• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANAH DATAR SEBAGAI PUSAT AKTIFITAS POLITIK DAN EKONOMI MASYARAKAT MINANGKABAU

4.5.1. Nagari Tabek Panjang (Baso)

Nagari Tabek Panjang merupakan salah satu nagari tertua dan terluas di kecamatan Baso, kabupaten Agam. Kecamatan Baso dengan luas 70.30 km2 ini terdiri dari lima nagari yakni Tabek Panjang, nagari Koto Tinggi, nagari Simarosok, nagari Padang Tarok, nagari Bungo Koto Tuo.

Nagari Tabek Panjang, dahulu terkenal dengan sebutan nagari Baso, terletak di kecamatan Baso dengan luas lebih kurang 19,19 km2 atau setara dengan 1.919 ha (27,3 persen) tepatnya di kabupaten Agam. Nagari Tabek Panjang ini terdiri dari jorong Sungai Janiah (4,0 km2), Jorong Tabek Panjang (6,4 km2), Jorong Baso (4,8 km2), dan Sungai Cubadak (3,99 km2). Nagari ini berbatasan langsung dengan sebelah Utara: Bungo Koto Tuo dan Simarasok, sebelah Selatan berbatasan dengan Koto Tinggi, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan IV Angkat Candung dan sebelah Timur berbatasan langsung dengan Padang Tarok.

Bila dilihat dari kondisi aksessibilitas, maka nagari Tabek Panjang (Baso) terletak di tengah antara jalan raya Bukittinggi dengan Payakumbuh. Jarak Nagari Tabek Panjang ke Ibu Kota Provinsi adalah 114 km yang dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam. Sedangkan jarak ke Ibu Kota Kabupaten adalah 70 km. Nagari Tabek Panjang berada di ketinggian 909 meter dpl, dengan curah hujan rata-rata per tahun 1500-2000 mm, dan suhu rata-rata 26-30 derajat celcius, dengan ketinggian letaknya ini dan curah hujan yang tergolong sedang, maka nagari ini cocok dengan tanaman perkebunan seperti kopi dan kayu manis.

Bila dilihat pada pola penggunaan lahan, nagari Baso penggunaan lahan didominasi oleh penggunaan lahan untuk pertanian lahan kering, ladang dan tegalan

seluas 597 ha (31,1 persen), disusul oleh lahan sawah tadah hujan seluas 293 ha (15,3 persen), lahan hutan seluas 127 ha (6,6 persen). Sehingga berdasarkan jenis penggunaan lahan ini dapat dikatakan bahwa aktifitas perekonomian nagari Baso didominasi oleh pertanian lahan kering dan perkebunan tanaman tua untuk komoditi ekspor, terutama tanaman perkebunan seperti kayu manis, dan kopi. Sedangkan untuk tanaman pada lahan kering dan tegalan kebanyakan ditanam pisang dan buah-buahan. Untuk lebih jelasnya pola penggunaan lahan di wilayah nagari Baso, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4 Pola Penggunaan Lahan di Nagari Tabek Panjang (Baso)

No Luas Wilayah Nagari Menurut Penggunaannya Luas (ha) Persentase 1. Sawah: - Setengah teknis - Sederhana/tadah hujan 85 293 4,4 15,3 2. Pertanian tanah kering dan ladang, tegalan 597 31,1 3. Hutan: - Negara - Nagari 84 127 4,4 6,6 4. Danau/telaga/rawa/sungai 3,5 0,18 5. Tebat/tambak/kolam 23 1,2

6. Tempat rekreasi dan olahraga 25,1 1,3

7. Pemukiman dan lainnya 681.4 35,5

Jumlah 1.919 100

Sumber: Kecamatan Baso dalam Angka, 2004, (data diolah)

Berdasarkan tabel 4 di atas, luas lahan sawah di nagari Baso adalah mencakup 19,7 persen dari lahan yang ada di nagari tersebut. Sementara itu, luas lahan perkebunan adalah lebih kurang 31,1 persen dan lahan hutan nagari yang merupakan tanah ulayat nagari seluas 6,6 persen dari luas nagari seluruhnya. Data ini memberikan implikasi bahwa nagari Baso adalah nagari pedalaman Minangkabau yang memiliki pola pertanian padi sawah dan pertanian perkebunan sebagai ciri dari daerah pedalaman yang perekonomiannya sangat tergantung kepada kondisi alam dan sangat menguntungkan untuk sistem perekonomian masyarakat, karena disamping dapat mengusahakan pertanian palawija, maka disaat pergantian musim tanam masayarakatnya juga dapat melaksanakan pertanian perkebunan.

