• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. KAJIAN PUSTAKA

2.4. Model Pendapatan Interregional

  1 ... (2.6) Jadi, pendapatan regional adalah kelipatan dari ekspor jika hasrat marginal untuk membelanjakan (marginal propensity to expenditure) secara lokal (e + m) lebih kecil daripada satu (Richardson,2001).

Jika persamaan (2.26) diubah susunannya maka:

Menurut teori ini, khususnya asumsi yang mendasarinya, tidak ada unsur-unsur eksogen lainnya daripada ekspor, maka rasio rata-rata sama dengan rasio marginal. Dengan demikian, multiplier basis adalah:

2.4. Model Pendapatan Interregional

Model pendapatan interregional sesungguhnya merupakan perluasan dari model basis ekspor dengan memperhatikan dampak dari daerah tetangga. Perubahan penting yang dilakukan adalah mengubah asumsi-asumsi dari teori

basis, yakni bahwa ekspor bukan lagi merupakan satu-satunya unsur otonom, melainkan juga pengeluaran pemerintah dan investasi. Ini berarti bahwa pengeluaran pemerintah dan investasi juga ditentukan oleh faktor-faktor eksogen (Richardson, 2001). Selanjutnya, Richardson memandang bahwa dalam sistem tertutup, ekspor suatu daerah ditentukan oleh permintaan impor daerah-daerah lainnya di dalam sistem yang bersangkutan. Karena pengeluaran pemerintah telah dimasukkan ke dalam model maka logis kalau pajak juga dimasukkan ke dalam model yang bersangkutan. Walaupun model ini dapat juga mencakup pembayaran-pembayaran transfer, pajak lump-sum, pajak langsung, dan pajak tidak langsung, namun Richardson mengasumsikan bahwa semua pajak dibebankan pada pendapatan. Sedangkan pengeluaran konsumsi swasta merupakan fungsi dari disposable income. Selanjutnya, Richardson melakukan modifikasi atas rumus pendapatan yang dikemukakan pertama kali oleh Keynes, menjadi pendapatan regional sebagai berikut:

Yi = Ci + Ii + Gi + Xi - Mi ... (2.7) di mana, Yi adalah pendapatan regional wilayah i, Ci adalah pengeluaran konsumsi wilayah i, li, adalah investasi swasta wilayah i, Gi adalah pengeluaran pemerintah wilayah i, dan (Xi-Mi) adalah ekspor netto wilayah i.

Fungsi pengeluaran konsumsi adalah :

Ci=ai + ciYid ... (2.8) dimana, Yid = disposable income wilayah i dan c, = marginal propensity to consume wilayah i;

Ii = Ii, ... (2.9) Gl = Gl... (2.10)

Xi = Mij = mij Ydj ... (2.11) Mi = mij Ydj ... (2.12) Ydj = Yi-Ti ... (2.13) Ti = tiYi ... (2.14) dimana, t adalah tingkat pajak marginal (marginal rate of taxation).

Ai = ai + IiGi ... (2.15) dimana Ai adalah pengeluaran otonom total wilayah i.

Apabila persamaan (2.19) sampai dengan (2.24) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.17) dan menata kembali hasilnya, maka persamaan pendapatan regional dapat dirumuskan sebagai berikut (Richardson, 2001):

Yi = ) 1 ( ) ( 1 ) 1 ( 1 1 i j ij i j j j ij i t m c t Y m A     

... (2.16)

Dengan demikian, pendapatan daerah i terdiri atas penjumlahan pengeluaran-pengeluaran otonom di tambah ekspor daerah i dikalikan multiplier. Multiplier regional adalah :

K =

   1 ) 1 ( ) ( 1 1 j i ij i m t c ... (2.17)

Persamaan (2.26) dapat disederhanakan menjadi:

Yi = Ai + KiXi ... (2.18) Model ini dapat menunjukkan sumber-sumber perubahan pendapatan suatu daerah, misalnya daerah i, yang meliputi: (1) perubahan pengeluaran-pengeluaran otonom daerah i, (2) perubahan tingkat pendapatan suatu wilayah lain di dalam suatu sistem yang berkaitan, yang akan terlihat dalam perubahan ekspor daerah i,

(3) berubahnya salah satu di antara parameter-parameter model (mpc, Koefisien perdagangan interregional atau tingkat pajak marginal).

