• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjuangan bantuan hukum selalu dituntut adanya rekayasa untuk memihak kepada rakyat miskin yang lemah dan buta hukum.29YLBH Indonesia berperan dalam menginisisasi terbitnya UU Bantuan Hukum, saat dilaksanankan pertemuan puncak bantuan hukum yang dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 24 April 2006.30

29

Adnan Buyung Nasution, “Hukum dan Kendala Pemerataan Keadilan”, dalam Artidjo Alkostar, ed., Perkembangan Hukum dalam Perspektif Politik Hukum Nasional, (Jakarta : CV. Rajawali, 1985), h. 190.

30

Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam

Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia , h. 476.

Sejak saat itu, advokasi kebijakan untuk mendorong penyusunan bantuan hukum dan pemasukannya sebagai salahsatu RUU prioritas dalam Program Legislasi Nasional (Proglegnas) terus dilakukan.31Tanggung jawab negara untuk menjamin pemberian bantuan hukum di Indonesia merupakan sebuah perjalanan yang cukup panjang.

Pada tanggal 2 November 2011 Presiden mengesahkan UU Bantuan Hukum. Pengesahan UU No. 16 Tahun 2011 itu menjadi babak baru dalam pemberian bantuan hukum di Indonesia. Pemberian bantuan hukum yang awalnya hanya dijalankan secara swasta oleh lembaga bantuan hukum (LBH) dan organisasi kepengacaraan berdasarkan prinsip pro bono32yang diatur dalam UU tentang advokat dan Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2008, bertransformasi menjadi tanggung jawab negara. 33

Dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 (pasal 2) dan penjelasannya, bantuan hukum dilaksanakan berdasarkan pada asas-asas sebagai berikut; asas keadilan;34 persamaan kedudukan di dalam hukum;35

31

Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia, h.477.

32

Istilah pro bono adalah pemberian layananan/bantuan hukum yang diberikan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu.

33

Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam

Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan hukum di Indonesia, h.476

34

Asas keadilan adalah menempatkan hak dan kewajiaban setiap orang secara proporsional, patut, benar, baik dan tertib.

35

Asas persamaan kedudukan di dalam hukum adalah bahwa setiap orang mempunyai hak dan perlakuan yang yang sama di depan hukum serta kewajibannya menjungjung tinggi hukum.

keterbukaan;36efisiensi;37 efektifitas;38 dan akuntabilitas39. Beberapa asas tersebut merupakan asas pelaksanaan Undang-Undang Bantuan Hukum.

Di dalam penyelenggaraan bantuan hukum (pasal 6, dan 7) pemberian bantuan hukum dalam Undang-Undang di selenggarakan oleh menteri40 dan dilaksanakan oleh pemberi bantuan hukum berdasarkan undang-undang ini41. Menteri berwenang untuk melakukan verifikasi dan akreditasi terhadap lembaga bantuan hukum yang nantinya akan memberikan bantuan hukum serta menerima subsidi berdasarkan Undang-Undang .

Adapun lembaga bantuan hukum sebagai memberi bantuan hukum (pasal 10) berkewajiban untuk, melaporkan program bantuan hukum kepada menteri, melaporkan setiap pengguna anggaran negara yang digunakan untuk pemberian bantuan hukum berdasarkan Undang-Undang, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bantuan hukum bagi advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum yang di rekrut sebagai mana pasal 9 huruf a; menjaga kerahasiaan data, informasi dan /atau keterangan

36

Asas keterbukaan adalah memberiakn akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi secara lengkap, benar jujur, dan tidak memihak dalam mendapatkan jaminan keadilan atas dasar hak secara konstitusional.

37

Asas efisiensi adalah memaksimalkan pemberian bantuan hukum melalui penggunaan sumber anggaran yang ada.

38

Asas efektivitas adalah menentukan pencapaian tujuan pemberian bantuan hukum secara tepat.

39

Asas akuntabilitas adalah bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan bantuan hukum harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

40

Mentri adalah mentri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang hukum dan hak asasi manusia.

41

Ketentuan ini tidak mengurangi kewajiban propesi advokat untuk menyelanggarakan bantuan hukum berdasarkan undang-undang mengenai advokat.

yang diperoleh dari penerima bantuan hukum berkaitan dengan perkara yang sedang ditanganinya, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang dan; menberikan bantuan hukum berdasarkan syarat dan tata cara yang ditentukan dalam Undang-Undang ini sampai perkaranya selesai, kecuali ada alasan yang sah secara hukum.

Hak dan kewajiban penerima bantuan hukum terdapat dalam (pasal 12), adapun hak peneriama bantuan hukum, mendapatkan bantuan hukum hingga masalahnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai hukum tetap, selama beneriama bantuan hukum yang bersangkutan tidak mencabut serat kuasa, mendapatkan bantuan hukum sesuai dengan standar bantuan hukum dan/atau kode etik advokat, dan mendapatkan informasi dan dokumentasi yang berkaitan dengan pelaksanaan bantuan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Penerima bantuan hukum berkewajiban (pasal 13) sebagai berikut: menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar kepada penerima bantuan hukum, membantu kelancaran pemberian bantuan hukum.

Adapun syarat dan tata cara pemberian bantuan hukum (pasal 14) sebagai pemohon bantuan hukum harus memenuhi syarat-syarat:

a. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas permohonan dan uraian singkat mengnai pokok persoalan yang dimohonkan bantuan hukum

b. Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara, dan c. Melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau

pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon bantuan hukum.

Jika pemohon bantuan hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis, pemohon secara tertulis, pemohon dapat diajukan secara lisan. Tata cara pemberian bantuan hukum terdapat dalam (pasal 15), yakni pemohon bantuan hukum permohonan bantuan hukum kepada pemberi bantuan hukum, maka dalam waktu paling lama 3 (hari) kerja setelah permohonan bantuan hukum dinyatakan lengkap harus memberikan jawaban menerima atau menolak permohonan tersebut, dalam hal permohonan diterima, pemberi bantuan hukum memberikan bantuan hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari penerima bntuan hukum, dalam hal permohonan ditolak, pemberi bantuan hukum mencantumkan alasan penolakan.

Peranan bantuan hukum diperlukan dan digunakan untuk penyelenggaraan bantuan hukum yang sesuai dengan Undang-Undang Bantuan Hukum ini yakni dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan pemerintah wajib mengalokasikan dana penyelenggaraan bantuan hukum tersebut pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang hukum dan hak asasi manusia (pasal 16 dan 17).

Undang-Undang No. 16 tahun 2011 adalah Undang-Undang Bantuan Hukum yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh pemberi bantuan hukum yang telah diseleksi, verifikasi, dan akreditasi, yakni lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan hukum berdasarkan undang-undang ini.

40