dalam agama protestan dimana Argumen Weber
adalah ajaran Calvinisme mengharusken umatnya untuk menjadikan dunia tempat yang
makmur sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan kerja keras. Namun keuntungan yang
konsumsi berlebihan lain, karena ajaran Calvinisme mewajibkan hidup sederhana dan
melarang segala bentuk kemewahan dan foya-foya.(Sunarto 2004:7)
Weber juga membahas tentang ajaran agama Islam dimana menurut Weber islam
adalah agama dari para prajurit. Di zaman Islam awal kelas prajurit ini membentuk pula suatu
komunitas agama yang didukung oleh suatu status tertentu. Menurut Weber satu hal yang
diberikan oleh agama adalah memberi Tanggung Jawab terhadap sesuatu ketika manusia
telah menemui situasi keterbatasannya. Dan kehadiran agama islam juga memberikan
tanggung jawab terhadap situasi sosial, ekonomi politik, dan kulturanl yang ada. Jadi dalam
penelitiannya Weber menyatakan bahwa nilai-nilai agama juga mempengaruhi perilaku
bekerja dan etos kerja penganutnya.
Selain penelitian Weber ada juga penelitian yang dilakukan oleh Emile Durkheim
yaitu tentang pembagian kerja. Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat memerlukan
solidaritas ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: yaitu solidaritas mekanik dan
solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan tipe solidaritas yang didasarkan atas tipe
persamaan dan dijumpai pada masyarakat yang sederhana dimana pada masyarakat yang
seperti ini belum terdapat pembagian kerja. Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat
proses yang sekarang dinamakan diferensiasi sehingga solidaritas mekanik berubah menjadi
solidaritas organik. Pada masyarakat solidaritas organik masing-masing anggota tidak lagi
dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan
yang besar dengan orang atau kelompok lain dengan kata lain solidaritas organik adalah
sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung laksana bagian suatu
organisme biologi. (Sunarto 2004:5)
Dalam wilayah kebudayaan Jawa ada dibedakan anta penduduk pesisir Utara dimana
perdagangan, nelayan, dan pengaruh islam lebih kuat menghasilkan bentuk kebudayaan Jawa
yang khas, yaitu kebudayaan pesisir dan daerah-daerah Jawa pedalaman sering juga disebut
Kejawen, yang mempunyai pusat budaya dalam kota-kota kerajaan Surakarta dan
Yogyakarta. Kebanyakan orang Jawa hidup sebagai buruh Tani. Di daerah dataran rendah
mereka bercocok tanam padi, di daerah pegunungan mereka menanam ketela dan palawija.
Sebagian besar daerah pulau Jawa merupakan daerah Agraris penduduk nya masih hidup di
desa-desa. Orang Jawa sendiri membedakan dua golongan sosial yaitu, (1) wong cilik atau
orang kecil terdiri dari sebagian besar petani dan mereka yang berpendapatan rendah di kota.
(2) kaum priyayi dimana termasuk orang-orang kaum pegawai dan juga orang-orang
intelektual.
Didalam masyarakat Jawa ada dua kaidah yang paling menentukan pola pergaulan.
Yang pertama itu adalah hendak nya setiap manusia bersikap sedemikian rupa hingga tidak
sampai menimbulkan konflik dan kaidah ini sering di sebut dengan kaidah rukun dimana
prinsip kerukunan bertujuan mempertahan kan masyarakat dalam keadaan yang harmonis.
