• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber: Monografi desa Raya tahun 2011

4.2 Profil Informan (Buruh Tani)

1. Nama : Srijumiati (istri)

Slamat Sumarni( suami)

Usia : 44Tahun

43 tahun

Pekerjaan : Buruh tani

Agama : Islam

Slamat sumarni adalah suku Jawa yang berasal dari Magelang( Jawa Tengah) dan istri

berasal dari daerah Lima puluh Tebing Tinggi. Mereka merantau ke daerah Kabupaten Karo

kerena kehidupan lebih layak dan penduduknya tidak padat dibandingkan dengan daerah lain

dan lebih nyaman tinggal di daerah kabupaten Karo dari pada Magelang karena di Magelang

pekerjaan susah dicari sedangkan di Kabupaten Karo kalau mau bekerja ya pasti makan.

Awal kedatangan Slamat sumarni sampai ke kabupaten Karo karena dulu pada tahun 1987

dia diajak oleh pak de nya yang sudah duluan tinggal di Kabanjahe dan sampai di Kabupaten

sampai ke kabupaten Karo tinggal di Srinembah daerah Tigabinanga. Ia bekerja sebagai

buruh tani(aron) sampai sekarang.

Baru tahun 1993 mereka menikah, pertama kali menikah mereka tinggal di daerah

Sumbul, selama 13 tahun mereka tinggal di Sumbul menyewa rumah kontrakan yang

berukuran kecil terdiri dari satu kamar mandi, satu kamar tidur, dapur dan ruangan yang

sempit. Setelah 13 tahun tinggal di Sumbul mereka pindah ke Desa Raya karena mereka

merasa tidak nyaman klagi tingal di desa Sumbul tersebut dan mereka putuskan untuk

menyewa rumah kontrakan lagi di daerah PU/ Raya. Menyewa rumah yang berukuran sama

dengan rumah sebelumnya, lalu istri nya tetap bekerja sebgai buruh tani sementara suami nya

tetap bekerja sebagai supir di pabrik limun sekalian bekerja sebagai petani yang mengurusi

ladang, dimana ladang ini diberikan secara Cuma-Cuma oleh bos pemilik pabrik limun untuk

ditanami walaupun tanahnya tidak berukuran luas yaitu 40 x 50 meter. Tetapi mereka bisa

menanam tanaman seperti wortel, kentang, kol, brokoli. Hasilnya lah ditabung selama 4 tahun

sehingga mereka dapat membangun rumah di desa Raya ini di dusun 4 walaupun pada

awalnya mereka meminjam ke Credit Union(CU) untuk membangun rumah ini. Rumah ini

dibangun secara mencicil dulu hanya atap seng, lalu diasbes, dulu berlantai semen sekarang

sudah berlantai keramik. Sementara gaji suaminya cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-han juga kebutusehari-han anak sekolah.

Dulunya mereka ditawari tapak tanah di sekitar desa ini sehinga ada rejeki langsung

mereka beli dan dibangun. Sehingga mereka sekarang sudah sah menjadi warga Desa Raya

sehingga segala urusan seperti kartu keluarga dibuat di Desa Raya ini. Mereka sudah 11

tahun tinggal di desa Raya ini tapi selama 7 tahun mengontrak rumah dan sudah 4 tahun

Sementara alasan istri nya tetap memilih pekerjaan sebagai buruh tani di desa ini

sementara banyak desa lain yang merupakan daerah pertanian karena di desa ini tempat

kerjanya lebih enak dan jenis tanaman yang ditanam juga lebih mudah dan masyarakatnya

lebih mudah untuk berintraksi dibandingkan dengan daerah lain seperti daerah Gurusinga,

peceren, Bertah dan kebetulan keluarga juga bekerja di sini dan nenek mereka juga tinggal di

dusun 4 dan sanak- saudara yang lain juga tinggal berdekatan dengan bapak ini.. Pekerjaan

lain yang mereka kerjakan adalah suami tetap bekerja di pabrik limun sementara istri selain

sebagai aron tetap juga bekerja sebagai petani dan menanam tanaman yang tidak berumur

panjang. Istri nya tetap memilih bekerja sebagai aron karena bakatnya hanya bisa keladang,

sementara pendidikan tidak ada hanya tamatan SD.

