• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meskipun bantuan hukum tidak secara tegas dinyatakan sebagai tanggung jawab negara namun pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara

7

Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2014), h. 464.

8

Didi Kusnadi, Bantuan Hukum dalam Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h. 9

Indonesia adalah Negara Hukum, negara mengakui dan melindungi hak azasi manusia bagi setiap individu termasuk hak atas bantuan hukum.9

Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum kepada warga negara merupakan upaya untuk memenuhi dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak azasi warga negara akan membutuhkan akses terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan dihadapan hukum (equality before the law) jaminan atas hak konstitusi tersebut belum mendapatkan perhatian secara memadai, sehingga dibentuklah Undang-Undang Bantuan Hukum yang dijadikan dasar untuk menjamin warga negara khususnya bagi orang atau sekelompok orang miskin untuk mendapatkan akses keadilan (access to justice) dan kesamaan dihadapan hukum.10

Acces to justice, akses terhadap keadilan erat kaitannya dengan bantuan hukum sebagaimana pula dikenal dalam bahasa Ingris dengan istilah legal aid atau legal services. Kedua istilah tersebut mengandung makna sebagai jasa hukum yang diberikan oleh advokat atau pengacara kepada kalangan masyarakat pencari keadilan.11

9

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peran Peradilan Agama dalam Pengembangan Access to justice di Indonesia, (T,tp: Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2012), h. 20.

10

Ibid., h.20 11

Lebih dari itu, accses to justice dengan segala bentuknya merupakan representasi dari hak mendapatkan akses keadilan bagi setiap orang. Dengan kata lain, hak tersebut menjadi dasar bagi adanya pengakuan semua orang sama kedudukannya di depan hukum (equality before the law).12

Menurut Zulaidi (Anwar dan Adang, 2009:246) bantuan hukum berasal dari istilah legal assistence dan legal aid.” Legal aid biasanya digunakan untuk bantun hukum dalam arti sempit berupa pemberian jasa dibidang hukum kepada orang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma atau gratis bagi mereka yang tidak mampu (miskin). 13

Sedangkan pengertian legal assistance dipergunakan untuk menunjukan pengertian bantuan hukum oleh para advokat yang mempergunakan honorarium. Menurut Uli Parulian istilah bantuan hukum mengalami perkembangan yaitu dari istilah legal assistence menjadi legal

aid.14

Bantuan hukum pada umumnya atau legal aid, diartikan sebagai bantuan hukum (baik yang berbentuk pemberian nasehat hukum, maupun yang berupa menjadi kuasa dari pada seseorang yang berperkara) yang diberikan kepada orang yang tidak mampu keadaan ekonominya, sehingga

12

Ibid., h.13-14. 13

Alpon Kurnia Palma, “Sistem Bantuan Hukum di Indonesia”, dalam Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia, h. 468.

14

Faris Vareryan Libert Wangge, “Bantuan Hukum Cuma-Cuma Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011”, artikel ini di akses pada 06 Agustus 2012 dari

ia tidak dapat membayar biaya (honorarium) kepada seorang pembela atau pengacara.15

Menurut Frans Hendra Winarta, bantuan hukum adalah konsep untuk mewujudkan persamaan di hadapan hukum (equality before the law) dan pemberian jasa hukum dan pembelaan (accses to legal counsel) bagi semua orang dalam rangka keadilan untuk semua orang (justice for all).16

Lokakarrya Bantuan Hukum Tingkat Nasional pada tahun 1978, mengertikan bantuan hukum sebagai kegiatan pelayanan hukum yang diberikan kepada golongan yang tidak mampu (miskin) baik secara perorangan maupun kepada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak mampu secara kolektif.17

Undang-Undang Bantuan Hukum No. 16 Tahun 2011, yang merupakan peraturan yang dijadikan landasan bantuan hukum di Indonesia, dalam pasal 1 (a), yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.

Dalam Undang-Undang Bantuan Hukum penerima jasa bantuan hukum adalah orang atau sekelompok orang miskin yang menghadapi

15

Santoso Poedjosoebroto, “Pemberian Bantuan Hukum oleh Fakultas Hukum Negeri dan Pelaksanaan Tugas Peradilan”. Dalam Pemberian Bantuan Hukum oleh Fakutas Hukum Negeri, (Jakarta: departemen penerangan RI, 1976), h. 61.

16

Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum Di Indonesia, Hak di Dampingi Penasehat Hukum bagi Semua Warga Negara, h. 57.

17

Alpon Kurnia Palma, Sistem Bantuan Hukum di Indonesia, dalam Muhammad Yasin, Herlambang Perdana, ed., Pedoman Bantuan Hukum di Indonesia, h. 469.

masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik di luar pengadilan maupun di dalam pengadilan.

Miskin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak berharta atau serba kekurangan (penghasilannya sangat rendah).18 Dan yang dimaksud dengan orang miskin menurut Undang-Undang Bantuan Hukum adalah orang yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri. Hak dasar adalah hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan, atau tidak mampu secara ekonomi yang dapat dibuktikan.19 Sebagaimana yang dimaksud dalam PERMA No. 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Yang Tidak Mampu Di Pengadilan.20

Bantuan hukum adalah pemberian layanan hukum di pengadilan bagi masyarakat yang tidak mampu di pengadilan, meliputi pembebasan biaya perkara, sidang di luar gedung pengadilan, dan Posbakum pengadilan di lingkungan peradilan umum, pengadilan agama, dan peradilan tata usaha negara.21

Dengan memuat dasar hak setiap orang yang tersangkut perkara untuk memperoleh bantuan hukum dan negara menanggung biaya perkara bagi

18

KBBI v1.1. 19

Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum 20

PERMA No. 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu Di Pengadilan.

21

PERMA No. 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu Di Pengadilan.

pencari keadilan yang tidak mampu, maka Mahkamah Agung mengeluarkan SEMA No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum, dimana SEMA ini mengatur lebih rinci mengenai bagaimana bantuan hukum di peradilan dilaksanakan. Lalu SEMA tersebut digantiakan dengan PERMA No. 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu Di Pengadilan .