Dimana rukun ini berarti berada dalam keadaan selaras, tenang dan tentram tanpa
perselisihan dan pertentangan. Dalam pandangan Jawa ada dua segi dalam tuntutan
kerukunan. Yang pertama, dalam pandangan Jawa masalahnya bukan penciptaan keadaan
keselarasan melainkan lebih untuk tidak mengganggu keselarasan yang diandaikan sudah
ada. Yang kedua, tidak menyangkut suatu sikap batin atau keadaan jiwa melainkan penjagaan
keselarasan dalam pergaulan.Yang kedua, menuntut agar manusia dalam cara bicara dan
membawa diri selalu menunjuk kan sikap hormat kepada orang lain sesuai dengan derajat dan
kedudukan nya, dan ini sering di sebut dengan prinsip hormat. Dimana di prinsip hormat ini
mengatakan bahwa setiap dalam cara bicara dan membawa diri terhadap orang lain menunjuk
2.3 MOBILITAS SOSIAL
Menurut Horton dan Hunt (dalam Bagong Suyanto 2004) dapat mobilitas diartikan
sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas soaial lainnya. Mobilitas
sosial bisa merupakan peningkatan atau penurunan dalam segi status soaial dan termasuk pula
segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota
kelompok. Tingkat mobilitas sosial pada masing-masing masyarakat berbeda-beda. Pada
masyarakat yang bersistem kelas soaial terbuka maka mobilitas sosial warga masyarakat akan
cendrung tinggi. Tetepi sebaliknya pada sistem kelas sosial tertutup seperti masyarakay
feodal atau masyarakat yang bersistem kasta maka mobilitas sosial warga masyarakatnya
akan cendrung sangat rendah dan sulit diubah.
Dalam mobilitas sosial secara prinsip dikenal dua macam yaitu,mobilitas sosial
vertikal,dan mobilitas sosial horizontal. Yang dimaksud dengan mobilitas vertikal adalah
perpindahan individu dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial yang lain yang tidak
sederajat. Ada dua jenis mobilitas vertikal,yakni:
1. Gerak sosial yang meningkat(sosial climbing), Mobilitas vertikal ke atas atau social
climbing mempunyai dua bentuk yang utama.
• Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang
mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana
kedudukan tersebut telah ada sebelumnya. Contoh: A adalah seorang guru sejarah di
salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
• Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan
individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri
seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya
naik.
2. Gerak sosial menurun(sosial sinking), yakni perpindahan anggota masyarakat dari kelas
soaial tertentu ke kelas sosial yang posisinya lebih rendah .
Berbeda dengan mobilitas sosial vertilal yang berarti perpindahan dalam jenjang
status yang berbeda,yang dimaksud dengan mobilitas sosial horizontal adalah perpindahan
individu atau objek-objek lainnya dari suatu kelompok sosial yang satu ke kelompok sosial
yang lainnya yang sederajad. Dalam mobilitas sosial yang horizontal tidak terjadi perubahan
dalam drajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya.
Pitirim A. Sorokin,di dalam pengantar sosiologi dan terapan karangan Dwi Narwoko
dan Bagong pada tahun 2004 hal:210 dalam mobilitas sosial secara vertikal dapat dilakukan
lewat beberapa saluran sebagai berikut:
1. Angkatan bersenjata. Dalam keadaan perang dimana setiap negara mengehendaki
kemenangan maka jasa seorang prajurit tanpa melihat statusnya akan dihargai dalam
masyarakat. Dan karna jasanya di dalam peperangan berhasil maka ia memperoleh
kekuasaan dan wewenang.
2. Lembaga-lembaga pendidikan. Pada umumnya lembaga pendidikan merupakan saluran
yang kongkret dari mobilitas sosial vertikal bahkan lembaga pendidikan formal dianggap
sebagai sosial elevator yang bergerak dari kedudukan yang paling rendah ke kedudukan
yang paling tinggi.
3. Lembaga-lembaga keagamaan. Lembaga ini juga merupakan salah satu saluran mobilitas
sosial vertikal walaupun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai
4. Organisasi Politik. Kesempatan yang cukup besar bagi setiap anggota masyarakat. Bagi
mereka yang pandai berorganisasi dalam organisasi politik dapat kesempatan untuk dipilih
sebagai anggota DPR sebagai wakil dari organisasi politik yang mengorbikannya sehingga
seseorang tersebut dapat merubah status kedudukannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
5. Organisasi Ekonomi. Organisasi ini baik yang bergerak dalam bidang perusahaan maupun
jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai
mobilitas sosial vertikal,karena dalam organisasi ini sifatnya relatif terbuka
Horton dan Hunt (1987) mencatat ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas
pada masyarakat modern,yakni:
1. Faktor struktural,yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus di isi
serta kemudahan untuk memperolehnya. Ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja
yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar atau pencari kerja adalah
termasuk faktor struktural.
