• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching terhadap penguasaan konsep biologi berbasis nilai: quasi eksperimen pada siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching terhadap penguasaan konsep biologi berbasis nilai: quasi eksperimen pada siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

(

Quasi Eksperimen Pada Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta

)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd) Program Studi Pendidikan Biologi

APRITA SARI 104016100396

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

i

Pembangunan UIN Jakarta). Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Biologi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2010.

Reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme. Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa tidak hanya akan menghafalkan istilah-istilah biologi saja, tetapi juga memahami konsep-konsep dari rumus tersebut sebagai hasil dari proses berfikir mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penguasaan konsep pada pembelajaran biologi berbasis nilai melalui model reciprocal teaching pada Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian One-Group Pretest-Postest Design Populasi target adalah seluruh siswa MTs Pembangunan Jakarta semester II Tahun Ajaran 2008/2009. Populasi terjangkau adalah siswa kelas VIII. Sampel diambil sebanyak satu kelas yaitu kelas VIII-F dengan teknik purposive sampling.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara (1) soal test kognitif, (2) lembar observasi, (3) wawancara, dan (4) angket.

(5)

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul "Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Terhadap Penguasaan Konsep Biologi Berbasis Nilai(Quasi Eksperimen Pada Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta)" dengan baik. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan (S.Pd.). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Alam, sekretaris Jurusan IP A, staf Jurusan IPA beserta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(6)

guru yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa terima kasih dan hormat saya.

6. Kepada kedua orang tuaku Ayahanda Apri Effendi, S.Pel dan Ibunda Imrana serta adiku Serli, terimakasih selalu mencurahkan kasih sayang, doa, perhatian, motivasi dan kasih sayang maupun dukungan materiil kepada penulis selama menyelesaikan penelitian ini.

7. Suamiku Adi Rohadi yang selalu menjadi inspirator dan motivator bagi penulis.

8. Kepada seluruh teman-teman seperjuanganku di Jurusan IP A Prodi Biologi khususnya angkatan 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan teman kost,Terima kasih atas segala perhatian, dukungan, dan motivasinya, semoga silaturrahmi terjalin dan sukses selalu.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki, karena segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Jakarta, 3 Mei 2010

(7)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Manfaaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 9

A. Tinjauan Pustaka... 9

1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching...9

a. Pengertian Model Pembelajaran Reciprocal Teaching... ... 9

b. Pengenalan Reciprocal Teaching ... 12

(8)

vii

2. Penguasaan Konsep dan Pengukurannya ... 22

3. Pengertian Biologi...25

4. Nilai Dalam Pembelajaran Sains ... 26

a. Definisi Nilai ... 26

b. Pembagian Nilai dalam Pembelajaran Sains ... 27

c. Pendidikan dan Nilai ... 29

d. Definisi dan Tujuan Pendidikan Nilai...31

e. Pendidikan Nilai dalam IPA Biologi...31

f. Nilai Religius, Nilai Praktis, dan Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Materi Struktur dan Fungsi Organ pada Tumbuhan ... 32

5. Struktur Fungsi dan Organ pada Tumbuhan ... 34

B. Kerangka Berpikir ... 36

C. Pengajuan Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Tujuan Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Metode dan Desain Penelitian ... 38

D. Populasi dan Sampel ... 39

(9)

viii

I. Tekhnik Analisa Pengolahan Data ... 45

J. Hipotesis Statistik ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 48

1. Gambaran Proses Pembelajaran ... 48

2. Data Hasil Belajar ... 50

B. Analisis Data ... 50

1. Penguasaan Konsep ... 50

2. Lembar Observasi ... 52

3. Wawancara ... 53

4. Angket Terbuka ... 54

C. Pembahasan ... 55

D. Keterbatasan dalam Penelitian ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen ... 40

Tabel 2. Rekapitulasi Data Penguasaan Konsep ... 50

Tabel 3. Rekapitulasi Kategorisasi N-Gain ... 51

Tabel 4. Hasil Perhitungan Normalitas dengan Uji Liliefors ... 51

Tabel 5. Analisis dan Interpretasi Output Test Statistic ... 52

Tabel 6. Rekapitulasi Data Observasi Aktivitas Siswa ... 52

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

(12)

xi

3. Soal Tes Kognitif ... 82

4. Kunci Jawaban ... 88

5. Contoh Lembar Jawaban ... 89

6. Lembar Kerja Siswa ... 90

7. Hasil Perhitungan Anates ... 95

8. Daftar Nilai Pretes-Postes Siswa ... 96

9. Hasil Uji N-Gain ... 97

10.Uji Normalitas ... 98

11.Uji Hipotesis ... 99

12.Rekapitulasi Data Observasi ... 100

13.Rekapitulasi Data Kuesioner ... 101

14.Lembar Observasi ... 102

15.Lembar Angket Nilai... 103

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan berfungsi membantu manusia dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan serta karakteristik pribadinya ke arah yang lebih positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan adalah seluruh tahapan pengembangan kemampuan dan perilaku serta proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak pada hasil belajar yang peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dengan pengertian lain, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya1.

Pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang merupakan perencanaan secara sistematis yang dibuat oleh guru dalam bentuk satuan pelajaran. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu mengembangkan hasil belajar semaksimal mungkin merupakan tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi penyampaian materi untuk mendesain KBM yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien sesuai dengan situasi dan kondisinya. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencoba memunculkan segala kompetensi yang dimiliki oleh siswa yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan sistem ini siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Jadi dalam lingkup ini siswa merupakan subyek belajar.

1

(14)

Siswa sebagai subyek belajar harus berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dinilai dari peranannya dalam pembelajaran, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, memberi tanggapan, dan lain-lain. Di samping itu, keaktifan siswa merupakan bentuk pembelajaran mandiri, yaitu siswa berusaha mempelajari segala sesuatu atas kehendak dan kemampuannya/ usahanya sendiri, sehingga dalam hal ini guru hanya berperan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator.

Di dalam suatu kelas, tingkat kecerdasan dan keaktifan siswa berbeda-beda. Oleh karena itu, guru harus mampu memperlakukan siswa dengan baik berdasarkan tingkat kecerdasannya dan mampu membuat semua siswa aktif dalam pembelajaran.

Biologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu „biosdan „logos’ yang artinya „hidup’ dan „ilmu’. Jadi secara sederhana Biologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang hidup. Pengertian ini kemudian berkembang dan

disempurnakan sehingga mencakup seluruh objek atau kajiannya yang sangat

luas itu. Definisi Biologi yang lebih lengkap tersebut adalah sebagai berikut;

Biologi adalah ilmu tentang makhluk hidup dan gejala kehidupan. Objek atau kajian dalam Biologi meliputi kelima Kingdom/Regnum dan Virus. Kelima

Kingdom tersebut adalah Animalia (hewan), Plantae (tumbuhan), Fungi

(jamur), Protista dan Monera.

