• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

4. Nilai dalam Pembelajaran Sains a.Definisi Nilai a.Definisi Nilai

Kata value, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi nilai berasal dari bahasa Latin valere atau valoir yang

dapat dimaknai sebagai kata harga..13 Nilai didefinisikan dengan cara

berbeda-beda oleh banyak ahli. Suroso menjelaskan definisi nilai menurut

13

Rohmat Mulyana. Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Alfabeta: Bandung. 2004), hal.7

para ahli, diantaranya Menurut Golden Alford (1964) nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Dalam pendidikan tentu saja pilihan yang diharapkan adalah nilai-nilai yang sesuai dengan tututan yang ada, baik yang berlaku dalam masyarakat

maupun ajaran Agama.14 Begitupun Mulyana dalam bukunya memaparkan

nilai menurut para ahli, yaitu Kluckohn yang merumuskan definisi nilai

sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir

tindakan.15

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulan bahwa nilai adalah suatu gagasan yang dijadikan rujukan dalam menentukan suatu hal atau tindakan yang merupakan tujuan tindakan akhir. Gagasan tersebut melekat dalam waktu yang relatif lama sehingga stabil, dan dinyatakan secara konsisten.

b. Pembagian Nilai dalam Pembelajaran Sains

Nilai banyak sekali jenisnya, tergantung dalam konteks mana kita menempatkannya, ada nilai spiritual atau religius, nilai moral, nilai estetika, nilai sosial, nilai intelektual, nilai ekonomi, dan lain-lain.

Mulyana memaparkan menurut Linda secara garis besar nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai nurani (value of being ) dan

nilai-nilai memberi (Value of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada

dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang. Nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan

atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan.16

Suroso menjelaskan pembagian menurut para ahli, diantaranya Darmadjo membagi nilai menjadi nilai sosial (etika, estetika, moral atauhumonaria), nilai ekonomi, dan nilai psikologi atau pedagogis. Dan

14

Suroso Adi Yudianto, Manajemen.., hal 46

15

Rokhmat Mulyana, Mengartikulasi…, hal 10

16

Spranger membagi nilai menjadi enam jenis, yaitu: nilai ekonomi, nilai ilmiah, niali sosial, nilai estetika, dan nilai religius. Sedangkan Einsten menyebutkan bahwa nilai sains mencakup nilai religius, praktis/manfaat,

sosial, intelektual, sosial-politik-ekonomi dan pendidikan.17

Dalam penelitian ini penulis mengambil pembagian nilai menurut Einsten, berikut penjelasan mengenai nilai-nilai menurut Einsten.

1. Nilai Religius

Nilai religius berorientasi pada nilai keimanan sebagai dasar segala pemikiran dan tindakan yang berhubungan dengan kesadaran

akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat asmaul

husna lainnya.18 Dalam Garis Besar Program Pengajaran salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah meningkatkan kesadaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran haruslah ada integrasi nilai-nilai agama. Agama dapat mengajari identitas pencipta kita yang keberadaannya dapat ditemukan, dan dengan agama yang diungkapkan, kita akan tahu bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah.

2. Nilai Praktis

Nilai praktis suatu bahan ajar sains berhubungan dengan aspek-aspek manfaat sains bagi kehidupan manusia. Nilai kemnfaatan dari suatu bahan ajar adalah dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Bahan ajar Biologi adalah banyak berkaitan dengan maslah kehidupan manusia, sehingga tidak disangsikan lahi memilki banyak nilai kemnfaatannya.

3. Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan adalah kandungan nilai yang dapat memberikan inspirasi atau ide-ide yang dimunculkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia setelah belajar dari prinsip-prinsip yang berlaku dalam suatu bahan ajar.

17

Suroso Adi Yudianto, Manajemen…, hal 47.

18

4. Nilai Sosial

Nilai sosial suatu bahan ajar merupakan model menjalin hubungan sesama manusia makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tetapi senantiasa memerlukan yang lain dalam melakukan berbagai kegiatan.

5. Nilai Intelektual

Nilai intelektual merupakan nilai kecerdasan seseorang agar menggunakan akalnya untuk memehami sesuatu dan tidak percaya akan tahayul, menyadari pentingnya pengetahuan dan pemahaman juga keterampilan untuk kehidupan.

c. Pendidikan dan Nilai

Nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara nilai dengan pendidikan dapat dilihat dari tujuan pendidikan itu sendiri.