2. Faktor individu,yakni kualitas orang per orang baik dari tingkat pendidikannya,
pemanpilannya,keterampilan pribadi dan juga faktor kemujuran siapa yang berhasil
mencapai kedudukan tersebut.
Sementara Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial.
Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
1. Kemiskinan Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat
miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit
2. Diskriminasi Kelas Sistem kelas tertutup dapat menghalangi mobilitas ke atas,
terbukti denga adanya pembatasan keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan
3. Perbedaan Ras dan Agama dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan
terjadinya mobilitas vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan
sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai
keinginannya.
4. Perbedaan jenis kelamin (Gender). Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi
derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini
mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan
kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
5. Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau
kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama
berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
6. Perbedaan kepentingan. Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu
struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk
memperebutkan sesuatu .
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya
penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik. Menurut Horton dan Hunt
(1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antara
nya:
1. Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
2. Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang
meningkat.
3. Keterangan hubungan antar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang
Dampak mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dampak positif dan
dampak negatif.
\
Dampak positif, yaitu :
1. Mendorong seseorang untuk lebih maju. Terbukanya kesempatan untuk pindah dari
strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk
maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.
2. Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik mobilitas
sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang
lebih baik. Contoh perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki
kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
3. Meningkatkan intergrasi social. mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat
meningkatkan integrasi sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya
hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang di anut oleh kelompok orang dengan status
sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi sosial
Dampak negatif,
1. Konflik antarkelas. Dimasyarakat terdapat lapisan-lapisan sosial karena
ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Dan apabila
terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di
2. Konflik antarkelompok sosial. Dimasyarakat juga terdapat pula kelompok
sosial yang beragam diantaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi,
profesi, agama, suku dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha umtuk
menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul lah konflik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data
yang lebih mendalam tentang etos kerja dan mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa. Penelitian
kualitatif digunakan untuk melihat individu secara utuh serta berusaha untuk mengambarkan
status sosial ekonomi masyarakat buruh tani di Desa Raya Berastagi. Penelitian kasus adalah
penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang
lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut atau dapat pula mencakup keseluruhan
faktor-faktor dan kejadian. Tujuan dari penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara
intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial baik
individu maupun kelompok lembaga atau masyarakat. (Sumadi Suryabrata , 2002:22)
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Propinsi
2. Konflik antarkelompok sosial. Dimasyarakat juga terdapat pula kelompok
sosial yang beragam diantaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi,
profesi, agama, suku dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha umtuk
menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul lah konflik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data
yang lebih mendalam tentang etos kerja dan mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa. Penelitian
kualitatif digunakan untuk melihat individu secara utuh serta berusaha untuk mengambarkan
status sosial ekonomi masyarakat buruh tani di Desa Raya Berastagi. Penelitian kasus adalah
penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang
lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut atau dapat pula mencakup keseluruhan
faktor-faktor dan kejadian. Tujuan dari penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara
intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial baik
individu maupun kelompok lembaga atau masyarakat. (Sumadi Suryabrata , 2002:22)
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Propinsi
buruh tani dari berbagai suku tetapi yang paling dominan itu adalah suku Jawa. Dalam hal
ini,peneliti ingin mengetahui bagaimana etos kerja buruh tani etnis Jawa dan mobilitas sosial
nya
3.3 Unit analisis dan informan
3.3.1 Unit analisis Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai
subjek penelitian. Adapun unit analisi dalam penelitian ini adalah para pekerja buruh tani
entis jawa yang tinggal di Desa Raya kec.Berastagi Kab.Karo.