Jumlah penduduk nagari Tabek Panjang seluruhnya 9.025 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 2.033 berarti rata-rata 4,4 jiwa per KK. Jika dilihat dari komposisi penduduk, jumlah penduduk laki-laki berjumlah 4.355 jiwa (48,3 persen)

dan jumlah penduduk perempuan 4.670 jiwa (51,7 persen), dengan kepadatan penduduk 470,3 jiwa per km2. Sebagian besar penduduk berada di usia anak-anak yakni 7-12 tahun sebanyak 1.644 jiwa (18,2 persen), usia 19-25 tahun berjumlah 1.203 jiwa (13,3 persen). Sedangkan usia lanjut di atas 60 tahun sebanyak 7,9 persen (lihat Tabel 5 di bawah).

Tabel 5 Jumlah Peduduk Nagari Tabek Panjang/Baso Menurut Umur dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin No Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1 0-11 bulan 64 75 139 2 1-5 tahun 323 334 657 3 5-6 tahun 87 75 162 4 7-12 tahun 771 873 1644 5 13-15 tahun 382 423 805 6 16-18 tahun 527 577 1104 7 19-25 tahun 597 606 1203 8 26-34 tahun 585 601 1186 9 35-49 tahun 387 398 785 10 50-54 tahun 182 172 354 11 55-59 tahun 123 147 270 12 60-64 tahun 134 152 286 13 65-69 tahun 112 132 244 14 Di atas 70 tahun 81 105 186 Jumlah 4355 4670 9025

Sumber: Kecamatan Baso dalam Angka, 2004, (data diolah)

Besarnya jumlah penduduk anak-anak dan remaja di nagari Baso memperlihatkan bahwa struktur umur penduduk memperlihatkan usia sekolah dan angkatan kerja di nagari Baso ini lebih tinggi. Sementara itu, kesempatan kerja di bidang pertanian dapat dilihat dengan membandingkan luas lahan pertanian terutama lahan sawah seluas 378 ha dengan jumlah jumlah angkatan kerja. Rata-rata kepemilikan lahan hanyalah 0,19 ha/KK, Rata-rata-Rata-rata kepemilikan lahan sawah per KK sangatlah kecil, sedangkan rata-rata kepemilikan lahan perkebunan per KK adalah sebesar 0,36 ha/ KK. Oleh karena itu, potensi kesempatan kerja pada pertanian di nagari Baso sangat kecil, dibandingkan dengan jumlah angkatan kerjanya. Itulah sebabnya, pada umumnya penduduk usia angkatan kerja di nagari Baso lebih dominan untuk melakukan perantauan ke luar nagari dan lebih memilih pekerjaan di luar sektor pertanian.

Selanjutnya, bila dikaitkan antara struktur mata pencaharian penduduk dengan luas hak kepemilikan lahan di nagari Baso, maka dapat dikemukakan bahwa jumlah lahan sawah seluas 378 ha itu hanyalah dimiliki oleh 2.088 jiwa, yang berarti hanyalah sebesar 23 persen penduduk yang memiliki lahan sawah, pemilik lahan ladang dan tegalan sebanyak 1.211 jiwa yang berarti sebanyak 13,4 persen dari jumlah penduduk selebihnya adalah petani penyewa/ atau penyakap. Sehingga total penduduk yang memiliki lahan pertanian baik lahan sawah maupun lahan tegalan adalah sebayak 3.299 jiwa. Berarti hanya 36,6 persen penduduk menguasai lahan pertanian di nagari Baso. Sebanyak 662 jiwa penduduk (7,3 persen) bergerak di sektor pertanian tetapi tidak memiliki lahan, mereka adalah petani penyewa/pengarap dan buruh tani, sebagian besar dari merekalah yang menjadi pedagang di pasar nagari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 di bawah.

