• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA

6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan

Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika (LPS-DDR) merupakan suatu lembaga mandiri dan profesional dalam bidang penelitian, pemberdayaan dan usaha pertanian sehat yang memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial bagi petani dan masyarakat umum. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh LPS-DDR bekerjasama dengan petani-petani pedesaan yang tergolong petani dhuafa untuk nantinya diberdayakan, sehingga petani menjadi mandiri berbasiskan pertanian sehat. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan oleh LPS-DDR merupakan kegiatan pemberdayaan4.

Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika (LPS-DDR) yang sangat lekat dengan kegiatan pemberdayaannya, pada praktiknya dalam pelaksanaan kemitraan dengan petani padi Desa Ciburuy dipenuhi dengan motif bisnis di awal pembentukan kemitraannya. Kemitraan yang terjadi antara LPS-DDR dengan petani padi sehat Desa Ciburuy dimulai sejak tahun 2002. Pada tahun tersebut kemitraan yang terjadi adalah kemitraan dalam hal pemasaran beras bebas pestisida yang diproduksi oleh petani padi di Desa Ciburuy. LPS-DDR sebagai pihak yang menyediakan pasar, sedangkan petani melalui wadah gapoktan menyediakan kebutuhan beras bagi LPS-DDR.

Seiring dengan berjalannya kegiatan kemitraan pemasaran tersebut, pada tahun 2004 LPS-DDR juga memberikan program pemberdayaan petani di Desa Ciburuy. Pada awalnya program ini bernama Program Pemberdayaan Petani Dhuafa (P3D). Program pemberdayaan ini merupakan salah satu program yang ditujukan untuk membangun komunitas petani yang masih tergolong petani dhuafa yang selama ini termarjinalkan dalam lingkaran kemiskinan. P3D       

4

Menurut Pranaka, et al. (1996), pemberdayaan adalah suatu konsep dari pemikiran masyarakat

dan kebudayaan Barat dimana menurut Hulme dan Turner (1990) dalam Pranaka, et.al. (1996)

dengan pemberdayaan akan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar baik lokal maupun nasional.

merupakan kegiatan utama LPS-DDR. Pemberdayaan yang dilakukan dalam program P3D adalah dengan menyalurkan dana dan memberikan segala bantuan untuk kebutuhan usahatani serta pendampingan pada petani yang tergolong petani dhuafa. Dana yang digunakan untuk program pemberdayaan merupakan dana sosial umat (zakat) sehingga petani yang dapat bergabung adalah petani yang tergolong berhak menerima zakat. Syarat petani penerima bantuan tersebut yaitu: (1) para petani yang memiliki lahan maksimum 0,25 Ha atau berpenghasilan per- hari kurang dari atau sama dengan Rp 20.000,00; (2) kondisi rumah (milik sendiri/sewa/kontrak) kurang layak dan kepemilikan harta (peralatan hidup) terbatas. Selain itu ada penilaian (kesepakatan) dari masyarakat setempat bahwa yang bersangkutan terkategori miskin.

Dalam program pemberdayaan tersebut para petani yang menjadi mitra, dalam hal ini yang terdaftar dalam program pemberdayaan, mendapatkan beberapa pelayanan mulai dari penyediaan sarana produksi, bantuan biaya garap, penyediaan sewa lahan, serta pembinaan dan pelayanan oleh pendamping program P3D. Semua kegiatan kemitraan baik dalam hal pemberdayaan maupun pemasaran dilakukan melalui lembaga pertanian pedesaan yaitu gapoktan.