3.3.2 Informan
Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagi
pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (bungin,2007:76). Adapun
informan dalam penelitian ini adalah :
• Buruh Tani Etnis Jawa yang telah lama menetap di Desa Raya
• Masyarakat yang memperkerjakan Buruh Tani etnis Jawa
• Kepala Desa Raya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1 Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang
lengkap dan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti,teknik pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara:
Observasi Partisipan, adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
panca indra sebagai alat bantu utamanya. Observasi partisipasi yang dimaksud adalah
pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup
bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Dengan
demikian pengamat betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak
jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya
mereka(Burhan,2007:115-116). Dengan teknik pengumpulan data observasi partisipan,
peneliti berinteraksi secara langsung dan tinggal di tempat tinggal buruh tani tersebut secara
langsung, dan disini peneliti memilih menjadi seorang buruh Tani sehingga peneliti mampu
untuk mendapatkan data yang akurat yakni bisa melihat secara langsung bagaimana etos kerja
dan mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa.
b.Wawancara mendalam
Wawancara mendalam yaitu proses tanya jawab yang dilakukan peneliti terhadap
informan penelitian. Hal ini dilakukan untuk menngali informasi mengenai permasalahan
penelitian mendalam. Faisal menyatakan bahwa wawancara mendalam diperlukan untuk
medapatkan data secara mendalam, lengkap dan rinci dari informan. Wawancara dilakukan
dengan memberikan pertanyaan kepada informan secara lebih spesifik dengan panduan
Interview guide. Wawancara dengan interview guide dilakukan dengan melakukan tanya
jawab oleh peneliti dengan informan mengikuti pedoman pertanyaan yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (Nawawi, 2006:101). Data yang diperoleh dari
wawancara mendalam yaitu berupa bagaimana etos kerja dan perubahan status sosial
ekonomi masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani.
Dokumentasi,yaitu dilakukan dengan menggunakan kamera foto untuk mengabadikan
hal-hal yang tidak terobservasi serta aktivitas masyarakat atau perilaku buruh tani etnis jawa
ketika bekerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian.
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara spenelitian
kepustakaan dan pencatatan dokumen,yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil
refrensi, dokumen, majalah, jurnal dan bahan dari situs internet yang dianggap relevan
dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini tentunya yang berkaitan dengan etos kerja
dan mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa.
3.5 Interprestasi Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti dapat mengumpulkan data baik dari hasil
wawancara,observasi maupun dokumentasi. Data tersebut semua umumnya masih dalam
bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data
yang telah diperoleh dari study kepustakaan juga terlebih dahulu di evaluasi untuk
memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan
menjadi satuan yang dapat dikelola kemudian dapat dilakukan interprestasi data mengaju
pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil observasi dinarasikan sebagai perlengkapan data
penelitian. Akhir dari semua proses ini adalah pengambaran atau penuturan dalam bentuk
kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan
kesimpulan.(faisal,2007:275
3.6 Jadwal Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Observasi X
2 ACC Judul X
3 Penyusunan Proposal Penelitian X X
4 Seminar Proposal Penelitian X
5 Revisi Proposal Penelitian X
6 Penelitian Ke Lapangan X X X X
7 Bimbingan/ Laporan Akhir X X X X
8 Sidang Meja Hijau X
3.7 Keterbatasan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis masih banyak keterbatasan penelitian baik baik Karen
Faktor intern dimana peneliti memiliki keterbatasan ilmu dan materi dan juga karena factor
eksternal seperti informan. Untuk itu bagi para akademis yang menggunakan hasil penelitian
ini sebagai dasar kajian ilmiah maupun bagi praktisi yang menggunakan hasil penelitian ini
sebagai dasar pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam
penelitian ini yaitu :
1. Penelitian ini hanya hanya membahas bagaimana etos kerja dan mobilitas social buruh
tani etnis Jawa di desa Raya. Adapun pembahasan etos kerja dan mobilitas social dibahas
secara singkat. Padahal masih banyak hal-hal lain yang dapat diteliti dan berhubungan
misalnya kaitan nya dengan pertambahan penduduk yang datang merantau dan cara
bertahan hidup di desa Raya.
2. Ruang waktu dalam penelitian ini hanya sekitar 2 bulan untuk pencharian data di
sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif lebih lama supaya data-data lapangan dapat
terkumpul lebih mendalam lagi.
