• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELAMA MASA PEMBINAAN DI NOVISIAT

C. Penanaman Nilai Spiritualitas Kongregasi Suster FdCC 1. Nilai Hidup Doa

5. Nilai Hidup Berkaul

Hidup kaul merupakan persembahan diri secara total kepada Allah yang telah menganugerahkan rahmat panggilan bagi para religius untuk mengikuti Yesus secara lebih dekat lewat ke tiga kaul yang diikrarkannya dalam menghayati Hidup Bakti. Dengan mengucapkan ketiga kaul ini, mengajak para religius untuk membaktikan hidupnya hanya kepada Allah dan demi kemulian nama-Nya melalui kesaksian hidup dan pelayanan cinta kasih. Melalui persembahan diri inilah sebagai bentuk ungkapan cinta yang mendalam bagi Allah. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 23) mengatakan: “Hidup Bakti adalah suatu hadiah dari Allah, yang diberikannya kepada kita demi kemulian-Nya dan demi kebaikan saudara-saudari kita.”

Dengan demikian penghayatan Hidup Bakti merupakan bukti cinta timbal-balik para Suster FdCC yang dibaktikan sepenuhnya dalam Gereja yang menyelamatkan. Hidup kaul yang dihayati oleh para Suster FdCC, sebagai suatu perjanjian kasih, diterima dalam suatu kebebasan dan dihayatinya dengan gembira, maka dengan demikian mewajibkan mereka secara sukarela sepenuhnya dan selamanya menjadi milik Kristus, dengan mengikuti Dia secara lebih dekat dalam kemurnian, ketaatan dan kemiskinan. Penghayatan mengenai kaul dalam tahap pembinaan di novisiat, menghantar para novis untuk dapat mempersembahkan diri secara bebas dan menjadikan Kristus sebagai sumber dan teladan bagi hidup mereka. Dalam hal ini para novis benar-benar dipersiapkan dengan baik, agar mereka dapat mengerti, memahami, menghayati dan

104

melaksanakan nilai dari hidup ke tiga kaul tersebut sesuai dengan penghayatan spiritualitas Kongregasi Suster FdCC.

Berikut ini akan dibahas ketiga kaul yaitu: kaul kemurnian, kemiskinan dan ketaatan, yang sesuai dengan penghayatan spiritualitas Kongregasi Suster FdCC, adalah sebagai berikut:

a. Kaul Kemurnian

Pusat penghayatan kaul kemurnian para Suster Kongregasi FdCC berpusat pada Cinta Yesus Tersalib yang murni, yang dapat menghantar para calon khususnya para novis Suster FdCC untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dengan hati yang bebas dan dihayati dengan gembira demi keselamatan umat manusia. (Kons. Kongregasi FdCC 1828: no. 25). Dengan penghayatan kaul kemurnian mengajak para novis calon Suster FdCC, menghayatinya sebagai sebuah anugerah dari Allah yang terlebih dahulu mengasihi, sehingga memampukan para novis calon Suster FdCC untuk mengasihi sesama di dalam Dia sendiri dengan bebas.

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 29) mengatakan: “Kaul kemurnian mewajibkan para Suster FdCC untuk memelihara pantang sempurna di dalam selibat, demi kemulian Allah. Para Suster FdCC diarahkan memahami dan menyadari bahwa kaul kemurnian ini mewajibkan mereka untuk meninggalkan perkawinan dan nilai-nilai hidup berkeluarga, sehingga hati menjadi bebas dan terbuka untuk suatu kasih yang tak terbatas.” Dengan demikian para calon khususnya para novis diarahkan untuk dapat menerima setiap pribadi dengan rasa hormat, penuh kelembutan hati, cinta yang tak

105

terbatas yang mampu membuatnya bebas tanpa terikat pada suatu apapun yang bukan Allah, kecuali hanya Allah yang menjadi sumber kekuatan dan menjadi teladan bagi mereka, sehingga para novis semakin kuat dan setia dalam mencintai Dia dan sesama.