Bapak Slamat Sumarni ini mempunyai 3 orang anak laki-laki dan satu keponakan

laki-laki yang menjadi tanggungan nya. Anak yang pertama tamatan SMK dan sekarang telah

bekerja di hotel Mickey holiday dan anaknya sendiri tidank ingin melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi lagi. Anak yang ke dua itu kelas 3 SMP sementara yang paling kecil

kelas 2 SD. Keponakan yang menjadi tanggungan nya ini juga tamatan SMA dan sekarang

telah bekerja di pabrik roti di sekitar daerah Sumbul.

Ibu Srijumiati hanya bekerjja sebagai Aron saja. Ia tidak ingin mengerjakan ladang

kerjasama padahal ia seringkali ditawari oleh majikan tempat nya bekerja. Alasan ibu ini

tidak mau menanam tanaman kongsi karena waktu nya tidak mencukupi, ia harus bekerja

sebagai aron dan juga sebagai rumah tangga, lalu mengurusi ladang yang diberikan gratis

oleh bos tempat suaminya bekerja. Jadi ibu ini tidak bisa mengatur waktu antara sebagai aron,

ibu rumah tangga dan juga mengerjai ladang. Hasil dari ladang yang dikerjakan ibu ini lah

sebagai tambahan penghasilan keluarga ini. Kalau gaji aron sehari-hari ditambah lagi gaji

suami cukup untuk memenuhi kebutuhan anak sekolah sementara uang untuk beyar cicilan

ditabung sedikit demi sedikit. Bapak ini juga menjelaskan bahwa ia dan keluarga tidak terlalu

memaksakan diri harus mempunyai harta yang banyak hanya saja mereka berkemauan kalau

mereka juga ingin mempunyai ladang untuk dimasa tua nantinya. Ibu Srijumiati ini sendiri

tidak ingin bekerja sebagai buruh tani sampai tua itulah sebab nya ia berkeinginan

mempunyai ladang.

Bapak Slamat juga menjelaskan bahwa suku Jawa ia sendiri tidak begitu diajarkan

untuk bekerja keras. Ia juga mengatakan istilah di suku Jawa yaitu mangan ora mangan seng

penting kumpul, mungkin itu di pulau Jawa masi berlaku tetapi bagi bapak Slamat dan istri

itu tidak berlaku lagi. Karena mereka tinggal di daerah perantauan jika mereka ngumpul

selalu pasti tidak makan, jadi mereka jarang sekali untuk ngumpul-ngumpul dan setiap

harinya mereka bekerja sekalipun hari minggu. Di suku Jawa terkhusus nya di agama islam

bahwa sebenarnya istri itu kerjanya mengurusi rumah dan anak sementara suami yang bekerja

tetapi setelah merantau ke desa Raya ini bapak ini mengatakan bahwa ia juga harus mengikuti

irama dan situasi yang ada di tempat tinggalnya. Dimana istrinya juga ikut bekerja sebagai

aron untuk menopang perekonomian rumah tangga dan saling bekerja sama dengan suami

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dimana bapak ini melihat lingkungan sekitar tempat

tinggal nya dimana rata-rata suku karo yang dimana istinya juga ikut bekerja bahkan si istri

lebih gigih bekerja dari pada suami jadi bagi ibu Srijumiati tidak ada gunanya ngumpul saja

kalu tidak menghasilkan uang.

Pandangan keluarga ini terhadap suku karo yaitu baik dan mereka menjadikan suku

Karo sebagai motivasi dimana suku Karo punya rumah dan keluarga ini juga ingin punya

rumah dan mereka tetap ingin tinggal di desa ini. Bapak Slamat sendiri mengaku tidak punya

keingginan kembali ke Magelang karena disana mencari pekerjaan susah, dan di sana mereka

tidak mempunyai rumah kalau di desa Raya mereka sudah mempunyai rumah dan jika mau

Keluarga ini juga mengaku sudah bisa menabung dan sekarang mereka ingin

menabung lagi untuk membeli ladang untuk modak di hari tua. Keluarga ini juga merasa

sangat nyaman tinggal di desa ini karena mencari pekerjaan sangat lah mudah, masyarakat

aslinya bisa diajak untuk bekerjasama dan tidak susah untuk bergaul. Ditambah lagi banyak

keleuarga bapak Slamat yang tinggal di dusun 4 sehingga mereka merasa sudah seperti di

kampung sendiri. Dan jika dilihat sekarang status sosial ekonomi keluarga ini sudah sangat

jauh meningkat dan mapan. Dan alasan isrinya tetap sebagai buruh tani karena uang yang

didapat sebagai aron itu sangat membantu untuk kebutuhan sehari-hari.

2.Nama : Mulyono( Suami)

: Afni ( Istri)

Usia : Suami 45 tahun

Istri 38 tahun

Pekerjaan : Buruh tani

Agama : Islam

Mulyono dan Afni adalah buruh tani yang berasal dari Jawa Timur tetapi orang tua mereka

sudah lama merantau ke daerah Tanjung Pura dan ibu Afni sendiri berasal dari daerah Binjai.

Alasan mereka merantau ke daerah Kabupaten karo karena bapak Mulyono hanya bisa kerja

sebagai buruh tani dan cuaca nya tidak terlalu panas sementara bapak Mulyono sendiri tidak

terlalu menyukai bekerja di perkebunan selain itu juga di daerah kebun hawanya panas.

Awal kedatangan pak Mulyono dan Istrinya ke kabupaten Karo yaitu karena ada ajakan dari

lalu setelah itu pindah ke daerah Lau Kawar. Yang menawarkan mereka bekerja sebagai

buruh tani di daerah Lau Kawar ini adalah saudara yang lebih dulu bekerja di Lau Kawar

. Selama 5 tahun mereka bekerja di Lau Kawar tetapi karna lama-kelamaan mereka

mereka merasa tidak cocok tinggal lagi disana karena sudah banyak nya buruh tani dari suku

lain seperti suku Batak, Nias, dan Melayu sehingga sudah sedikit lapangan pekerjaan atau

ladang yang ingin dikerjakan. Sehingga diputuskan untuk merantau ke daerah desa Raya.

Yang menawarkan mereke bekerja di Desa Raya adalah bapak Mulyanto Ketaren(Sekretaris

Desa Raya). Pak mulyono bekerja tetap dengan bapak Mulyanto tersebut sementara istrinya

ibu Afni lebih memilih sebagai buruh tukang cuci. Jadi suaminya menjadi Aron dan istri nya

menjadi tukang cuci rumah tangga kerena ia tidak sanggup untuk bekerja terlalu capek ke

ladang. Mereka tinggal di desa raya ini sudah 7 tahun dan pak Multono memilih tinggal dan

bekerja di desa ini dari pada desa lain yang merupakan daerah pertanian karena di desa ini

banyak suku Jawa yang bekerja sama dengan dia dan juga di daerah ini selalu banyak

membutuhkan aron karena di desa ini rata-rata ladanganya luas dan petani juga

mempekerjakan buruh tani tersebut tidak terlalu berat karena pada saat ini petani di desa ini

sudah banyak yang menanam kopi, bunga krisan sehingga tidak perlu terlalu capek untuk

bekerja.