3. Dalam melakukan wawancara, peneliti kesulitan untuk mencari informan karena
mayoritas penduduk adalah buruh tani. Buruh tani di desa ini mulai bekerja pukul 08.00
WIB dan kembali pulang bekerja pukul 16.00 WIB sehingga peneliti hanya dapat
menjumpai informan pada sore hari dan waktu nya juga terbatas karena para infoman
tidak mau diganggu setelah pukul 19.00 karena waktu itu digunkan untuk beristirahat.
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRESTASI DATA 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Sejarah Desa
Desa Raya adalah desa yang tidak diketahui secara jelas sejak kapan berdirinya.
Dulunya desa Raya ini adalah hutan belantara dan semak belukar dan masyarakat nya hidup
di pinggir hutan dimana di daerah tempat tinggal nya itu sangat dekat dengan mata air yang
selalu dipergunakan masyarakat desa untuk kebutuhan sehari-hari. Tetapi pada tahun 1923
pemukiman masyarakat itu terbakar dan rata dengan tanah, sehingga pada saat itu orang yang
paling berkuasa yang di kenal dengan Sibayak Lingga memerintahkan agar masyarakat yang
tinggal di pinggir hutan dan terkena kebakaran dapat mengambil lahan tanah di sekitar hutan
dengan bebas tanpa harus membayar kepada yang berkuasa sehingga dengan perlahan
masyarakat mulai membangun desa tersebut. Banyak masyarakat dari desa lain juga ikut
mengambil bagian tanah dan mendirikan rumah bersama-sama. Ada mendirikan rumah
Seperti desa-desa pada umumnya dimana desa Raya ini juga mempunyai pendiri
kampung ( Simantek Kuta) yaitu klan dari keluarga Ketaren dengan anak beru Ginting dan
senina klan dari marga Purba. Sebelum tahun 1984 desa Raya tergabung dalam Kecamatan
Kabanjahe Kabupaten Karo. Tahun 19845 sampai tahun 1990 desa Raya termasuk dalam
perwakilan Berastagi. Pada tahun 1991 Kecamatan perwakilan Berastagi menjadi defenitif
otomatis sehingga desa-desa yang terdapat didalam nya menjadi wilayah kecamatan
Bersatagi termasuk Desa Raya.
Adapun nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala Desa Raya ini adalah
1. Cikem Ketaren
2. Luari Ketaren
3. Berngab Sinuhaji
4. Palaren Ketaren
5. Nendeng Purba
6. Salam Maulana Ginting
7. Budiman Keteren(1996-2002)
8. Hendra Ketaren
9. Budiman Ketaren (2009-2014)
Adapun susunan pemerintahan Desa Raya pada tahun 2012 adalah sebagai berikut
Kepala Desa : Budiman Keteren
Sekretaris Desa : Mulyanto Keteren
Kepala Urusan Pemerintahan : Hudson Ginting
Kepala Urusan Umum : Junaidi Sembiring
Pemegang Kas(PK) : Jhon Ryamond Ketaren
Ketua BPD : Kiatson Ketaren
Desa Raya juga mempunyai 7 Dusun dan masing-masing dikepalai oleh kepala
dusun(kadus). Adapun nama-nama kepala dusun nya yang masih aktif dan bertugas sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Nama-nama Kepala Dusun
No DUSUN NAMA KEPALA DUDUN
1. Dusun I Mahlon Sembiring
2. Dusun II Karya Ketaren
3. Dusun III Hendri Ketaren
4. Dusun IV Parlindungan Surbakti
5. Dusun V Idaman Sinuhaji
6. Dusun VI Siswanto Ketaren
7. Dusun VII Amos Ketaren
Sumber : Monografi Desa Raya tahun 2011
4.1.2 Keadaan Geografis Desa
a. Batas wilayah Desa
Desa Raya berada di sepanjang Jalan Jdamin ginting yang merupakan Jalan
ibukota Kecamatan (Berastagi) dan 5 kilometere ke arah utara yang merupakan Ibu Kota
Kabupaten (Kabanjahe) dan 64 kilometer ke Ibu Kota Propinsi ( Medan).