Selanjutnya, Richardson (2001) memandang bahwa model pendapatan interregional dapat juga digunakan untuk menganalisis kebijakan stabilitas regional. Hal ini dimungkinkan karena pengeluaran pemerintah merupakan salah satu dari variabel-variabel pengeluaran otonom. Untuk keperluan dimaksud, model tersebut dapat disempurnakan dengan memasukkan struktur pajak yang lebih kompleks, dan tingkat pengeluaran pemerintah dapat dikaitkan dengan penerimaan pajak total. Syarat-syarat stabilitas bagi sistem yang bersangkutan dan pantulan-pantulan yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan persebaran regional dari pengeluaran otonom adalah sangat penting dalam kerangka kebijakan stabilitas. Jika marginal propensity to consume di semua daerah lebih kecil dari satu, maka sistem yang bersangkutan adalah stabil. Sebaliknya, jika marginal propensity to consume lebih besar dari satu, maka sistem yang bersangkutan tidak stabil.

Menurut Chipman, (dalam Richardson, 2001), jika ci = cj bagi semua daerah (i, j, ...,n) maka multiplier interregional adalah sama dengan rumus multiplier nasional. Ini berarti bahwa dengan marginal propensity to consume yang sama, perubahan alokasi regional dari pengeluaran pemerintah (atau pengeluaran otonom lainnya) tidak akan mengubah pendapatan nasional tetapi hanya akan mempengaruhi tingkat pendapatan regional. Akan tetapi jika ci ≠ cj, maka perubahan alokasi regional dari pengeluaran akan mengakibatkan berubahnya tingkat pendapatan nasional. Jika diasumsikan bahwa kapasitas regional tidak merupakan pembatas (kendala), maka kenaikan pendapatan regional akan

maksimum jika kenaikan pengeluaran pemerintah dipusatkan di daerah-daerah di mana c paling tinggi (biasanya daerah-daerah yang paling terkebelakang).

Peluberan pendapatan dan kemungkinan pantulan-pantulan ekspor sekunder adalah sifat-sifat yang paling istimewa dari model-model pendapatan interregional. Suatu injeksi investasi di daerah i tidak hanya meningkatkan pendapatan (menaikkan Ai) di daerah yang bersangkutan, tetapi juga meyebarkan kekuatan pendorong pada semua daerah lainnya melalui kenaikan Mi (mij). Dalam kondisi keseimbangan neraca pembayaran. Kenaikan impor ini akan mengakibatkan kemerosotan neraca pembayaran daerah i namun demikian, hal ini belum merupakan efek netto yang terakhir. Kenaikan pendapatan di daerah-daerah lain akan memperbesar ekspor daerah i. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

) 1 ( 1 i i i j ij t A Y m   

... (2.19)

Efek keseluruhan terhadap neraca pembayaran daerah i, tergantung pada sejauhmana perubahan primer (impor terdorong) dapat diimbangi oleh perubahan sekunder (kenaikan ekspor). Dalam banyak hal, kenaikan sekunder tidak akan cukup untuk mencegah kemunduran neraca pembayaran daerah i. Untuk memperbaiki neraca pembayaran daerah i, maka serentak dengan itu marginal propensity to consume daerah-daerah Iain dalam sistem yang bersangkutan haruslah lebih besar dari satu. Sudah lazim diasumsikan bahwa mekanisme penyesuaian neraca pemberian di antara daerah-daerah bekerja lebih efektif daripada di antara bangsa-bangsa. Di antara kedua kerangka institusional ini (perekonomian interregional dan perekonomian intemasional) terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat jelas. Daerah-daerah tidak mempunyai

instrument-instrumen kebijakan seperti yang dipunyai oleh bangsa-bangsa (seperti kurs mata uang, tariff moneter, dan fiskal). Perbedaan lain antara perekonomian interregional dalam suatu negara dan perekonomian internasional adalah bahwa mobilitas faktor-faktor produksi di antara daerah-daerah pada umumnya lebih tinggi, dan bahwa arus faktor dapat berfungsi sebagai kekuatan yang menyeimbangkan dalam neraca pembayaran.