Tabel 6 Struktur Mata Pencaharian di sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan

No Status Jumlah (orang)

1 Pemilik tanah sawah 2.088

2 Pemilik tanah tegal/ladang 1.211

3 Penyewa/penggarap 101

4 Buruh tani 561

Jumlah 3.961

Sumber: Kecamatan Baso dalam Angka, 2004, (data diolah)

Artinya, jumlah penduduk nagari Baso yang bermata pencaharian pertanian berjumlah sebanyak 3.961 jiwa (48,9 persen) selebihnya bermata pencaharian di luar sektor pertanian terutama berdagang dan menjadi pegawai negeri.

Jadi, kenapa banyak pedagang kayu manis yang terdiri dari ibu-ibu terdapat di pasar nagari baso dapat dilihat alasannya dari kenyataan bahwa hanya 23% penduduk Baso yang bekerja sebagai petani memiliki lahan pertanian, selebihnya adalah petani penyewa/penyakap. Sehingga tenaga kerja rumahtangga pertanian yang terdiri dari wanita lebih banyak membantu tenaga kerja laki-laki dalam mencari nafkah di luar sektor pertanian yakni berdagang di pasar Bukittinggi dan Baso. Fenomena ini juga banyak ditemui di wilayah Tanah Datar dan Agam lainnya, sehingga berdagang sudah merupakan pekerjaan alternatif setelah pertanian yang lahannya sempit dan sistem irigasinya masih sederhana. Sebaliknya, di

nagari-nagari yang sistem pertanian padi sawahnya dapat dilaksanakan intensif dengan dua kali musim tanam, maka mata pencaharian perdagangan bagi penduduknya relatif kecil.

Tabel 7 Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sub Sektor Jasa/Perdagangan

No Jenis Pekerjaan di Sub Sektor Jasa/Perdagangan Jumlah (orang)

1 Jasa Pemerintahan/Non Pemerintahan a. PNS

- Pegawai Wali Nagari

- Guru - ABRI - Mantri Kesehatan/Perawat - Bidan - Dokter 211 16 10 16 4 8 3 b. Pensiunan ABRI/Sipil 62 c. Pegawai Swasta 288

2. Jasa Lembaga-Lembaga Keuangan: perbankan 1

3. Jasa Perdagangan: - Pasar Nagari - Warung - Ruko 1 46 5 4. Jasa Ketrampilan: - Tukang Kayu - Tukang Batu - Tukang Jahit/bordir - Tukang Cukur 72 65 64 12 Sumber: Kecamatan Baso dalam Angka, 2004, (data diolah)

Berdasarkan tabel 7 di atas, terlihat bahwa jenis pekerjaan penduduk nagari Baso yang dominan setelah pertanian itu adalah perdagangan dan usaha swasta yakni sebanyak 340 KK (16,7 persen), selebihnya pekerjaan penduduk adalah bergerak di sektor kerajinan dan keterampilan, PNS/ABRI, dan lain-lain. Besarnya jumlah penduduk yang berkerja di sektor perdagangan dan swasta ini terkait juga dengan struktur kepemilikan lahan pertanian yang relatif kecil dan tidak merata.

Jumlah penduduk yang memiliki dan menguasai tanah kurang dari 0,1 ha sebanyak 996 KK (48,9 persen), penduduk inilah yang memilih perdagangan sebagai pekerjaan sampingan mereka untuk menambah penghasilan keluarga, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 8 di bawah, sebanyak 526 KK (25,9 persen) yang menguasai tanah dengan luas antara 0,1 - 0,5 ha, dan hanya sebanyak 310 KK yang memiliki dan menguasai lahan antara 1,1 – 1,5 ha. Sedangkan yang

memiliki dan menguasai lahan lebih dari 2 ha hanya berjumlah 4 KK (0,2 persen). Dari tabel 8 di bawah ini juga dapat dikemukakan bahwa luas kepemilikan lahan untuk penduduk nagari Baso sangat kecil sekali, sehingga pertanian bukanlah satu-satunya mata pencaharian untuk mendapatkan sumber pendapatan.

