• Tidak ada hasil yang ditemukan

KBLI Kelompok

8.7 Perbandingan dengan Penelitian Sejenis

Menurut Feser dan Bergman (2000) identifikasi klaster pada tingkat subnasional banyak menggunak an metode Location Quotient karena tidak tersedianya data yang diperlukan. Alternatif lain adalah metode National Industry Cluster Template, yang menggunakan keterkaitan industri pada tingkat nasional sebagai pola untuk mengidentifikasi klaster industri pada tingkat subnasional. Hal ini hanya dapat dilakukan jika tersedia data tabel Input-Output pada tingkat nasional. Metoda ini telah mereka gunakan untuk penelitian mengenai klaster industri di North Carolina. Stough et al. (2000) menggunakan tabel Input-Output untuk mengidentifikasi klaster industri di negara bagian Virginia. Munnich Jr et al. (1996) menggunakan metoda Location Quotient untuk mengidentifikasi klaster industri di daerah Southern Minnesota.

Model StraKlas yang dirancang telah memperkenalkan metode yang merupakan rangkaian metoda Location Quotient, metoda Shift-share, beberapa metoda Heuristik dan Pendapat Ahli untuk mengidentifikasi klaster industri secara lebih baik di daerah -daerah subnasional.

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan sistem menghasilkan

Model Strategi Pengembangan Klaster Agroindustri Unggulan

Menggunakan Kompetensi Inti Daerah dalam bentuk Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang diberi nama Model StraKlas dengan konfigurasi yang terdiri dari Sistem Manajemen Basis Data, Sistem Manajemen Basis Model, Sistem Pengolahan Terpusat dan Sistem Manajemen Dialog. Model dapat mendukung proses pengambilan keputusan untuk perencanaan strategi pengembangan klaster agroindustri. Dukungan dilakukan melalui proses identifikasi kompetensi inti daerah dan atribut kelompok agroindustri dengan menggunakan submodel: Kompetensi Inti, Konsentrasi Industri, Tingkat Pertumbuhan, Kemampuan Ekspor, Keterkaitan dengan Usaha Lain, Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Tambah. 2) Sintesis keluaran sub model dengan metode Analytical Hierarchy Process

menghasilkan peringkat kelompok agroindustri unggulan daerah yang berpotensi menjadi klaster.

3) Pemetaan calon klaster melalui identifikasi industri inti menghasilkan konfigurasi klaster, yaitu: Pasar, Produk Ekspor, Pemosok dan Infrastruktur dengan masing-masing komponennya.

4) Strukturisasi dan klasifikasi sub elemen sistem pengembangan dengan

menggunakan teknik Interpretive Structural Modelling menghasilkan

subelemen kunci dan subelemen dengan driver power yang kuat pada

setiap elemen sistem pengembangan.

5) Pemeringkatan tingkat kepentingan elemen Peran Pemerintah dan elemen

Aktivitas Dunia Usaha dalam mencapai elemen Tujuan dengan

menggunakan teknik Independent Preference Evaluation, menunjukkan

bahwa pengembangan klaster agroindustri membawa implikasi akan perlunya pengembangan kelembagaan, pengembangan infrastruktur,

pengembangan sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan pengembangan pasar.

6) Klasifikasi dan strukturisasi subelemen Pelaku yang dihasilkan dapat

digunakan untuk mengembangkan sistem kelembagaan klaster agroindustri melalui subelemen -subelemen Pelaku yang saling berkaitan . Model kelembagaan klaster agroindustri yang dikembangkan merupakan organisasi industri yang mempunyai bentuk struktur jaringan.

Penerapan Sistem Pendukung Keputusan Model StraKlas untuk

perancangan strategi pengembangan agroindustri unggulan menggunakan kompetensi inti memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1) Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2000 (KBLI

2000) untuk industri 3-digit, agroindustri di Kabupaten Bogor terkelompok dalam Makanan; Minuman; Kulit; Kayu, Rotan dan Bambu; Kertas dan Barang dari Kertas; Karet dan Barang dari Karet.

2) Identifikasi kompetensi inti daerah untuk setiap kelompok agroindustri

yang dirancang dengan teknik MSQA menghasilkan bobot sebagai berikut: Makanan dengan bobot 0,2009; Minuman dengan bobot 0,1843; Kulit dengan bobot 0,1526; Kayu, Rotan dan Bambu dengan bobot 0,1529; Kertas dan Barang dari Kertas dengan bobot 0,1242; Karet dan Barang dari Karet dengan bobot 0,1851. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok Makanan mempunyai bobot kompetensi inti tertinggi. 3) Identifikasi konsentrasi industri untuk setiap kelompok agroindustri yang

dirancang dengan metode Location Quetient berdasarkan tenaga kerja

menghasilkan: Makanan dengan bobot 0,1753; Minuman dengan bobot 0,2717; Kulit dengan bobot 0,2060; Kayu, Rotan dan Bambu dengan bobot 0,0797; Kertas dan Barang dari Kertas dengan bobot 0,2061; Karet dan Barang dari Karet dengan bobot 0,1612. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok Minuman mempunyai bobot LQ tertinggi.