Pendidikan terakhir pak Mulyono adalah SMP dan istrinya bi Afni juga sama

Pendidikan nya yaitu tamatan SMP. Mereka mempunyai 4 orang anak, 2 laki-laki dan 2

perempuan. Anak yang pertama perempuan yang berumur 17 tahun dan sekarang ia kelas 3

SMA, anak yang kedua juga perempuan umur nya 14 tahun dan sekarang ia ia kelas 3 SMP,

anak yang ketiga adalah laki-laki umurnya 11 dan sekarang ia kelas 5 SD sementara anak nya

yang ke 4 adalah laki-laki umurnya 7 tahun dan sekarang ia kelas 2 SD. Anak-anak Pak

mereka membiayai sekolah anak-anaknya dengan bekerja sebagai buruh tani dan juga tukang

cuci.

Pak mulyono tidak mempunyai pekerjaan sampingan sementara istrinya sendiri selain

sebagai buruh tukang cuci ia juga sebagai pengasuh anak di sore hari. Penghasilan pertama

kali yang diperoleh saat bekerja sebagai buruh tani yaitu Rp 25.000. Kehidupan ekonomi saat

mereka merantau ke Kabupaten Karo sangatlah morat-marit, makanan tidak begitu layak,

pakaian sederhana sekali tetapi setelah pindah ke daerah desa Raya ini bisa dikatakan

kehidupan sudah enak karena mereka tidak perlu nutuk meyewa rumah lagi sebab mereka

tinggal di rumah kontrakan majikan tempat mereka bekerja. Mereka tidak terlalu pusing

untuk memikirkan sewa rumah. Makanan pun sudah mulai bergiji apalagi mereka

mendapatkan bantuan Raskin yang di beri oleh pemerintah sementara sayur-sayuran pun

sudah mudah untuk diproleh tanpa harus membeli dengan harga yang mahal.

Perekonomian mereka jauh sangat meningkat karena sudah mampu membeli

kendaraan sepeda motor walaupun bekas tetapi itu sangat membantu. Gaji yang diproleh

setiap hari itu Rp. 50.000, jika mengutip jeruk Rp.70.000 ditanggung makan siang dan snack

sore hari. Gaji yang diproleh bekerja sebagai buruh tani cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari tetapi untuk biaya anak sekolah harus cari tambahan dengan cara buk Afni bekerja

sebagai tukang cuci. Selama bekerja di desa Raya ini mereka mempunyai sepeda motor dan

satu tapak rumah yang tidak terlalu berukuran besar tetapi mereka belum mempunyai uang

untuk membangun rumah jadi tapak rumah dulu lah yang mereka beli.

Pak mulyono dan Bu Afni mengatur pekerjaan sehingga mampu untuk memenuhi

kebutuhan mereka dan keluarga yaitu suami nya bekerja dari jam 08.30 wib sampai 16.30

wib sementara istrinya tiap hari menyuci dan dari jam 15.00 wib dia menjaga anak usia 8

dan dia bekerja sampai jam 21.00 wib. Bagi pak Mulyono dan bu Afni opekerjaan adalah

mencari makan dan kebutuhan sehari-hari dan mereka bekerja sesuai dengan kemampuan

mereka yang terpenting mereka bisa mencari makan, kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan

anak sekolah dan sedikit demi sedikit bisa menabung. Pak Mulyono dan istrinya mnegaku

harus irit dan tidak boleh boros sehingga mereka bisa menabung. Dan ketika mereka merasa

tidak cocok lagi bekerja dengan majikan yang lama mereka pindah majikan karena mereka

merasa terlalu sering dibuat sakit hati oleh majikan nya tersebut.

