• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor Internal Dan Eksternal Kecemasan Pada Pasien Kanker Serviks Di RSUP H.Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Faktor Internal Dan Eksternal Kecemasan Pada Pasien Kanker Serviks Di RSUP H.Adam Malik Medan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

KECEMASAN PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUP

H.ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

MELISA UTARI TANJUNG

081101032

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Prakata

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Faktor- Faktor Kecemasan pada Pasien Kanker Serviks”, untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, Ibu berhati lembut yang selalu penulis rindukan, yang telah memberikan kasih sayang yang tulus, yang menjadi penyemangat dikala penulis merasa lelah dan selalu mengirimkan beribu doa disetiap sujud malamnya (Aishiteru ummi). Terkhusus untuk Ayah yang sangat dan selalu penulis sayangi, ayah yang memiliki semangat pantang menyerah, dari engkaulah penulis mendapat sifat optimis bahwa kegagalan adalah wujud sayangnya Allah SWT pada umatnya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Abang dan Kakakku Tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan semangat pada penulis, serta untuk semua keluarga besar kami penulis ucapkan terima kasih, tanpa kalian keberhasilan ini tidak akan pernah ada.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(3)

4. Ibu Diah Arrum,S.Kep,Ns,M.kep selaku dosen penguji I dan Ibu Farida Linda Sari,S.Kep,Ns,M.kep selaku dosen penguji II.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. Semoga Allah membalas ilmu yang telah kalian berikan dengan keberkahan.

6. Pihak RSUP H. Adam Malik Medan : Direktur Utama, Direktur SDM dan Pendidikan, Kepala Instalasi Litbang dan Staf, Kepala Instalasi Rindu B, Kepala Ruangan Rindu B1, Kepala Instalasi Rawat Jalan (IRJ), serta Kepala Poliklinik Obgyn sub Divisi Onkologi dan Staf.

7. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Nurul, Fajar, Eis, Devi, Mira yang selalu, membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran, dan segala canda tawa kalian semua.

8. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2008, Irma, Isra, Dona dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

9. Terima kasih juga untuk Ibu Rahmitha Sari dan Ibu Afrinayanti serta kakak 07 yaitu kak Dewi, kak Dira, kak Fitri, kak Melinda dan kakak 06 yaitu kak Elfi, kak Syafrina dan kak Ainil yang selalu mendukung dalam doa dan selalu memberikan motivasi yang berharga kepadaku.

10.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2012

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Sidang Skripsi... ii

Prakata ... iii

BAB 2. Tinjauan Pustaka 1. Kanker Serviks 1.1.Definisi Kanker Serviks ... 6

1.2. Etiologi ... 6

BAB 3. Kerangka Penelitian 3.1 Kerangka Konsep ... 25

3.2 Definisi Operasional ... 26

(5)

2. Populasi Penelitian ... 28

3. Sampel Penelitian ... 28

4. Lokasi Penelitian ... 29

5. Waktu Penelitian... 30

6. Pertimbangan Etik ... 31

7. Instrumen Penelitian ... 32

8. Pengumpulan Data ... 32

9. Uji Reabilitas dan Validitas Penelitian ... 33

10..Analisa Data ... 33

BAB 5. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil... 34

2. Pembahasan... 42

BAB 6 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan... 51

2. Saran... 52

Daftar Pustaka... 53

Lampiran-Lampiran 1. Informed Consent ... 54

2. Instrumen Penelitian ... 58

3. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian ... 62

4. Jadwal Tentatif Penelitian ... 64

5. Taksasi Dana ... 65

6. Tabel Uji Reliabilitas... 66

(6)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.4 Rentang Respon Kecemasan... 18 Skema 3.1 Kerangka Penelitian Faktor Internal dan Eksternal

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Stadium Kanker Serviks... 9

Tabel 5.1 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Demografi... 35

Tabel 5.2 Tingkat Kecemasan berdasarkan Faktor Potensial Stresor... 37

Tabel 5.3 Tingkat Kecemasan berdasarkan Faktor Maturitas... 37

Tabel 5.4 Tingkat Kecemasan berdasarkan Faktor Pendidikan dan Status Ekonomi... 38

Tabel 5.5 Tingkat Kecemasan berdasarkan Faktor Keadaan Fisik... 39

Tabel 5.6 Tingkat Kecemasan berdasarkan Faktor Tipe Kepribadian... 40

Tabel 5.7 Tingkat Kecemasan berdasarkan Faktor Dukungan Keluarga... ... 41

Tabel 5.8 Tingkat Kecemasan berdasarkan Faktor Dukungan Sosial ... 41

(8)

Judul : Gambaran Faktor Internal dan Eksternal Kecemasan Pada Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan. Nama : Melisa Utari Tanjung

NIM : 081101032

Fakultas : S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Faktor kecemasan internal dan eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien kanker serviks. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam dirinya yang bisa membuat pasien cemas yang meliputi faktor potensial stresor, maturitas, pendidikan dan status ekonomi, keadaan fisik dan tipe kepribadian. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang dari berasal luar dirinya yang meliputi faktor dukungan keluarga, dukungan sosial dan akses informasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor kecemasan intrenal dan eksternal pada pasien kanker serviks di RSUP. H. Adam Malik Medan. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 42 responden.Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik accidental sampling. Penelitian dilaksanakan pada April sampai Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan hampir tidak ada perbedaan antara faktor internal yang dialami pasien 50% dan faktor internal yang tidak dialami oleh pasien 50%. Faktor eksternal menunjukkan hampir tidak ada perbedaan antara faktor eksternal yang dialami pasien 47,6% dan faktor eksternal yang tidak dialami pasien 52,4%. Direkomendasikan untuk pihak rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatannya dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien kanker serviks.

(9)

Judul : Gambaran Faktor Internal dan Eksternal Kecemasan Pada Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan. Nama : Melisa Utari Tanjung

NIM : 081101032

Fakultas : S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Faktor kecemasan internal dan eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien kanker serviks. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam dirinya yang bisa membuat pasien cemas yang meliputi faktor potensial stresor, maturitas, pendidikan dan status ekonomi, keadaan fisik dan tipe kepribadian. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang dari berasal luar dirinya yang meliputi faktor dukungan keluarga, dukungan sosial dan akses informasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor kecemasan intrenal dan eksternal pada pasien kanker serviks di RSUP. H. Adam Malik Medan. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 42 responden.Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik accidental sampling. Penelitian dilaksanakan pada April sampai Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan hampir tidak ada perbedaan antara faktor internal yang dialami pasien 50% dan faktor internal yang tidak dialami oleh pasien 50%. Faktor eksternal menunjukkan hampir tidak ada perbedaan antara faktor eksternal yang dialami pasien 47,6% dan faktor eksternal yang tidak dialami pasien 52,4%. Direkomendasikan untuk pihak rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatannya dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien kanker serviks.