4) Identifikasi tingkat pertumbuhan daerah untuk setiap kelompok

agroindustri yang dirancang dengan metode Shift Share berdasarkan

jumlah tenaga kerja, menghasilkan bobot komponen Differensial Shift

0,1364; Kulit dengan bobot 0,2273; Kayu, Rotan dan Bambu dengan bobot 0,2273; Kertas dan Barang dari Kertas dengan bobot 0,1818; Karet dan Barang dari Karet dengan bobot 0,0455. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok Kulit; Kayu, Rotan dan Bambu mempunyai bobot

Differensial Shift tertinggi.

5) Identifikasi kemampuan ekspor untuk setiap kelompok agroindustri yang

dirancang dengan metode Heuristic menghasilkan bobot kemampuan

ekspor sebagai berikut : Makanan dengan bobot 0,1889; Minuman dengan bobot 0,1441; Kulit deng an bobot 0,1589; Kayu, Rotan dan Bambu dengan bobot 0,1693; Kertas dan Barang dari Kertas dengan bobot 0,1805; Karet dan Barang dari Karet dengan bobot 0,1582. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok Makanan mempunyai bobot kompetensi inti tertinggi.

6) Identifikasi keterkaitan dengan usaha lain untuk setiap kelompok

agroindustri yang dirancang dengan metode Heuristic menghasilkan

bobot jumlah tenaga kerja sebagai berikut: Makanan dengan bobot 0,1889; Minuman dengan bobot 0,1441; Kulit dengan bobot 0,1589; Kayu, Rotan dan Bambu dengan bobot 0,1693; Kertas dan Barang dari Kertas dengan bobot 0,1805; Karet dan Barang dari Karet dengan bobot 0,1582. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok Makanan mempunyai bobot keterkaitan usaha tertinggi.

7) Identifikasi jumlah tenaga kerja untuk setiap kelompok agroindustri yang

dirancang dengan metode Heuristic menghasilkan bobot jumlah tenaga

kerja sebagai berikut: Makanan dengan nilai bobot 0,2186; Minuman dengan bobot 0,0367; Kulit dengan bobot 0,2595; Kayu, Rotan dan Bambu dengan bobot 0,2443; Kertas dan Barang dari Kertas dengan bobot 0,1124; Karet dan Barang dari Karet dengan bobot 0,1285. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok kulit mempunyai nilai bobot tertinggi.

8) Identifikasi nilai tambah untuk setiap kelompok agro industri yang

dirancang dengan metode Heuristic menghasilkan bobot nilai tambah sebagai berikut: Makanan dengan bobot 0,2657; Minuman dengan bobot

0,0867; Kulit dengan bobot 0,1411; Kayu, Rotan dan Bambu dengan bobot 0,1502; Kertas dan Barang dari Kertas d engan bobot 0,1994; Karet dan Barang dari Karet dengan bobot 0,1569. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok Makanan mempunyai bobot tertinggi.

9) Hasil perhitungan bobot elemen Tujuan pada pemilihan agroindustri

unggulan dengan metode AHP menunjukkan bahwa Meningkatkan Pendapatan Daerah mempunyai bobot 0,0445; Memperluas Lapangan Kerja mempunyai bobot 0,5396; Memperluas Pasar Domestik dan Ekspor mempunyai bobot 0,2741; Meningkatkan Produktivitas Usaha mempunyai 0,1418. Dengan demikian bobot tertinggi untuk elemen Tujuan adalah Memperluas Lapangan Kerja.

10) Hasil perhitungan bobot pada elemen Kriteria menunjukkan bahwa

Kompetensi Inti mempunyai bobot 0,1312; Konsentrasi Industri mempunyai bobot 0,0426; Tingkat Pertumbuhan mempunyai bobot 0,1323; Kemampuan Ekspor mempunyai bobot 0,2695; Keterkaitan Usaha mempunyai bobot 0,1007; Nilai Tambah mempunyai bobot 0,3193; Jumlah Tenaga Kerja mempunyai bobot 0,0043. Dengan demikian bobot tertinggi untuk elemen Kriteria adalah Nilai Tambah .