Orang tua buk afni sendiri mengajarkan penting nya atri untuk bekerja keras

sementara kalau untuk istilah nya di bahasa Jawa sendiri ia tidak begitu paham tetapi dia

diajarkan untuk bekerja keras, ulet dan bisa bekerja sama dengan orang lain. Pada awalnya

bekerja sebagai buruh tani mereka mengaku bekerja sangatlah lambat tetapi bersih dan teratur

tetapi lama kelamaan mereka terbiasa cepat dan, gigih, dan harus bekerja keras karena ini

merupakan tanggung jawab mereka sebagai Aron yang bekerja di ladang tempat majikan

mereka. Mereka merasa bahwa tanaman yang ditanam oleh majikan mereka adalah tanaman

milik mereka juga sehingga mereka kerjakan dengan baik agar tanaman itu bagus dan agar

majikan nya juga tidak rugi.

Mereka juga merasa tidak enak hati jika melihat majikan mereka mengalami kerugian.

Kalau majikan mereka mendapatkan untung mereka juga mendapat gaji lebih(bonus) dan

juga biasanya mereka diberikan beras dan mereka merasa sangat terbantu sekali.

Pandangan mereka terhadap suku karo sendiri yaitu mereka merasa bahwa suku Karo

itu gigih untuk bekerja dan menurut mereka bagi suku Karo itu tidak perlu banyak harta dan

kekayaan tetapi yang penting bisa makan dan anak-anak dapat bersekolah sampai sarjana dan

ini merupakan motivasi tersendiri bagi pak Mulyono dan bu Afni untuk meyekolahkan anak.

dan cabe. Pendapatan ekonomi yang mereka dapat menguntunggkan dan tidak rugi dan dari

hasil tanam kerja sama tersebut mereka dapat membeli tapak rumah dan sepeda motor bekas.

Caranya Pak Mulyono sendiri membagi waktu adalah dari jam 08.30 wib bekerja sebagai

buru tani sampai jam 16.30 wib setelah itu sampai jam 16.00 wib ia mengerjakan tanaman

kerja sama tersebut. Jika tanaman itu sudah mulai membesar dan membutuhkan perhatian

yang lebih lagi maka pak Mulyono bekerja sebagai aron 2 hari dan 2 hari mengerjakan

tanaman kerjasama tersebut. Begitulah seterus nya sehingga tanaman kerja sama pun tidak

terbengkalai dan bekerja sebagai Aron jug tidak terbengkalai.

Pak Mulyono sendiri tidak ingin bekerja sebagai buruh tani sampai tua karena ia

yakin bahwa suatu saat nanti ia sudah pasti tidak mampu lagi. Pak Mulyono dan istri tidak

ingin pindah dari desa Raya karena di desa raya ini nyaman dan mereka sama sekali tidak

punya keinginan untuk kembali ke daerah asal tempat tinggal mereka karena di asal tempat

tinggal mereka jarang sekali ada pekerjaan sementara di desa Raya ini selalu saja ada

pekerjaan selain itu juga di desa ini tenang dan masyarakatnya sangat mudah untuk

bergabung dengan mereka selain itu juga banyak yang sesuku dengan mereka sehingga

mereka merasa hidup seperti di kampung sendiri karena banyak nya suku Jawa tersebut

menjadi saudara mereka dan interaksi dengan masyarakat sekitar juga baik dimana mereka

juga ikut ambil bagian di acara-acara desa seperti gotong-royong dan kerja tahun dimana

mereka juga memberi sumbangan untuk kerja tahun tersebut.

Cara pak Mulyono mencocok kan cara kerja nya dengan tempat nya bekerja yaitu

mendengarkan perintah majika nya dengan kata lain penurut dan bekerja tepat waktu dan

jangan mudah untuk sakit hati jika ditegur. Yang menjadi semnagat mereka dalam bekerja

adalah anak-anak mereka, Pak mulyono sendiri ingin anak-anaknya tamat sekolah dan dapat

bekerja yang layak dan jangan serupa dengan dirinya. Selain itu juga semangat nya adalah dia

rumah. Keluarga ini juga mempunyai tabungan di CU(Credit Union) yang ada di masyarakat

desa ini dimana CU tersebut adalah didirikan oleh Gereja GBKP hanya saja anggota nya

tidak terbatas dan boleh dari mana saja asalkan masih bermukim di sekitar desa Raya.