Pada masa kini, biologi mencakup bidang akademik yang sangat

luas, bersentuhan dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali

dipandang sebagai ilmu yang mandiri. Namun, pencabangan biologi selalu

mengikuti tiga dimensi yang saling tegak lurus: keanekaragaman

(berdasarkan kelompok organisme), organisasi kehidupan (taraf kajian dari

sistem kehidupan), dan interaksi (hubungan antar unit kehidupan serta antara

unit kehidupan dengan lingkungannya).

Adapun objek-objek tersebut selanjutnya akan dikaji lebih jauh

mulai dari lingkup yang paling kecil yaitu molekul hingga lingkup bioma di

permukaan bumi. Dimana interaksi antarbioma di permukaan bumi ini

(15)

Kemudian bagaimanakah caranya mempelajari Biologi yang objek/kajiannya

sangat luas itu, caranya adalah dengan memilah-milah materi-materinya

berdasarkan objek atau kajiannya, baru kemudian mempelajarinya secara

lebih mendalam pada setiap objek/kajian tersebut.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa mempelajari IPA

khususnya biologi tidak cukup sekedar menghafal suatu konsep melalui buku

pelajaran namun lebih dari itu belajar IPA pada hakekatnya merupakan suatu

produk dan proses yang satu sama lain saling mendukung. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan berbagai kesatuan cara, misalnya pengamatan terhadap

suatu objek atau gejala, pengukuran, meramalkan, menguji data, dan

melakukan percobaan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA

memerlukian pemberdayaan secara optimal semua perangkat pembelajaran

yang mendukung, diantaranya pemilihan metode dan pendekatan yang tepat

serta penggunaan semaksimal mungkin sumber-sumber belajar yang ada.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa, saat ini pembelajaran

biologi masih terfokus kepada guru sebagai tokoh utama dalam kegiatan

belajar mengajar (teacher centered) tanpa berorientasi kepada siswa. Dalam

teacher centered ini masih ada kelemahannya. Guru lebih menekankan kepada penguasaan konsep biologi kepada siswa, dan kurang memperhatikan

bagaimana konsep itu diperoleh2. Pembelajaran biologi selama ini terkesan

lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja.

Pada umumnya metode ceramah masih mendominasi dalam

pembelajaran biologi. Hal ini menumbuhkan ketergantungan siswa terhadap

gurunya sehingga mereka tidak mampu belajar mandiri dan tidak diberikan

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan pemahamannya terhadap

pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya.

Siswa lebih sering memahami sesuatu jika dalam proses pembelajaran

didapatkan pengalaman yang berkesan serta tantangan yang menuntut mereka

untuk lebih mengasah pemikirannya.

2

(16)

Prinsip kontruktivisme adalah suatu prinsip dalam pengajaran yang

mengharuskan siswa belajar dengan cara membangun pengetahuannya. Dalam

pendidikan sains juga telah lama diusahakan agar partisipasi murid dalam

membangun pengetahuannya lebih ditekankan. Semua itu menunjukkan

bahwa pendidikan sains telah mengarah pada kontruktivisme.

Reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme. Pada model pembelajaran ini, siswa

diharuskan menemukan pemahaman terhadap konsep yang diajarkan tanpa

harus selalu bergantung pada guru. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari

proses pertukaran informasi dengan teman dalam kelompok atau kelompok

lain. Menurut Bruner, belajar menyangkut tiga proses yang berlangsung

hampir bersamaan, yaitu memperoleh informasi baru, terjadi transformasi

pengetahuan, dan menguji relevansi juga ketepatan pengetahuan. Weisten dan

Meyer mengemukakan bahwa dalam proses belajar harus diperhatikan empat

hal yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri.

Penelitian tentang reciprocal teaching yang telah dilakukan

menunjukkan adanya pengaruh secara signifikan terhadap penguasaan konsep

siswa3. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa model reciprocal ini dapat

membuat siswa lebih mengerti materi pelajaran yang diberikan dengan

bantuan temannya dan terdapat interaksi antar sesama siswa atau dengan guru

yang dapat memperlancar siswa dalam memahami materi pelajaran.

Reciprocal teaching merupakan suatu model pembelajaran yang sangat mengutamakan kerjasama kelompok. Adanya kerjasama kelompok ini

memungkinkan untuk terjadi komunikasi antar siswa dalam bentuk lisan yang

kemudian disampaikan dalam bentuk tulisan. Seperti yang telah kita ketahui

bahwa siswa akan lebih dapat berkomunikasi dan dapat menerima masukan

dari teman sebayanya karena penyampaian yang sesuai dan cocok dengan pola

pikir mereka.

3

(17)

Reciprocal teaching memiliki empat strategi yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan

kembali pengetahuan yang telah diperoleh kemudian memprediksi pertanyaan

apa selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Dari strategi

tersebut dapat dilihat bahwa model pembelajaran ini menuntut kemampuan

berkomunikasi siswa4.

Model pembelajaran reciprocal teaching dilakukan secara

berkelompok, hal ini dilakukan agar siswa dapat bekerjasama dan saling

bertukar pendapat dalam belajar. Materi yang sesuai untuk pembelajaran

secara berkelompok ini harus memiliki materi yang cukup menarik dan tiap

sub materinya memiliki tingkatan yang sama, seperti pada materi struktur dan

fungsi organ pada tumbuhan.

Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memiliki visi dan misi

penguasaan bahan ajar saja, namun harus mampu menanamkan kandungan

nilai dan moral dari bahan ajar kepada peserta didik karena fungsi teknis dari

pendidikan adalah kiat dalam menerapkan prinsip ilmu pengetahuan,

teknologi, dan moral terhadap peserta didik. Menurut Suroso pengembangan

pendidikan di Indonesia saat ini hanya menekankan pendidikan yang bersifat

kognitif dan psikomorik semata, dan kurang mengembangkan pendidikan

afektif yang menyebabkan hilangnya sistem nilai dalam pendidikan5

Menghadapi terjadinya krisis nilai dikalangan siswa diperlukan suatu

pendekatan integratif antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung

di dalam bahan ajar. Dalam bahan ajar biologi terkandung banyak nilai dan

pesan moral yang dapat dipelajari oleh peserta didik maupun oleh guru, yang

terpenting adalah guru mampu mengembangkan penalarannya melalui

berbagai metode sesuai daya pikir peserta didik. Untuk penanaman dan

pengembangan sistem nilai maupun moral dalam pendidikan diperlukan

4

Heni Febryani Saidah, Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Indera. Skripsi. (Bandung: UPI, 2007), hal 4.

5

(18)

sistem pendidikan yang berorientasi kepada penanaman dan pengembangan

berpikir peserta didik dalam mempelajari suatu bahan ajar.6

Mengintegrasikan nilai-nilai dalam proses pembelajaran merupakan

hal yang sangat penting sehingga peserta didik mampu memahami, menyadari,

dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya dalam kehidupan.

Sehingga terbentuklah generasi yang tak hanya unggul dalam hal kognitif,

namun juga pribadi yang memiliki sikap positif yang merupakan bekal mereka

dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan diatas, maka

perlu dicarikan solusinya sehingga oleh peneliti dipandang perlu melakukan

suatu penelitian yang bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran

Reciprocal Teaching untuk meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa pada materi Struktur dan Fungsi Organ pada Tumbuhan, melibatkan siswa

secara aktif dalam pembelajaran, dan mendorong pembelajaran mandiri yang

berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.

Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan

ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali

pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan

selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Manfaatnya adalah

dapat meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran karena siswa dituntut

untuk aktif berdiskusi dan menjelaskan hasil pekerjaannya dengan baik

sehingga penguasaan konsep suatu pokok bahasan biologi dapat dicapai.

Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa tidak hanya akan

menghafalkan istilah-istilah biologi saja, tetapi juga memahami

konsep-konsep dari rumus tersebut sebagai hasil dari proses berfikir mereka setelah

siswa membaca, memahami, dan mengerjakan soal-soal yang telah disediakan

dalam bentuk Lembar Kerja Siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengkaji penguasaan

konsep siswa melalui penggunaan model reciprocal teaching, dengan judul

6

(19)

penelitian “MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI BERBASIS

NILAI (Quasi Eksperimen pada siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta)”.

B. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa

masalah yang timbul antara lain :

1. Kesulitan siswa dalam dalam memahami konsep-konsep pada pelajaran

biologi.

2. Pembelajaran di kelas yang masih bersifat teacher centered membuat

kurangnya aktivitas siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

3. Penguasaan konsep siswa sebelum sebelum menggunakan model

pembelajaran reciprocal teaching pada konsep biologi.

4. Peningkatan penguasaan konsep siswa setelah menggunakan model

pembelajaran reciprocal teaching.

5. Pembelajaran dengan penerapan pendidikan nilai sains belum efektif

diterapkan pada pembelajaran biologi.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu meluas dalam

pelaksanaannya, maka permasalahan dibatasi dalam hal-hal berikut ini :

1. Peningkatan penguasan konsep biologi dan aktivitas siswa melalui model

pembelajaran reciprocal teaching.

2. Penguasaan konsep yang diukur mencakup aspek kognitif jenjang C1-C2.

3. Nilai-nilai sains yang diungkap pada penelitian ini adalah nilai religius,

nilai praktis, dan nilai pendidikan yang terkandung dalam bahan ajar

(20)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut : “Apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran biologi berbasis nilai melalui model reciprocal teaching?”

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, diantaranya :

a. Bagi siswa dapat mendorong untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat belajar secara mandiri serta dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi.

b. Bagi guru dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa melalui model pembelajaran

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

a. Pengertian Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,

kurikulum, dan lain-lain1. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke

dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian

rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus

dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus

memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat

perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia

sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Pembelajaran reciprocal teaching awalnya dirancang untuk

mengatasi kesulitan belajar dalam membaca teks. Pendekatan

pembelajaran ini dimunculkan oleh Palinscar tahun 1982 ketika dia

menemukan beberapa muridnya yang mengalami kesulitan dalam

memahami sebuah teks bacaan. Seorang siswa dapat saja membaca

sekumpulan huruf yang membentuk kata namun ternyata untuk memahami

makna dari teks yang dibacanya tidak semudah melafalkan bacaan

tersebut. Inilah masalah yang melatarbelakangi kemunculan model

pembelajaran resiprocal. Sedangkan pengajaran reciprocal bertujuan

1

(22)

untuk memberikan teknik atau strategi pada para siswa agar dapat

mencegah terjadinya kegagalan kognitif dalam kegiatan membaca2.

Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekakan pada siswa

untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga

agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam

menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar

pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Salah satu dasar dari

pembelajaran resiprokal ini adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu

interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan

pengetahuan. Menurut beliau berpikir keras dan mendiskusikan hasil

pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berpikir

pada saat belajar3.

Dalam pelaksanaan awalnya guru menjadi leader atau contoh

dalam mempraktekan keempat startegi yang diuraikan di atas. Kemudian

siswa diminta untuk melakukannya bersama teman-teman dalam suatu

kelompok yang tidak kurang dari 4 orang dan tidak lebih dari 6 siswa.

Sehingga jelas dalam pelaksanaannya model ini tidak lepas dari

pendekatan pembelajaran kooperatif. Selain itu, yang perlu ditekankan

adalah pendekatan dialogis dalam pembelajaran baik antara guru dengan

siswa ataupun siswa dengan siswa. Guru dituntut untuk memiliki

kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati. Pada

prosesnya, mungkin saja siswa-siswa yang memiliki kecenderungan diam,

guru harus melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan

siswa. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih

tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu (misalnya guru kepada

siswa atau siswa yang pandai dengan siswa lain yang kurang pandai).

Reciprocal teaching adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai “guru” menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara

2

Farida Nurhasanah, Reciprocal Teaching dari http://hasanahworld.wordpress.com, 17 Juni 2009.

3

(23)

itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator

yang memberi kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding.

Bimbingan yang diberikan pada tahap ini dilakukan secara ketat, kemudian

secara berangsur-angsur tanggungjawab belajar diambil alih oleh siswa

yang belajar.

Pada scaffolding kemampuan aktual siswa, yaitu kemampuan

yang mampu dicapai oleh siswa dengan belajar sendiri dapat berkembang

lebih tinggi dan lebih baik sehingga dicapai kemampuan potensialnya.

Dengan demikian scaffolding mampu membantu siswa mengembangkan

kemampuan aktualnya menjadi kemampuan potensialnya.

Menurut Palincsar dan Brown seperti yang dikutip oleh Slavin4

bahwa strategi reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang

didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan

keterampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru

untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa yang

berkemampuan rendah. Reciprocal teaching adalah prosedur pengajaran

atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang

strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan

dengan baik Dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal

teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi

materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami.

Untuk mempelajari strategi-strategi tersebut guru dan siswa membaca

bahan pelajaran yang ditugaskan di dalam kelompok kecil, guru

memodelkan empat keterampilan tersebut di atas.

Dari beberapa definisi di atas, model reciprocal teaching sesuai

digunakan untuk menghasilkan siswa yang mandiri5, yaitu :

1. Mampu mendiagnosis secara tepat situasi belajar khusus.

4

Vina Indriani, Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching. Skripsi. Bandung: UPI, 2007

5

(24)

2. Mampu memilih strategi belajar untuk mengatasi masalah yang

dihadapi.

3. Mampu memonitor keefektivan strategi.

4. tuntas.

b. Pengenalan Reciprocal Teaching

Reciprocal teaching belum biasa dilakukan oleh guru. Siswapun belum akrab dengan strategi ini. Oleh karena itu jika guru akan

menggunakan reciprocal teaching perlu memperkenalkannya terlebih

dahulu kepada siswa.

Untuk memperkenalkan reciprocal teaching kepada siswa, guru

dapat memulai dengan memberikan informasi-informasi. Berikut ini

adalah saran dari Palincsar 1987 (dalam Slavin, 1997) tentang skenario

bagaimana seorang guru memperkenalkan reciprocal teaching kepada

siswa. Berikut ini adalah skenarionya.

