• Tidak ada hasil yang ditemukan

Museum Kereta Api di Indonesia

Dalam dokumen INDAH AYU KUSUMASTUTI I 0208056 (Halaman 45-52)

BAB V Analisis Pendeatan Konsep Perancangan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Museum Kereta Api di Indonesia

Benda-benda heritage merupakan aset sejarah yang berbicara akan dipajang menjadi koleksi museum kereta api. Benda-benda yang akan dipajang dapat berupa rolling stock (lokomotif, kereta penumpang, gerbong, crane), sinyal, alat-alat atau prasarana kerja (topi, baju, pluit, sepatu dan lain-lain). Aset-aset museum mampu menjadi edukasi sejarah kereta api sekaligus membuka ruang pemikiran generasi muda untuk mencintai kereta api.

PT Kereta Api Indonesia (Persero), telah menyediakan ruang untuk dijadikan tempat museum. Saat ini bisa dikunjungi Museum Kereta Api Ambarawa (Jawa Tengah), museum Sawah Lunto (Sumatra Barat) dan aset-aset lama kereta api telah menjadi aset Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta). Seluruh museum kereta api akan dilakukan revitalisasi dan restorasi sehingga menjadi museum seperti keinginan masyarakat.

Tabel 2.4 Museum Kereta Api di Indonesia

Gambar Museum Deskripsi Koleksi

Ambarawa Museum Kereta Api Ambarawa berada di kota Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki luas 127500 meter persegi. Museum ini memiliki ciri khas Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan

Terdapat peralatan komunikasi, topi masinis, alat pembolong tiket, stempel, mesin ketik, jam kuno dan perabot meja kursi. Selain itu sejumlah 22 lokomotif uap untuk dipajang dan 2 lokomotif uap untuk kereta api wisata

commit to user

35 merupakan salah satu

dari tiga yang masih tersisa di dunia

Sawahlunto Museum Kereta Api Sawahlunto terletak di Jalan Abdul Rahman Hakim, Kampung Aia

Dingin, Kota

Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat memiliki luas 1500 meter persegi.

Terdapat alat-alat sinyal/komunikasi, foto dokumentasi, brankas, dongkrak rel, label pabrik, timbangan dan lonceng penjaga. Selain itu, juga terdapat beberapa gerbong ketel, gerbong pengangkut batubara, beberapa lori wisata dan dua kereta yang berdinding kayu serta lokomotif uap E10 60. Transportasi Museum Transportasi

terletak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta

Terdapat 24 lokomotif uap yang dipajang

(Sumber: Indonesian Heritage Railways (2012)) 2.5 Tinjauan Umum Arsitektur Simbiosis

2.5.1 Pengertian Arsitektur Simbiosis

Simbiosis berasal dari bahasa yunani yang berarti “hidup bersama” (living toegether), makna ini mengacu pada sebuah hubungan timbal balik antara makhluk hidup atau lebih yang tidak hanya saling bergantungan tapi memang sangat diperlukan bagi keduanya.

Kisho Kurokawa, yang kita kenal sebagai Ja pa nese Architect dan Urban Pla nner berpendapat bahwa simbiosis adalah maksud dari semua kerjasama. Simbiosis ditandai dengan sebagai berikut.

1) Penghargaan pada tradisi sejarah, contoh: metode arsitektur jepang yang disebut Sukiya yaitu memberikan makna baru untuk bangunan tua dengan material baru.

commit to user

36 2) Menempatkan kehidupan kontemporer sebagai sebuah konteks sejarah dan

menyandang sebuah makna baru.

3) Menempatkan kebudayaan atau bahkan hasil manipulasi hal-hal yang aneh dan lucu dalam simbol sejarah mereka sebagai sebuah bentuk ekspresi.

2.5.2 Prinsip dari Simbiosis Arsitektur

Prinsip dari arsitektur simbiosis adalah sebagai berikut.

1) Mixed Function yaitu adanya beberapa aktivitas pada waktu yang sama di dalam dan di luar yang terkait satu sama lain;

2) Keselarasan budaya dan sosial yaitu memelihara identitas dan sistem nilai luhur dan kultur yang berbeda membawa bersama-sama melalui/sampai hubungan timbal balik;

3) Berimbang dengan lingkungan yaitu emelihara sebuah ekosistem lingkungan dimana bangunan akan dibangun;

4) Intermedia space yaitu sebuah ruang yang difungsikan zona transisi antar lingkungan dan bangunan;