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kanker atau keganasan adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

pertumbuhan dan penyebaran jaringan secara abnormal. Kanker menyebabkan terjadinya perubahan genetik yang dapat berupa mutasi, kelainan jumlah atau struktur.Proses terjadinya kanker ini disebut karsiogenesis (Azis,2006). Kanker

merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan di dalam organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yang terdiri dari

payudara, rahim (leher rahim/ serviks), indung telur, dan vagina (Mangan, 2003).

Kanker serviks adalah sejenis kanker yang terjadi pada serviks yang berasal dari sel epitel, fibroblast, pembuluh darah dan limfe. Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel serviks normal menjadi sel

abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel serviks yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor jinak atau ganas (Rasjidi & Sulistiyanto, 2007).

Menurut WHO (2008) kejadian kanker serviks menduduki urutan nomor dua setelah kanker payudara, di dunia sekitar 490.000 perempuan di diagnosa

(11)

penderita kanker pada wanita dimana prevalensi penderita kanker serviks 30-45

per 100.000 orang per tahun. Di Indonesia diperkirakan 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker,sementara 36% perempuan dari seluruh penderita kanker adalah kanker serviks. Ada 15.000 kasus baru kanker serviks

terjadi dengan angka kematian 7.500 kasus per tahun (Melva, 2008). Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2009) ditemukan jumlah penderita kanker serviks pada tahun 2007 tercatat 475 kasus, tahun 2008 tercatat sebanyak

548 kasus dan pada tahun 2009 terdapat 683 kasus.

Penyakit kanker serviks merupakan penyakit kronis yang menimbulkan

masalah baik fisik maupun psikologis. Tidak jarang pasien kanker dikuasai perasaan tidak berguna serta kekhawatiran karena merasa hanya menjadi beban orang lain dan rasa malu karena tidak memiliki arti bagi orang lain (Triharini,

2009). Pada penderita kanker serviks sulit untuk mendeteksi tanda dan gejalanya,namun pada stadium lanjut,ketika tumor telah menyebar ke luar dari

serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih,hematuria,perdarahan rektum sampai sulit berkemih dan susah buang air

besar. Hal ini menyebabkan pasien menjadi cemas akan gejala yang dirasakan. Faktor lain yang menyebabkan pasien menjadi cemas adalah angka untuk sembuh relatif kecil karena pasien yang terdeteksi kebanyakan sudah dalam stadium lanjut

dimana tumor sudah menyebar ke luar dari serviks (Edianto,2006).

Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa penyakit kanker terutama

(12)

yang menderita kanker serviks sangat bervariasi, misalnya syok, takut cemas,

perasaan berduka, marah, sedih dan sampai ada yang menarik diri (Gale & Charrete, 2001). Reaksi tersebut sangat manusiawi dan merupakan bagian dari kehidupan semua orang. Perasaaan cemas pada pasien dikarenakan mereka takut

akan dampak yang terjadi, misalnya perubahan body image dan kematian. Cemas akan kematian bisa berakibat terganggunya proses pengobatan. Cemas dapat terjadi akibat perasaan stres berlebihan dimana dalam kondisi ini pasien akan

merasa marah sebagai respon terhadap perasaan cemas yang dianggapnya sebagai ancaman ( Stuart & Sundden, 1998).

Pasien kanker dalam situasi tertentu membutuhkan mekanisme pertahanan (coping mechanism) untuk melawan atau menahan perasaan cemas, takut ataupun stres yang menghantuinya (Triharini, 2009). Mekanisme pertahanan diri bisa

datang dari luar dirinya, misalnya; pasangan hidup, keluarga terdekat, dokter, perawat atau ahli agama. Namun menurut Stuart & Sundeen (1998), mekanisme

yang paling baik justru berasal dari diri pasien. Pasienlah yang mampu mengelola perasaannya, akan tetapi dukungan dari luar dirinya tetap diperlukan untuk memperoleh keseimbangan psikologis. Pasien kanker yang berobat di rumah sakit

membutuhkan metode perawatan dan pengobatan yang lebih khusus dibandingkan pasien lainnya. Pendekatan yang baik dan terapeutik dari dokter dan perawat akan memperkuat koping pasien. Koping dibutuhkan pasien sebagai upaya menghadapi

ancaman fisik dan psikososial. Dalam penelitian Lutfa (2008) dengan judul “ Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien dalam Tindakan

(13)

mempengaruhi kecemasan adalah usia, pendidikan, pengalaman, dan tingkat

adaptasi. Namun setelah dilakukan penelitian, faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan adalah faktor tingkat adaptasi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUP H.Adam Malik Medan,didapatkan data dari buku registrasi kunjungan harian

rekam medik di RSUP H.Adam Malik Medan Ruang Rindu B1 Onkologi Obgyn

dan Poliklinik Obgyn sub Divisi Onkologi bahwa jumlah pasien yang dirawat dan berkunjung pada tahun 2010 berjumlah 424 pasien Sedangkan dari bulan Januari sampai September pada tahun 2011 pasien kanker serviks berjumlah 210 pasien .

Berdasarkan hal dan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

gambaran faktor internal dan eksternal pada pasien kanker serviks di RSUP H.Adam Malik Medan.

2. Tujuan Penelitian

Menggambarkan faktor internal dan eksternal pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Manfaat Penelitian

3.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Untuk menambah wawasan dan sebagai bahan referensi dalam bidang keperawatan khususnya tentang faktor internal dan eksternal pada pasien kanker

(14)

3.2 Bagi Perawat

Menjadi masukan bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan

yang profesional kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

3.3 Bagi Rumah Sakit

Memberikan masukan bagi pihak rumah sakit untuk meningkatkan kualitas perawatnya dalam meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kanker Serviks

1.1 Definisi

Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran jaringan secara abnormal. Sedangkan serviks merupakan bagian ujung bawah rahim yang berkembang secara bertahap,tetapi progresif.Kanker

serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel serviks normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel serviks yang

abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor jinak atau ganas (Rasjidi,2007).

Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang

disebut displasia (Diananda,2009). Menurut Khalimi (2008) kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada lapisan endometrium (serviks uterus), yaitu suatu

daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).

1.2 Etiologi Kanker Serviks

Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel serviks yang mengalami mutasi genetik sehingga mengubah perilakunya. Sel yang bermutasi

(16)

tidak dapat diperbaiki akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker ini

(Edianto,2006).

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). Dikatakan, para wanita dengan HPV tinggi, paling sedikit 30

kali lebih cenderung berisiko mengidap penyakit kanker serviks dibandingkan dengan wanita dengan HPV yang negatif (Diananda,2009). Lebih 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks

berhubungan dengan HPV tipe 16. Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual. Dari banyak tipe HPV, tipe 16 dan 18 mempunyai peranan

yang penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengode pembentukan protein-protein yang penting dalam replikasi virus (Edianto,2006). HPV adalah DNA virus yang menimbulkan profilerasi pada permukaan epidermal dan mukosa

(Rasjidi,2007).

1.3 Tanda dan Gejala Kanker Serviks

Secara umum kanker serviks tidak menimbulkan gejala,walaupun telah terjadi invasi sel tumor ke dalam stroma. Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang agak banyak dan kadang -kadang dengan

bercak perdarahan. Umumnya tanda yang sangat minimal ini sering diabaikan oleh penderita (Edianto,2006).

Menurut Dalimartha (2004), tanda dan gejala kanker serviks yaitu

keputihan (makin lama makin berbau busuk), perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan abnormal dan terjadi secara spontan

(17)

berat badan yang semakin menurun, pada fase invasif dapat keluar cairan

berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah, anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul, terjadi perdarahan pervagina walaupun telah memasuki menopouse, timbul nyeri panggul (pelvis)

atau di bagian perut bawah bila ada radang panggul atau apabila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah maka kemungkinan terjadi hidronefrosis.

1.4 Patologi Kanker Serviks

Menurut Rasjidi (2007) secara histopatologi kanker serviks terdiri dari berbagai jenis. Dua bentuk yang sering dijumpai adalah karsinoma sel skuamosa

dan adenokarsinoma. Sekitar 85% merupakan karsinoma, serviks jenis skuamosa (epidermoid), 10% jenis adenokarsinoma dan 5% adalah jenis adenoskuamosa, clear cell, small cell, dan verucous. Pendapat yang sama dikemukakan oleh

Edianto (2006) bahwa sekitar 85-90% kanker serviks berjenis karsinoma sel skuamosa, selebihnya dari jenis histologi lain. Berdasarkan histologi kanker

serviks dibagi berdasarkan asal selnya menjadi: (1).Dari sel epitel, terdiri dari; sel besar tanpa pertandukan, sel besar dengan pertandukan, sel kecil, karsinoma verukosa, adenoma malignum, musinosum, papillaris, endometroid, sel jernih,

(18)

1.5 Stadium Kanker Serviks

Setelah diagnosis, kanker serviks ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi, dilanjutkan dengan penentuan stadium. Stadium kanker serviks ditentukan melalui pemeriksaan klinik dan sebaiknya pemeriksaan dilakukan di bawah pengaruh anestesia umum. Stadium tidak

dipengaruhi adanya penyebaran penyakit yang ditemui setelah tindakan bedah

atau setelah diberikan tindakan terapi. Penentuan stadium ini harus mempunyai hubungan dengan kondisi klinis, didukung oleh bukti-bukti klinis dan sederhana (Edianto,2006).

Penentuan stadium kanker serviks menurut FIGO masih berdasarkan pada

pemeriksaan klinis praoperatif ditambah dengan foto toraks serta sistoskopi dan rektoskopi. Penggunaan alat bantu diagnostik seperti CT-Scan, MRI, ataupun PET

tidak dijadikan standar karena sebagian kasus berada di negara berkembang dengan fasilitas peralatan kesehatan yang masih minim. Temuan dengan

pemeriksaan CT-Scan, MRI atau PET tidak mengubah stadium tetapi dapat digunakan sebagai informasi untuk rencana terapi yang akan dilakukan (Rasjidi,2007).

Tabel 1.5 Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO 2000

Stadium FIGO Patologi

Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intra epitelial

(19)

ke korpus uteri diabaikan)

Stadium Ia Invasi ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara

langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm

dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3

mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari Ia

Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm

Stadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm

Stadium II Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium Iia Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan

parametrium

(20)

Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan

hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain

Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi

parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal

Stadium IV Perluasan ke organ reproduktif

Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum

Stadium IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga

panggul

1.6 Diagnosis Kanker Serviks

Menurut Edianto (2006), Diagnosis kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Pap smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka

(21)

wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18

tahun,sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan stadium dari kanker serviks: (a). Normal, (b). Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas),

(c). Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas), (d). Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), dan (e). Karsinoma invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang

lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya). 2. Pemeriksaan Biopsi

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Papsmear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.

3. Pemeriksaan Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar). 4. Pemeriksaan dengan Tes Schiller

Serviks diolesi dengan larutan yodium,sel yang sehat warnanya akan

berubah menjadi coklat,sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi

putih atau kuning.Untuk membantu menentukan stadium kanker,dilakukan beberapa pemeriksaan seperti: (1). Sistoskopi, (2). Rontgen dada, (3). Urografi intravena, (4). Sigmoidoskopi, (5). Scanning tulang dan hati dan

(6). Barium enema.

1.7 Faktor Resiko yang Dapat Menyebabkan Kanker Serviks

Berdasarkan data epidemiologik dapat dikatakan bahwa kanker serviks

(22)

faktor yang diperkirakan berhubungan dengan kanker serviks, diantaranya adalah

aktivitas seksual yang terlalu muda (kurang dari 16 tahun), wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi dan sering berganti-ganti pasangan, kebersihan genitalia buruk, wanita yang merokok, riwayat penyakit kelamin seperti herpes

dan kutil genitalia, resiko tinggi wanita dengan banyak anak dengan jarak persalinan yang dekat, defisiensi zat gizi dan trauma kronis pada serviks seperti persalinan dan infeksi serta iritasi menahun.

1.8 Pencegahan dalam Menghindari Kanker Serviks

Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor- faktor penyebab meliputi (Dalimartha, 2004):

1. Menghindari berbagai faktor resiko, yaitu hubungan seks pada usia muda,

pernikahan pada usia muda dan berganti-ganti pasangan seks.

