(
Quasi Eksperimen Pada Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd) Program Studi Pendidikan Biologi
APRITA SARI 104016100396
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
Pembangunan UIN Jakarta). Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Biologi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2010.
Reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme. Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa tidak hanya akan menghafalkan istilah-istilah biologi saja, tetapi juga memahami konsep-konsep dari rumus tersebut sebagai hasil dari proses berfikir mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penguasaan konsep pada pembelajaran biologi berbasis nilai melalui model reciprocal teaching pada Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian One-Group Pretest-Postest Design Populasi target adalah seluruh siswa MTs Pembangunan Jakarta semester II Tahun Ajaran 2008/2009. Populasi terjangkau adalah siswa kelas VIII. Sampel diambil sebanyak satu kelas yaitu kelas VIII-F dengan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara (1) soal test kognitif, (2) lembar observasi, (3) wawancara, dan (4) angket.
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul "Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Terhadap Penguasaan Konsep Biologi Berbasis Nilai(Quasi Eksperimen Pada Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta)" dengan baik. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan (S.Pd.). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Alam, sekretaris Jurusan IP A, staf Jurusan IPA beserta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
guru yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa terima kasih dan hormat saya.
6. Kepada kedua orang tuaku Ayahanda Apri Effendi, S.Pel dan Ibunda Imrana serta adiku Serli, terimakasih selalu mencurahkan kasih sayang, doa, perhatian, motivasi dan kasih sayang maupun dukungan materiil kepada penulis selama menyelesaikan penelitian ini.
7. Suamiku Adi Rohadi yang selalu menjadi inspirator dan motivator bagi penulis.
8. Kepada seluruh teman-teman seperjuanganku di Jurusan IP A Prodi Biologi khususnya angkatan 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan teman kost,Terima kasih atas segala perhatian, dukungan, dan motivasinya, semoga silaturrahmi terjalin dan sukses selalu.
Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki, karena segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Jakarta, 3 Mei 2010
vi
KATA PENGANTAR ... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 8
E. Manfaaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 9
A. Tinjauan Pustaka... 9
1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching...9
a. Pengertian Model Pembelajaran Reciprocal Teaching... ... 9
b. Pengenalan Reciprocal Teaching ... 12
vii
2. Penguasaan Konsep dan Pengukurannya ... 22
3. Pengertian Biologi...25
4. Nilai Dalam Pembelajaran Sains ... 26
a. Definisi Nilai ... 26
b. Pembagian Nilai dalam Pembelajaran Sains ... 27
c. Pendidikan dan Nilai ... 29
d. Definisi dan Tujuan Pendidikan Nilai...31
e. Pendidikan Nilai dalam IPA Biologi...31
f. Nilai Religius, Nilai Praktis, dan Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Materi Struktur dan Fungsi Organ pada Tumbuhan ... 32
5. Struktur Fungsi dan Organ pada Tumbuhan ... 34
B. Kerangka Berpikir ... 36
C. Pengajuan Hipotesis ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A. Tujuan Penelitian ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
C. Metode dan Desain Penelitian ... 38
D. Populasi dan Sampel ... 39
viii
I. Tekhnik Analisa Pengolahan Data ... 45
J. Hipotesis Statistik ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 48
1. Gambaran Proses Pembelajaran ... 48
2. Data Hasil Belajar ... 50
B. Analisis Data ... 50
1. Penguasaan Konsep ... 50
2. Lembar Observasi ... 52
3. Wawancara ... 53
4. Angket Terbuka ... 54
C. Pembahasan ... 55
D. Keterbatasan dalam Penelitian ... 57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen ... 40
Tabel 2. Rekapitulasi Data Penguasaan Konsep ... 50
Tabel 3. Rekapitulasi Kategorisasi N-Gain ... 51
Tabel 4. Hasil Perhitungan Normalitas dengan Uji Liliefors ... 51
Tabel 5. Analisis dan Interpretasi Output Test Statistic ... 52
Tabel 6. Rekapitulasi Data Observasi Aktivitas Siswa ... 52
x
DAFTAR GAMBAR
xi
3. Soal Tes Kognitif ... 82
4. Kunci Jawaban ... 88
5. Contoh Lembar Jawaban ... 89
6. Lembar Kerja Siswa ... 90
7. Hasil Perhitungan Anates ... 95
8. Daftar Nilai Pretes-Postes Siswa ... 96
9. Hasil Uji N-Gain ... 97
10.Uji Normalitas ... 98
11.Uji Hipotesis ... 99
12.Rekapitulasi Data Observasi ... 100
13.Rekapitulasi Data Kuesioner ... 101
14.Lembar Observasi ... 102
15.Lembar Angket Nilai... 103
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berfungsi membantu manusia dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan serta karakteristik pribadinya ke arah yang lebih positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan adalah seluruh tahapan pengembangan kemampuan dan perilaku serta proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak pada hasil belajar yang peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dengan pengertian lain, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya1.
Pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang merupakan perencanaan secara sistematis yang dibuat oleh guru dalam bentuk satuan pelajaran. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu mengembangkan hasil belajar semaksimal mungkin merupakan tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi penyampaian materi untuk mendesain KBM yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien sesuai dengan situasi dan kondisinya. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencoba memunculkan segala kompetensi yang dimiliki oleh siswa yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan sistem ini siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Jadi dalam lingkup ini siswa merupakan subyek belajar.
1
Siswa sebagai subyek belajar harus berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dinilai dari peranannya dalam pembelajaran, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, memberi tanggapan, dan lain-lain. Di samping itu, keaktifan siswa merupakan bentuk pembelajaran mandiri, yaitu siswa berusaha mempelajari segala sesuatu atas kehendak dan kemampuannya/ usahanya sendiri, sehingga dalam hal ini guru hanya berperan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator.
Di dalam suatu kelas, tingkat kecerdasan dan keaktifan siswa berbeda-beda. Oleh karena itu, guru harus mampu memperlakukan siswa dengan baik berdasarkan tingkat kecerdasannya dan mampu membuat semua siswa aktif dalam pembelajaran.
Biologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu „bios’ dan „logos’ yang artinya „hidup’ dan „ilmu’. Jadi secara sederhana Biologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang hidup. Pengertian ini kemudian berkembang dan
disempurnakan sehingga mencakup seluruh objek atau kajiannya yang sangat
luas itu. Definisi Biologi yang lebih lengkap tersebut adalah sebagai berikut;
Biologi adalah ilmu tentang makhluk hidup dan gejala kehidupan. Objek atau kajian dalam Biologi meliputi kelima Kingdom/Regnum dan Virus. Kelima
Kingdom tersebut adalah Animalia (hewan), Plantae (tumbuhan), Fungi
(jamur), Protista dan Monera.
