• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Naturalisasi Figur Retorik Puisi “Siulan Hitam Raut Kematian” Proses pengubahan figur retorik menjadi bentuk yang lebih sederhana Proses pengubahan figur retorik menjadi bentuk yang lebih sederhana

Dalam dokumen SYAIR PEMANGGUL MAYAT KARYA INDRA TJAHYADI (Halaman 145-154)

STRUKTUR PUISI DALAM KUMPULAN PUISI

2.3 Proses Naturalisasi Figur Retorik Kumpulan Puisi Syair Pemanggul Mayat Mayat

2.3.5 Proses Naturalisasi Figur Retorik Puisi “Siulan Hitam Raut Kematian” Proses pengubahan figur retorik menjadi bentuk yang lebih sederhana Proses pengubahan figur retorik menjadi bentuk yang lebih sederhana

disebut dengan proses naturalisasi. Proses tersebut bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mudah terhadap imaji dengan merujuk pada citraan yang dihadirkan oleh figur retorik. Pada tahap ini tiap figur retorik dianalisis dengan mencermati citraan masing-masing berdasarkan kemunculan dan hubungannya dengan diksi-diksi lain yang ikut membangun imaji.

Pada bait pertama, figur retorik 1.1 menghadirkan citraan kuasa atau kendali. Figur retorik 1.2 menghadirkan citraan kelemahan. Diksi menjulur

memberikan citraan mengarah, mendekat, menuju. Diksi dasar menunjukkan titik paling bawah atau titik awal waktu. Dengan demikian kalimat pertama dapat dibaca dengan kendali ingatanku lemah, menuju ke titik awal waktu. Figur retorik 1.3 menghadirkan citraan udara sekitar berhubungan dengan yang dirasakan. Diksi beku berhubungan dengan diksi sedih yang mencitrakan pengendapan atau sesuatu yang tertahan. Figur retorik 1.4 menghadirkan citraan jiwa yang mati. Figur retorik 1.5 menghadirkan citraan kebebasan. Diksi melayang membawakan citraan berkitar atau beredar mengelilingi. Figur retorik 1.6 menghadirkan citraan rasa perih. Dengan demikian kalimat kedua dapat dibaca dengan semalaman perasaan yang sedih mengendap, jiwa yang mati dari suatu keleluasaan memenuhi, menciptakan keperihan tatapanku. Figur retorik 1.7 menghadirkan citraan kekejaman. Perusuh dapat dipahami sebagai orang-orang yang berbuat kerusakan. Figur retorik 1.8 menghadirkan citraan logika dan kesadaran. Diksi

figur retorik 1.8 dapat dipahami sebagai perasaan yang berkaitan dengan kesadaran. Dengan demikian kalimat ketiga dapat dibaca dengan seperti kekejaman di tangan para pembuat kerusakan, aku begitu menderita, seluruh perasaan yang berkaitan dengan kesadaran membusuk dalam paruku. Figur retorik 1.9 menghadirkan citraan tanpa tabir atau penghalang. Figur retorik 1.9 juga dapat dipahami dengan tanpa pelindung. Figur retorik 1.10 menghadirkan citraan keburukan. Diksi menggayuti bermakna membebani. Dengan demikian kalimat keempat dapat dibaca dengan aku tak berpelindung, segala keburukan membebani pelirku. Figur retorik 1.11 menghadirkan citraan suara kesakitan. Figur retorik 1.12 menghadirkan citraan keperihan. Dengan demikian kalimat kelima dapat dibaca dengan seteguk kekosongan menyuarakan kesakitan menciptakan keperihan pada urat nadiku.

Selanjutnya pada bait kedua, figur retorik 2.1 menghadirkan citraan proses yang sempurna atau dapat dipahami dengan kesempurnaan. Figur retorik 2.2 menghadirkan citraan suara menggemuruh yang memenuhi. Diksi luka merujuk pada citraan figur retorik 1.6, keperihan. Dengan demikian kalimat keenam dapat dibaca dengan kesempurnaan sesuatu yang menggemuruh menjelaskan keperihan kejalanganku. Figur retorik 2.3 berkaitan dengan diksi fantasi menghadirkan citraan seksual. Figur retorik 2.4 menghadirkan citraan siksaan. Figur retorik 2.5 menghadirkan citraan kisah. Diksi seratus menghadirkan citraan kesempurnaan nilai. Diksi ektase atau ekstase bermakna kondisi trans atau di luar kesadaran. Figur retorik 2.6 menghadirkan citraan ketidakberhargaan. Dengan demikian kalimat ketujuh dapat dibaca dengan fantasi seksual terlaknat memberikan siksaan

kisah sempurna dari ketaksadaran diri yang tidak berharga. Figur retorik 2.7 menghadirkan citraan sembunyi. Figur retorik 2.8 menghadirkan citraan titik paling bawah gema, dapat dipahami sebagai ketiadaan suara. Dengan demikian kalimat kedelapan dapat dibaca dengan aku berdiam dalam kesunyian. Figur retorik 2.9 menghadirkan citraan kenangan masa lalu. Figur retorik 2.10 menghadirkan citraan akhir kehidupan. Diksi karam yang bermakna tenggelam. Figur retorik 2.11 menghadirkan citraan bersuara gelegar dan kalut. Maka figur retorik 2.11 dapat dipahami dengan penyampaian penuh hasrat. Dengan demikian kalimat kesembilan dapat dibaca dengan kenangan masa lalu dan akhir kehidupan tersampaikan dengan sepenuh hasrat lewat sajakku. Figur retorik 2.12 menghadirkan citraan terampas. Figur retorik 2.13 menghadirkan citraan peringatan. Dengan demikian kalimat kesepuluh dapat dibaca dengan syahwatku terampas, menjelma sajak peringatan. Pada kalimat selanjutnya ode patung

merupakan pengulangan dan penegasan sebelumnya. Diksi runtuh dapat dibaca sebagai hancur. Figur retorik 2.14 menghadirkan citraan kegelapan. Dengan demikian kalimat kesebelas dapat dibaca dengan sajak peringatan yang hancur di tengah kegelapan. Figur retorik 2.15 menghadirkan citraan daya yang mempengaruhi. Diksi singup merupakan kata dalam bahasa Jawa yang bermakna seram atau mencekam. Figur retorik 2.16 menghadirkan citraan rasa panas yang menghancurkan. Figur retorik 2.17 menghadirkan citraan tanda ungkapan perasaan. Dengan demikian kalimat kedua belas dapat dibaca dengan daya yang magis dan singup dari hawa panas yang mengakibatkan penderitaan berbunyi dengan keras, menjelma tanda ungkapan perasaan. Figur retorik 2.18

menghadirkan citraan muda. Figur retorik 2.19 menghadirkan citraan diam. Dengan ketiga belas dapat dibaca dengan tanda ungkapan perasaan yang muda yang diharamkan Tuhan pada sosok yang diam.

Figur retorik 3.1 yang disandingkan dengan diksi salju, menghadirkan citraan kebekuan. Figur retorik 3.1 dapat dipahami sebagai kesedihan yang begitu lama. Figur retorik 3.2 menghadirkan citraan kisah buatan. Diksi mengubur

memberikan citraan menyembunyikan. Figur retorik 3.3 menghadirkan citraan masa yang sempurna. Figur retorik 3.4 menghadirkan citraan nyala berkilauan. Dengan demikian kalimat keempat belas dapat dibaca dengan dalam kesedihan yang begitu dalam dan lama, kegamangan buatan yang tak terpahamkan menyembunyikan kerinduan masa silam yang sempurna dan berkilauan di puncak mataku. Figur retorik 3.5 menghadirkan citraan ruang yang bergetar. Figur retorik 3.6 menghadirkan citraan kemegahan. Figur retorik 3.7 menghadirkan citraan kebahagiaan. Figur retorik 3.8 menghadirkan citraan kemesraan. Figur retorik 3.9 menghadirkan citraan penderitaan. Dengan demikian kalimat kelima belas dapat dibaca dengan seketika aku berilusi bergetar, rasa ngeri menciptakan kemegahan kebahagiaan dari kemesraan dan penderitaan. Figur retorik 3.10 menghadirkan citraan orang terpilih sebagai pembawa kabar. Figur retorik 3.10 dapat dipahami sebagai orang yang dipilih untuk bicara (pesan Tuhan). Dengan demikian kalimat keenam belas dapat dibaca dengan aku adalah orang yang seharusnya bicara namun kebisuan menjadi takdirku. Figur retorik 3.11 menghadirkan citraan kehancuran atau akhir dunia. Figur retorik 3.12 menghadirkan citraan menetap teguh. Dengan demikian kalimat ketujuh belas dapat dibaca dengan kelak

kutinggalkan Sorga meski kehancuran dunia yang sesat menetap teguh di jalan nafasku. Figur retorik 3.13, kata besat tidak tercatat sebagai kosakata bahasa Indonesia. Indikasi kesalahan cetak merujuk pada beberapa kata yang mungkin misalnya, bersat, besar, dan pesat. Mencermati hubungannya dengan diksi lain dalam kalimat, figur retorik 3.13 menghadirkan citraan kehadiran sepintas. Figur retorik 3.14 menghadirkan citraan bunyi panggilan. Kalimat kedelapan belas dapat dibaca dengan kegelapan begitu pekat, menghadirkan sepintas panggilan. Figur retorik 3.15 menghadirkan citraan mengerikan. Maka kalimat kesembilan belas dapat dibaca dengan panggilan mengerikan gambaran kematianku.

Secara rinci perubahan figur retorik menjadi bentuk yang lebih sederhana dapat dibaca pada tabel berikut.

Tabel 11 Proses Naturalisasi Figur Retorik Puisi “Siulan Hitam Raut Kematian”

Member Prose

s Class Proses Member

Tangan Bagian tubuh yang

dapat menjulur Bagian tubuh untuk memegang

Bagian tubuh untuk mengendalikan

Apa-apa yang mengendalikan

Kurus Tidak memiliki

volume tubuh Tidak berdaging Tampak kecil Apa-apa yang tampak kecil Angin Kesegaran Gerakan lembut Udara yang berhembus disekitar Apa-apa yang dirasakan di sekitar Arwah Jiwa Roh Kematian Apa-apa yang menunjukkan kematian

Burung-burung Hewan bersayap Hewan yang terbang Hewan yang bebas

Apa-apa yang bergerak bebas Melukai Menyakiti Menimbulkan darah Menimbulkan rasa perih Apa-apa yang menimbulkan rasa perih

Parang Benda tajam

Benda mengerikan Benda dalam kerusuhan

Apa-apa yang ada dalam kerusuhan

Pengetahuan Segala yang diingat Segala yang

dipahami Segala yang menunjukkan akal sehat

Apa-apa dalam akal sehat

Bugil Telanjang bulat

Tanpa pakaian Tanpa penutup

Apa-apa yang tanpa penutup

Kejahatan Tindakan buruk Tindakan melanggar Tindakan merusak dan merugikan Apa-apa yang merusak dan merugikan

Memekik Bersuara tinggi

Bersuara lantang Mengeluarkan jeritan

Apa-apa yang menjerit

Menyayat Menimbulkan luka

dengan rasa perih Apa-apa yang menimbulkan keperihan

Kupu-kupu Hewan

berwarna-warni

Hewan yang indah Hewan dengan metamorfosis sempurna Apa-apa yang menunjukkan kesempurnaan

Geludhuk Suara di langit Suara gemuruh Suara menggelegar

Apa-apa yang bersuara gelegar yang melingkupi

Ranjang Benda keras Tempat tidur Tempat yang intim

Apa-apa yang intim

Mencambukkan Memukul berulang Memukul dengan lecutan Menyiksa Apa-apa yang menyiksa Narasi Penjelasan Kisah Uraian panjang Apa-apa yang diuraikan dengan panjang