Hubungan antara nilai dengan pendidikan sangat erat. Nilai dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan, baik dalam memilih maupun dalam memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar. Melalui persepsi nilai guru dapat mengevaluasi siswa. Dan melalui nilai itulah manusia dapat bersikap kritis terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan pendidikan. Merujuk pada pendapat Kniker (1997), nilai merupakan istilah yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Dalam gagasan Pendidikan Nilai yang ia kemukakan, nilai selain ditempatkan sebagai inti dari proses dan tujuan pembelajaran, setiap

huruf dari kata value dirasionalisasikannya sebagai tindakan-tindakan

pendidikan. Sehingga ia menuangkan kata-kata tersebut sebagai tahap

penyadaran nilai19. Tahapan-tahapan itu adalah:

a. Value identification (identifikasi nilai). Pada tahap ini, nilai yang menjadi target pembelajaran perlu diketahui oleh setiap peserta didik.

19

b. Activity (kegiatan). Pada terhap ini peserta didik dibimbing untuk melakukan tindakan yang diarahkan pada penyadaran nilai yang menjadi target pembealajaran.

c. Learning aids (alat bantu belajar). Alat bantu adalah benda yang dapat memperlancar proses belajar nilai.

d. Unit interaction (interaksi kesatuan). Tahap ini melanjutkan tahapan kegiatan dengan semakin memperbanyak strategi atau cara yang dapat menyadarkan peserta didik terhadap nilai.

e. Evaluation segment (bagian penilaian). Tahap ini diperlukan untuk memeriksa kemajuan belajar nilai melalui penggunaan beragam teknik evaluasi nilai.

Nilai sangat luas maknanya, maka dari itu dibutuhkan beberapa pendekatan utama untuk pengembangan nilai, yaitu sebagai berikut:

1) Pendekatan eksplisit

Pendekatan yang menekankan pada mata pelajaran yang benar-benar mengajarkan nilai, seperti nilai pendidikan moral, Budi pekerti, dan agama

yang bertumpu secara khusus pada perkembangan nilai dan etika.20

Ringkasnya, nilai eksplisit merupakan nilai yang dirancang secara langsung atau tersurat dalam kurikulum, dipupuk dan diajarkan secara langsung oleh guru di dalam kelas, dan nilai yang dinyatakan siswa dengan jelas dalam tingkah laku atau hasil belajar.

2) Pendekatan tidak langsung

Pendekatan tidak langsung sebagian berasaskan pengandaian bahwa pemahaman tentang sains dan sains sosial memerlukan pengembangan imajenasi, intuisi, dan hati nurani yang dapat membantu peningkatan

kesadaran moral dan intelektual.21 Berdasarkan hal tersebut maka

pendekatan tidak langsung menekankan penggunaan mata pelajaran sekolah yang lain sebagai alat untuk mengembangkan nilai dan etika.

20Nik, Azis Nik Pa, “ Pengembangan nilai dalam Pendidikan Matematik: Cabaran dan Keperluan”, dalam Nilai-Nilai Science Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. hlm. 49

21

Misalnya pembelajaran Fisika membantu siswa untuk memupuk sikap ingin tahu siswa tentang alam dan mengukuhkan kemampuan berpikir kritis.

3) Pendekatan implisit

Pendekatan implisit menekan strategi seperti penggunaan kaedah pengajaran, pembelajaran,cara mengetahui, dan persepsi tertentu, untuk memupuk pengembangan nilai murni. Dalam konteks ini metodologi guru

dalam mengajar siswa di kelas termasuk dalam pendekatan implisit.22

Ringkasnya nilai implisit adalah nilai yang tersirat dalam kurikulum, bahan ajar, tersirat dalam tingkah laku guru dalam kelas, dan nilai yang tersirat dalam tingkah laku siswa.

d. Definisi dan Tujuan Pendidikan Nilai.

Definisi Pendidikan Nilai mencakup keseluruhan aspek yang sebagai pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melaui proses pertimbangan nilai

yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.23

Tujuan Pendidikan Nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Untuk pada sampai tujuan yang dimaksud, tindakan-tindakan pendidikan yang mengarah pada perilaku yang baik dan benar perlu diperkenalkan oleh peserta didik. e. Pendidikan Nilai dalam IPA (biologi)

Pembelajaran IPA (biologi) yang disertai oleh pengembangan nilai, moral dan etika diyakini akan mampu menumbuhkan potensi peserta didik melebihi apa yang dicapai dalam pengajaran konvensional. Karena itu materi pembelajaran yang dikembangkan harus sampai kepada materi-materi esensial yang di dalamnya terkandung nilai, moral, dan etika yang harus dimilki oleh peserta didik.

22

Nik Azis Nik Pa, Pengembangan…, hlm. 29.