Pada masa kini, biologi mencakup bidang akademik yang sangat
luas, bersentuhan dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali
dipandang sebagai ilmu yang mandiri. Namun, pencabangan biologi selalu
mengikuti tiga dimensi yang saling tegak lurus: keanekaragaman
(berdasarkan kelompok organisme), organisasi kehidupan (taraf kajian dari
sistem kehidupan), dan interaksi (hubungan antar unit kehidupan serta antara
unit kehidupan dengan lingkungannya).
Adapun objek-objek tersebut selanjutnya akan dikaji lebih jauh
mulai dari lingkup yang paling kecil yaitu molekul hingga lingkup bioma di
permukaan bumi. Dimana interaksi antarbioma di permukaan bumi ini
Kemudian bagaimanakah caranya mempelajari Biologi yang objek/kajiannya
sangat luas itu, caranya adalah dengan memilah-milah materi-materinya
berdasarkan objek atau kajiannya, baru kemudian mempelajarinya secara
lebih mendalam pada setiap objek/kajian tersebut.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa mempelajari IPA
khususnya biologi tidak cukup sekedar menghafal suatu konsep melalui buku
pelajaran namun lebih dari itu belajar IPA pada hakekatnya merupakan suatu
produk dan proses yang satu sama lain saling mendukung. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai kesatuan cara, misalnya pengamatan terhadap
suatu objek atau gejala, pengukuran, meramalkan, menguji data, dan
melakukan percobaan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA
memerlukian pemberdayaan secara optimal semua perangkat pembelajaran
yang mendukung, diantaranya pemilihan metode dan pendekatan yang tepat
serta penggunaan semaksimal mungkin sumber-sumber belajar yang ada.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa, saat ini pembelajaran
biologi masih terfokus kepada guru sebagai tokoh utama dalam kegiatan
belajar mengajar (teacher centered) tanpa berorientasi kepada siswa. Dalam
teacher centered ini masih ada kelemahannya. Guru lebih menekankan kepada penguasaan konsep biologi kepada siswa, dan kurang memperhatikan
bagaimana konsep itu diperoleh2. Pembelajaran biologi selama ini terkesan
lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja.
Pada umumnya metode ceramah masih mendominasi dalam
pembelajaran biologi. Hal ini menumbuhkan ketergantungan siswa terhadap
gurunya sehingga mereka tidak mampu belajar mandiri dan tidak diberikan
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan pemahamannya terhadap
pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya.
Siswa lebih sering memahami sesuatu jika dalam proses pembelajaran
didapatkan pengalaman yang berkesan serta tantangan yang menuntut mereka
untuk lebih mengasah pemikirannya.
2
Prinsip kontruktivisme adalah suatu prinsip dalam pengajaran yang
mengharuskan siswa belajar dengan cara membangun pengetahuannya. Dalam
pendidikan sains juga telah lama diusahakan agar partisipasi murid dalam
membangun pengetahuannya lebih ditekankan. Semua itu menunjukkan
bahwa pendidikan sains telah mengarah pada kontruktivisme.
Reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme. Pada model pembelajaran ini, siswa
diharuskan menemukan pemahaman terhadap konsep yang diajarkan tanpa
harus selalu bergantung pada guru. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari
proses pertukaran informasi dengan teman dalam kelompok atau kelompok
lain. Menurut Bruner, belajar menyangkut tiga proses yang berlangsung
hampir bersamaan, yaitu memperoleh informasi baru, terjadi transformasi
pengetahuan, dan menguji relevansi juga ketepatan pengetahuan. Weisten dan
Meyer mengemukakan bahwa dalam proses belajar harus diperhatikan empat
hal yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri.
Penelitian tentang reciprocal teaching yang telah dilakukan
menunjukkan adanya pengaruh secara signifikan terhadap penguasaan konsep
siswa3. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa model reciprocal ini dapat
membuat siswa lebih mengerti materi pelajaran yang diberikan dengan
bantuan temannya dan terdapat interaksi antar sesama siswa atau dengan guru
yang dapat memperlancar siswa dalam memahami materi pelajaran.
Reciprocal teaching merupakan suatu model pembelajaran yang sangat mengutamakan kerjasama kelompok. Adanya kerjasama kelompok ini
memungkinkan untuk terjadi komunikasi antar siswa dalam bentuk lisan yang
kemudian disampaikan dalam bentuk tulisan. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa siswa akan lebih dapat berkomunikasi dan dapat menerima masukan
dari teman sebayanya karena penyampaian yang sesuai dan cocok dengan pola
pikir mereka.
3
Reciprocal teaching memiliki empat strategi yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan
kembali pengetahuan yang telah diperoleh kemudian memprediksi pertanyaan
apa selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Dari strategi
tersebut dapat dilihat bahwa model pembelajaran ini menuntut kemampuan
berkomunikasi siswa4.
Model pembelajaran reciprocal teaching dilakukan secara
berkelompok, hal ini dilakukan agar siswa dapat bekerjasama dan saling
bertukar pendapat dalam belajar. Materi yang sesuai untuk pembelajaran
secara berkelompok ini harus memiliki materi yang cukup menarik dan tiap
sub materinya memiliki tingkatan yang sama, seperti pada materi struktur dan
fungsi organ pada tumbuhan.
Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memiliki visi dan misi
penguasaan bahan ajar saja, namun harus mampu menanamkan kandungan
nilai dan moral dari bahan ajar kepada peserta didik karena fungsi teknis dari
pendidikan adalah kiat dalam menerapkan prinsip ilmu pengetahuan,
teknologi, dan moral terhadap peserta didik. Menurut Suroso pengembangan
pendidikan di Indonesia saat ini hanya menekankan pendidikan yang bersifat
kognitif dan psikomorik semata, dan kurang mengembangkan pendidikan
afektif yang menyebabkan hilangnya sistem nilai dalam pendidikan5
Menghadapi terjadinya krisis nilai dikalangan siswa diperlukan suatu
pendekatan integratif antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung
di dalam bahan ajar. Dalam bahan ajar biologi terkandung banyak nilai dan
pesan moral yang dapat dipelajari oleh peserta didik maupun oleh guru, yang
terpenting adalah guru mampu mengembangkan penalarannya melalui
berbagai metode sesuai daya pikir peserta didik. Untuk penanaman dan
pengembangan sistem nilai maupun moral dalam pendidikan diperlukan
4
Heni Febryani Saidah, Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Indera. Skripsi. (Bandung: UPI, 2007), hal 4.
5
sistem pendidikan yang berorientasi kepada penanaman dan pengembangan
berpikir peserta didik dalam mempelajari suatu bahan ajar.6
Mengintegrasikan nilai-nilai dalam proses pembelajaran merupakan
hal yang sangat penting sehingga peserta didik mampu memahami, menyadari,
dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya dalam kehidupan.
