• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman nilai-nilai spiritualitas St. Magdalena sebagai salah satu proses pertumbuhan dan perkembangan panggilan para novis kongregasi suster FDCC - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penanaman nilai-nilai spiritualitas St. Magdalena sebagai salah satu proses pertumbuhan dan perkembangan panggilan para novis kongregasi suster FDCC - USD Repository"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS

ST. MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN

PARA NOVIS KONGREGASI SUSTER FDCC

SKRIPSI

Diajukan Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh

Yohana Yonesta Letek Tokan NIM: 041124003

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada Kongregasi Putri-Putri Cinta Kasih Canossian Khususnya bagi Provinsi Divine Mercy Indonesia Dan juga bagi Para Suster dan Adik-adik Postulan

(5)

v MOTTO

“Serahkanlah Segala Kekuatiranmu Kepada-Nya, Sebab Ia Yang Memelihara Kamu”

(1 Petrus 5:7)

”Allah Menuntun Hati Manusia Sesuai Dengan Kebijaksanaan-Nya, Supaya Apa Yang Dikehendaki-Nya Biar Terjadi”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Maret 2009 Penulis

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Yohana Yonesta Letek Tokan

NIM : 041124003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST. MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN PARA NOVIS KONGREGASI SUSTER FDCC.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengelihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 19 Maret 2009 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUAL ST. MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN PARA NOVIS KONGREGASI SUSTER FDCC”. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan pada fakta akan pentingnya penanaman nilai-nilai spiritualitas di dalam diri dan hidup para anggota Kongregasi FdCC, yang mulai ditanamkan sejak masa pembinaan pada Tahap Novisiat.

Spiritualitas merupakan hal yang paling mendasar di dalam hidup suatu Kongregasi. Berkembang dan hidupnya nilai-nilai spiritualitas ini amatlah tergantung pada bagaimana setiap anggota kongregasi menghayatinya di dalam hidup mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman dengan segala macam tantangannya terkadang dapat mengaburkan penghayatan nilai-nilai spiritualitas ini di dalam kehidupan para anggota. Oleh karenanya berbagai cara dan jalan diusahakan untuk mempertahankan dan menjaga agar nilai-nilai spiritualitas yang masih sangat relevan ini tetap hidup dan berkembang. Salah satu diantaranya adalah dengan proses penanaman nilai-nilai spiritualitas ini di dalam hidup para novis.

(9)

ix ABSTRACT

Title of this minithesis is “THE NURTURING OF SAINT MAGDALENA’S SPIRITUAL VALUES AS ONE OF THE FLOURISHING AND DEVELOPMENT PROCESSES IN THE VOCATION OF THE NOVICES OF CANOSSIAN SISTERS (FDCC)”. This title has been chosen because of the reality and urgency to integrate this spirituality in the life of members of the Congregation, which starts in the Novitiate.

Spirituality is a basic element and ground in the life of the Congregation. How this is growing up in time depends on how every person is trying and struggling to live it out or makes it as their spirit in day to day life. We can not deny that this new age offers us many challenges. These challenges can influence the members of a Congregation in the process of internalization of these spiritual values, which is a tradition within the Congregation. Because of this, many ways and methods are tried to apply to take care and maintain it in the growing of time. One of this is the nurturance of these spiritual values in the life of novices

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena Rahmat kasih-Nya yang besar yang setia menemani penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST. MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN PARA NOVIS KONGREGASI SUSTER FDCC.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan bagi pembinaan dalam Kongregasi Suster FdCC, khususnya dalam tahap pembinaan bagi para calon sebagai penerus Kongregasi Suster FdCC. Penulis berharap agar sumbangan pemikiran akan pentingnya penanaman nilai-nilai Spiritualitas dalam tahap pembinaan ini, dapat membantu para calon khususnya dalam tahap novisiat, untuk semakin mengerti, memahami, mendalami, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai spiritualitas tersebut dengan baik sesuai dengan tujuan Kongregasi Suster FdCC, demi proses pertumbuhan dan perkembangan hidup panggilan para novis. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

xi

1. P. Dr. J. Darminta, SJ., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotifasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku dosen penguji yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y, M. Hum., selaku dosen wali yang terus menerus mendampingi penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini. 4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

5. Segenap Staf Sekretariat dan perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Pimpinan Provinsial beserta Dewan Kongregasi Suster FdCC, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk studi di IPPAK, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan juga atas doa dan cintanya yang tulus.