Dengan demikian dalam tahap pembinaan di novisiat Kongregasi FdCC berusaha untuk siap membantu dan mengarahkan para novis untuk dapat mengerti, menghayati dan melaksanakan nilai dari kaul kemurnian ini secara bebas dan bertanggung jawab, sebagai suatu persembahan diri secara total dengan hati yang bebas dan tak terbagi kepada Allah, dalam mencintai sesama mereka dengan hati yang tak terbatas dan tak terbagi. Melalui segala kelemahan, pikiran, perasaan, waktu, talenta dan tenaga yang mereka miliki, mampu membuat mereka bebas untuk menyerahkan diri kepada Allah dan demi kebaikan sesama mereka baik dalam mengembangkan hidup bersama di komunitas maupun dalam karya pelayanan mereka, agar mampu menyadarkan mereka akan sebuah nilai dari penghayatan akan kaul kemurnian. Dalam hal ini buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo ( 2001: 93-94) mengatakan tujuan hidup kaul kemurnian adalah:

a. Bersyukur dan bergembira karena dipanggil Kristus secara pribadi. b. Membangun semangat rekonsiliasi, bimbingan rohani rutin, dan

semangat cinta persaudaraan dalam komunitas.

c. Menjelaskan nilai tubuh dan artinya serta membiasakan perawatan kesehatan jasmani secukupnya (lewat tidur, olah raga, relaksasi, dan makan).

106

d. Memberikan pengarahan tentang pokok-pokok hidup seksualitas dengan segala konotasi, fisik, psikologi, dan rohaninya.

e. Membantu mengendalikan diri dalam bidang seksual dan afeksi dengan tetap peka pada kecenderungan instinktif dan kebutuhan psikologisnya.

f. Belajar dari pengalaman dalam bidang ini sampai menemukan batas kelemahan, agar tetap waspada dan rendah hati.

g. Mewujudkan buah-buah hidup perawan dalam bentuk kesuburan rohani.

h. Menciptakan suasana hidup penuh kepercayaan antar religius dan pembina, selalu siap mendengarkan dengan penuh kasih yang diungkapkan dalam bimbingan, mencoba menerangi dan menyemangati mereka.

i. Membantu bertindak bijaksana dalam komunikasi dan pergaulan antar pribadi, agar menghindari bahaya yang menghambat penghayatan kaul kemurnian.

Dengan demikian nilai dari kaul kemurnian ini menjadi suatu kekuatan yang menghantar mereka untuk bebas mencintai Tuhan dan sesama dalam menjalani dan menghayati hidup panggilan mereka dengan gembira dan tetap setia dalam kasih Yesus Tersalib yang Kudus dan penuh cinta, yang menjadi sumber dan teladan cinta dalam hidup mereka sehari-hari.

107

b. Kaul Kemiskinan

Penghayatan kaul kemiskinan dalam Kongregasi Suster FdCC, terpancar dari kasih Yesus Tersalib. Dalam hal ini terjemahan Pensieri St. Magdalena dari Canossa (2001: 25) mengatakan bahwa: “Di salib Yesus ditanggalkan segala-galanya kecuali cinta kasih-Nya. Dengan kata lain bahwa Yesus menjadi miskin dan meninggalkan segala-galanya karena Dia mengasihi kita. Dalam Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 31) dikatakan bahwa: “Kemiskinan yang terbakti, yang dipilih secara bebas, menyesuaikan diri kita lebih sempurna kepada Yesus Kristus, yang telah menjadi miskin, karena kasih-Nya kepada kita, dan membuat kita mampu untuk memberi kesaksian tentang keunggulan hal-hal dari Roh, sambil mewartakan kepada orang-orang miskin Sabda Bahagia.”

Dengan demikian teladan Yesus yang Tersalib inilah memampukan para Suster FdCC untuk bersatu dengan Allah, mengasihi Dia dan mencari hanya Dia saja di dalam setiap pekerjaan dan pelayanan cinta kasih melalui kesaksian hidup yang miskin dalam kesederhanaan dan dalam solidaritas dengan orang miskin disekitarnya demi kemulian nama Allah. Dalam hal ini buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo (2001: 95) mengatakan pembinaan kaul kemiskinan adalah: “Belajar hidup berpusat pada Kristus yang miskin, Kristus yang selalu dikontemplasikan, dicintai, dan diikuti. Maka dengan demikian mereka yang miskin dalam batinnya akan mempunyai sumber penghayatan kemiskinan yang autentik.”