2. Wanita usia diatas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu melakukan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter.

3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker serviks.

4. Dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat, seperti menjaga kebersihan alat

kelamin dan tidak merokok.

(23)

1.9 Pengobatan Kanker Serviks

Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan

ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Pengobatan kanker leher rahim antara lain (Diananda, 2009) :

1. Pembedahan

Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan

penderita.

2. Terapi penyinaran (radioterapi)

Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi

tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. 3. Kemoterapi

Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka dianjurkan

(24)

4. Terapi biologis

Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis tersebut dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

5. Terapi gen

Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara yaitu: (a).Mengganti gen yang rusak atau hilang, (b). Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab

terhada pembentukan sel kanker, (c). Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah dideteksi dan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh,

kemoterapi, maupun radioterapi, (d). Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh darah baru di jaringan kanker sehingga sel-sel kankernya mati.

2. Kecemasan 2.1 Definisi

Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi 2008). Kecemasan adalah respon individu

terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh setiap makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta

merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik (Suliswati,2005).

kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak

(25)

atas situasi yang dianggap berbahaya ( Trismiati, 2004). Kecemasan dapat

menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada individu bersangkutan namun kecemasan juga dapat menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut selalu di bawah bayang-bayang ansietas

yang terus berkepanjangan (Asmadi 2008 dikutip dari Corey 2005).

2.2 Penyebab Kecemasan

Penyebab seseorang merasa cemas yaitu yang berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian pencetus seseorang merasa cemas dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu (Asmadi, 2008): (1). Ancaman terhadap integritas diri meliputi ketidakmampuan

fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan kebutuhan dasarnya, dimana pada pasien kanker serviks yang sudah pada stadium

lanjut, aktivitas sehari- hari untuk memenuhi kebutuhan dasarnya berkurang karena gejala yang terjadi seperti anemia dan nyeri pada panggul. (2). Ancaman

terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/ peran diri, dan hubungan interpersonal.

Menurut Purba dkk (2010) Kecemasan dapat disebabkan oleh beberapa hal

seperti: adanya perasaan takut tidak diterima dalam suatu lingkungan tertentu, adanya pengalaman traumatis seperti trauma akan berpisah atau kehilangan serta

(26)

gangguan terhadap kebutuhan dasar, dan adanya ancaman terhadap konsep diri

seperti identitas diri, harga diri, dan perubahan peran. 2.3 Tanda dan Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan meliputi (Purba dkk, 2010):

1. Respons fisik, yang mungkin ditemukan antara lain: sering napas

pendek,nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/

konstipasi, gelisah, tremor, berkeringat, sakit kepala, dan susah tidur. 2. Respons kognitif seperti: lapangan persepsi menyempit, tidak mampu

menerima rangsangan luar, dan berfokus pada apa yang menjadi

perhatiannya.

3. Respons perilaku yaitu: gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dengan cepat, dan perasaan tidak aman.

4. Respon emosional yaitu: berbicara kasar, perasaan tidak tenang, dan mudah tersinggung.

2.4 Karakteristik dan Tingkatan Kecemasan

Menurut Asmadi (2008) Kemampuan individu untuk merespons terhadap suatu ancaman berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini berimplikasi

terhadap perbedaan tingkat kecemasan yang dialaminya. Respons individu terhadap kecemasan beragam dari cemas ringan sampai panik. Menurut Stuart dan

Sudden (1998) rentang respons kecemasan adalah sebagai berikut:

(27)

Setiap tingkatan memiliki karakteristik lahan persepsi yang berbeda

tergantung pada kemampuan individu dalam menerima informasi/pengetahuan mengenai kondisi yang ada dari dalam dirinya.

Tiap tingkatan kecemasan mempunyai karakteristik atau manifestasi yang

berbeda satu sama lain. Manifestasi kecemasan yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakannya. Menurut Asmadi (2008), tingkat dan

karakteristik kecemasan dibagi menjadi 4 tingkat yaitu:

1. Cemas ringan, respons fisiologis seperti: napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar. Respons kognitifnya berupa: mampu menerima rangsangan

yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan. Sedangkan respons perilaku dan emosi seperti: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada

tangan, dan suara kadang- kadang meninggi. Rentang Respons Kecemasan

Respons adaptif Respons Maladatif

(28)

2. Cemas sedang, respons fisiologis berupa: sering napas pendek, nadi ekstra

sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/ konstipasi, sakit kepala, sering berkemih dan mudah letih. Respons kognitifnya seperti: memusatkan perhatiannya pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain, lapangan persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima. Respons perilaku dan emosi meliputi: gerakan tersentak- sentak terlihat lebih tegang, bicara banyak dan

lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.

3. Cemas berat, respons fisiologisnya seperti: napas pendek, nadi dan

tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, serta tampak tegang. Respons kognitifnya meliputi: tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan, serta lapang persepsi

menyempit. Sedangkan respons perilaku dan emosinya berupa: perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu.

4. Panik, respons fisiologisnya meliputi: napas pendek, rasa tercekik dan

palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.

Respons kognitifnya berupa: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan mengalami situasi. Respons perilaku dan emosinya mencakup: agitasi,

(29)

2.5 Mekanisme Koping Kecemasan

Setiap ada stressor penyebab individu mengalami ansietas, maka secara

normal muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme

koping yang digunakan dapat mengatasi kecemasannya. Secara umum,

mekanisme koping terhadap kecemasan diklarifikasikan ke dalam dua kategori (Asmadi, 2008): (1) Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving Strategic), dimana strategi ini bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi masalah/

ancaman yang ada dengan mengkomunikasikan permasalahan yang dialami klien kepada perawat. Dalam hal ini perawat melakukan komunikasi terapeutik kepada klien untuk membicarakan kecemasan yang dialami oleh klien, sehingga perawat

dapat membantu klien untuk mengatasi kecemasannya. (2) Mekanisme pertahanan diri, merupakan mekanisme penyesuaian ego yaitu usaha untuk

melindungi diri dari perasaan yang tidak adekuat, disini perawat berperan untuk memberikan informasi- informasi penting kepada klien tentang penyakitnya, seperti ketika klien cemas/takut akan kematian karena penyakit kanker serviks

yang dideritanya, perawat dapat memberikan informasi kepada klien bahwa penyakitnya tersebut bisa disembuhkan dengan berbagai macam pengobatan seperti pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Dalam hal ini perawat harus

(30)

2.6Faktor- Faktor Kecemasan

Faktor- faktor kecemasan ada 2 yaitu: a) Faktor Predisposisi

1. Teori Psikoanalitik

Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu Id, Ego, dan Super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-

norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari Id dan Super ego.

Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi (Stuart, 2006).

2. Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti

kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya

individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat (Stuart,2006).

3. Teori Perilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari

(31)

bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut

yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya (Smeltzer & Bale, 2002).

b) Faktor Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal.

Menurut Smeltzer & Bale (2002), Faktor- faktor kecemasan pasien antara lain:

a. Faktor – faktor internal, yaitu; 1) Potensial Stresor

Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut

Lazarus & Folkman (2001) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan

sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Potensial stresor merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stresor psikososial

perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi. Dimana setiap orang memiliki stresor dan cara penanganan yang berbeda. Seseorang yang memiliki potensial stresor yang

(32)

permasalahannya. Namun sebaliknya jika ia memiliki potensial stresor

yang tidak baik maka kecemasannya cenderung meningkat (Smeltzer dan Bale, 2002).

2) Maturitas

Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.

3) Pendidikan dan status ekonomi

Pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan

menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional

dan menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah baru. 4) Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik, penyakit kronis, penyakit

keganasan akan mudah mengalami kelelahan fisik, sehingga akan lebih

mudah mengalami kecemasan. Pada pasien kanker serviks, gejala- gejala seperti nyeri akan mempengaruhi keadaan fisik pasien tersebut.

5) Tipe kepribadian

Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan menderita gangguan kecemasan, hal ini juga tergantung pada struktur atau tipe kepribadian seseorang. Orang yang berkepribadian A akan lebih

(33)

kepribadian B. Ciri-ciri orang yang berkepribadian A adalah : tidak sabar,

ambisius, menginginkan kesempurnaan, merasa terburu-buru waktu, mudah tersinggung, mudah gelisah. Sedang tipe B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas. Menurut Hipocrates (Purwanto

2006) bahwa tipe kepribadian dibagi menjadi 4 yaitu tipe choleris dengan ciri-ciri suka marah dan mudah tersinggung. Tipe melankolis mempunyai sifat rendah diri, cepat sedih, sering merasa putus asa. Tipe plegmatis

memiliki sifat lamban, apatis dan pasif. Sedangkan tipe sanguinis dengan ciri-ciri cekatan, periang dan aktif bekerja.

b. Faktor- faktor eksternal, antara lain: 1) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit.Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Menurut Gottlieb (1998) dalam Kuncoro (2002)

dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran,

bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang- orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal- hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau

berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada

(34)

keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita kanker serviks

mendukung dan memotivasi penderita agar tetap semangat dalam menghadapi kondisi penyakitnya. faktor

2) Dukungan sosial

Dukungan sosial memiliki peranan penting dalam mengatasi kecemasan. Seseorang yang memiliki komunitas atau kelompok dalam berinteraksi, mereka dapat berbagi permasalahan dan informasi yang

mereka hadapi. Dukungan sosial bahwa dirinya diperhatikan dan dicintai oleh orang lain, merasa dirinya dianggap atau dihargai, dan membuat

seseorang merasa bahwa dirinya bagian dari jaringan komunikasi oleh anggotanya (Friedman, 2000).

3) Akses informasi

Merupakan pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Infor masi adalah segala penjelasan yang didapatkan pasien sebelum menjalani pengobatan.

Pada pasien kanker serviks, informasi mengenai penyakitnya bisa di

(35)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

faktor internal dan eksternal pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan.

Skema 3.1 Kerangka penelitian gambaran faktor internal dan eksternal pada Pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan

Faktor internal:

- Potensial stresor - Maturitas - Pendidikan dan

Status ekonomi - Keadaan fisik - Tipe kepribadian

Faktor eksternal:

- Dukungan keluarga - Dukungan sosial - Akses informasi

(36)

3.2 Definisi Operasional

(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif. Dimana dalam penelitian ini peneliti hanya menggambarkan faktor kecemasan internal dan eksternal pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik

Medan.

2. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah pasien kanker serviks yang berada di ruang Poliklinik Obgyn sub Divisi Onkologi di RSUP H. Adam Malik Medan dimana

populasi diambil pada Januari sampai September 2011 berjumlah 210 pasien.

3. Sample Penelitian

Pengambilan sample dilakukan dengan teknik accidental sampling, yaitu

suatu teknik pengambilan sample berdasarkan jumlah sample yang ada pada saat pengambilan data (Arikunto, 2006). Dimana jumlah sample penelitian yang ada

pada saat pengambilan data yaitu 42 responden dengan berdasarkan kriteria pasien yang sudah terdiagnosa kanker serviks, dan bersedia menjadi responden penelitian.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

(38)

pendidikan dan rumah sakit rujukan pertama di Sumatera Utara yang memiliki

fasilitas memadai.Penelitian ini dilaksanakan pada April - Juni 2012. 5. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan

peneliti mendapat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU. Dalam penelitian ini ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan yaitu lembar persetujuan penelitian, kerahasiaan identitas responden dan kerahasiaan informasi.

Lembar persetujuan penelitian (Informed Consent) diberikan kepada responden, sebelumnya peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu. Kemudian

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian serta menjelaskan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Setelah itu peneliti menanyakan kesediaan responden untuk menjadi sampel dalam penelitian ini. Jika responden

bersedia maka responden diminta untuk menandatangani informed consent tersebut. Namun, jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak responden.

Berkaitan dengan kerahasiaan (Cofidentiality), untuk menjaga kerahasiaan

identitas responden maka peneliti tidak akan mencantumkan nama responden (Anonimyti) pada lembar pengumpulan data atau kuesioner. Lembar tersebut hanya akan diberi kode yang hanya diketahui oleh peneliti. Begitu juga dengan

(39)

6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 instrumen, yaitu : data demografi, faktor internal dan faktor eksternal.

Pada bagian awal kuesioner berisikan data demografi yang terdiri dari : Inisial responden, usia, status perkawinan, suku bangsa, agama,tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan pasien yang terdiagnosa kanker serviks.