(12)

xii

8. Sahabat-sahabat Mahasiswa khususnya angkatan 2004 yang turut berperan dalam membantu dan memberikan semangat, dukungan, doa dan cinta, sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Segenap anggota keluargaku atas dukungan, doa dan cinta, sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

10.Saudaraku para Frater Kongregasi SS.CC yang telah mendukung dan membantuku dengan setulus hati, sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan, dukungan, doa dan cinta, sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 6 April 2009 Penulis

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………..…. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………...…. iv

MOTTO ………...………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………...… vii

ABSTRAK ………. viii

ABSTRACT ………... ix

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ………..……... xiii

DAFTAR SINGKATAN ………...… xviii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

(14)

xiv

2. Memperdalam Nilai-nilai Spiritualitas dan Karisma Kongregasi Suster FdCC ...…………...………..

(15)

xv

BAB IV PENANAMAN NILAI-NILAI SELAMA MASA PEMBINAAN DI NOVISIAT ... 84

(16)

xvi Pembinaan di Novisiat ………... 125

a. Latihan Doa dan Meditasi …………... 126 Pengolahan Nilai ………... 135

1. Pemikiran Untuk Pengolahan ………... 135

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Daftar Singkatan Kitab Suci

Seluruh Singkatan Kitab Suci dalam Skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru Lembaga Alkitab Indonesia (1997).

B. Daftar Singkatan Dokumen Gereja KHK : Kitab Hukum Kanonik KV : Konsili Vatikan

KAN : Kanon

LG : Lumen Gentium PC : Perfectae Caritatis

PPPLLR : Pedoman-Pedoman Pembinaan Dalam Lembaga-Lembaga

Religius

VC : Vita Consecrata

C. Daftar Singkatan Lain

Art : Artikel

FDCC : Figlia Della Carita Canossiana GC : General Curia

(18)

xviii

KOPTARI : Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia

No : Nomor

PUSKAT : Pusat Kateketik

RF : Rencana Formasi

St : Santa

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi

Cahaya hidup dari sebuah kongregasi adalah spiritualitas. Spiritualitas menjadi dasar yang sangat penting dalam hidup suatu kongregasi, untuk membina kepribadian setiap anggota kongregasi. Spiritualitas tersebut menjadi tanda yang khas dan tampak dalam kepribadian seseorang yang menghayatinya baik di dalam tingkah laku maupun tutur kata. Melalui spiritualitas, nilai-nilai dan karisma yang dihidupi oleh seseorang bisa dikenal identitas kongregasinya. Oleh karena itu spiritualitas sungguh merupakan pegangan yang kuat bagi zaman sekarang dalam melaksanakan misi pengutusan dan kesaksian hidup baik di dalam komunitas maupun di tengah umat.

(20)

2

Menanggapi ajakan Gereja dan perkembangan zaman yang semakin pesat, hal ini sangat mempengaruhi perkembangan anak zaman sekarang, sehingga mengakibatkan perubahan formasi dalam cara pembinaan di setiap kongregasi. Setiap kongregasi mempunyai caranya masing-masing dalam menangani para calonnya yang bergabung bersama kongregasi tersebut. Dengan melihat perkembangan zaman yang terus berubah, maka para team formator Kongregasi Suster FdCC berusaha dengan berbagai cara dalam membantu perkembangan para calon khususnya para novis dalam menggali nilai-nilai kedewasaan rohani dan manusiawi yang sedang tumbuh dan berkembang dalam diri para novis secara benar dan mendalam selama masa pembinaan mereka di novisiat yang berlangsung kurang lebih dua tahun, sehingga apa yang mereka dapatkan ini sebagai proses dalam pertumbuhan dan perkembangan bagi hidup panggilan yang mereka jalani, khususnya dalam menghadapi tawaran-tawaran zaman yang menggiurkan, dan berbagai tantangan dalam hidup berkomunitas maupun dalam karya pelayanan yang mereka lakukan, mereka dapat menjalaninya dalam semangat cinta kasih dan kerendahan hati yang sesuai dengan penghayatan nilai-nilai spiritualitas St. Magdalena dari Canossa.