Tabel 8 Struktur Kepemilikan Tanah di Nagari Baso

No Luas Kepemilikan Lahan Jumlah (KK) Persen

1 Kurang dari 0,1 ha 996 48, 9 2 0,1-0,5 ha 526 25, 9 3 0,6-1,0 ha 116 5, 7 4 1,1-1,5 ha 310 15, 7 5 1,6-2,0 ha 71 3, 5 6 2,1-2,9 ha 4 0, 2 Jumlah 2.023 100

Sumber: Kecamatan Baso dalam Angka, 2004, (data diolah)

Sebagai nagari yang berbasis pertanian dan telah bergerak ke sektor perdagangan dan jasa, dimana sejak dahulu nagari Baso sangat terkenal dengan perdagangan kopi dan buah-buahannya, nagari ini sangat ramai dikunjungi oleh warga dari nagari lain, karena memang merupakan wilayah pemasaran hasil pertanian dan merupakan pusat untuk melanjutkan pendidikan. Sejak dahulu nagari Baso yang berdekatan dengan nagari Canduang merupakan daerah tujuan untuk melanjutkan sekolah umum dan keagamaan, setelah pendidikan dasar. Artinya kemajuan pendidikan masyarakat nagari Baso cukup tinggi yang terlihat dari kecukupan lembaga pendidikan umum dan keagamaan, bahkan saat ini di nagari Baso merupakan pusat pendidikan dan latihan untuk Departemen Dalam Negeri. Itulah sebabnya angkatan kerja terdidik di nagari cukup besar yakni sebanyak 7.179 jiwa (79,5 persen).

Penduduk angkatan kerja yang berkerja di nagari Baso berjumlah 3.000 jiwa, sedangkan penduduk angkatan kerja yang tidak berkerja adalah sebanyak 589 jiwa, sehingga jumlah penduduk yang tidak berkerja lebih kurang 1.846 jiwa atau sebanyak 20,5 persen dari jumlah penduduk seluruhnya. Sedangkan jumlah penduduk angkatan kerja yang tidak bekerja adalah sebanyak 589 jiwa (8,2 persen), maka sebenarnya penduduk yang tidak produktif itu hanyalah sebanyak lebih kurang

12,3 persen, yang umumnya mereka adalah penduduk usia lanjut, sebagaimana pada tabel 9 di bawah.

Tabel 9 Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja di Nagari Baso

No

Angkatan Kerja Jumlah (orang) Persen

1 Penduduk Usia Kerja 3589 40, 6

2 Penduduk Usia Kerja Yang Bekerja 3000 33, 2

3 Penduduk Usia Kerja Yang Tidak Bekerja 589 6, 5

Jumlah 7.179 80, 3

Total Jumlah Penduduk 9.025

Sumber: Kecamatan Baso dalam Angka, 2004, (data diolah)

Selanjutnya, jika dilihat dari kualitas angkatan kerja itu sendiri, maka penduduk angkatan kerja yang terdidik itu sebanyak 6.068 jiwa (84,5 persen), tingkat pendidikan penduduk angkatan kerja paling dominan adalah tamat sekolah dasar sebanyak 3.431 jiwa (56,5 persen), disusul oleh tingkat pendidikan SLTA sebanyak 1.383 jiwa (22,8 persen). Sedangkan penduduk angkatan kerja yang berkerja dengan tingkat pendidikan sarjana berjumlah 203 jiwa (3,3 persen).

Tabel 10 Kualitas Angkatan Kerja Dirinci Menurut Pendidikan yang Ditamatkan

No Pendidikan Jumlah (orang)

1 Buta Aksara dan Angka

-2 Tidak Tamat SD -3 Tamat SD 3431 4 Tamat SLTP 847 5 Tamat SLTA 1383 6 Tamat Akademi (D1-D3) 172 7 Sarjana: - S1 - S2 - S3 203 12 -Jumlah 6068

Sumber: Kecamatan Baso dalam Angka, 2004, (data diolah)

Berdasarkan Tabel 10 di atas, kualitas angkatan kerja pada nagari Baso termasuk rendah, dan pekerjaan dominannya adalah pada sektor pertanian. Penduduk angkatan kerja yang berkerja dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 3,3 persen, mayoritas berkerja sebagai pengawai negeri sipil dan usaha swasta.