Sehingga terbentuklah generasi yang tak hanya unggul dalam hal kognitif,
namun juga pribadi yang memiliki sikap positif yang merupakan bekal mereka
dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan diatas, maka
perlu dicarikan solusinya sehingga oleh peneliti dipandang perlu melakukan
suatu penelitian yang bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran
Reciprocal Teaching untuk meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa pada materi Struktur dan Fungsi Organ pada Tumbuhan, melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran, dan mendorong pembelajaran mandiri yang
berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.
Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan
ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali
pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan
selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Manfaatnya adalah
dapat meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran karena siswa dituntut
untuk aktif berdiskusi dan menjelaskan hasil pekerjaannya dengan baik
sehingga penguasaan konsep suatu pokok bahasan biologi dapat dicapai.
Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa tidak hanya akan
menghafalkan istilah-istilah biologi saja, tetapi juga memahami
konsep-konsep dari rumus tersebut sebagai hasil dari proses berfikir mereka setelah
siswa membaca, memahami, dan mengerjakan soal-soal yang telah disediakan
dalam bentuk Lembar Kerja Siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengkaji penguasaan
konsep siswa melalui penggunaan model reciprocal teaching, dengan judul
6
penelitian “MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI BERBASIS
NILAI (Quasi Eksperimen pada siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta)”.
B. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalah yang timbul antara lain :
1. Kesulitan siswa dalam dalam memahami konsep-konsep pada pelajaran
biologi.
2. Pembelajaran di kelas yang masih bersifat teacher centered membuat
kurangnya aktivitas siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.
3. Penguasaan konsep siswa sebelum sebelum menggunakan model
pembelajaran reciprocal teaching pada konsep biologi.
4. Peningkatan penguasaan konsep siswa setelah menggunakan model
pembelajaran reciprocal teaching.
5. Pembelajaran dengan penerapan pendidikan nilai sains belum efektif
diterapkan pada pembelajaran biologi.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu meluas dalam
pelaksanaannya, maka permasalahan dibatasi dalam hal-hal berikut ini :
1. Peningkatan penguasan konsep biologi dan aktivitas siswa melalui model
pembelajaran reciprocal teaching.
2. Penguasaan konsep yang diukur mencakup aspek kognitif jenjang C1-C2.
3. Nilai-nilai sains yang diungkap pada penelitian ini adalah nilai religius,
nilai praktis, dan nilai pendidikan yang terkandung dalam bahan ajar
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut : “Apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran biologi berbasis nilai melalui model reciprocal teaching?”
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, diantaranya :
a. Bagi siswa dapat mendorong untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat belajar secara mandiri serta dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi.
b. Bagi guru dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa melalui model pembelajaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
a. Pengertian Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain1. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke
dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian
rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus
dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus
memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat
perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia
sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Pembelajaran reciprocal teaching awalnya dirancang untuk
mengatasi kesulitan belajar dalam membaca teks. Pendekatan
pembelajaran ini dimunculkan oleh Palinscar tahun 1982 ketika dia
menemukan beberapa muridnya yang mengalami kesulitan dalam
memahami sebuah teks bacaan. Seorang siswa dapat saja membaca
sekumpulan huruf yang membentuk kata namun ternyata untuk memahami
makna dari teks yang dibacanya tidak semudah melafalkan bacaan
tersebut. Inilah masalah yang melatarbelakangi kemunculan model
pembelajaran resiprocal. Sedangkan pengajaran reciprocal bertujuan
1
untuk memberikan teknik atau strategi pada para siswa agar dapat
mencegah terjadinya kegagalan kognitif dalam kegiatan membaca2.
Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekakan pada siswa
untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga
agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam
menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar
pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Salah satu dasar dari
pembelajaran resiprokal ini adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu
interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan
pengetahuan. Menurut beliau berpikir keras dan mendiskusikan hasil
pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berpikir
pada saat belajar3.
Dalam pelaksanaan awalnya guru menjadi leader atau contoh
dalam mempraktekan keempat startegi yang diuraikan di atas. Kemudian
siswa diminta untuk melakukannya bersama teman-teman dalam suatu
kelompok yang tidak kurang dari 4 orang dan tidak lebih dari 6 siswa.
Sehingga jelas dalam pelaksanaannya model ini tidak lepas dari
pendekatan pembelajaran kooperatif. Selain itu, yang perlu ditekankan
adalah pendekatan dialogis dalam pembelajaran baik antara guru dengan
siswa ataupun siswa dengan siswa. Guru dituntut untuk memiliki
kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati. Pada
prosesnya, mungkin saja siswa-siswa yang memiliki kecenderungan diam,
guru harus melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan
siswa. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih
tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu (misalnya guru kepada
siswa atau siswa yang pandai dengan siswa lain yang kurang pandai).
Reciprocal teaching adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai “guru” menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara
2
Farida Nurhasanah, Reciprocal Teaching dari http://hasanahworld.wordpress.com, 17 Juni 2009.
3
itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator
yang memberi kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding.
Bimbingan yang diberikan pada tahap ini dilakukan secara ketat, kemudian
secara berangsur-angsur tanggungjawab belajar diambil alih oleh siswa
yang belajar.
Pada scaffolding kemampuan aktual siswa, yaitu kemampuan
yang mampu dicapai oleh siswa dengan belajar sendiri dapat berkembang
lebih tinggi dan lebih baik sehingga dicapai kemampuan potensialnya.
Dengan demikian scaffolding mampu membantu siswa mengembangkan
kemampuan aktualnya menjadi kemampuan potensialnya.
Menurut Palincsar dan Brown seperti yang dikutip oleh Slavin4
bahwa strategi reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang
didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan
keterampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru
untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa yang
berkemampuan rendah. Reciprocal teaching adalah prosedur pengajaran
atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang
strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan
dengan baik Dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal
teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi
materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami.
Untuk mempelajari strategi-strategi tersebut guru dan siswa membaca
bahan pelajaran yang ditugaskan di dalam kelompok kecil, guru
memodelkan empat keterampilan tersebut di atas.
Dari beberapa definisi di atas, model reciprocal teaching sesuai
digunakan untuk menghasilkan siswa yang mandiri5, yaitu :
1. Mampu mendiagnosis secara tepat situasi belajar khusus.
4
Vina Indriani, Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching. Skripsi. Bandung: UPI, 2007
5
2. Mampu memilih strategi belajar untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
3. Mampu memonitor keefektivan strategi.
4. tuntas.
b. Pengenalan Reciprocal Teaching
Reciprocal teaching belum biasa dilakukan oleh guru. Siswapun belum akrab dengan strategi ini. Oleh karena itu jika guru akan
menggunakan reciprocal teaching perlu memperkenalkannya terlebih
dahulu kepada siswa.