Pada awal bermitra yaitu pada tahun 2002 hingga tahun 2004, kegiatan kemitraan yang berlangsung LPS-DDR melakukan kemitraan dengan petani melalui wadah Gapoktan Silih Asih. Pada tahun 2002 hingga tahun 2003 segala bentuk kegiatan pemasaran dikelola oleh gapoktan ini, petani menjual gabah mereka ke gapoktan. Di gapoktan gabah-gabah digiling hingga menjadi beras yang siap dikemas. Pada tahun 2004 saat ada program pemberdayaan, segala macam bentuk pelayanan dalam pemberdayaan dan pemasaran dikelola sepenuhnya oleh gapoktan. Hingga pada 2005, setelah terbentuknya KKT Lisung Kiwari terdapat pembagian aktivitas untuk mengelola kegiatan kemitraan yang berlangsung. Gapoktan mengelola dalam hal pembinaan serta penyuluhan, peran gapoktan di sini adalah sebagai penggerak partisipasi petani mitra dalam mengikuti setiap kegiatan baik pembinaan, penyuluhan dan pelatihan. Selain itu, gapoktan juga bekerjasama dengan ketua-ketua kelompok tani beserta pendamping dalam kegiatan pendampingan selama program. Di sini gapoktan mengkoordinir petani dalam setiap program kemitraan. Berbeda dengan gapoktan,

peran KKT Lisung Kiwari lebih pada pengadaan sarana produksi, pelayanan dalam hal biaya garap, sewa lahan, serta penjualan gabah dari petani serta penjualan beras ke LPS-DDR. Kedua lembaga ini merupakan wadah bagi petani untuk terhubung dengan LPS-DDR, terutama untuk mendapatkan pelayanan- pelayanan selama program kemitraan berlangsung dan mendistribusikan beras hasil produksi petani mitra kepada LPS-DDR.

Petani mitra dalam kemitraan ini juga mempunyai andil sebagai produsen dari beras SAE tersebut. Sebagai produsen, petani menyediakan kebutuhan beras SAE LPS-DDR. Petani berkewajiban menjual hasil panennya dalam bentuk gabah basah ke koperasi. Namun dalam kemitraan ini kewajiban itu disebut tabungan bagi petani yang dikenal dengan 60:40. Dalam hal ini, besar jumlah gabah yang wajib dijual ke koperasi adalah sebesar 60 persen dari hasil panennya. Tabungan ini digunakan untuk simpanan petani yang nantinya 30 persen digunakan untuk tabungan sewa lahan selama 1 tahun, 30 persen lagi digunakan untuk tabungan biaya garap, kebutuhan sarana produksi dan biaya pelatihan/pembinaan. Sisa hasil panen sebesar 40 persen boleh disimpan petani ataupun dijual seluruhnya yang hasil penjualannya dapat dibawa pulang oleh petani.

Dengan adanya penerapan sistem 60:40 petani merasa dimudahkan dalam mendapatkan pelayanan fasilitas kemitraan tersebut. Selain itu petani juga dimudahkan dalam hal pengusahaan kegiatan usahataninya dikarenakan semua fasilitas sudah disediakan baik oleh pihak gapoktan, koperasi maupun pihak LPS-DDR.

Pada tahun 2005, program P3D berubah nama menjadi P3S (Program Pemberdayaan Petani Sehat). Program ini hanya beralih nama saja, tetapi untuk keseluruhan kegiatan masih sama. Petani mitra masih mendapat pelayanan- pelayanan dan fasilitas yang sama dengan program P3D sebelumnya.

Dalam pelaksanaan kemitraan tersebut aturan yang mengikat langsung kepada petani dibuat oleh Gapoktan Silih Asih dan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, sedangkan aturan yang diterapkan oleh LPS-DDR lebih mengikat kepada lembaga pertanian pedesaan yang ada sehingga MoU atau kesepakatan yang ada lebih mengikat pada lembaga yang ada. MoU atau perjanjian distribusi beras SAE lebih mengikat antara LPS-DDR dengan Koperasi Kelompok Tani

Lisung Kiwari, sedangkan untuk aturan dalam program pemberdayaan diterapkan secara bersama baik LPS-DDR maupun gapoktan dan tidak ada kesepakatan tertulis mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak.