• Tidak ada hasil yang ditemukan

ndeks Pembangunan Manusia ( I PM) Kabupaten Garut Tahun 2009 s.d 2013* *

Dalam dokumen BUKU Perda No 3 Tahun 2014 RPJMD 2014 2019 (Halaman 63-66)

NO INDIKATOR Pencapaian Target 2012 Capaian % 2012 Proyeksi 2013** Target 2014 % Capaian 2013 2009 2010 2011*) 2012*) 1 IPM 70,98 71,36 71,70 72,12 72,77 99,11 72,73 73,85 98,48 A INDEKS PENDIDIKAN 82,15 82,27 82,35 82,36 83,02 99,21 83,01 83,41 99,52

Angka Melek Huruf (%) 98,93 98,94 98,96 98,98 99,22 99,76 99,28 99,32 99,96 Rata‐Rata Lama

Sekolah (tahun) 7,29 7,34 7,37 7,37 7,59 97,10 7,57 7,74 97,80

B INDEKS KESEHATAN 67,00 67,67 68,33 68,98 68,43 100,80 69,76 69,5 100,37

Angka Harapan Hidup

(tahun) 65,20 65,60 66,00 66,39 66,06 100,50 66,86 66,7 100,24

Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran

Hidup) 51,65 50,87 50,62 49,95 50,03 100,16 49,29 48,76 98,91

Angka Kematian Ibu (Per 100.000

kelahiran) 219,64 210,86 202,07 193,29 193,3 100,01 184,50 175,7 94,99

C INDEKS DAYA BELI 63,78 64,13 64,42 65,00 66,85 97,23 65,41 68,65 95,28

Kemampuan Daya Beli

(000 Rp) 636,01 637,49 638,77 641,28 649.264 98,77 643,05 657.048 97,87

Sumber : BPS Kabupaten Garut, Oktober 2013, **) Angka Sementara

Gambar 2. 13 Perkembangan Pencapaian I PM Kabupaten Garut Tahun 2009- 2013

Secara umum, peningkatan capaian IPM di Kabupaten Garut pada periode tahun 2009-2013 tampak lebih banyak disumbang dari semakin membaiknya Indeks kesehatan yang diproyeksikan mengalami peningkatan sebesar 2,76 poin atau 4,12% dari sebesar 67 poin pada tahun 2009 menjadi 69,76 poin (angka sementara) pada tahun 2013. Peningkatan pencapaian indeks kesehatan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan yang positif dari pencapaian nilai Angka Harapan Hidup (AHH), dimana sampai dengan Tahun 2013, AHH diproyeksikan mencapai 66,86 tahun, yang berarti meningkat 1,66 tahun atau 2,55% dari Tahun 2009 yang mencapai sebesar 65,20 tahun pada tahun 2009. Akan tetapi menurut data terakhir yang dipublikasikan oleh Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat tahun 2012, AHH Kabupaten Garut adalah sebesar 66,43 tahun, tertinggal 2,17 tahun dari AHH Provinsi Jawa Barat sebesar 68,60 tahun.

Kenaikan angka kontribusi AHH tersebut memberikan gambaran adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Garut secara makro. Hal ini tidak terlepas dari peran kinerja pemerintah antara lain melalui program jamkesmas. Peran pemerintah tersebut masih perlu untuk ditingkatkan yaitu untuk mengejar ketertinggalan dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Barat.

Angka Harapan Hidup sebagai suatu variabel dalam indeks pembangunan manusia, akan berkaitan erat dengan Angka Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan kondisi eksisting, memberikan indikasi bahwa kebijakan pembangunan bidang kesehatan masih perlu ditingkatkan dalam rangka menekan masih tingginya tingkat kematian bayi. Pada tahun 2013 diproyeksikan terjadi penurunan angka kematian sebesar 2,36 kematian per 1000 kelahiran hidup atau sebesar 4,58% dari sebesar 51,65 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009 menjadi sebesar 49,29 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Disisi lain, Angka Kematian Ibu (AKI) juga diproyeksikan mengalami penurunan 16% atau 35,14 kematian per 100.000 kelahiran dari sebesar 219,64 per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 menjadi sebesar 184,50/100.000 kelahiran pada tahun 2013 (angka sementara).

Salah satu faktor utama yang menghambat akselerasi dari pertumbuhan AHH banyak disebabkan karena masih tingginya persentase penolong kelahiran yang dilakukan oleh tenaga non medis serta pengetahuan ibu yang masih minim tentang kesehatan balita yang juga terefleksi dari RLS wanita di Kabupaten Garut yang masih rendah. Kondisi inilah yang menyebabkan masih relatif tingginya angka kematian bayi (AKB) yang sangat berpengaruh pada rendahnya Angka Harapan Hidup secara umum. Hal yang cukup berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah persentase perumahan dengan atap daun dan dinding bukan tembok yang masih cukup tinggi di Kabupaten Garut. Di samping itu, tingkat ketersediaan yang rendah dan penyebaran yang kurang merata dari fasilitas dan tenaga medis juga merupakan penyebab yang cukup dominan dari rendahnya AHH di Kabupaten Garut.

daya beli yang cukup signifikan. Kondisi tersebut dapat dimaklumi karena kualitas masyarakat akan meningkat manakala daya belinya mengalami peningkatan sehingga memiliki kekuatan yang relatif tinggi untuk mengakses fasilitas-fasilitas kesehatan dan pendidikan. Dengan kata lain, daya beli masyarakat yang menguat akan meningkatkan responsibilitas masyarakat terhadap penyediaan fasilitas-fasilitas di bidang kesehatan dan pendidikan yang juga merupakan intervensi Pemerintah di sektor-sektor bersangkutan. Sinergisitas antara intervensi pada sektor kesehatan dan pendidikan, berupa peningkatan ketersediaan maupun penyebaran fasilitas kesehatan dan pendidikan, dengan daya beli masyarakat tersebut secara otomatis akan mendongkrak seluruh komponen dalam IPM.

Kondisi indeks daya beli dipengaruhi kondisi eksternal Kabupaten Garut, seperti kebijakan fiskal, moneter dan kenaikan harga BBM. Terdapat beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap dinamika kekuatan daya beli masyarakat, yaitu faktor pendapatan dan inflasi atau tingginya harga barang dan jasa. Pada tahun 2013 nilai Indeks Daya Beli diproyeksikan mencapai 65,41 poin atau mengalami proyeksi peningkatan sebesar 1,63 poin atau sebesar 2,55% dari Tahun 2009 sebesar 63,78 poin. Peningkatan pada periode ini tidak lepas dari kebijakan Pemerintah yang berhasil menciptakan iklim yang diminati oleh investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Garut yang merupakan wilayah yang memiliki sumber daya dan pangsa pasar yang cukup potensial. Dengan meningkatnya intensitas investasi yang ditanamkan di wilayah ini otomatis akan memperbesar aliran pendapatan ke masyarakat yang berimplikasi pada peningkatan daya beli secara makro. Peningkatan capaian Indeks Daya Beli tersebut dipengaruhi oleh peningkatan Kemampuan Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP), dimana sampai dengan Tahun 2013 PPP diproyeksikan mencapai Rp.643.050,-, yang berarti meningkat 0,77% dari Tahun 2009 yang mencapai sebesar Rp.636.010,- (angka perbaikan) pada tahun 2009. Namun demikian, masih perlu dicermati bahwa kondisi ini masih belum menunjukkan kualitas kemampuan ekonomi masyarakat secara riil, karena tingkat daya beli masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal Kabupaten Garut yang berkembang.

Sementara itu, walaupun dengan kontribusi yang relatif rendah dibandingkan indeks daya beli dan indeks kesehatan, derajat pendidikan masyarakat secara makro mengalami peningkatan, yang terefleksi dari pencapaian nilai Indeks Pendidikan pada tahun 2013 diproyeksikan sebesar 83,01 poin yang mengalami peningkatan sebesar 0,86 poin atau 1,04% dibandingkan pencapaian Tahun 2009 sebesar 82,15 poin. Pencapaian nilai Indeks Pendidikan ini dipengaruhi oleh pencapaian nilai Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dimana pada Tahun 2013, RLS diproyeksikan mencapai 7,57 Tahun, yang berarti meningkat 0,28 tahun atau 3,84% dari pencapaian RLS tahun 2009 sebesar 7,29 tahun. Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk berusia 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal, yang turut ditentukan oleh variabel angka putus/melanjutkan sekolah dan angka partisipasi sekolah seperti APM/APK pada masing-masing tingkat pendidikan.

Bersamaan dengan itu, Angka Melek Huruf (AMH) sebagai salah satu variabel dari indeks pendidikan, pada tahun 2013 diproyeksikan sebesar 99,28% mengalami peningkatan 0,35 % dari Tahun 2009 sebesar 98,93%. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa sampai dengan Tahun 2013 kemampuan baca masyarakat Kabupaten Garut terus mengalami kenaikan.

Gambar 2. 14 Perkembangan Prosentase Peningkatan I PM

Tahun 2009- 2013

Kondisi IPM Kabupaten Garut sampai Tahun 2012 masih terpaut 1,07 poin dari pencapaian IPM Jawa Barat sebesar 73,19 poin, dengan capaian indeks daya beli sudah diatas Jawa Barat dengan selisih sebesar 0,83 poin, sementara untuk capaian indeks pendidikan dan indeks kesehatan masih terpaut masing-masing 0,39 poin dan 3,69 poin. Hal ini menggambarkan bahwa capaian kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Garut secaraumum masih berada dibawah rata-rata pencapaian Jawa Barat.

Tabel 2. 10

Perbandingan I PM Kabupaten Garut dan Jaw a Barat

Dalam dokumen BUKU Perda No 3 Tahun 2014 RPJMD 2014 2019 (Halaman 63-66)