Ketidakseimbangan sementara neraca pembayaran suatu daerah dapat diatasi dengan arus jangka pendek (umpamanya, melalui transfer interregional di antara cabang-cabang bank). Akan tetapi dalam banyak hal, mungkin diperlukan tambahan mekanisme-mekanisme penyesuaian. Hal ini meliputi efek harga dan efek pendapatan, transfer pemerintah dan pengeluaran pemerintah di daerah-daerah terkebelakang, arus modal dan tenaga kerja. Efek harga agaknya tidak begitu efektif, karena mayoritas produsen lebih mementingkan pasar nasional daripada pasar regional dan harga yang mereka tetapkan cenderung untuk berlaku di mana saja. Efek pendapatan juga mungkin tidak cukup kuat untuk memulihkan keseimbangan, tetapi mungkin lebih efektif daripada perekonomian internasional karena m biasanya lebih besar bagi daerah-daerah daripada bagi bangsa-bangsa. Tindakan-tindakan fiskal dapat juga membantu proses penyimpangan melalui stabilisator-stabilisator yang bersifat built-in atau melalui pengeluaran langsung bagi pemerintah di daerah-daerah yang mengalami kelesuan. Sekalipun dana pemerintah yang masuk ke daerah-daerah yang mengalami kelesuan akan memperbesar impor, namun bagaimanapun juga dana tersebut akan ikut membantu mengurangi defisit pembayaran, dengan syarat c + m < 1 (Scitovsky, 1958; dalam Richardson, 2001). Mekanisme-mekanisme penyesuaian tersebut

didasarkan atas asumsi bahwa sumber yang menimbulkan defisit neraca pembayaran adalah kekurangan ekspor. Di samping itu, defisit neraca pembayaran suatu daerah dapat bersumber dari kenaikan pendapatan, seperti dalam model pendapatan interregional, maka mekanisme-mekanisme ini pun cenderung untuk menyimpang dari keseimbangan.

Perbedaan antara kedua sumber defisit neraca pembayaran di atas sangat penting, apabila peranan arus faktor (faktor flows) hendak dipertimbangkan Modal cenderung mengalir ke daerah-daerah yang memberikan profit yang lebih tinggi, akan tetapi hal ini hanya akan menyeimbangkan jika modal yang relevan adalah modal di mana yang menyebabkan defisit neraca pembayaran adalah proses kenaikan pendapatan. Defisit neraca pembayaran yang bersumber dari kemerosotan ekspor merupakan defisit yang bersifat kronis. Sebab dalam kondisi ini modal cenderung mengalir keluar daripada mengalir masuk Jika tenaga kerja dapat berpindah maka mereka akan bermigrasi dari daerah yang mengalami kemerosotan ke daerah-daerah makmur. Pendapatan daerah yang disebutkan belakangan akan mengalami peningkatan, sehingga impor daerah tersebut akan meningkat. Hal ini akan meningkat ekspor daerah i (daerah yang disebutkan pertama), tetapi dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah. Akibatnya perbedaan tingkat pertumbuhan regional akan bertambah besar.

Apa pun yang menjadi penyebab timbulnya defisit neraca pembayaran, modal dan tenaga kerja akan bergerak ke arah yang sama. Namun demikian, arus faktor produksi bukanlah mekanisme penyesuaian yang penting terhadap tipe gangguan-gangguan neraca pembayaran jangka pendek. Arus tersebut lebih penting sebagai kekuatan-kekuatan penyesuaian bagi proses pertumbuhan

regional, walaupun dalam jangka panjang mungkin lebih cenderung mengakibatkan bertambah besar dan bukannya memperkecil perbedaan tingkat pertumbuhan regional (Richardson, 2001).

Dokumen terkait