Sebenarnya, jika dilihat pada tingkat pendidikan penduduk nagari Baso, maka penduduk yang terdidik dalam arti berhasil menamatkan tingkat pendidik dasar sampai kepada tingkat pendidikan tinggi adalah berjumlah 6.064 jiwa (67,2 persen), dengan tingkat pendidikan dominan adalah tamat SD dan SLTA. Jumlah penduduk yang berpendidikan perguruan tinggi hanya berjumlah 364 jiwa (4 persen) dan sebanyak 215 jiwa (59,1 persen) telah bekerja, sehingga jumlah penduduk berpendidikan tinggi yang belum mendapat pekerjaan adalah sebanyak 149 jiwa atau sebanyak 40,9 persen dari jumlah penduduk yang berpendidikan perguruan tinggi. Maka penduduk yang berpendidikan tinggi yang belum berkerja inilah umumnya yang menjadi pedagang komoditi hasil perkebunan di pasar nagari Baso ini, lihat lebih rinci pada tabel 11 di bawah.

Tabel 11 Tingkat Pendidikan Penduduk Nagari Baso Jenis Kelamin No Uraian

Laki-Laki Perempuan

Jumlah

A. Buta Aksara dan Angka Latin 382 423 805

B. Putus Sekolah

1 Usia 13-15 tahun 527 577 1104

2 Usia 16-18 tahun 597 606 1203

3 Usia 19-25 tahun 1604 1707 3311

4 Usia di atas 25 tahun C. Tamat Pendidikan Umum

5 SD/Sederajat 1691 1740 3431

6 SLTP 430 417 847

7 SLTA 674 709 1383

8 Akademi 6 15 21

9 Universitas 169 195 364

D. Tamat Pendidikan Khusus

10 Pondok Pesantren 25 19 44

11 SLB 2 3 5

12 Keterampilan 105 214 319

Sumber: Kecamatan Baso dalam Angka, 2004, (data diolah)

Berdasarkan tabel 11 di atas, maka penduduk nagari Baso yang tidak terdidik dan buta aksara adalah berjumlah 6.423 jiwa (71,1 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terdidik sebanyak 6.064 jiwa (67,2 persen), maka dapat dikatakan bahwa penduduk nagari Baso, masih memiliki angka buta aksara yang lebih tinggi dari penduduk yang terdidik. Keadaan ini bertolak belakang dengan infrastruktur pendidikan yang ada di nagari ini, dimana nagari Baso memiliki kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan, seperti Sekolah Dasar,

SLTP, dan SLTA yang cukup. Barang kali besarnya jumlah penduduk yang buta aksara lebih disebabkan oleh tidak terdistribusinya dengan baik penyebaran pembangunan sarana pendidikan itu yang relatif terkonsentrasi di pusat nagari Baso, sementara lokasi jorong-jorongnya relatif jauh, dan sulitnya aksessibilitas. Artinya karena semua fasilitas dan infrastruktur sosial ekonomi berada di pusat nagari seperti gedung sekolah, pasar, puskesmas, gedung perkantoran, maka pusat nagari menjadi ramai dan padat.

Maka disinilah peran pasar nagari yang dibuka dua kali seminggu memberikan waktu dan ruang bagi warga nagari yang berada di pinggiran ( pheri-pheri) untuk datang dan berkumpul membangun interaksi sosial dengan penduduk di pusat nagari dan penduduk dari pinggiran nagari lainnya, untuk melakukan pertukaran sosial ekonomi, dan sosial budaya satu sama lainnya.

Berdasarkan uraian kondisi sosial ekonomi nagari Baso di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum kondisi sosial ekonomi nagari Baso masih di dominasi oleh sektor pertanian, terutama sub sektor perkebunan. Transformasi ekonomi dari sub sektor perkebunan ke sektor perdagangan dan jasa telah mulai terjadi, sejak diperkenalkannya sistem ekonomi pasar di tengah masyarakat, sehingga usaha perdagangan mulai menjadi mata pencaharian alternatif bagi penduduk di samping pertanian. Disebabkan tingkat pendidikan penduduk yang masih rendah -- karena mayoritas berpendidikan SD sampai dengan SLTA-- maka yang melalukan transformasi kegiatan ekonomi ke arah perdagangan dan jasa itu adalah umumnya mereka yang berpendidikan lebih tinggi.