Untuk memperkenalkan reciprocal teaching kepada siswa, guru
dapat memulai dengan memberikan informasi-informasi. Berikut ini
adalah saran dari Palincsar 1987 (dalam Slavin, 1997) tentang skenario
bagaimana seorang guru memperkenalkan reciprocal teaching kepada
siswa. Berikut ini adalah skenarionya.
Contoh Skenario Pengenalan Reciprocal Teaching Kepada Siswa
Untuk minggu-minggu mendatang kita akan bekerja
bersama-sama untuk meningkatkan kemampuan Anda semua dalam memahami
bahan bacaan yang Anda baca. Kadang-kadang kita sulit memahami arti
kata-kata, sulit memusatkan perhatian kepada arti kata-kata atau kepada
apa yang kita baca. Kita akan mempelajari suatu cara agar kita dapat lebih
memberikan perhatian terhadap apa yang sedang kita baca. Saya akan
mengajarkan kepada Anda melakukan kegiatan-kegiatan berikut pada saat
Anda membaca.
• Memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat ditanyakan dari
apa yang telah Anda baca, dan yakinkan bahwa Anda dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
• Membuat rangkuman tentang informasi-informasi terpenting dari apa
yang telah Anda baca.
• Memprediksi apa yang mungkin dibahas oleh penulis pada bagian
• Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari bacaan yang dibaca dan selanjutnya apakah kita berhasil
membuatnya menjadi masuk akal.
Kegiatan ini akan membantu Anda tetap memusatkan perhatian
kepada apa yang sedang Anda baca, dan yakinkan diri Anda sendiri bahwa
Anda memahami apa yang telah Anda baca.
Cara bagaimana Anda akan mempelajari empat kegiatan di atas
adalah dengan mengambil giliran berperan sebagai guru selama kegiatan
membaca di dalam kegiatan kelompok Anda. Apabila saya guru, saya akan
menunjukkan kepada Anda bagaimana membaca dengan penuh perhatian,
dengan mengucapkan kepada Anda pertanyaan-pertanyaan yang saya buat
sambil saya terus membaca dengan mengikhtisarkan informasi penting
yang saya baca, dan dengan membuat prediksi, yaitu saya memikirkan apa
yang akan dibahas penulis pada tulisan berikutnya. Saya juga akan
mengutarakan kepada Anda apabila saya menemukan sesuatu yang tidak
jelas atau membingungkan pada saat membaca, dan bagaimana saya
membuat sesuatu yang membingungkan itu menjadi mudah dipahami.
Apabila Anda guru, pertama-tama sambil membaca, Anda akan
mengajukan pertanyaan yang Anda buat kepada kelompok Anda. Anda
akan memberitahukan kepada kelompok Anda apabila jawaban kelompok
Anda benar. Sambil terus membaca, Anda akan mengikhtisarkan informasi
penting yang Anda peroleh. Anda juga akan memberitahukan kepada
kelompok Anda apabila Anda menemukan segala sesuatu yang
membingungkan di dalam bacaan itu. Beberapa kali selama Anda
membaca teks itu, Anda juga membuat prediksi, memikirkan apa yang
barangkali akan dibahas pada bacaan berikutnya. Apabila Anda sedang
berperan sebagai guru, anggota kelompok Anda akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan Anda dan memberi komentar terhadap rangkuman
yang Anda buat.
Kegiatan-kegiatan tadi adalah kegiatan yang diharapkan akan
pelajaran membaca di kelas, tetapi di manapun Anda ingin memahami dan
mengingat apa yang sedang Anda baca.
Skenario di atas merupakan contoh yang dapat dilakukan oleh
guru dalam memperkenalkan reciprocal teaching kepada siswa. Kegiatan
itu dilakukan pada pertemuan pertama sebelum siswa belajar
menggunakan strategi tersebut. Guru harus memastikan bahwa siswa telah
memahami dulu strategi ini sebelum mereka menggunakannya
c. Mengajarkan Reciprocal Teaching
Sebagai salah satu pengetahuan prosedural yang diajarkan
setahap demi setahap, reciprocal teaching, diajarkan dengan menerapkan
pembelajaran langsung (direct instruction) . Adapun tahapan pembelajaran
langsung dalam mengajarkan reciprocal teaching adalah sebagai berikut.
• Guru menyiapkan teks bacaan materi pelajaran yang akan dibahas pada
hari ini. Memberitahu tujuan bahwa siswa akan diajak belajar materi
pelajaran tertentu hari ini dengan memberdayakan kemampuan mereka
sendiri. Strategi yang akan dilatihkan itu bernama reciprocal teaching .
• Guru memodelkan strategi reciprocal teaching tahap demi tahap
menggunakan alinea pertama di dalam bahan bacaan yang disediakan.
• Guru dapat mengulangi langkah ini dengan menggunakan alinea kedua
di dalam bahan bacaan. Pada akhir langkah ini siswa harus dipastikan
sudah memahami langkah-langkah yang dimodelkan tadi.
• Guru membimbing siswa guru meniru apa yang telah dimodelkan,
memberikan balikan dan mendiskusi penampilan siswa. Materi
pelajaran yang digunakan adalah materi alinea ketiga dan seterusnya.
• Guru meminta siswa guru mengulangi sekali lagi langkah keempat.
Bila materi di dalam satu alinea terlalu singkat, guru dapat
menggunakan materi bacaan lembar demi lembar. Hal yang penting perlu
diperhatikan di dalam membelajarkan siswa terhadap keterampilan ini
adalah pada saat modeling. Modeling yang dilakukan oleh guru harus
jelas, tahap demi tahap dan siswa harus dipastikan telah memahami semua
baik, menurut teori sosial Bandura, ada empat tahap modeling, yaitu
atensi, retensi, produksi, dan motivasi.
Atensi (perhatian) siswa dapat terjadi dan terpusat pada apa
yang dimodelkan jika guru melakukan dengan baik, menarik serta tahap
demi tahap. Agar siswa dapat meniru keterampilan yang dilatihkan, maka
siswa harus dapat mengingat tahapan yang dilatihkan itu. Oleh karena itu
perlu dilakukan aktivitas-aktivitas agar siswa dapat mengingatnya
(retensi). Retensi dapat dilakukan dengan jalan mengulang-ulang
keterampilan tersebut. Produksi tidak lain adalah memberi kesempatan
kepada siswa untuk mendemonstrasikan/meragakan keterampilan yang
sudah dilatihkan itu. Siswa cenderung melakukan reproduksi kalau mereka
termotivasi. Salah satu cara membangkitkan motivasi adalah dengan
menunjukkan kepada siswa bahwa keterampilan yang mereka pelajari itu
sangat diperlukan oleh mereka dalam rangka belajarnya.
d. Perancangan dan Penerapan Prosedur Reciprocal Teaching
Berdasarkan saran di atas, maka rancangan pelaksanaan
reciprocal teaching sehari-hari adalah mengikuti prosedur berikut.