Instrumen faktor internal terdiri 16 pernyataan dengan 5 sub variable yaitu: potensial stresor dari nomor 1 sampai 3, maturitas dari nomor 4 sampai 6,

pendidikan dan status ekonomi dari nomor 7 sampai 9, keadaan fisik dari nomor 10 sampai 12, tipe kepribadian terdiri dari nomor 13-16 .Faktor eksternal terdiri dari 9 pernyataan. Dengan 3 sub variable yaitu: dukungan keluarga terdiri dari

nomor 17 sampai 19, dukungan sosial terdiri dari nomor 20 sampai dan akses informasi terdiri dari nomor 23 sampai 25.

7. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi Pendidikan ( Fakultas Keperawatan USU).

2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian

(RSUP H. Adam Malik Medan).

(40)

4. Menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan proses

pengisian kuisioner.

5. Calon responden yang bersedia diminta untuk mentandatangani informed consent (surat persetujuan).

6. Responden diminta untuk mengisi kuiosioner yang diberikan oleh peneliti selama 20 menit. Selama pengisian kuisioner responden diberikan kesempatan untuk bertanya kepada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak

dipahami.

7.Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.

8. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang sahih atau valid, berarti memiliki validitas tinggi,

demikian pula sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih, apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Hasan, 2002). Uji validitas instrumen bertujuan untuk

mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur

(Notoatmodjo, 2005). Sebuah instrumen dikatakan valid, bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variebel yang diteliti. Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh

peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas. Uji validitas instrumen telah dilakukan oleh dosen ahli Keperawatan Jiwa Departemen Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 13

(41)

9. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau

keakuratan sebuah instrumen (Hasan, 2002). Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Kuesioner

penelitian ini akan diuji dengan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari pengukuran satu kali (Arikunto,2006). Uji reliabilitas

dilakukan terhadap 10 pasien kanker serviks yang bukan termasuk dalam sampel di Ruang Rindu B1 RSUP H. Adam Malik Medan, dimana uji reliabilitas dilakukan sebelum melakukan penelitian. Setelah dilakukan uji reliabilitas dengan

tes Cronbach Alpha, diperoleh 0,76 untuk kuesioner gambaran faktor kecemasan internal dan eksternal pada pasien kanker serviks. Hal ini dapat diterima untuk instrumen yang baru sesuai dengan pendapat Polit & Hungler (1995) bahwa suatu

instrumen yang baru akan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,70.

10. Analisis data

Menurut Arikunto (2006) Pengolahan data melalui beberapa tahap yaitu tahap editing yaitu tahap untuk mengecek kelengkapan data diantaranya

kelengkapan ketentuan identitas pengisi, kelengkapan lembar kuesioner, dan kelengkapan isian sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti. Tahap coding yaitu melakukan pemberian kode untuk

(42)

komputer dengan menggunakan teknik komputerisasi. Dan tahap tabulating yaitu

pengelompokan data sesuai dengan variable yang diteliti yaitu faktor kecemasan internal dan eksternal pada pasien kanker serviks.

Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univariat

(43)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian karakteristik demografi dan faktor internal dan eksternal pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik

Medan yang diperoleh melalui proses pengumpulan data terhadap 42 responden yang dilakukan sejak April sampai Juni 2012.

1.1.Karakteristik Demografi

Data demografi responden meliputi usia, status perkawinan, suku bangsa, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan pasien

terdiagnosa kanker serviks. Data demografi pasien kanker serviks dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Bulan Juni 2012 (n=42)

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia

20-35 Tahun 5 11,9%

36-50 Tahun 18 42,8%

51-65 Tahun 12 28,6%

>65 Tahun 7 16,7%

Status Perkawinan

Menikah 28 66,7%

(44)
(45)

Hasil data yang diperoleh (tabel 5.1.1) menunjukkan bahwa mayoritas

pasien 42,8% berusia 36-50 tahun, status perkawinannya menikah 66,7%, suku terbanyak adalah suku Batak 33,4%, mayoritas responden beragama Islam 47,6%, tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SMA/sederajat 28,6%,

mayoritas pekerjaan terbanyak adalah Wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu 28,6%, dan penghasilan keluarga per bulan tertinggi berada dalam rentang Rp.800.000-Rp.1.500.000 45,2% serta semua pasien terdiagnosa kanker serviks.

1.2 Faktor- Faktor Internal dan Eksternal pada Pasien Kanker Serviks Faktor internal yang meliputi potensial stresor, maturitas, pendidikan dan

status ekonomi, keadaan fisik dan tipe kepribadian. Faktor eksternal yang meliputi dukungan keluarga, dukungan sosial dan akses informasi.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Faktor Internal dan Eksternal pada Pasien Kanker

Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara faktor internal yang dialami pasien dan yang tidak dialami pasien dengan

(46)

2. Pembahasan

Menurut Smeltzer dan Bale (2002) menyatakan bahwa faktor internal merupakan faktor- faktor yang berasal dari dalam dirinya yang membuat pasien merasa cemas akan kondisi penyakitnya yang meliputi faktor potensial stresor,

maturitas, pendidikan dan status ekonomi, keadaan fisik serta tipe kepribadian. Berdasarkan hasil penelitian bahwa faktor internal yang dialami pasien dan yang tidak dialami pasien masing- masing sebesar 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan antara faktor internal yang dialami pasien dengan yang tidak dialami pasien.

Berdasarkan hasil analisis kuesioner menunjukkan bahwa hampir tidak ada perbedaan antara pasien yang mengalami perdarahan dengan tenang 40,5% dan pasien yang mengalami perdarahan dengan tidak tenang 59,5%,tidak ada

perbedaan antara pasien yang menerima penyakitnya dengan ikhlas 50% dengan pasien yang tidak menerima penyakitnya dengan ikhlas. Menurut Lazarus & Folkman (2001) bahwa tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan

sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi

kemampuan individu untuk mengatasinya merupakan faktor internal dari potensial stresor. Potensial stresor merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stresor psikososial perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga

orang itu terpaksa mengadakan adaptasi. Dimana setiap orang memiliki stresor dan cara penanganan yang berbeda.

Hal ini sejalan dengan wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan Juni

(47)

selalu menghadapi penyakitnya dengan tenang dan ikhlas 42% dan pasien yang

selalu menghadapi penyakitnya dengan tidak ikhlas dan tenang 58%.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa hampir tidak ada perbedaan antara faktor ekstenal yang dialami pasien kanker serviks 47,6% dan faktor eksternal

yang tidak dialami 52,4%. Pasien kanker serviks.