Contoh Skenario Pengenalan Reciprocal Teaching Kepada Siswa

Untuk minggu-minggu mendatang kita akan bekerja

bersama-sama untuk meningkatkan kemampuan Anda semua dalam memahami

bahan bacaan yang Anda baca. Kadang-kadang kita sulit memahami arti

kata-kata, sulit memusatkan perhatian kepada arti kata-kata atau kepada

apa yang kita baca. Kita akan mempelajari suatu cara agar kita dapat lebih

memberikan perhatian terhadap apa yang sedang kita baca. Saya akan

mengajarkan kepada Anda melakukan kegiatan-kegiatan berikut pada saat

Anda membaca.

• Memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat ditanyakan dari

apa yang telah Anda baca, dan yakinkan bahwa Anda dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut.

• Membuat rangkuman tentang informasi-informasi terpenting dari apa

yang telah Anda baca.

• Memprediksi apa yang mungkin dibahas oleh penulis pada bagian

(25)

• Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari bacaan yang dibaca dan selanjutnya apakah kita berhasil

membuatnya menjadi masuk akal.

Kegiatan ini akan membantu Anda tetap memusatkan perhatian

kepada apa yang sedang Anda baca, dan yakinkan diri Anda sendiri bahwa

Anda memahami apa yang telah Anda baca.

Cara bagaimana Anda akan mempelajari empat kegiatan di atas

adalah dengan mengambil giliran berperan sebagai guru selama kegiatan

membaca di dalam kegiatan kelompok Anda. Apabila saya guru, saya akan

menunjukkan kepada Anda bagaimana membaca dengan penuh perhatian,

dengan mengucapkan kepada Anda pertanyaan-pertanyaan yang saya buat

sambil saya terus membaca dengan mengikhtisarkan informasi penting

yang saya baca, dan dengan membuat prediksi, yaitu saya memikirkan apa

yang akan dibahas penulis pada tulisan berikutnya. Saya juga akan

mengutarakan kepada Anda apabila saya menemukan sesuatu yang tidak

jelas atau membingungkan pada saat membaca, dan bagaimana saya

membuat sesuatu yang membingungkan itu menjadi mudah dipahami.

Apabila Anda guru, pertama-tama sambil membaca, Anda akan

mengajukan pertanyaan yang Anda buat kepada kelompok Anda. Anda

akan memberitahukan kepada kelompok Anda apabila jawaban kelompok

Anda benar. Sambil terus membaca, Anda akan mengikhtisarkan informasi

penting yang Anda peroleh. Anda juga akan memberitahukan kepada

kelompok Anda apabila Anda menemukan segala sesuatu yang

membingungkan di dalam bacaan itu. Beberapa kali selama Anda

membaca teks itu, Anda juga membuat prediksi, memikirkan apa yang

barangkali akan dibahas pada bacaan berikutnya. Apabila Anda sedang

berperan sebagai guru, anggota kelompok Anda akan menjawab

pertanyaan-pertanyaan Anda dan memberi komentar terhadap rangkuman

yang Anda buat.

Kegiatan-kegiatan tadi adalah kegiatan yang diharapkan akan

(26)

pelajaran membaca di kelas, tetapi di manapun Anda ingin memahami dan

mengingat apa yang sedang Anda baca.

Skenario di atas merupakan contoh yang dapat dilakukan oleh

guru dalam memperkenalkan reciprocal teaching kepada siswa. Kegiatan

itu dilakukan pada pertemuan pertama sebelum siswa belajar

menggunakan strategi tersebut. Guru harus memastikan bahwa siswa telah

memahami dulu strategi ini sebelum mereka menggunakannya

c. Mengajarkan Reciprocal Teaching

Sebagai salah satu pengetahuan prosedural yang diajarkan

setahap demi setahap, reciprocal teaching, diajarkan dengan menerapkan

pembelajaran langsung (direct instruction) . Adapun tahapan pembelajaran

langsung dalam mengajarkan reciprocal teaching adalah sebagai berikut.

• Guru menyiapkan teks bacaan materi pelajaran yang akan dibahas pada

hari ini. Memberitahu tujuan bahwa siswa akan diajak belajar materi

pelajaran tertentu hari ini dengan memberdayakan kemampuan mereka

sendiri. Strategi yang akan dilatihkan itu bernama reciprocal teaching .

• Guru memodelkan strategi reciprocal teaching tahap demi tahap

menggunakan alinea pertama di dalam bahan bacaan yang disediakan.

• Guru dapat mengulangi langkah ini dengan menggunakan alinea kedua

di dalam bahan bacaan. Pada akhir langkah ini siswa harus dipastikan

sudah memahami langkah-langkah yang dimodelkan tadi.

• Guru membimbing siswa guru meniru apa yang telah dimodelkan,

memberikan balikan dan mendiskusi penampilan siswa. Materi

pelajaran yang digunakan adalah materi alinea ketiga dan seterusnya.

• Guru meminta siswa guru mengulangi sekali lagi langkah keempat.

Bila materi di dalam satu alinea terlalu singkat, guru dapat

menggunakan materi bacaan lembar demi lembar. Hal yang penting perlu

diperhatikan di dalam membelajarkan siswa terhadap keterampilan ini

adalah pada saat modeling. Modeling yang dilakukan oleh guru harus

jelas, tahap demi tahap dan siswa harus dipastikan telah memahami semua

(27)

baik, menurut teori sosial Bandura, ada empat tahap modeling, yaitu

atensi, retensi, produksi, dan motivasi.

Atensi (perhatian) siswa dapat terjadi dan terpusat pada apa

yang dimodelkan jika guru melakukan dengan baik, menarik serta tahap

demi tahap. Agar siswa dapat meniru keterampilan yang dilatihkan, maka

siswa harus dapat mengingat tahapan yang dilatihkan itu. Oleh karena itu

perlu dilakukan aktivitas-aktivitas agar siswa dapat mengingatnya

(retensi). Retensi dapat dilakukan dengan jalan mengulang-ulang

keterampilan tersebut. Produksi tidak lain adalah memberi kesempatan

kepada siswa untuk mendemonstrasikan/meragakan keterampilan yang

sudah dilatihkan itu. Siswa cenderung melakukan reproduksi kalau mereka

termotivasi. Salah satu cara membangkitkan motivasi adalah dengan

menunjukkan kepada siswa bahwa keterampilan yang mereka pelajari itu

sangat diperlukan oleh mereka dalam rangka belajarnya.

d. Perancangan dan Penerapan Prosedur Reciprocal Teaching

Berdasarkan saran di atas, maka rancangan pelaksanaan

reciprocal teaching sehari-hari adalah mengikuti prosedur berikut.

• Sediakan teks bacaan yang akan diajarkan pada hari itu.

• Jelaskan bahwa Anda akan bertindak sebagai guru untuk bagian pertama

bacaan.

• Siswa diminta untuk membaca di dalam hati bagian bacaan yang

ditetapkan. Sebagai permulaan, barang kali paling mudah untuk bekerja

paragraf demi paragraf.