Bu Afni sendiri ingi anak nya yang perempuan dapat menikah dan berumah tangga

dengan laki-laki dari Suku Karo alasan nya agar mereka juga dapat tambalan marga dari

marga suku Karo dan anaknya yang perempuan juga bisa mempunyai harta atau setidaknya

harta dari suaminya agar hidupnya tidak terlalu susah nantinya, sementara bu Afni tidak

menggiginkan anaknya yang laki-laki menikah dengan suku Karo karena anak laki-lakilah

yang meneruskan keturunan mereka. Mereka juga ikut didalam kegiatan-kegiatan desa seperti

gotong royong selain itu juga mereka ikut partisipasi didalam pemilihan kepala desa hanya

saja mereka tidak boleh mencalonkan diri sebagai kepala desa. Selain itu juga mereka

mendapatkan beras Raskin dari pemerintah dan jug Jamkesmas. Pak Mulyono dan isrti

merasa senang sekali karena mereka dianggap oleh masyarakat desa Raya tersebut dan diakui

sebagai warga yang sah dan mereka merasa bahwa desa Raya juga adalah desa mereka.

Pak mulyono mengikuti perkumpulan wirit kaum bapak dan istri nya ikut

perkumpulan kaum ibu. Hubungan sosial yang dijalin dengan suku lain baik karena kalau

dengan suku Karo selalu ramah kepada mereka sementara suku Padang, Melayu mereka satu

perwiritan sehingga mereka sudah seperti saudara dan kaeluarga yang saling membantu satu

dengan yang lain. Sementara dengan suku Batak dan suku Nias mereka merasa tidak nyaman

karena mereka pendiam selain itu juga Suku Batak berbicara Sangatlah kasar sehingga Bu

Afni dan suaminya merasa susah untuk berintraksi. Sementara hubungan dengan tempat nya

bekerja sangat lah baik, kalau tiba waktu nya hari Raya Idul Fitri mereka diberi THR dan

juga diberi oleh-oleh buat pulang kampung(mudik) seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

Sementara majikan mereka juga mau memberi beras atau bahan pokok lainnya jika mereka

Selama tinggal di desa Raya ini Pak Mulyono pernah mendapatkan masalah ketika

saat mereka tinggal di rumah majikan yang pertama mereka tidak bayar apa-apa tetapi ketika

Pak Mulyono sakit dan tidak bisa untuk bekerja mereka disuruh pindah oleh majikan tersebut

sehingga bapak Kepala Desa Raya ini mau menerima kami bekerja dan mengijinkan mereka

tinggal di rumah petak bapak kepala desa tersebut. di rumah kontrakan kepala desa tersebut

mereka mengontrak Rp150.000/ bulan yang terdiri dari 1 kamar tidur, ruang tamu yang

sempit, kamar mandi ada di luar berlantai semen dan terbuat dari dingding papan dan bayaran

Rp 150.000 itu sudah termasuk air dan lampu. PakMulyono belum pernah mempunyai

masalah atau konflik dengan amsyarakat sekitar dan mereka merasa nyaman sekali tinggal di

desa ini karena di desa ini merupakan sumber penghasilan utama bagi mereka.

3 . Nama : Pak Unyil

Umur : 54 Tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Pak unyil adalah buruh tani etnis Jawa yang berasal dari daerah Tanah Jawa Siantar

tetapi dulu orang tuanya berasal dari pulau Jawa dan merantau ke daerah Siantar sehingga

pak Unyil lahir di Siantar dan besar-besar di Siantar. Begitu juga dengan istrinya yang

sama-sama lahir di Siantar dan setelah menikah mereka merantau ke daerah Kabupaten Karo.

merupakan daerah pertanian dan ia dan keluarganya dapat bekerja sebagai buruh tani. Awal

kedatangan nya dan keluarga nya ke desa Raya karena diajak oleh sanak-saudara yang telah