• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 Pendekatan Sistem 1 Teori Sistem

2.4.3 Pe modelan Sistem

Dalam melakukan analis a, biasanya sistem digambarkan ke dalam suatu model. Suatu model diartikan sebagai tiruan dari kondisi sebenarnya, atau dengan kata lain, model didefinisikan sebagai representasi dari suatu sistem nyata (real world system), atau penyederhanaan dari suatu sistem nyata. Melakukan eksperimen langsung pada sistem nyata untuk memahami bagaimana perilakunya, dalam beberapa keadaan merupakan suatu hal yang mungkin saja untuk dilakukan. Namun pada kenyataannya, keadaan sistem nyata itu terlalu kompleks atau masih dalam bentuk hipotesis sehingga terlalu mahal, tidak praktis bahkan tidak mungkin dapat dilakukan jika harus bereksperimen langsung. Hal ini merupakan alasan untuk dilakukannya perancangan suatu model (Suryadi & Ramdhani 2000).

Menurut Manetsch dan Park (1977), model adalah perwakilan abstrak dari suatu sistem nyata yang dalam perihal tertentu berperilaku sebagaimana sistem nyata tersebut, sedang Eriyatno (1999) mendefinisikannya sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual. Menurut Eriyatno, model memperlihatkan hubungan-hubungan la ngsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab-akibat, dan karena suatu model adalah suatu abstraksi dari suatu realitas, maka pada wujudnya model kurang kompleks dari realitas yang sedang dikaji.

Model dapat dikategorikan menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan pengkajian atau derajat keabstrakannya. Menurut jenis, model dapat dikelompokkan menjadi model ikonik (model fis ik), model analog (model

diagramatik) dan model simbolik (model matematik). Ilmu sistem pada hakekatnya memus atkan perhatian pada model simbolik sebagai perwakilan dari realitas yang dikaji, dengan format model simbolik yang berupa angka, simbol dan rumus matematik. Suatu model simbolik dapat pula diklasifikasikan menjadi model statis (mikro dan makro), model dinamis (mikro dan makro), model deterministik, model probabilistik (stokastik), model optimasi dan model simulasi. Menurut Eriyatno (1999), pada pendekatan sistem, tahap proses pemodelan cukup kompleks namun tidak banyak ragamnya ditinjau baik dari jenis sistem ataupun tingkat kecanggihan model. Tahap-tahap pemodelan sistem diuraikan di bawah ini dan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

a. Tahap Seleksi Konsep : Pada tahap ini dilakukan seleksi alternatif-

alternatif yang bermanfaat dan bernilai cukup baik untuk dilakukan pemodelan abstraknya. Hal ini akan mempengaruhi biaya dan kinerja sistem yang dihasilkan.

b. Tahap Rekayasa Model: Pada langkah ini ditetapkan jenis model abstrak

yang akan diterapkan, sejalan dengan tujuan dan karakteristik sistem. Pada tahap ini dilakukan pembentukan model abstrak yang realistik. Terdapat dua cara pendekatan untuk membentuk model abstrak, yaitu: (1) Pendekatan Kotak Gelap: Metode ini melakukan identifikasi model sistem dari informasi yang menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan, Metode ini tidak banyak berguna pada sistem yang kenyataannya belum ada, dimana tujuan sistem masih berupa konsep. (2) Pendekatan Struktur: Metode ini mempelajari secara struktur sistem dari teori-teori untuk menentukan komponen dasar dari sistem serta keterkaitannya. Pendekatan struktur ini banyak dipakai pada rancang bangun dan pengendalian sistem fisik dan non fisik.

Gambar 2.1 Diagram Proses Pemodelan Konsep-konsep yang layak

Seleksi konsep

Pemodelan dari konsep

Implementasi Komputer

Validasi dan Verifikasi

Aplikasi model Analisa stabilitas Analisa sensitivitas

Konsep pilihan

Spesifikasi dan kebijakan yang baik dan terbaik Kondisi untuk stabilitas Parameter dan input terkontrol

yang sensitif Model yang dapat digunakan

Model Komputer Terbaik ? Lengkap ? Diterima ? Realistik ? Lengkap ? Lengkap ? Terbaik ? tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya tidak tidak tidak tidak tidak

Pada beberapa kasus tertentu, kedua pendekatan ini d ipakai secara bersama-sama, sehingga penggunaan kedua pendekatan dapat memberikan informasi yang lebih baik serta menghasilkan model yang lebih efektif dari pada hanya memakai salah satu pendekatan. Hasil dari tahap ini adalah deskripsi dari model abstrak yang telah melalui uji permulaan atas validitasnya.

c. Tahap Implementasi Komputer: Pada tahap ini, model abstrak

diwujudkan pada berbagai bentuk persamaan, diagram alir dan diagram blok. Setelah program komputer dibuat untuk model abstrak dimana format input-output telah dirancang secara memadai, maka tahap selanjutnya adalah Tahap Validasi.

d. Tahap Validasi dan Verifikasi: Validasi model adalah usaha

menyimpulkan apakah model sistem tersebut di atas merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, dimana dapat dihasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Validasi adalah proses iteratif yang berupa pengujian berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model. Sering dijumpai kesulitan pada tahap ini karena kurangnya data yang tersedia ataupun sempitnya waktu guna melakukan validitas. Pada permasalahan yang kompleks dan mendesak, maka dapat dilakukan proses validasi parsial, yaitu tidak melakukan pengujian pada keseluruhan model sistem sehingga model direkomendasikan untuk pemakaian yang terbatas. Apabila model abstrak digunakan untuk merancang suatu sistem yang belum ada maka validitas model hanya bergantung pada bermacam teori dan asumsi yang menentukan struktur dari format persamaan pada model serta nilai-nilai yang ditetapkan pada parameter model. Rykiel (1996) juga menyatakan bahwa “Walaupun validasi sering merupakan hal yang penting untuk mengevaluasi kinerja suatu model, tetapi untuk model- model yang dimaksudkan untuk menjelaskan atau melakukan sistemisasi ilmu pengetahuan atau mengembangkan suatu teori, validasi tidak diperlukan dan tidak relevan. Verifikasi dilakukan untuk dapat menjawab

apakah model sudah melakukan apa yang diinginkan oleh perancang model tersebut.

e. Analisa Sensitivitas : Tujuan utama dari analisa ini adalah untuk

menentukan variabel keputusan mana yang cukup penting untuk ditelaah lebih lanjut pada aplikasi model.

f. Analisa Stabilitas: Analisa ini adalah untuk identifikasi batas kestabilan dari sistem. Hal ini diperlukan agar parameter tidak diberi nilai yang bisa mengarah pada perilaku tidak stabil apabila terjadi perubahan struktur dan lingkungan sistem.

g. Aplikasi Model: Pada tahap ini model dioperasikan untuk mempelajari

secara terperinci kebijakan yang dipermasalahkan. Hasil dari proses ini adalah gugus terperinci dari spesifikasi manajemen. Informasi yang diperoleh dari proses ini dapat merupakan indikasi akan kebutuhan untuk pengulangan kembali proses analisa sistem dan pemodelan sistem.