108

Penghayatan kaul kemiskinan dalam pembinaan di tahap novisiat, membantu dan mengarahkan para novis untuk mengerti dan melaksanakan nilai kaul kemiskinan dengan bebas dan sempurna. Dengan demikian mereka dihantar untuk mengerti nilai kaul kemiskinan berhubungan dengan Kerajaan Allah, seperti yang dikatakan dalam Injil (Mat 5: 3) adalah: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.” Maksudnya adalah kaul kemiskinan menghantar mereka untuk bersikap lepas bebas terhadap milik, demi penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan. Kaul kemiskinan merupakan kesedian hati untuk mengabdikan apa saja yang dimilikinya, antara lain: harta, bakat, tenaga, dan waktu, seluruh hidup kita hendaknya tersedia bagi orang lain demi kemuliaan Allah. Dengan kata lain yang sangat ditekankan penghayatan para novis akan kaul kemiskinan adalah sikap kesedian hati untuk mengurbankan seluruh hidup dalam kesaksian hidup yang nyata dan pelayanan karya cinta kasih yang terpancar dari Yesus Tersalib dalam hidup bersama.

c. Kaul Ketaatan

Penghayatan kaul kataatan, dalam hal ini Kons. Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 38) mengatakan:

Ketaatan Yesus karena kasih telah memenuhi kehendak bapa-Nya sampai menjadi kurban di Salib, mengilhami dan memotivasi para Suster FdCC untuk mempersembahkan diri secara bebas dan seluruh kehendak kita kepada Allah bagi suatu pengabdian tak bersyarat kepada rencana penyelamatan-Nya yang universal. Dari kontemplasi Yesus Tersalib menarik semangat paskah ketaatan kita sendiri, siap untuk menerima tanggung jawab yang dibawanya, sambil menyadari

109

bahwa seluruh hidup kita di dalam diri-Nya sendiri adalah suatu pengorbanan yang sempurna.

Penghayatan kaul ketaatan bagi para novis dalam tahap pembinaan ini, mengahantar mereka untuk rela mengabdikan diri kepada kehendak Tuhan sepenuhnya, sehingga dibimbing oleh Roh Kudus yang menggerakan hati mereka untuk selalu siap sedia dengan hati yang sederhana, penuh cinta dan penuh iman, untuk siap menerima mandat dari atasan sebagai kehendak dari Tuhan sendiri. Penghayatan kaul ketaatan bagi para novis sungguh diarahkan secara jelas agar nilai dari kaul ini benar-benar dihayati dan dilaksanakan dengan hati yang bebas dalam menerima segala tugas yang dipercayakan padanya. Para novis harus mengerti tujuan dari kaul ketaatan dan konsekwensinya dengan jelas. Dalam hal ini buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo (2001: 96) mengatakan “Pembinaan kaul ketaatan mempunyai beberapa unsur antara lain adalah:

a. Agar dapat memberikan diri dalam ketaatan, perlu terlebih dahulu mengenal diri sendiri sebagai pribadi.

b. Perlu diajak mengenal kebebasan sejati agar dapat melewati penghayatan apa yang menyenangkan “diriku” (hukum senang) ke penghayatan yang berkenan kepada Bapa (mencari kehendak Allah). Demi tujuan ini struktur komunitas pembinaan harus memberi ruang untuk mengambil keputusan dan berinisiatif secara bertanggung jawab tanpa jauh ke arah semau gue.

c. Kehendak Allah itu lebig sering dan terutama diungkapkan lewat Gereja dan ajarannya; dan bagi religius tentu saja melalui konstitusi masing-masing.

d. Keteladanan dari yang lebih senior dalam bidang ketaatan adalah kesaksian yang lebih berdaya guna dalam pembinaan daripada penyampaian lewat kata-kata atau secara teoritis.

110

Penghayatan kaul ketaatan menghantar para novis untuk mampu melayani satu sama lain dengan sepenuh hati, seperti Kristus yang rela menghampakan diri-Nya demi ketaatan kepada kehendak Bapa–Nya. Dengan demikian penghayatan kaul ketaatan bukan soal taat pada pimpinan saja, tetapi merupakan ketaatan bersama dalam persaudaraan, baik pimpinan maupun anggota komunitas, kepada panggilan, tugas tarekat, kepada Gereja, dan kepada Kristus sendiri. Untuk terwujudnya kaul ketaatan dengan baik dibutuhkan suatu keterbukaan di dalam dialog, komunikasi, informasi dan konsultasi, agar semuanya ini menjadikan mereka bebas dan gembira dalam mencintai dan menjalankan tugas dalam melayani Tuhan.