• Ketika siswa menyelesaikan bacaan bagian pertama, lakukan pemodelan

berikut.

• Pertanyaan yang saya perkirakan akan ditanyakan guru adalah

……… ………

• Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, siswa membuat rangkuman

(28)

pada teks bacaan. Saya akan merangkum informasi penting di dalam

bacaan sebagai berikut:

……… ……… ………..……… ………..

• Ketika saya membaca bahan bacaan ini saya menemukan hal-hal yang

kurang jelas, yaitu sebagai berikut

………..……… ………..

• Untuk mengklarifikasi hal-hal tersebut saya mencari dari bahan bacaan

lain, atau bertanya kepada nara sumber lain sebagai berikut

………..……… ………...

∙ Undang siswa untuk membuat komentar tentang pengajaran Anda dan

bacaan itu. Sebagai contoh:

(1) Apakah ada informasi yang lain?

(2) Apakah ada yang memiliki prediksi lain untuk ditambahkan pada

prediksi saya?

(3) Apa ada yang menemukan sesuatu yang lain yang membingungkan?

• Tugaskan bagian bacaan berikutnya untuk dibaca dalam hati. Pilih

seorang siswa untuk berperan sebagai guru untuk bagian ini. Mulailah

dari siswa yang terampil bicara yang menurut Anda akan sedikit

mengalami kesulitan dengan kegiatan ini.

∙ Latihlah siswa guru untuk dapat berperan dalam kegiatan ini, doronglah

siswa lain untuk berperan lebih aktif di dalam dialog dan sebagainya.

e. Pengaruh Stategi Reciprocal Teaching Terhadap hasil Belajar

Pengaruh reciprocal teaching terhadap hasil belajar sangat

beragam. Reciprocal teaching mempengaruhi keterampilan komunikasi,

(29)

1. Pengaruh Reciprocal Teaching Terhadap Keterampilan Komunikasi

Berdasarkan pada keterampilan yang dilatihkan dan

bentuk-bentuk aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan belajar, maka

reciprocal teaching berdampak positif terhadap kemampuan komunikasi siswa, karena selama pembelajaran siswa mengajukan pertanyaan,

mengomentari jawaban teman yang lain.

2. Reciprocal Teaching Terhadap Motivasi Siswa

Menurut teori motivasi ARCS (Attention, Relevance,

Confidence, Satisfaction), siswa akan termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa, apa

yang mereka pelajari menyebabkan mereka puas, dan menambah percaya

dirinya. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan reciprocal teaching,

siswa aktif mencari tahu informasi yang diperlukan untuk menjawab

pertanyaannya sendiri sehingga relevan dengan kebutuhan mereka sendiri.

Hal ini akan meningkatkan motivasi siswa. Wilujeng, (1999) dalam bidang

fisika, Khabibah (1999) di dalam bidang matematika, mereka semua

berpendapat bahwa reciprocal teaching dapat meningkatkan motivasi

siswa.

3. Pengaruh Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Kognitif

Selama KBM siswa membuat rangkuman, jadi dilatih untuk

menemukan ide pokok di dalam bahan bacaan dan ini merupakan

keterampilan penting untuk belajar. Semua uraian tersebut ternyata juga

sejalan dengan hasil penelitian yang menerapkan reciprocal teaching ini

telah berhasil meningkatkan prestasi belajar yang rendah (Palincsar, 1987

dalam Slavin (1997); Palincsar dan Brown, 1984;).

Hal yang membedakan model pembelajaran reciprocal teaching

dengan model pembelajaran lainnya menurut Palincsar dan Brown yaitu

dalam reciprocal teaching, siswa dituntut untuk mampu menjelaskan hasil

wacana yang dibaca secara mandiri kepada teman-temannya baik dalam

(30)

wacana tersebut. Reciprocal teaching dirancang untuk membiasakan siswa

menggunakan empat strategi pemahaman mandiri dimana strategi

menjelaskan kembali memberikan penekanan kepada siswa untuk menjadi

guru dihadapan teman-temannya. Guru dapat membantu siswa untuk

mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan

mengekspresikan sendiri6.

Empat strategi dalam Reciprocal Teaching yang dikembangkan

oleh Palincsar dan Brown yaitu :

1. Summarizing (Merangkum)

Rangkuman adalah sejumlah intisari atau ide utama yang diambil

dari suatu bahan bacaan. Strategi merangkum memberikan kesempatan

siswa untuk mengidentifikasi, menguraikan dengan kata-kata sendiri dan

menggabungkan informasi penting dari suatu teks bacaan. Dalam

membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan

hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari

dari teks bacaan tersebut. beberapa pertanyaan-pertanyaan umum yang

dapat diajukan antara lain:

“Apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?” “Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”

“Dapatkah saya menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”

Untuk tahap ini, tentu sudah jelas sekali yang paling sederhana

adalah meminta siswa untuk membuat ikhtisar dari proses pembelajaran

yang berlangsung beserta hasilnya menggunakan bahasa sendiri.

“Konsep baru apa saja yang kita pelajari dalam topik struktur dan fungsi organ pada tumbuhan ini?”

“Dapatkah saya menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan bahasa saya sendiri?”

6

(31)

“Dapatkah saya menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep ini?”

Berkaitan dengan soal yang diberikan, dapat diminta siswa

untuk menuliskan jawaban yang lengkap beserta langkah-langkah yang

dilakukan kemudian mereka minta untuk menjelaskannya.

2. Questioning (Membuat pertanyaan)

Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan

mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan.

Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada

dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif.

Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan dapat beragam, berikut beberapa

contohnya;

“Apa yang kau pikirkan ketika kau membaca teks tersebut?”

“Pertanyaan apa saja yang dapat kau ajukan setelah kau membaca teks tersebut?”

“Topik apa yang membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?”

Pertanyaan yang diajukan siswa tentu bervariasi dan

menunjukkan tingkat berpikir siswa. Pengajuan pertanyaan ini merupakan

suatu bagian penting dalam kontruktivisme. Menurut Piaget, perumusan

pertanyaan merupakan salah satu yang paling penting dan paling kreatif

dari sains yang diabaikan dalam pendidikan sains7.

Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan

mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan.

Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada

dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Dari uraian

tersebut jelas bahwa pada tahap ini siswa bertanya pada dirinya sendiri

untuk melakukan crosscheck tentang apa yang sudah diperolehnya dari

proses belajar dan apa yang belum dikuasainya dari keseluruhan konsep

7

(32)

yang diajarkan oleh gurunya. Jadi guru mengajarkan siswa untuk bertanya

pada dirinya sendiri. Contoh pertanyaannya sebagai beikut: “Apakah saya sudah memahami definisi akar?”

“Dari semua definisi yang diberikan, adakah definisi yang belum saya fahami?”

“Apakah saya sudah bisa melukis sebuah penampang melintang sebuah

akar?”

3. Predicting (Memprediksi)

Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengaktifkan pengetahuan sebelumnya yang bersangkutan dengan teks

tersebut. Strategi ini juga membantu siswa mengembangkan pemahaman

siswa dengan menggunakan petunjuk bacaan, pengetahuan awal, petunjuk

gambar atau teks terstruktur untuk membangun makna dari teks yang

bersangkutan.

Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan

yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi

yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam

mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan

informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat

membuat dugaan tentang topik dari paragraf selanjutnya.

Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut: “Dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkah kau menerka apa topik tulisan ini?”

“Coba pikirkan dari apa yang sudah kita baca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”

Dari uraian tersebut, jelas diketahui bahwa pada tahap ini

diharapkan terjadi koneksi antara konsep yang baru dipelajarinya dengan

yang sudah dimilikinya.

4. Clarifying (Mengklarifikasi)

Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa

(33)

walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan

tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau

kalimat-kalimat yang tidak familiar, apakah meraka dapat memaknai

maksud dari suatu paragraph. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti; “Apa maksud dari kalimat tersebut?”

“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut?”

“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraf ini?” Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menuliskan hal-hal yang tidak jelas dalam teks yang telah dibaca. Strategi

ini dapat dilakukan selama siswa membaca teks dengan membuat catatan

mengenai kata-kata, ungkapan atau konsep yang belum mereka pahami.

Bahan teks bacaan yang diberikan dapat berupa teks mengenai konsep

yang ingin diajarkan sekaligus berisi soal yang harus diselesaikan. Pada

contoh ini, misalnya teks mengenai akar. Sesuai dengan teorinya pada

tahap ini, Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau

kalimat-kalimat yang tidak familiar. Maka dibuat pertanyaan apakah

mereka mengerti arti kata atau konsep baru dalam teks tersebut. Perlu

diingat bahwa pembelajaran ini berbasis dialog dan keempat proses

tersebut berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil.

Sebagai salah satu pengetahuan prosedural yang diajarkan

setahap demi setahap, reciprocal teaching, diajarkan dengan menerapkan

pembelajaran langsung (direct instruction). Adapun tahapan pembelajaran

langsung dalam mengajarkan reciprocal teaching adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan teks bacaan materi pelajaran yang akan dibahas

pada hari ini. Memberitahu tujuan bahwa siswa akan diajak belajar

materi pelajaran tertentu hari ini dengan memberdayakan kemampuan

mereka sendiri. Strategi yang akan dilatihkan itu bernama reciprocal

teaching.

2. Guru memodelkan strategi reciprocal teaching tahap demi tahap

(34)

3. Guru dapat mengulangi langkah ini dengan menggunakan alinea kedua

di dalam bahan bacaan. Pada akhir langkah ini siswa harus dipastikan

sudah memahami langkah-langkah yang dimodelkan tadi.

4. Guru membimbing siswa dan siswa meniru apa yang telah

dimodelkan, memberikan balikan dan mendiskusi penampilan siswa.

Materi pelajaran yang digunakan adalah materi alinea ketiga dan

seterusnya.

2. Penguasaan Konsep Siswa dan Pengkurannya

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah

siswa tersebut memperoleh pengalaman belajar yang meliputi ranah

kognitif, afektif dan psikomotor. Dimensi proses kognitif berdasarkan

taksonomi Bloom yang baru mencakup enam jenjang, yaitu : Menghafal

(Remember), memahami (Understand), mengaplikasikan (Applying),

menganalisis (Analyzing), mengevaluasi (Checking), dan membuat

(Create).8

Aspek pemahaman mengacu pada pengetahuan untuk mengerti

dan memahami sesuatu setelah sesuatu diketahui atau diingat dan

memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Pada umumnya,

unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna atau

suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Dengan pemahaman siswa diminta

untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana

diantara fakta-fakta atau konsep.

Dalam beberapa pengertian, konsep dapat didefinisikan sebagai berikut:

a) konsep adalah gambaran dan ciri-ciri sesuatu objek sehingga dapat membedakannya dengan objek lainnya (Goo, dalam Resna, dkk., 1992:6)

b) konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang

8

(35)

mempunyai atribut yang sama (Rosser, 1994, dalam Ratna WD, 1989:80)

c) konsep merupakan pembentukan mental dalam mengelompokkan kata-kata dengan penjelasan tertentu yang dapat diterima secara umum (Klausmeir, 1980:22)

d) konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus-stimulus (Ratna WD, 1990:22)

e) konsep merupakan definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala (Koentjaraningrat, 1990:29).9

Menurut Plafel (1970 dalam Ratna WD, 1989) bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi yaitu:

a) konsep itu memiliki atribut tertentu yang merupakan tanda atau ciri atau sifat-sifat dari sutu konsep yang membedakannya.

b) konsep memiliki struktur yang merupakan cara tergabungnya atribut-atribut suatu konsep, berdasarkan struktur ini konsep dikelompokkan menjadi: konsep konjugatif, konsep disjugatif, konsep-konsep rasional

c) konsep memiliki keabstrakan, konsep bisa dalam bentuk konkrit (benda nyata) atau abstrak (digeneralisasikan)

d) konsep memiliki keinklusifan, artinya setiap konsep memiliki pengembangan lebih luas.

e) konsep memiliki generalisasi (keumuman), konsep-konsep dapat berbeda menurut hierarkinya.

f) konsep memiliki ketepatan, ketepatan suatu konsep menyangkut suatu aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh suatu konsep.

g) konsep memiliki kekuatan, kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting disajikan atau dipelajari atau mengandung materi esensial.10

9

Nuryani R, Strategi Belajar..., hal. 50-51.

10

(36)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan pemahaman suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari kelompok objek dari sutu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena alam yang membedakannya dari kelompok lain.

Prayekti mengatakan bahwa penguasaan konsep merupakan abstraksi yang memiliki satu kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.11

Arikunto menegaskan bahwa soal ingatan dapat dijawab dengan

melihat buku atau catatan, tapi untuk menjawab soal pemahaman, siswa

dituntut untuk hafal sesuatu pengertian kemudian menjelaskan dengan

kalimat sendiri12. Atau siswa memahami dua pengertian atau lebih

kemudian memahami dan menyebutkan hubungannya. Jadi untuk

menjawab soal pemahaman siswa selain harus mengingat juga berpikir.

Untuk memperoleh pemahaman ini, siswa harus sudah mengetahui

kemudian paham dan siswa dapat mengaplikasikannya. Soal-soal untuk

pengukuran penguasaan konsep siswa ini disusun dalam bentuk pilihan

ganda.

Sesuai dengan PP No. 19/2005 kurikulum yang berlaku saat ini

adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Esensi isi dan arah

pengembangan pembelajaran pada KTSP masih tetap sama dengan

kurikulum sebelumnya yaitu bercirikan kepada tercapainya paket-paket

kompetensi, yaitu menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik

secara individual maupun klasifikal, berorientasi pada hasil belajar dan

keberagaman, penyampaian dalam pembelajaran menggunakan

pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru,

tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, dan

11

Prayekti, ”Pendidikan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA di kelas 5 SD”, Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi 39, 2001. h. 3.

12

(37)

penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Namun, terdapat

perbedaan mendasar yaitu sekolah diberi kewenangan penuh menyususun

rencana pendidikannya.