Berdasarkan hasil analisis pada item kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas pasien mendapatkan dukungan dari keluarga selama pasien menghadapi

kondisi penyakitnya dan mayoritas peerawat sering memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya. Hal ini sejalan dengan Asad (2000) bahwa faktor

eksternal (dukungan dari pihak keluarga, teman dan informasi yang didapatkan dari pihak kesehatan) merupakan faktor penting dalam menentukan apakah individu tersebut sering mengalami faktor eksternal tersebut. Sejalan dengan Friedman

(2008) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan hal penting dalam menurunkan kecemasan individu. Hasil penelitian Wina (2006) menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat menurunkan kecemasan pada pasien kanker serviks.

Menurut Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada

memberikan kenyamanan pada orang lain, merawat dan menghargainya. Sejalan dengan Smeltzer dan Bale (2002) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama akan berisi rangkuman hasil

penelitian yang berdasarkan analisa. Pada bagian akhir akan dikemukakan

saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama.

6.1Kesimpulan

Data demografi menunjukkan bahwa mayoritas pasien berusia 36-50 tahun, status perkawinannya yaitu menikah, suku terbanyak adalah suku Batak, mayoritas responden beragama Islam, tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA/

Sederajat, mayoritas pekerjaan terbanyak adalah Wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga (IRT), penghasilan keluarga perbulan mayoritas berada pada rentang Rp.

800.000-Rp.1.500.000 serta semua pasien terdiagnosa kanker serviks.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara faktor internal yang dialami pasien kanker serviks dan faktor internal yang tidak dialami

(49)

6.2Saran

6.2.1 Untuk Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan jiwa perlu diberikan materi khusus tentang kecemasan pada pasien kanker serviks dan

faktor-faktornya. Perawat dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan pada pasien kanker serviks dan keluarga tentang kecemasan tersebut. Sehingga dapat menurunkan kecemasan pada pasien kanker serviks.

6.2.2 Untuk Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan kecemasan pada pasien

kanker serviks, disarankan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kecemasan pasien kanker serviks.

6.2.3 Untuk Pihak Rumah Sakit

Memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang profesional dimana perawat memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada pasien

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi 5. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep & Aplikasi Kebutuhan DasarKlien. Jakarta : Salemba Medika.

Azis (2006). Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi Pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Dalimartha S (2004). Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Penebar Swadaya.

Damaiyanti (2008). Komunikasi terapeutik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Diananda R. (2009). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Jogjakarta: Kata Hati. Diestika Y. (2010). Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Kanker Serviks di RSU Soetomo Surabaya. Diakses pada tanggal 24 Juli 2012, dikutip dari: http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. (2009). Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2009. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2011. Dikutip dar

Depkes (2008). Petunjuk Pelaksanaan Indikator Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta.

Edianto (2006). Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Gerungan W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama

Ginting H. (2012). Pengaruh Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Serviks di RS Kanker Dharmais Jakarta. Diakes pada tanggal: 24 Juli 2012, dikutp dari:

(51)

dikutip dar

Hasan (2007)..Faktor- faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien kanker serviks di RS Kanker Dharmais Jakarta. Diakses pada tanggal 24 Juli 2012. Dikutip dari :

Herman (2010). Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Serviks di RSUI Kustati Surakarta. Diakses pada tanggal 16 Juli 2012, dikutip dari:

Indriatmi (2005). Tingkat Kecemasan Wanita dengan Kanker Serviks di RSU Kariadi Semarang. Diakses pada tanggal 18 Juli 2012, dikutip dari:

Juliane dan Taufik M. (2006). Komunikasi Terapeutik dan konseling dalam praktek kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Khalimi. (2008). Perilaku Seksual Pasca Diagnosa kanker Leher Rahim dan Payudara. Diakses pada tanggal 22 november 2011, dikutip dari:

Mangan Y. (2003). Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Depok: PT Agromedia Pustaka.

Melva. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2011, Dikutip dari:

Mubarak, dkk. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Salemba Medika.

Nurjannah, I. (2001). Hubungan Terapeutik Perawat dan Klien, Kualitas Pribadi sebagai Sarana. Yogyakarta : Bagian Penerbitan PSIK, Fakultas Kedokteran UGM.

(52)

Rahmah (2012). Hubungan Adaptasi dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Serviks diRSU Dr. Wirosaban Yogyakarta. Diakses pada tanggal 18 Juli 2012, dikutip dari:

Rasjidi I. (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta : EGC. Purwanto H. (2001). Pengantar Perilaku Manusia (Untuk Keperawatan). Jakarta:

EGC

Santi (2009). Gambaran Fisik dan Psikologis Klien dengan Kanker Serviks di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Diakses pada tanggal 21 Juli 2012, dikutip dari: http:// ums respiratory.co.id/pdf

Sawitri E. (2008). Pengaruh pemberian informasi pra bedah terhadap tingkat kecemasan pasien pra bedah mayor di bangsal Orthopedi RSUI. Kustati Surakarta. Diakses pada tanggal 25 oktober 2011 dikutip dari:

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawati S. dan Dermawan A.C. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Suliswati dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Cetakan 1. Jakarta : EGC.

Smeltzer S.C. dan Bale (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 9). Jakarta : EGC

Suryani. (2006). Komunikasi Terapeutik, Teori dan Praktek. Jakarta : EGC.

Tama R.(2009). Tingkat Kecemasan pada Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan. Diakses pada tanggal 15 Juli 2012, dikutip dari:

Triharini,M. (2009). Hubungan pelaksanaan paket edukasi dengan keluhan fisik dan psikologis pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSU Dr. Soetomo Surabaya. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2011 dikutip dar

(53)

Widhiastuti (2008). Hubungan Tipe Kepribadian dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Serviks di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Diakses pada tanggal 20 Juli 2012, dikutip dari: http:// usm respiratory.ac.id/pdf.

Wina R. (2006). Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan di RSU.Moewardi Surakarta. Diakses pada tanggal 19 Juli 2012, dikutip dari: http:// ums respiratory.co.id/pdf

World Health Organization. (2008) Prevelance of Cancer Cervix. Diakses pada

Tanggal 3 Oktober 2011 dikutip dari:

Yani (2007). Pengalaman Hidup Pasien Kanker Serviks di Bandung. Diakses

(54)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Faktor- Faktor Kecemasan Pada Pasien Kanker Serviks

Di RSUP H. Adam Malik Medan

Oleh:

Melisa Utari Tanjung

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan USU Medan, yang sedang

melakukan penelitian dengan judul Faktor- Faktor Kecemasan pada Pasien Kanker Serviks Di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor kecemasan pada pasien kanker serviks yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini. Partisipasi saudara bersifat sukarela. Saudara berhak untuk menolak menjadi responden tanpa sanksi apapun. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun pendapat yang saudara berikan, dan informasi yang di dapat hanya akan digunakan untuk penelitian tersebut, tidak akan digunakan untuk maksud lain.