• Sediakan teks bacaan yang akan diajarkan pada hari itu.
• Jelaskan bahwa Anda akan bertindak sebagai guru untuk bagian pertama
bacaan.
• Siswa diminta untuk membaca di dalam hati bagian bacaan yang
ditetapkan. Sebagai permulaan, barang kali paling mudah untuk bekerja
paragraf demi paragraf.
• Ketika siswa menyelesaikan bacaan bagian pertama, lakukan pemodelan
berikut.
• Pertanyaan yang saya perkirakan akan ditanyakan guru adalah
……… ………
• Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, siswa membuat rangkuman
pada teks bacaan. Saya akan merangkum informasi penting di dalam
bacaan sebagai berikut:
……… ……… ………..……… ………..
• Ketika saya membaca bahan bacaan ini saya menemukan hal-hal yang
kurang jelas, yaitu sebagai berikut
………..……… ………..
• Untuk mengklarifikasi hal-hal tersebut saya mencari dari bahan bacaan
lain, atau bertanya kepada nara sumber lain sebagai berikut
………..……… ………...
∙ Undang siswa untuk membuat komentar tentang pengajaran Anda dan
bacaan itu. Sebagai contoh:
(1) Apakah ada informasi yang lain?
(2) Apakah ada yang memiliki prediksi lain untuk ditambahkan pada
prediksi saya?
(3) Apa ada yang menemukan sesuatu yang lain yang membingungkan?
• Tugaskan bagian bacaan berikutnya untuk dibaca dalam hati. Pilih
seorang siswa untuk berperan sebagai guru untuk bagian ini. Mulailah
dari siswa yang terampil bicara yang menurut Anda akan sedikit
mengalami kesulitan dengan kegiatan ini.
∙ Latihlah siswa guru untuk dapat berperan dalam kegiatan ini, doronglah
siswa lain untuk berperan lebih aktif di dalam dialog dan sebagainya.
e. Pengaruh Stategi Reciprocal Teaching Terhadap hasil Belajar
Pengaruh reciprocal teaching terhadap hasil belajar sangat
beragam. Reciprocal teaching mempengaruhi keterampilan komunikasi,
1. Pengaruh Reciprocal Teaching Terhadap Keterampilan Komunikasi
Berdasarkan pada keterampilan yang dilatihkan dan
bentuk-bentuk aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan belajar, maka
reciprocal teaching berdampak positif terhadap kemampuan komunikasi siswa, karena selama pembelajaran siswa mengajukan pertanyaan,
mengomentari jawaban teman yang lain.
2. Reciprocal Teaching Terhadap Motivasi Siswa
Menurut teori motivasi ARCS (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction), siswa akan termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa, apa
yang mereka pelajari menyebabkan mereka puas, dan menambah percaya
dirinya. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan reciprocal teaching,
siswa aktif mencari tahu informasi yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaannya sendiri sehingga relevan dengan kebutuhan mereka sendiri.
Hal ini akan meningkatkan motivasi siswa. Wilujeng, (1999) dalam bidang
fisika, Khabibah (1999) di dalam bidang matematika, mereka semua
berpendapat bahwa reciprocal teaching dapat meningkatkan motivasi
siswa.
3. Pengaruh Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Kognitif
Selama KBM siswa membuat rangkuman, jadi dilatih untuk
menemukan ide pokok di dalam bahan bacaan dan ini merupakan
keterampilan penting untuk belajar. Semua uraian tersebut ternyata juga
sejalan dengan hasil penelitian yang menerapkan reciprocal teaching ini
telah berhasil meningkatkan prestasi belajar yang rendah (Palincsar, 1987
dalam Slavin (1997); Palincsar dan Brown, 1984;).
Hal yang membedakan model pembelajaran reciprocal teaching
dengan model pembelajaran lainnya menurut Palincsar dan Brown yaitu
dalam reciprocal teaching, siswa dituntut untuk mampu menjelaskan hasil
wacana yang dibaca secara mandiri kepada teman-temannya baik dalam
wacana tersebut. Reciprocal teaching dirancang untuk membiasakan siswa
menggunakan empat strategi pemahaman mandiri dimana strategi
menjelaskan kembali memberikan penekanan kepada siswa untuk menjadi
guru dihadapan teman-temannya. Guru dapat membantu siswa untuk
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan
mengekspresikan sendiri6.
Empat strategi dalam Reciprocal Teaching yang dikembangkan
oleh Palincsar dan Brown yaitu :
1. Summarizing (Merangkum)
Rangkuman adalah sejumlah intisari atau ide utama yang diambil
dari suatu bahan bacaan. Strategi merangkum memberikan kesempatan
siswa untuk mengidentifikasi, menguraikan dengan kata-kata sendiri dan
menggabungkan informasi penting dari suatu teks bacaan. Dalam
membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan
hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari
dari teks bacaan tersebut. beberapa pertanyaan-pertanyaan umum yang
dapat diajukan antara lain:
“Apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?” “Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”
“Dapatkah saya menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”
Untuk tahap ini, tentu sudah jelas sekali yang paling sederhana
adalah meminta siswa untuk membuat ikhtisar dari proses pembelajaran
yang berlangsung beserta hasilnya menggunakan bahasa sendiri.
“Konsep baru apa saja yang kita pelajari dalam topik struktur dan fungsi organ pada tumbuhan ini?”
“Dapatkah saya menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan bahasa saya sendiri?”
6
“Dapatkah saya menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep ini?”
Berkaitan dengan soal yang diberikan, dapat diminta siswa
untuk menuliskan jawaban yang lengkap beserta langkah-langkah yang
dilakukan kemudian mereka minta untuk menjelaskannya.
2. Questioning (Membuat pertanyaan)
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan
mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan.
Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif.
Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan dapat beragam, berikut beberapa
contohnya;
“Apa yang kau pikirkan ketika kau membaca teks tersebut?”
“Pertanyaan apa saja yang dapat kau ajukan setelah kau membaca teks tersebut?”
“Topik apa yang membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?”
Pertanyaan yang diajukan siswa tentu bervariasi dan
menunjukkan tingkat berpikir siswa. Pengajuan pertanyaan ini merupakan
suatu bagian penting dalam kontruktivisme. Menurut Piaget, perumusan
pertanyaan merupakan salah satu yang paling penting dan paling kreatif
dari sains yang diabaikan dalam pendidikan sains7.
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan
mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan.
Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Dari uraian
tersebut jelas bahwa pada tahap ini siswa bertanya pada dirinya sendiri
untuk melakukan crosscheck tentang apa yang sudah diperolehnya dari
proses belajar dan apa yang belum dikuasainya dari keseluruhan konsep
7
yang diajarkan oleh gurunya. Jadi guru mengajarkan siswa untuk bertanya
pada dirinya sendiri. Contoh pertanyaannya sebagai beikut: “Apakah saya sudah memahami definisi akar?”