3. Pengertian Biologi

Biologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu „biosdanlogos’

yang artinya „hidup‟ dan „ilmu‟. Jadi secara sederhana Biologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang hidup. Pengertian ini kemudian berkembang dan

disempurnakan sehingga mencakup seluruh objek atau kajiannya yang sangat

luas itu. Definisi Biologi yang lebih lengkap tersebut adalah sebagai berikut;

Biologi adalah ilmu tentang makhluk hidup dan gejala kehidupan. Objek atau kajian dalam Biologi meliputi kelima Kingdom/Regnum dan Virus. Kelima

Kingdom tersebut adalah Animalia (hewan), Plantae (tumbuhan), Fungi

(jamur), Protista dan Monera.

Ilmu biologi dirintis oleh Aristoteles, ilmuwan berkebangsaan

Yunani. Dalam terminologi Aristoteles, "filosofi alam" adalaha cabang

filosofi yang meneliti fenomena alam, dan mencakupi bidang yang kini

disebut sebagai fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan alam lainnya.

Aristoteles melakukan penelitian sejarah alam di pulau Lesbos. Hasil

penelitiannya, termasuk Sejarah Hewan, Generasi Hewan, dan Bagian

Hewan, berisi beberapa observasi dan interpretasi, dan juga terdapat mitos

dan kesalahan. Bagian yang penting adalah mengenai kehidupan laut. Ia

memisahkan mamalia laut dari ikan, dan mengetahui bahwa hiu dan pari adlah bagian dari grup yang ia sebut Selachē.

Istilah biologi dalam pengertian modern kelihatannya diperkenalkan

secara terpisah oleh Gottfried Reinhold Treviranus (Biologie oder

Philosophie der lebenden Natur, 1802) dan Jean-Baptiste Lamarck (Hydrogéologie, 1802). Namun, istilah biologi sebenarnya telah dipakai pada

1800 oleh Karl Friedrich Burdach. Bahkan, sebelumnya, istilah itu juga telah

(38)

pada 1766, yaitu Philosophiae Naturalis Sive Physicae Dogmaticae: Geologia, Biologia, Phytologia Generalis et Dendrologia.

Pada masa kini, biologi mencakup bidang akademik yang sangat

luas, bersentuhan dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali

dipandang sebagai ilmu yang mandiri. Namun, pencabangan biologi selalu

mengikuti tiga dimensi yang saling tegak lurus: keanekaragaman

(berdasarkan kelompok organisme), organisasi kehidupan (taraf kajian dari

sistem kehidupan), dan interaksi (hubungan antarunit kehidupan serta antara

unit kehidupan dengan lingkungannya).

Makhluk hidup atau organisme sangat beraneka ragam. Taksonomi

mempelajari bagaimana organisme dapat dikelompokkan berdasarkan

kemiripan dan perbedaan yang dimiliki. Selanjutnya, berbagai kelompok itu

dipelajari semua gatra kehidupannya, sehingga dikenallah ilmu biologi

tumbuhan (botani), biologi hewan (zoologi), biologi serangga (entomologi),

dan seterusnya.

Adapun objek-objek tersebut selanjutnya akan dikaji lebih jauh

mulai dari lingkup yang paling kecil yaitu molekul hingga lingkup bioma di

permukaan bumi. Dimana interaksi antarbioma di permukaan bumi ini

membentuk lapisan makhluk hidup di bumi yang dikenal sebagai Biosfer.

Kemudian bagaimanakah caranya mempelajari Biologi yang objek/kajiannya

sangat luas itu, caranya adalah dengan memilah-milah materi-materinya

berdasarkan objek atau kajiannya, baru kemudian mempelajarinya secara

lebih mendalam pada setiap objek/kajian tersebut.

4. Nilai dalam Pembelajaran Sains a. Definisi Nilai

Kata value, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia menjadi nilai berasal dari bahasa Latin valere atau valoir yang

dapat dimaknai sebagai kata harga..13 Nilai didefinisikan dengan cara

berbeda-beda oleh banyak ahli. Suroso menjelaskan definisi nilai menurut

13

(39)

para ahli, diantaranya Menurut Golden Alford (1964) nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.

Dalam pendidikan tentu saja pilihan yang diharapkan adalah nilai-nilai

yang sesuai dengan tututan yang ada, baik yang berlaku dalam masyarakat

maupun ajaran Agama.14 Begitupun Mulyana dalam bukunya memaparkan

nilai menurut para ahli, yaitu Kluckohn yang merumuskan definisi nilai

sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan

individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang

mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir

tindakan.15

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulan bahwa nilai

adalah suatu gagasan yang dijadikan rujukan dalam menentukan suatu hal

atau tindakan yang merupakan tujuan tindakan akhir. Gagasan tersebut

melekat dalam waktu yang relatif lama sehingga stabil, dan dinyatakan

secara konsisten.

b. Pembagian Nilai dalam Pembelajaran Sains

Nilai banyak sekali jenisnya, tergantung dalam konteks mana kita

menempatkannya, ada nilai spiritual atau religius, nilai moral, nilai

estetika, nilai sosial, nilai intelektual, nilai ekonomi, dan lain-lain.

Mulyana memaparkan menurut Linda secara garis besar nilai

dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai nurani (value of being ) dan

nilai-nilai memberi (Value of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada

dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita

memperlakukan orang. Nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan

atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan.16

Suroso menjelaskan pembagian menurut para ahli, diantaranya

Darmadjo membagi nilai menjadi nilai sosial (etika, estetika, moral

atauhumonaria), nilai ekonomi, dan nilai psikologi atau pedagogis. Dan

14

Suroso Adi Yudianto, Manajemen.., hal 46

15

Rokhmat Mulyana, Mengartikulasi…, hal 10

16

(40)

Spranger membagi nilai menjadi enam jenis, yaitu: nilai ekonomi, nilai ilmiah, niali sosial, nilai estetika, dan nilai religius. Sedangkan Einsten

menyebutkan bahwa nilai sains mencakup nilai religius, praktis/manfaat,

sosial, intelektual, sosial-politik-ekonomi dan pendidikan.17

Dalam penelitian ini penulis mengambil pembagian nilai menurut

Einsten, berikut penjelasan mengenai nilai-nilai menurut Einsten.

1. Nilai Religius

Nilai religius berorientasi pada nilai keimanan sebagai dasar

segala pemikiran dan tindakan yang berhubungan dengan kesadaran

akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat asmaul

husna lainnya.18 Dalam Garis Besar Program Pengajaran salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah meningkatkan kesadaran serta

kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa ini menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran haruslah ada integrasi nilai-nilai agama. Agama dapat

mengajari identitas pencipta kita yang keberadaannya dapat

ditemukan, dan dengan agama yang diungkapkan, kita akan tahu

bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah.

2. Nilai Praktis

Nilai praktis suatu bahan ajar sains berhubungan dengan

aspek-aspek manfaat sains bagi kehidupan manusia. Nilai kemnfaatan

dari suatu bahan ajar adalah dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi

kehidupan manusia. Bahan ajar Biologi adalah banyak berkaitan

dengan maslah kehidupan manusia, sehingga tidak disangsikan lahi

memilki banyak nilai kemnfaatannya.

3. Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan adalah kandungan nilai yang dapat

memberikan inspirasi atau ide-ide yang dimunculkan untuk

pemenuhan kebutuhan manusia setelah belajar dari prinsip-prinsip

yang berlaku dalam suatu bahan ajar.

17

Suroso Adi Yudianto, Manajemen…, hal 47.

18

(41)

4. Nilai Sosial

Nilai sosial suatu bahan ajar merupakan model menjalin

hubungan sesama manusia makhluk sosial yang tidak bisa hidup

sendiri tetapi senantiasa memerlukan yang lain dalam melakukan

berbagai kegiatan.

5. Nilai Intelektual

Nilai intelektual merupakan nilai kecerdasan seseorang agar

menggunakan akalnya untuk memehami sesuatu dan tidak percaya

akan tahayul, menyadari pentingnya pengetahuan dan pemahaman juga

keterampilan untuk kehidupan.

c. Pendidikan dan Nilai

Nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang satu sama

lainnya tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara nilai dengan

pendidikan dapat dilihat dari tujuan pendidikan itu sendiri.

Hubungan antara nilai dengan pendidikan sangat erat. Nilai

dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan, baik dalam memilih

maupun dalam memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar.

Melalui persepsi nilai guru dapat mengevaluasi siswa. Dan melalui

nilai itulah manusia dapat bersikap kritis terhadap dampak-dampak

yang ditimbulkan pendidikan. Merujuk pada pendapat Kniker (1997),

nilai merupakan istilah yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan.

Dalam gagasan Pendidikan Nilai yang ia kemukakan, nilai selain

ditempatkan sebagai inti dari proses dan tujuan pembelajaran, setiap

huruf dari kata value dirasionalisasikannya sebagai tindakan-tindakan

pendidikan. Sehingga ia menuangkan kata-kata tersebut sebagai tahap

penyadaran nilai19. Tahapan-tahapan itu adalah:

a. Value identification (identifikasi nilai). Pada tahap ini, nilai yang menjadi target pembelajaran perlu diketahui oleh setiap peserta

didik.

19

(42)

b. Activity (kegiatan). Pada terhap ini peserta didik dibimbing untuk melakukan tindakan yang diarahkan pada penyadaran nilai yang

menjadi target pembealajaran.

c. Learning aids (alat bantu belajar). Alat bantu adalah benda yang dapat memperlancar proses belajar nilai.

d. Unit interaction (interaksi kesatuan). Tahap ini melanjutkan tahapan kegiatan dengan semakin memperbanyak strategi atau cara

yang dapat menyadarkan peserta didik terhadap nilai.

e. Evaluation segment (bagian penilaian). Tahap ini diperlukan untuk memeriksa kemajuan belajar nilai melalui penggunaan beragam

teknik evaluasi nilai.

Nilai sangat luas maknanya, maka dari itu dibutuhkan beberapa

pendekatan utama untuk pengembangan nilai, yaitu sebagai berikut:

1) Pendekatan eksplisit

Pendekatan yang menekankan pada mata pelajaran yang benar-benar

mengajarkan nilai, seperti nilai pendidikan moral, Budi pekerti, dan agama

yang bertumpu secara khusus pada perkembangan nilai dan etika.20

Ringkasnya, nilai eksplisit merupakan nilai yang dirancang secara

langsung atau tersurat dalam kurikulum, dipupuk dan diajarkan secara

langsung oleh guru di dalam kelas, dan nilai yang dinyatakan siswa

dengan jelas dalam tingkah laku atau hasil belajar.

2) Pendekatan tidak langsung

Pendekatan tidak langsung sebagian berasaskan pengandaian bahwa

pemahaman tentang sains dan sains sosial memerlukan pengembangan

imajenasi, intuisi, dan hati nurani yang dapat membantu peningkatan

kesadaran moral dan intelektual.21 Berdasarkan hal tersebut maka

pendekatan tidak langsung menekankan penggunaan mata pelajaran

sekolah yang lain sebagai alat untuk mengembangkan nilai dan etika.

20Nik, Azis Nik Pa, “ Pengembangan nilai dalam Pendidikan Matematik: Cabaran

dan Keperluan”, dalam Nilai-Nilai Science Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. hlm. 49

21

(43)

Misalnya pembelajaran Fisika membantu siswa untuk memupuk sikap

ingin tahu siswa tentang alam dan mengukuhkan kemampuan berpikir

kritis.

3) Pendekatan implisit

Pendekatan implisit menekan strategi seperti penggunaan kaedah

pengajaran, pembelajaran,cara mengetahui, dan persepsi tertentu, untuk

memupuk pengembangan nilai murni. Dalam konteks ini metodologi guru

dalam mengajar siswa di kelas termasuk dalam pendekatan implisit.22

Ringkasnya nilai implisit adalah nilai yang tersirat dalam kurikulum,

bahan ajar, tersirat dalam tingkah laku guru dalam kelas, dan nilai yang

tersirat dalam tingkah laku siswa.

d. Definisi dan Tujuan Pendidikan Nilai.

Definisi Pendidikan Nilai mencakup keseluruhan aspek yang sebagai

pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai

kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melaui proses pertimbangan nilai

yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.23

Tujuan Pendidikan Nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik

agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu

menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Untuk pada sampai

tujuan yang dimaksud, tindakan-tindakan pendidikan yang mengarah pada

perilaku yang baik dan benar perlu diperkenalkan oleh peserta didik.

e. Pendidikan Nilai dalam IPA (biologi)

Pembelajaran IPA (biologi) yang disertai oleh pengembangan nilai,

moral dan etika diyakini akan mampu menumbuhkan potensi peserta didik

melebihi apa yang dicapai dalam pengajaran konvensional. Karena itu

materi pembelajaran yang dikembangkan harus sampai kepada

materi-materi esensial yang di dalamnya terkandung nilai, moral, dan etika yang

harus dimilki oleh peserta didik.

22

Nik Azis Nik Pa, Pengembangan…, hlm. 29.

23

Gambar

Tabel 2. Rekapitulasi Data Penguasaan Konsep ..................................................
Gambar 1. Desain Penelitian ................................................................................
gambar atau teks terstruktur untuk membangun makna dari teks yang
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajaran matematikanya melalui Model Reciprocal Teaching Berbantu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-5 pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran Terbalik ( Reciprocal Teaching

a) Untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan reciprocal teaching terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam belajar matematika. b) Untuk mengetahui kemampuan

RIA SARDIYANTI (105017000475), ”Penerapan Model Pembelajaran Terbalik ( Reciprocal Teaching ) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”. Skripsi Jurusan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kesadaran metakognisi, hasil belajar dan retensi siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Reciprocal

Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching di kelas XI IPS MAN 2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching, (2) perbedaan hasil

Berdasarkan data hasil tes pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa penerapan model reciprocal teaching terintegrasi mind mapping