11) Hasil perhitungan bobot pada elemen Alternatif Kelompok Agroindustri

menunjukkan bahwa Makanan mempunyai bobot 0,2042; Minuman mempunyai bobot 0,1412; Kulit mempunyai bobot 0,1544; Kayu, Rotan dan Bambu mempunyai bobot 0,1649; Kertas dan Barang dari Kertas mempunyai bobot 0,1740; Karet dan Barang dari Karet mempunyai bobot 0,1612. Dengan demikian bobot tertinggi untuk elemen Alternatif Kelompok Agroindustri Unggulan Daerah adalah kelompok Makanan. 12) Hasil identifikasi industri inti untuk industri 5-digit KBLI 2000 pada

kelompok agroindustri unggulan yang memiliki peringkat tertinggi adalah Industri pengolahan teh dan kopi yang kemudian diikuti secara berturut-turut oleh Industri roti dan sejenisnya; Industri ransum pakan ternak dan ikan; Industri makaroni, mie, spagheti, bihun dan sejenisnya; Industri makanan dari cokelat dan kembang gula; Industri susu ; Industri pengasinan dan pemanisan buah -buahan dan sayuran; Industri

pengalengan buah-buahan dan sayuran; Industri pelumatan buah-buahan dan sayuran.

13) Model strukturisasi dan klasifikasi elemen dengan teknik ISM

menempatkan subelemen Meningkatkan keterkaitan antar sektor dan subelemen Memanfaatkan sumber daya alam daerah sebagai sub elemen kunci pada elemen Tujuan; subelemen Pemerintah daerah sebagai subelemen kunci pada elemen Pelaku; subelemen Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan, subelemen Perbedaan kepentingan antar perusahaan sebagai subelemen kunci pada elemen Kendala ; subelemen Melakukan koordinasi antar instansi yang terkait ; dan subelemen Membangun komunikasi dan kerjasama antar anggota sebagai subelemen kunci pada elemen Peran Pemerintah; serta subelemen Mendirikan asosiasi khusus anggota; dan subelemen Mengumpulkan dan mendesiminasi data dan informasi yang dibutuhkan sebagai subelemen kunci pada elemen Aktivitas Dunia Usaha.

14) Hasil pengo lahan tingkat kepentingan subelemen pada elemen Peran

Pemerintah yang sangat penting dan penting dalam pencapaian tujuan pengembangan klaster agroindustri adalah Melakukan koordinasi antar instansi yang terkait; Membangun komunik asi dan kerjasama an tar anggota; Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan ; Menerbitkan peraturan yang mendukung terbentuknya persaingan yang sehat; Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan pada perguruan tinggi dan lembaga riset pemerintah; Menyediakan fasilitas umum dan sosial di daerah ; dan Melakukan upaya menarik investor ke dalam klaster.

15) Hasil pengolahan tingkat kepentingan subelemen pada elemen Aktivitas

Dunia Usaha yang sangat penting dan penting dalam mencapai tujuan pengembangan klaster agroindustri adalah Mendirikan asosiasi khusus anggota klaster; Mensponsori kegiatan penelitian dan pengembangan sesuai kebutuhan spesifik klaster; Melakukan usaha pemasaran bersama anggota klaster ; Melakukan promosi dagang dan investasi bersama

pemerintah daerah; Melaksanakan kursus dan seminar untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anggota klaster.

Kebijakan pengembangan klaster agroindustri unggulan menggunakan kompetensi inti daerah memberi implikasi sebagai berikut :

1) Pengembangan kelembagaan untuk mengkoordinasikan berbagai

aktivitas agar menghasilkan aktivitas yang sinergis.

2) Pengembangan infrastruktur baik fisik maupun non fisik untuk

menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi perkembangan agroindustri.

3) Pengembangan sumber daya manusia agar lebih mampu berinovasi.

4) Pengembangan teknologi untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas

dalam berproduksi.

5) Pengembangan pasar untuk meningkatkan pangsa pasar yang lebih besar.

9.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan beberapa hal berikut :

1) Menerapkan Model StraKlas pada berbagai tingkatan wilayah

administratif untuk mengidentifikasi kelompok agroindustri yang berpotensi menjadi klaster unggulan di wilayah -wilayah tersebut.

2) Daerah-daerah yang secara geografis berbatasan agar menerapkan model

StraKlas secara bersama-sama untuk mengidentifikasi potensi klaster agroidustri lintas batas di wilayah-wilayah tersebut.

3) Menggunakan Model StraKlas sebagai landasan penunjang keputusan

untuk merancang pengembangan geografis wilayah kabupaten dan kota. 4) Menyediakan data industri kecil dan industri rumah tangga sesuai dengan

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2000 (KBLI 2000), untuk melengkapi data pada penerapan model StraKlas .