Jika saudara bersedia menjadi responden pada penelitian ini, silahkan menanda

tangani kolom di bawah ini. Terima kasih.

Medan, Mei 2012

Peneliti Responden

(55)

Kode Responden : Instrumen Penelitian

Faktor- faktor kecemasan pada pasien kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan.

1. Kuesioner data demografi Petunjuk pengisian:

a. Saudara diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang tersedia dilembar kuesioner.

b. Tuliskan tanda check list ( √ ) pada kotak untuk pilihan jawaban yang menurut saudara benar.

(56)

2. Kuesioner Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Tuliskan tanda check list ( √ ) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban yang tepat menurut saudara.

Keterangan : TP = Tidak Pernah

J = Jarang SR = Sering SL = Selalu

No. Pertanyaan TP J SR SL

1. Pada saat saya mengalami perdarahan, saya menghadapinya dengan tenang.

2. Saya menerima penyakit saya dengan ikhlas.

3. Saya bersemangat untuk sembuh.

4. Saya mudah beradaptasi dengan penyakit yang saya alami.

5. Saya berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan bersikap terbuka.

6. Setiap kali saya mengingat penyakit saya, saya menerima hal tersebut dengan sabar. 7. Saya mudah mencari jalan keluar dalam

memenuhi biaya pengobatan saya.

8. Saya memiliki biaya pengobatan yang cukup.

9. Saya selalu berpikir positif.

10. Saya merasa tenang dan jantung saya normal pada saat mengalami gejala pada penyakit saya.

11. Pada saat menjalani pengobatan, saya menjalaninya dengan tenang dan sabar. 12. Pada saat saya mengalami nyeri, saya

masih dapat berkonsentrasi.

13. Saya berlapang dada setiap kali ada yang membicarakan penyakit saya.

14. Saya sabar dalam menghadapi kondisi penyakit saya.

(57)

16. Saya bersikap tenang saat pertama kali terdiagnosa penyakit ini.

17. Anggota keluarga sering memberikan informasi tentang penyakit saya.

18. Keluarga sering datang menjenguk saya 19. Keluarga memberikan semangat agar saya

tetap menjalani pengobatan.

20. Saya beranggapan positif terhadap masukan dari teman- teman saya.

21. Ketika saya sedih kerabat dan tetangga sekitar menghibur saya.

22. Pada saat berkumpul di kelompok saya, saya berinteraksi seperti biasanya.

23. Perawat sering memberikan informasi tentang penyakit saya.

24. Perawat terbuka dalam menyampaikan tentang penyakit saya.

(58)

Reliability Statistics

(59)

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Item Item Means 3.540 2.400 3.900 1.500 1.625 .130 25

15 3.90 .316 10

16 3.50 .527 10

17 3.60 .516 10

18 3.50 .527 10

19 3.70 .483 10

20 3.60 .516 10

21 3.70 .483 10

22 3.50 .527 10

23 3.90 .316 10

24 3.90 .316 10

(60)

Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden

Usia

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-35 tahun 5 11.9 11.9 11.9

36-50 tahun 19 45.2 45.2 57.1

51-65 tahun 11 26.2 26.2 83.3

> 65 tahun 7 16.7 16.7 100.0

Total 42 100.0 100.0

Statistics Statistics Usia

N Valid 42

Missing 0

Mean 2.48

Median 2.00

Std. Deviation .917

Minimum 1

(61)

Status Perkawinan

N Valid 42

Missing 0

Mean 1.33

Median 1.00

Std. Deviation .477

Minimum 1

Std. Deviation 1.485

(62)

Minang 5 11.9 11.9 83.3

Std. Deviation 1.103

Minimum 1 Tingkat Pendidikan

N Valid 42

(63)

Mean 3.62

Median 4.00

Std. Deviation 1.481

Minimum 1

Std. Deviation 1.626

Minimum 1

(64)

Pekerjaan

Std. Deviation .745

Minimum 1

(65)

Terdiagnosa Ca Cerviks

Distribusi Frekuensi dan Persentase Uraian Jawaban Responden Tentang Pernyataan Faktor- Faktor Kecemasan

Faktor Potensial Stresor

Std. Deviation .000

Minimum 1

(66)
(67)

Lampiran 7

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Melisa Utari Tanjung

Nim : 081101032

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/20 November 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

(68)

Riwayat Pendidikan :

1. 1996 – 2001 : SD Muhammadiyah 02 Medan

3. 2001 – 2004 : SMP N 37 Medan

4. 2004 – 2007 : SMA Swasta Prayatna Medan

Gambar

Tabel 2.1    Stadium Kanker Serviks.............................................................
Tabel 1.5 Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO 2000
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Pasien Kanker Serviks di RSUP
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Faktor Internal dan Eksternal pada Pasien Kanker

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, kondisi lingkungan rumah yang berperan dalam terjadinya reaksi terhadap infeksi dan atau sakit adalah kelembaban dan jumlah penghuni, sedangkan kedekatan

Selanjutnya jika sudut pandang yang dipakai adalah pandangan manusia adalah makhluk yang harus bejuang, maka tasawuf dapa didefnisikan sebagai upaya memperidah diri

[r]

Based on these results, we altered our balloon rigging in the following way: within 1 m of the electric field meter or particle charge sensor, waxed nylon line is used; farther

Sepanjang tahun 2013, Bank Kalteng telah berupaya menjaga kepatuhan terhadap PBI dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, standar-standar kepatuhan lainnya

PROBABILISTIC RECONSTRUCTION OF ORTHODOX CHURCHES FROM PRECISION POINT CLOUDS USING BAYESIAN NETWORKS AND CELLULAR AUTOMATAM. Luhmann

Arsitektur eropa pada abad itu bersifat Ekletik dengan banyak bangunan elitnya yang terjebak dalam gaya dari masa lalu atau disebut Neo-Klasikisme.. Arsitektur pada era

Perbaikan saluran irigasi Dukuh Tanjungarum Desa Glagahw angi Kecamat an Polanharjo (Eks.