“Dari semua definisi yang diberikan, adakah definisi yang belum saya fahami?”
“Apakah saya sudah bisa melukis sebuah penampang melintang sebuah
akar?”
3. Predicting (Memprediksi)
Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaktifkan pengetahuan sebelumnya yang bersangkutan dengan teks
tersebut. Strategi ini juga membantu siswa mengembangkan pemahaman
siswa dengan menggunakan petunjuk bacaan, pengetahuan awal, petunjuk
gambar atau teks terstruktur untuk membangun makna dari teks yang
bersangkutan.
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan
yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi
yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam
mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan
informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat
membuat dugaan tentang topik dari paragraf selanjutnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut: “Dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkah kau menerka apa topik tulisan ini?”
“Coba pikirkan dari apa yang sudah kita baca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”
Dari uraian tersebut, jelas diketahui bahwa pada tahap ini
diharapkan terjadi koneksi antara konsep yang baru dipelajarinya dengan
yang sudah dimilikinya.
4. Clarifying (Mengklarifikasi)
Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa
walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan
tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau
kalimat-kalimat yang tidak familiar, apakah meraka dapat memaknai
maksud dari suatu paragraph. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti; “Apa maksud dari kalimat tersebut?”
“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut?”
“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraf ini?” Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menuliskan hal-hal yang tidak jelas dalam teks yang telah dibaca. Strategi
ini dapat dilakukan selama siswa membaca teks dengan membuat catatan
mengenai kata-kata, ungkapan atau konsep yang belum mereka pahami.
Bahan teks bacaan yang diberikan dapat berupa teks mengenai konsep
yang ingin diajarkan sekaligus berisi soal yang harus diselesaikan. Pada
contoh ini, misalnya teks mengenai akar. Sesuai dengan teorinya pada
tahap ini, Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau
kalimat-kalimat yang tidak familiar. Maka dibuat pertanyaan apakah
mereka mengerti arti kata atau konsep baru dalam teks tersebut. Perlu
diingat bahwa pembelajaran ini berbasis dialog dan keempat proses
tersebut berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil.
Sebagai salah satu pengetahuan prosedural yang diajarkan
setahap demi setahap, reciprocal teaching, diajarkan dengan menerapkan
pembelajaran langsung (direct instruction). Adapun tahapan pembelajaran
langsung dalam mengajarkan reciprocal teaching adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan teks bacaan materi pelajaran yang akan dibahas
pada hari ini. Memberitahu tujuan bahwa siswa akan diajak belajar
materi pelajaran tertentu hari ini dengan memberdayakan kemampuan
mereka sendiri. Strategi yang akan dilatihkan itu bernama reciprocal
teaching.
2. Guru memodelkan strategi reciprocal teaching tahap demi tahap
3. Guru dapat mengulangi langkah ini dengan menggunakan alinea kedua
di dalam bahan bacaan. Pada akhir langkah ini siswa harus dipastikan
sudah memahami langkah-langkah yang dimodelkan tadi.
4. Guru membimbing siswa dan siswa meniru apa yang telah
dimodelkan, memberikan balikan dan mendiskusi penampilan siswa.
Materi pelajaran yang digunakan adalah materi alinea ketiga dan
seterusnya.
2. Penguasaan Konsep Siswa dan Pengkurannya
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah
siswa tersebut memperoleh pengalaman belajar yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Dimensi proses kognitif berdasarkan
taksonomi Bloom yang baru mencakup enam jenjang, yaitu : Menghafal
(Remember), memahami (Understand), mengaplikasikan (Applying),
menganalisis (Analyzing), mengevaluasi (Checking), dan membuat
(Create).8
Aspek pemahaman mengacu pada pengetahuan untuk mengerti
dan memahami sesuatu setelah sesuatu diketahui atau diingat dan
memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Pada umumnya,
unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna atau
suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Dengan pemahaman siswa diminta
untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana
diantara fakta-fakta atau konsep.
Dalam beberapa pengertian, konsep dapat didefinisikan sebagai berikut:
a) konsep adalah gambaran dan ciri-ciri sesuatu objek sehingga dapat membedakannya dengan objek lainnya (Goo, dalam Resna, dkk., 1992:6)
b) konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang
8
mempunyai atribut yang sama (Rosser, 1994, dalam Ratna WD, 1989:80)
c) konsep merupakan pembentukan mental dalam mengelompokkan kata-kata dengan penjelasan tertentu yang dapat diterima secara umum (Klausmeir, 1980:22)
d) konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus-stimulus (Ratna WD, 1990:22)
e) konsep merupakan definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala (Koentjaraningrat, 1990:29).9
Menurut Plafel (1970 dalam Ratna WD, 1989) bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi yaitu:
a) konsep itu memiliki atribut tertentu yang merupakan tanda atau ciri atau sifat-sifat dari sutu konsep yang membedakannya.
b) konsep memiliki struktur yang merupakan cara tergabungnya atribut-atribut suatu konsep, berdasarkan struktur ini konsep dikelompokkan menjadi: konsep konjugatif, konsep disjugatif, konsep-konsep rasional
c) konsep memiliki keabstrakan, konsep bisa dalam bentuk konkrit (benda nyata) atau abstrak (digeneralisasikan)
d) konsep memiliki keinklusifan, artinya setiap konsep memiliki pengembangan lebih luas.
e) konsep memiliki generalisasi (keumuman), konsep-konsep dapat berbeda menurut hierarkinya.
f) konsep memiliki ketepatan, ketepatan suatu konsep menyangkut suatu aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh suatu konsep.
g) konsep memiliki kekuatan, kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting disajikan atau dipelajari atau mengandung materi esensial.10
9
Nuryani R, Strategi Belajar..., hal. 50-51.
10
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan pemahaman suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari kelompok objek dari sutu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena alam yang membedakannya dari kelompok lain.
Prayekti mengatakan bahwa penguasaan konsep merupakan abstraksi yang memiliki satu kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.11
Arikunto menegaskan bahwa soal ingatan dapat dijawab dengan
melihat buku atau catatan, tapi untuk menjawab soal pemahaman, siswa
dituntut untuk hafal sesuatu pengertian kemudian menjelaskan dengan
kalimat sendiri12. Atau siswa memahami dua pengertian atau lebih
kemudian memahami dan menyebutkan hubungannya. Jadi untuk
menjawab soal pemahaman siswa selain harus mengingat juga berpikir.
Untuk memperoleh pemahaman ini, siswa harus sudah mengetahui
kemudian paham dan siswa dapat mengaplikasikannya. Soal-soal untuk
pengukuran penguasaan konsep siswa ini disusun dalam bentuk pilihan
ganda.