Perdu Tumbuhan yang

tidak tinggi Tumbuhan yang lemah Tumbuhan yang diacuhkan Apa-apa yang diacuhkan Berlindung Bersembunyi Menyelamatkan Berada di dalam Apa-apa yang di dalam

Dasar gema Titik terdalam suara Titik tak tampak suara

Titik paling bawah suara

Apa-apa yang di bawah suara

Sejarah Peristiwa fakta

Peristiwa penting Peristiwa lalu

Apa-apa yang terjadi di waktu lalu

Maut Nyawa yang hilang

Keadaan mengagumkan Kematian Apa-apa yang menunjukkan kematian

Berledakan Suara keras

Suara mengagetkan Suara menghentak Apa-apa yang menghentak Samun Mencuri Menghilangkan Mengambil Apa-apa yang mengambil

Monumen batu

Peringatan untuk mengingat

Kabut Udara yang padat

Suasana kelam Keadaan menutupi

Apa-apa yang menutupi

Sihir Kekuatan magis

Kekuatan Memperdayai

Apa-apa yang berdaya ajaib

Taifun Angin yang panas

Angin yang mencekam

Angin yang merusak

Apa-apa yang merusak

Kecupan Sentuhan bibir

Kemesraan Tanda rasa sayang

Apa-apa yang menunjukkan perasaan sayang

Hijau Warna daun

Warna yang segar Warna yang muda

Apa-apa yang menunjukkan kemudaan

Batu Benda yang keras

Benda yang kaku Benda yang diam

Apa-apa yang diam

Dasar timbunan

salju Terbebani tumpukan Tersembunyi di bawah

Kebekuan

Apa-apa yang terasa membeku

Dongeng Kisah pengantar

tidur

Kisah impian Kisah tidak benar-benar terjadi

Apa-apa yang tidak benar-benar terjadi

Abad Era zaman

Waktu yang lama Waktu yang bernilai seratus

Apa-apa yang bernilai seratus

Kunang-kunang Hewan kecil Hewan malam Hewan bercahaya

Apa-apa yang bercahaya berkilauan

Kehancuran

Bumi yang bergetar bergetar Kubah marmar Bangunan berharga

tinggi Bangunan yang keras Bangunan yang megah Apa-apa yang megah Bunga-bunga Berwarna-warni Mengeluarkan harum Berhiaskan keindahan Apa-apa yang tampak indah

Ciuman Gerakan hidung

Keintiman Kemesraan Apa-apa yang menampakkan kemesraan Kutuk Hukuman Kebencian Terkena laknat Apa-apa yang terkena laknat

Rasul Seorang laki-laki

Penyampai pesan Pengemban tugas dari Tuhan

Apa-apa yang ditugaskan Tuhan

Kiamat Kejadian akhir

zaman Hari kebangkitan Kehancuran dunia Apa-apa yang menampakkan kehancuran

Bersitegak Saling berdiri Saling kaku Saling menetap Apa-apa yang benar-benar tetap Membesatkan Menyisakan Menggoreskan Muncul dengan cepat

Apa-apa yang cepat

Siulan Bunyi burung

Bunyi harmonis Bunyi untuk mengundang Apa-apa yang ditujukan untuk mengundang

Hitam Kesuraman Kematian Warna kegelapan Apa-apa yang ditampakkan kegelapan

Pada tabel di atas dapat dicermati masing-masing figur retorik menghadirkan citraan tertentu yang mengarahkan pembacaan teks ke bentuk yang lebih sederhana. Pembacaan tersebut dapat dicerna sebatas pembacaan terpisah. Masih terdapat bagian-bagian kalimat yang tampak tidak koheren sebagai satu kesatuan. Diperlukan pembacaan menyeluruh untuk mengikat seluruh tampakan teks menjadi satu situasi.

2.3.6 Proses Naturalisasi Figur Retorik Puisi “Suara Lonceng yang Sekarat”

Dalam dokumen SYAIR PEMANGGUL MAYAT KARYA INDRA TJAHYADI (Halaman 145-154)

Garis besar

Dokumen terkait