Adapun Batas-batas wilayah Desa Raya adalah sebagai berikut
-Sebelah Utara berbatasan dengan DesaRumah Berastagi
-sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sumbul/ Sumber Mufakat
-sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gurusinga dan Desa Kaban
-Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ajijulu dan Desa Ajijahe
b. Luas wilayah (ha)menurut jenis penggunanya
Desa Raya kecamatan Berastagi kabupaten Karo memiliki wilayah seluas 500
ha. Adapun penyebaran luas wilayah tersebut menurut penggunanannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Penyebaran luas wilayah desa Raya
Luas wilayah (ha) menurut jenis penggunaan nya di desa Raya tahun 2011
No Peruntukan Lahan Luas Persentase
1. Persawahan 20 ha 4.00%
2. Tegalan/ Perladangan 342 ha 68.40 %
3. Perumahan/ Pemukiman 126 ha 25.20 %
4. Lainnya 12 ha 2.40 %
5. Jumlah 500 ha 100 %
Sumber : Monografi desa Raya tahun 2011
Desa Raya kecamatan Berastagi Kabupaten Karo ini terletak di dataran Tinggi Bukit
Barisan dengan ketinggian 1320 di bawah permukaan laut. Iklim Desa Raya sebagaimana
desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan yang
menyolok hal tersebut mempunyai pengaruh terhadap produktivitas tanaman holtikultura
rata-rata suhu harian desa Raya ini 16 drajat celcius dengan rata-rata curah hujan tahunan
144mm.
4.1.3 Sarana dan Prasarana Desa
a. Sarana Kesehatan
Pemenuhan kebutuhan kesehatan di desa Raya ini dilengkapi oleh prasarana
kesehatan sebanyak 8 sarana kesehatan yang terdiri dari rumah sakit umum swasta, poliklinik
swasta, polindes( BKIA) dan sebuah pengobatan gigi yang sering di sebut dengan tukang
gigi. Secara terperinci dapat dilihat tabel dibawah ini
Tabel 4.3 Sarana Kesehatan Desa Raya
No Uraian Jumlah
1. Rumah sakit Swasta 2
2. Polindes Pemerintah 2
3. Poliklinik Swasta 3
4. Pengobatan gigi(tukang gigi) 1
Sumber : Monografi Desa Raya tahun 2011
b. Sarana pendidikan
Desa raya memiliki 12 sarana pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
masyarakat. Di desa ini hanya tersedia sarana pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan
anak usia dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar( SD), sekolah Menengah
Pertama(SMP), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan tinggi AKBID/AKPER.
Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Sarana pendidikan formak Desa Raya
No Sarana Pendidikan Pemilik/ Pengelola Jumlah
1. Pendidikan PAUD Pemerintah 1
2. Pendidikan PAUD Swasta 2
3. Pendidikan TK Pemerintah 1
4. Pendidikan TK Swasta 2
5. Pendidikan Dasar (SD) Pemerintah 2
6. Pendidikan Menengah Pertama(SMP) Pemerintah 1
7. Pendidikan Menengah Atas (SMA) (SMA/ SMK)
Pemerintah 1
8. Pendidikan Menengah Atas ( SMA/SMK)
9. Perguruan Tinggi AKBID/AKPER Swasta 1
10. Jumlah 12
Sumber : Monografi Desa Raya tahun 2011
C . Sarana peribadatan
Desa Raya memiliki sarana peribadatan untuk memenuhi kebutuhan rohani
masyarakat desa, dimana terdapat 9 unit yaitu masjid, greja khatolik dan gereja protestan.
Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5 Sarana Peribadatan Desa Raya
No Jenis Sarana Ibadah Jumlah
1. Mesjid 3
2. Gereja Katholik 1
3. Gereja Protestan 5
4. Jumlah 9
Sumber : Monografi Desa Raya tahun 2011
D . Sarana Transportasi dan Komunikasi
Desa Raya adalah Desa yang berada di sepanjang Jalan Jdamin Ginting yang