23

Dalam pembelajaran sains bernuansa nilai dibarengi dengan sikap kritis, analitis, kreatif, dan produktif, maka akan menghasilkan pribadi yang akan menguasai IPTEK, meningkatkan IMTAK, dan berjiwa mandiri. Kepribadian yang berjiwa mandiri artinya seseorang itu memiliki jiwa kewirausahaan dan peduli terhadap lingkungan tanpa harus disuruh

orang lain, melainkan dengan kesadaran diri atau self actualization. Jadi

Pendidikan Nilai lewat sains diharapkan sebagai bentuk penguatan sains

agar lebih memiliki makna lebih luas dalam kehidupan.24

Banyaknya nilai yang penting diperlukan dalam kehidupan, dapat dipelajari dari sains. Metode pembelajaran demikian, memberikan konsekuensi kepada pendidik untuk dapat mengembangkan pembelajaran sains (biologi) sebagai media untuk membentuk pribadi siswa yang bertanggung jawab dunia akhirat. Melalui pembelajaran tersebut siswa diajak menelaah serta membelajari nilai-nilai yang tekandung di dalam sains (biologi) kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. f. Nilai Religius, Nilai Praktis, dan Nilai Pendidikan yang

Terkandung dalam Materi Struktur dan Fungsi Organ pada Tumbuhan

1. Nilai Religius

Pada materi struktur dan fungsi organ pada tumbuhan banyak sekali gejala alam terhadap apa yang telah Allah ciptakan, bagi orang yang yang beriman akan muncul berbagai pemikiran rasa kagum akan keagungan Allah dan betapa besarnya karuniaNya kepada manusia, yang ada dalam Al Quran seperti pada surat Al An‟am ayat 99.

”Dia yang menurunkan air dari langit, kemudian Kami tumbuhkan dari air itu bermacam-macam tumbuhan, kemudian Kami keluarkan daripadanya daun-dau yang menghijau, Kami keluarkan daripadanya biji-bijian yang bersusun dari mayang kurma....”(QS Al An’am: 99)

24

2. Nilai Praktis

Nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar adalah dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Bahan ajar biologi adalah banyak berkaitan dengan masalah kehidupan manusia, sehingga tidak disangsikan lagi memilki banyak nilai kemanfaatnnya. Seperti pada tumbuhan. Tumbuhan sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia sebagai sumber bahan pangan, sandang, dan papan. Pengetahuan tentang masalah tumbuhan telah banyak diketahui sebagai sumber bahan pangan bagi manusia. Yaitu sayur-sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan pokok. Tumbuhan ada yang menghasilkan bahan sandang seperti kapas, kapok, pinus, dsb. Batang pada tumbuhan juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan papan, seprti membuat rumah.

3. Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan suatu bahan ajar adalah kandungan nilai dari bahan ajar yang dapat memberi inspirasi atau ide-ide atau gagasan untuk dimunculkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan, keinginan, dan hasratnya bagi kesejahteraan hidupnya. Pemahaman tentang bahan ajar biologi banyak memilki kesamaan untuk diterapkan dalam kehidupan manusia. Pemahaman sistem transportasi tumbuhan melalui jaringan xilem sekunder dapat diterapkan dalam sistem pengaturan lalu lintas jalan tol. Jalannya pengangkutan air dengan zat-zat terlarut searah dan tidak berpapasan dengan pengangkutan hasil fotosintesis yang melalui pembuluh tapis (floem). Antara xilem dan floem selalu berpasangan tetapi berbeda arah layaknya sistem lalu lintas searah. Sistem lalu lintas searah menjamin lebih lancar daripada sistem lalu lintas dua arah.

Proses memperoleh nilai dan cara seseorang mempercayai nilai jauh lebih penting dari nilai itu sendiri atau nilai apa yang dipercayainya. Pemunculan pola-pola tingkah laku baik verbal maupun tindakan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan

sebagai dasar untuk memahami dan menilai pengetahuan, keyakinan, dan peserta didik itu sendiri.

Untuk mengembangkan nilai-nilai dalam pembelajaran sains tergantung pada konteks mana menempatkannya, menurut Holander dan Hunt menyatakan bahwa nilai memiliki tiga komponen makna, yaitu25:

1. Makna komponen kognitif, yaitu untuk menyatakan seseorang mempunyai nilai secara kognitif, ia mengetahui cara yang benar untuk bertindak atau berusaha.

2. Makna komponen afektif, yaitu seseorang dapat merasakan secara emosional tentang sesuatu hal dan ia akan menyetujui hal yang positif dan tidak menyetujui hal yang negatif.

3. Makna komponen tindakan, yaitu merupakan variabel penyetara yang memimpin pada suatu tindakan.

Untuk mengembangkan pendidikan berbasis nilai melalui IPA diperlukan strategi yang tepat. Dengan demikian aktivitas pembelajaran penting untuk diarahkan kepada pemahaman dan pengalaman nilai-nilai yang secara langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Dokumen terkait