Sesuai dengan PP No. 19/2005 kurikulum yang berlaku saat ini
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Esensi isi dan arah
pengembangan pembelajaran pada KTSP masih tetap sama dengan
kurikulum sebelumnya yaitu bercirikan kepada tercapainya paket-paket
kompetensi, yaitu menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasifikal, berorientasi pada hasil belajar dan
keberagaman, penyampaian dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru,
tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, dan
11
Prayekti, ”Pendidikan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA di kelas 5 SD”, Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi 39, 2001. h. 3.
12
penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Namun, terdapat
perbedaan mendasar yaitu sekolah diberi kewenangan penuh menyususun
rencana pendidikannya.
3. Pengertian Biologi
Biologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu „bios’ dan‘logos’
yang artinya „hidup‟ dan „ilmu‟. Jadi secara sederhana Biologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang hidup. Pengertian ini kemudian berkembang dan
disempurnakan sehingga mencakup seluruh objek atau kajiannya yang sangat
luas itu. Definisi Biologi yang lebih lengkap tersebut adalah sebagai berikut;
Biologi adalah ilmu tentang makhluk hidup dan gejala kehidupan. Objek atau kajian dalam Biologi meliputi kelima Kingdom/Regnum dan Virus. Kelima
Kingdom tersebut adalah Animalia (hewan), Plantae (tumbuhan), Fungi
(jamur), Protista dan Monera.
Ilmu biologi dirintis oleh Aristoteles, ilmuwan berkebangsaan
Yunani. Dalam terminologi Aristoteles, "filosofi alam" adalaha cabang
filosofi yang meneliti fenomena alam, dan mencakupi bidang yang kini
disebut sebagai fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan alam lainnya.
Aristoteles melakukan penelitian sejarah alam di pulau Lesbos. Hasil
penelitiannya, termasuk Sejarah Hewan, Generasi Hewan, dan Bagian
Hewan, berisi beberapa observasi dan interpretasi, dan juga terdapat mitos
dan kesalahan. Bagian yang penting adalah mengenai kehidupan laut. Ia
memisahkan mamalia laut dari ikan, dan mengetahui bahwa hiu dan pari adlah bagian dari grup yang ia sebut Selachē.
Istilah biologi dalam pengertian modern kelihatannya diperkenalkan
secara terpisah oleh Gottfried Reinhold Treviranus (Biologie oder
Philosophie der lebenden Natur, 1802) dan Jean-Baptiste Lamarck (Hydrogéologie, 1802). Namun, istilah biologi sebenarnya telah dipakai pada
1800 oleh Karl Friedrich Burdach. Bahkan, sebelumnya, istilah itu juga telah
pada 1766, yaitu Philosophiae Naturalis Sive Physicae Dogmaticae: Geologia, Biologia, Phytologia Generalis et Dendrologia.
Pada masa kini, biologi mencakup bidang akademik yang sangat
luas, bersentuhan dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali
dipandang sebagai ilmu yang mandiri. Namun, pencabangan biologi selalu
mengikuti tiga dimensi yang saling tegak lurus: keanekaragaman
(berdasarkan kelompok organisme), organisasi kehidupan (taraf kajian dari
sistem kehidupan), dan interaksi (hubungan antarunit kehidupan serta antara
unit kehidupan dengan lingkungannya).
Makhluk hidup atau organisme sangat beraneka ragam. Taksonomi
mempelajari bagaimana organisme dapat dikelompokkan berdasarkan
kemiripan dan perbedaan yang dimiliki. Selanjutnya, berbagai kelompok itu
dipelajari semua gatra kehidupannya, sehingga dikenallah ilmu biologi
tumbuhan (botani), biologi hewan (zoologi), biologi serangga (entomologi),
dan seterusnya.
Adapun objek-objek tersebut selanjutnya akan dikaji lebih jauh
mulai dari lingkup yang paling kecil yaitu molekul hingga lingkup bioma di
permukaan bumi. Dimana interaksi antarbioma di permukaan bumi ini
membentuk lapisan makhluk hidup di bumi yang dikenal sebagai Biosfer.
Kemudian bagaimanakah caranya mempelajari Biologi yang objek/kajiannya
sangat luas itu, caranya adalah dengan memilah-milah materi-materinya
berdasarkan objek atau kajiannya, baru kemudian mempelajarinya secara
lebih mendalam pada setiap objek/kajian tersebut.
4. Nilai dalam Pembelajaran Sains a. Definisi Nilai
Kata value, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi nilai berasal dari bahasa Latin valere atau valoir yang
dapat dimaknai sebagai kata harga..13 Nilai didefinisikan dengan cara
berbeda-beda oleh banyak ahli. Suroso menjelaskan definisi nilai menurut
13
para ahli, diantaranya Menurut Golden Alford (1964) nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
Dalam pendidikan tentu saja pilihan yang diharapkan adalah nilai-nilai
yang sesuai dengan tututan yang ada, baik yang berlaku dalam masyarakat
maupun ajaran Agama.14 Begitupun Mulyana dalam bukunya memaparkan
nilai menurut para ahli, yaitu Kluckohn yang merumuskan definisi nilai
sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan
individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang
mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir
tindakan.15
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulan bahwa nilai
adalah suatu gagasan yang dijadikan rujukan dalam menentukan suatu hal
atau tindakan yang merupakan tujuan tindakan akhir. Gagasan tersebut
melekat dalam waktu yang relatif lama sehingga stabil, dan dinyatakan
secara konsisten.
b. Pembagian Nilai dalam Pembelajaran Sains
Nilai banyak sekali jenisnya, tergantung dalam konteks mana kita
menempatkannya, ada nilai spiritual atau religius, nilai moral, nilai
estetika, nilai sosial, nilai intelektual, nilai ekonomi, dan lain-lain.
Mulyana memaparkan menurut Linda secara garis besar nilai
dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai nurani (value of being ) dan
nilai-nilai memberi (Value of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada
dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita
memperlakukan orang. Nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan
atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan.16
Suroso menjelaskan pembagian menurut para ahli, diantaranya
Darmadjo membagi nilai menjadi nilai sosial (etika, estetika, moral
atauhumonaria), nilai ekonomi, dan nilai psikologi atau pedagogis. Dan
14
Suroso Adi Yudianto, Manajemen.., hal 46
15
Rokhmat Mulyana, Mengartikulasi…, hal 10
16
Spranger membagi nilai menjadi enam jenis, yaitu: nilai ekonomi, nilai ilmiah, niali sosial, nilai estetika, dan nilai religius. Sedangkan Einsten
menyebutkan bahwa nilai sains mencakup nilai religius, praktis/manfaat,
sosial, intelektual, sosial-politik-ekonomi dan pendidikan.17
Dalam penelitian ini penulis mengambil pembagian nilai menurut
Einsten, berikut penjelasan mengenai nilai-nilai menurut Einsten.