5) Diakronik yaitu penekanan kebutuhan untuk sentuhan dengan sejarah dan kultur sebuah daerah. Sejarah menyatakan di (dalam) format secara ilmu bangunan, berhubungan dengan perhiasan motif, dan lambang menerima warisan dari masa lalu dengan memperkenalkan historis terukur tanda ke dalam arsitektur modern;

6) Teknologi yaitu ungkapan teknoligi akan berproses dengan otonomi gedung yang akan mempertimbangkan arsitektur simbiosis baru.

commit to user

37 2.5.3 Arsitektur Simbiosis Antara Sejarah dengan Masa Depan

Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kurokawa secara mendetail dalam bukunya Interkultura l Architecture – The Philosophy of Symbiosis. Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis memadukan beragam hal kontradiktif, atau keragaman lain, seperti bentuk plastis dengan geometris, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, dll. Seperti dikatakan Jencks, arsitektur simbiosi merupakan konsep both-end, and match dan bersifat inklusif.

Kurokawa mengadaptasi sains kontemporer (the non-linear,fractal, dll) pun mengambil hikmah dari pemikiran Claude Levi Strauss berkait dengan pernyataan bahwa setiap tempat, wilayah, budaya punya a utonomous va lue dan memiliki struktur masing-masing walau dengan ciri yang berbeda. Dengan demikian mengakomodir keragaman adalah suatu keharusan. Perlu ada jalan untuk menjembatani perbedaan karakter wilayah, budaya, dll. Simbiosis diupayakan untuk secara kreatif menjaga hubungan harmonis antar tiap perbedaan merupaka Interkultura l, Hybrid architecture.

2.5.4 Arsitektur Simbiosis Antara Manusia dengan Budaya

Budaya yang tadinya menjadi cikal bakal “Cultura l herita ge”mengalami pergeseran, dengan lajunya modernisasi dan globalisasi dan telah mengancam kelestarian budaya di beberapa kawasan bersejarah.. Kondisi ini diindikasikan dengan munculnya fenomena arsitektural yang tidak sesuai dengan nuansa budaya di kawasan tersebut, dan diimbangi dengan menurunnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budayanya sendiri.

commit to user

38 Sebagai salah satu warisan budaya, kawasan dan bangunan bersejarah secara jelas mempunyai tujuan untuk pengelolaan lingkungan hidup yang dirumuskan dengan kalimat “mema yu ha yuning ba wa na ” yang artinya menjaga atau melindungi keselamatan dunia dalam melestarikan warisan budaya. Hal ini juga dipertegas lagi oleh para leluhur-leluhur kita, seperti diungkapkan, “wewena nga n kang umure luwih sa ka pa roning a bad, ha ywa kongsi bina ba d, becik den mulya kna ka dya wujude ha wangun” yang artinya bangunan dengan umur lebih dari 50 tahun merupakan bangunan sejarah dan budaya, dapat digunakan sebagai penelitian, menambah ilmu pengetahuan dan kebutuhan lain serta bermanfaat sebagai tuntutan hidup. Bahkan dalam sebuah petuah bijak pun dikatakan dengan jelas “yen wis keliwa t separo a bad, jiwa kongsi bina bad” artinya kalau sudah lebih dari setengah abad jangan sampai dihancurkan. Penjelasan ini mengingatkan kita bahwa budaya merupakan perkembangan majemuk dari budidaya yang berarti daya dari budi manusia yang dituangkan dalam lingkungannya, sehingga mempunyai wujud yang berupa cipta, rasa, karsa dan kebudayaan yang berarti hasil cipta, rasa, dan karsa. Hal yang sama pernah juga ditegaskan oleh Rapoport (1990), bahwa budaya sebagai suatu kompleks gagasan dan pikiran manusia bersifat tidak teraga. Kebudayaan ini akan terwujud melalui pandangan hidup (world view), tata nilai (va lue), gaya hidup (life style) dan akhirnya aktivitas (a ctivities) yang bersifat konkret.

Pemberdayaan komunitas budaya di kawasan bersejarah merupakan upaya pendekatan bottom-up untuk membangkitkan kembali vitalitas komunitas budaya untuk berkreasi di tengah masyarakat yang serba modern. Pilihan pendekatan ini sekaligus dimaksudkan pula untuk menciptakan kawasan bersejarah sebagai pusat

commit to user

39 kebudayaan dalam prespektif demokratis. Dengan demikian, diharapkan mampu menumbuhkan daya tahan budaya terhadap tekanan-tekanan modernisasi yang terjadi.

2.5.5 Arsitektur Simbiosis Tradisi dan teknologi

Ada dua tawaran kuat yang dijanjikan sebagai ‘gong’ konsep ini. Pertama simbiosis antara perkembangan dan preservasi budaya. Sebagai contoh bandara malaysia perlu dipertahankan karakter budaya bangsanya sehingga masih meskipun terus terjadi perkembangan, identitas budaya masih melekat seiring dengan multimedia. Kekayaan sumber daya alam Malaysia dalam eco-teknologi dan eco-industri perlu diselaraskan dengan teknologi dan multimedia mikro mekanik dan elektronik.

Simbiosis penuh antara arsitektur dan alam sesungguhnya konsep yang sangat menarik, tapi juga tidak realistis karena arsitektur sukar mengelakkan kerusakan terhadap alam. Hal ini karena bangunan sendiri tidak bisa dipindah, dialirkan, atau diadaptasikan sepenuhnya dengan bangunan terbaru.

Masing-masing komponen kota dalam rencana Kurokawa sebenarnya terbatas dalam ukuran padahal sistem itu sendiri fleksibelitasnya tidaklah terbatas.

Proyek di malaysia ini dapat dikatakan semacam kepulangan kembali Kurokawa, merupakan relisasi penuh dari konsepnya selama ini dengan skala dan program yanglayak ambisinya. Bagian terpenting yang menjadi preseden bagi Kurokawa disini adalah bahwa arsitektur yang sustainabledan model-model kota dalam kawasan prinsipnya cenderung mengalahkan keindahan keaslian alam (irrepla cea ble na tura l bea uty) atas tekanan modernisasi. Karakter alam imitasi

commit to user

40 diupayakan seasli mungkin sebagaimana kondisi alamiahnya sebagai tuntutan dualitas, naturalitas dan modernitas.

2.5.6 Arsitektur Simbiosis Ekologi dan Perilaku

Manusia dan alam lingkungan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling berinteraksi yang akan mempengaruhi pada tingkah laku manusia. Pola tigkah laku manusia berkembang menjadi kebudayaan dalam bentuk arsitektur. Arsitektur adalah usaha untuk memberi bentuk dari jiwa ruang sehingga arsitektur bukanlah semata-mata teknik dan estetika, melaikan mampu membentuk ruang yang harus ditinjau sebagai habitat.. arsitektur sebagai habitat berarti kesatuan dari diri dan hal yang di luar diri. Karena arsitektur sebagai titik pandang, berarti penelitian didasarkan pada bentuk, ruang, dan jalinannya yang mempunyai hubungan kait mengkait. Pendeskripsian hubungan antara bentuk, ruang, dan jalinannya disebut Loekx sebagai bentuk morfologi. Kita akan dapat melihat kemungkinan-kemungkinan dari keindahan bentuk kota jika kita pertama-tama mengerti betuk kodratnya (Woods, Shadra ch ‘der mensch auf der Stra sse’, majalah Bauen+wohnen. No.7/1996, hlm.268). Arsitektur dalam masyarakat aedalah pembentukan ruang sebagai wadah tempat kegiatan, ruang yang berbentuk wujud, fisik, teknik dan estetika, serta citra keindahan lingkungan yang bertempat di suatu lahan. Karya asritektur tergolong ke dalam pembentukkan lingkungan hidup yang cukup penting. Bertitik tolak darihal tersebut dapat disimpulkan bahwa antara manusia dengan bentuk lingkungan terdapat hubungan timbal balik yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Bentuk lingkungan erat hubunganyya dengan ruang arsitektur. Bentuk ruang arsitektur tersebut dapat mamberikan imajinasi terhadap kemungkinan bentuk kota.

commit to user

41 2.5.7 Syarat Arsitektur Simbiosis dalam budaya berarsitektur

Dari keterangan di atas maka dapat ditarik benang merah sebagai berikut.

1) Simbiosis antara ruang dalam dengan ruang luar yaitu adanya ruang transisi dengan karakter yang berbeda baik dalam maupun luar.

2) Simbiosis antara ruang privat dengan ruang publik yaitu adanya sebuah transisi dengan karakter yang kuat dalam maupun luar, hal ini dapat melalyui warna, pedestrian, lansekap, dll.

3) Simbiosis antara identitas budaya dengan kemajuan teknologi yaitu identitas budaya melalui teknologi diwujudkan dengan kearmonisan arsitektur lokal. 4) Simbiosis antara sejarah dengan kontemporer yaitu sejarah menjadi bagian

untuk membentuk sebuah karakter masa depan.

5) Simbiosis antara abstraksi dengan simbolisme yaitu abstraksi sebagai wujud simbol bahwa inovatif sebuah karyaarsitektur adalah sesuatu yang unik dan khas.

Dalam dokumen INDAH AYU KUSUMASTUTI I 0208056 (Halaman 45-52)