1. Nilai Religius
Nilai religius berorientasi pada nilai keimanan sebagai dasar
segala pemikiran dan tindakan yang berhubungan dengan kesadaran
akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat asmaul
husna lainnya.18 Dalam Garis Besar Program Pengajaran salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah meningkatkan kesadaran serta
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa ini menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran haruslah ada integrasi nilai-nilai agama. Agama dapat
mengajari identitas pencipta kita yang keberadaannya dapat
ditemukan, dan dengan agama yang diungkapkan, kita akan tahu
bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah.
2. Nilai Praktis
Nilai praktis suatu bahan ajar sains berhubungan dengan
aspek-aspek manfaat sains bagi kehidupan manusia. Nilai kemnfaatan
dari suatu bahan ajar adalah dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi
kehidupan manusia. Bahan ajar Biologi adalah banyak berkaitan
dengan maslah kehidupan manusia, sehingga tidak disangsikan lahi
memilki banyak nilai kemnfaatannya.
3. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan adalah kandungan nilai yang dapat
memberikan inspirasi atau ide-ide yang dimunculkan untuk
pemenuhan kebutuhan manusia setelah belajar dari prinsip-prinsip
yang berlaku dalam suatu bahan ajar.
17
Suroso Adi Yudianto, Manajemen…, hal 47.
18
4. Nilai Sosial
Nilai sosial suatu bahan ajar merupakan model menjalin
hubungan sesama manusia makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri tetapi senantiasa memerlukan yang lain dalam melakukan
berbagai kegiatan.
5. Nilai Intelektual
Nilai intelektual merupakan nilai kecerdasan seseorang agar
menggunakan akalnya untuk memehami sesuatu dan tidak percaya
akan tahayul, menyadari pentingnya pengetahuan dan pemahaman juga
keterampilan untuk kehidupan.
c. Pendidikan dan Nilai
Nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang satu sama
lainnya tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara nilai dengan
pendidikan dapat dilihat dari tujuan pendidikan itu sendiri.
Hubungan antara nilai dengan pendidikan sangat erat. Nilai
dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan, baik dalam memilih
maupun dalam memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar.
Melalui persepsi nilai guru dapat mengevaluasi siswa. Dan melalui
nilai itulah manusia dapat bersikap kritis terhadap dampak-dampak
yang ditimbulkan pendidikan. Merujuk pada pendapat Kniker (1997),
nilai merupakan istilah yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan.
Dalam gagasan Pendidikan Nilai yang ia kemukakan, nilai selain
ditempatkan sebagai inti dari proses dan tujuan pembelajaran, setiap
huruf dari kata value dirasionalisasikannya sebagai tindakan-tindakan
pendidikan. Sehingga ia menuangkan kata-kata tersebut sebagai tahap
penyadaran nilai19. Tahapan-tahapan itu adalah:
a. Value identification (identifikasi nilai). Pada tahap ini, nilai yang menjadi target pembelajaran perlu diketahui oleh setiap peserta
didik.
19
b. Activity (kegiatan). Pada terhap ini peserta didik dibimbing untuk melakukan tindakan yang diarahkan pada penyadaran nilai yang
menjadi target pembealajaran.
c. Learning aids (alat bantu belajar). Alat bantu adalah benda yang dapat memperlancar proses belajar nilai.
d. Unit interaction (interaksi kesatuan). Tahap ini melanjutkan tahapan kegiatan dengan semakin memperbanyak strategi atau cara
yang dapat menyadarkan peserta didik terhadap nilai.
e. Evaluation segment (bagian penilaian). Tahap ini diperlukan untuk memeriksa kemajuan belajar nilai melalui penggunaan beragam
teknik evaluasi nilai.
Nilai sangat luas maknanya, maka dari itu dibutuhkan beberapa
pendekatan utama untuk pengembangan nilai, yaitu sebagai berikut:
1) Pendekatan eksplisit
Pendekatan yang menekankan pada mata pelajaran yang benar-benar
mengajarkan nilai, seperti nilai pendidikan moral, Budi pekerti, dan agama
yang bertumpu secara khusus pada perkembangan nilai dan etika.20
Ringkasnya, nilai eksplisit merupakan nilai yang dirancang secara
langsung atau tersurat dalam kurikulum, dipupuk dan diajarkan secara
langsung oleh guru di dalam kelas, dan nilai yang dinyatakan siswa
dengan jelas dalam tingkah laku atau hasil belajar.
2) Pendekatan tidak langsung
Pendekatan tidak langsung sebagian berasaskan pengandaian bahwa
pemahaman tentang sains dan sains sosial memerlukan pengembangan
imajenasi, intuisi, dan hati nurani yang dapat membantu peningkatan
kesadaran moral dan intelektual.21 Berdasarkan hal tersebut maka
pendekatan tidak langsung menekankan penggunaan mata pelajaran
sekolah yang lain sebagai alat untuk mengembangkan nilai dan etika.
20Nik, Azis Nik Pa, “ Pengembangan nilai dalam Pendidikan Matematik: Cabaran
dan Keperluan”, dalam Nilai-Nilai Science Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. hlm. 49
21
Misalnya pembelajaran Fisika membantu siswa untuk memupuk sikap
ingin tahu siswa tentang alam dan mengukuhkan kemampuan berpikir
kritis.
3) Pendekatan implisit
Pendekatan implisit menekan strategi seperti penggunaan kaedah
pengajaran, pembelajaran,cara mengetahui, dan persepsi tertentu, untuk
memupuk pengembangan nilai murni. Dalam konteks ini metodologi guru
dalam mengajar siswa di kelas termasuk dalam pendekatan implisit.22
Ringkasnya nilai implisit adalah nilai yang tersirat dalam kurikulum,
bahan ajar, tersirat dalam tingkah laku guru dalam kelas, dan nilai yang
tersirat dalam tingkah laku siswa.
d. Definisi dan Tujuan Pendidikan Nilai.
Definisi Pendidikan Nilai mencakup keseluruhan aspek yang sebagai
pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai
kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melaui proses pertimbangan nilai
yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.23
Tujuan Pendidikan Nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik
agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu
menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Untuk pada sampai
tujuan yang dimaksud, tindakan-tindakan pendidikan yang mengarah pada
perilaku yang baik dan benar perlu diperkenalkan oleh peserta didik.
e. Pendidikan Nilai dalam IPA (biologi)
Pembelajaran IPA (biologi) yang disertai oleh pengembangan nilai,
moral dan etika diyakini akan mampu menumbuhkan potensi peserta didik
melebihi apa yang dicapai dalam pengajaran konvensional. Karena itu
materi pembelajaran yang dikembangkan harus sampai kepada
materi-materi esensial yang di dalamnya terkandung nilai, moral, dan etika yang
harus dimilki oleh peserta didik.
22
Nik Azis Nik Pa, Pengembangan…, hlm. 29.
23