(21)

3

menjadi tradisi dalam Kongregasi Suster FdCC, menjadi salah satu proses penanaman nilai-nilai bagi pertumbuhan dan perkembangan hidup panggilan bagi para novis. Sehingga apa yang mereka hayati dan lakukan dengan sepenuh hati dan tidak sebatas hanya tugas atau rutinitas belaka, kepura-puraan, takut berbuat salah, takut dimarahi, dan mau dinilai baik oleh para pendamping. Oleh karena itu penanaman nilai sejak dalam tahap pembinaan, merupakan proses yang sangat penting khususnya bagi para novis, untuk lebih mendalami nilai-nilai tersebut agar menjadi dasar bagi hidup panggilan mereka. Karena yang menjadi pokok permasalahan disini adalah terkadang menjadi pertanyaan bagi para pendamping maupun pimpinan yang terlibat langsung dalam mengikuti perkembangan para calon suster, khususnya bagi para novis tersebut, dimana sikap penghayatan akan nilai-nilai spiritualitas dari para novis tersebut dalam masa pembinaan di novisiat berbeda setelah kaul pertama atau pun sesudah kaul kekal. Kurangnya penghayatan nilai-nilai spiritualitas inilah, bisa mengakibatkan bagi para novis akan perkembangan hidup panggilan yang mereka jalani tidak sesuai dengan spiritualitas dan karisma Kongregasi FdCC.

(22)

4

tersebut dalam penghayatan hidup mereka setiap hari melalui pemberian dirinya dengan penuh gembira, dan kesiap-sediannya dalam tugas pelayanan dengan semangat cinta kasih dan kerendahan hati, di dalam melayani sesama temannya, para suster, dan sesama yang dijumpai dalam karya kerasulannya, dalam semangat dan tujuan Kongregasi Suster FdCC yang benar.

Nilai-nilai spiritualitas inilah yang terkadang dalam kehidupan kurang dimengerti, dipahami dan dihayati dengan baik dan benar, sehingga terkadang ada yang bisa melenceng ke hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai karisma dan spiritualitas kongregasi. Untuk itu perlu ditanamkan sungguh-sungguh dan lebih mendalam, dalam masa pembinaan ini agar para calon khususnya bagi para novis, dapat mengerti dan memahami nilai-nilai tersebut dan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai dasar pegangan dalam hidup panggilan yang mereka jalani dan sebagai proses pertumbuhan dan perkembangan hidup panggilan mereka sebagai penerus Kongregasi Suster FdCC.

Proses pembinaan yang jelas dan intensif akan mempermudah para novis untuk terus-menerus memurnikan motivasi panggilannya yang sesuai dengan karisma dan spiritualitas Kongregasi Suster FdCC. Pemurnian motivasi panggilan hidup religius merupakan persoalan yang sangat penting dalam masa pembinaan di novisiat. Hal ini sangat penting mengingat para novis yang ingin menggabungkan diri dengan suatu tarekat religius.

(23)

5

tarekat yang bersangkutan, mengalami cara hidup tarekat serta membentuk budi dan hati dengan semangatnya, agar terbukti niat serta kecakapan mereka” (KHK, Kan. 646). Paus Yohanes Paulus II dalam Vita Consecrata seruan apostolik tentang pembaharuan hidup bagi para religius menghimbau agar dalam “Pembinaan awal hendaknya menyiapkan orang untuk membaktikan diri seutuhnya kepada Allah dengan mengikuti Yesus Kristus dalam pengabdian kepada misi Gereja” (VC, art. 65). Pembinaan awal merupakan tuntutan yang sangat penting di mana para calon khususnya bagi para novis, mereka diarahkan dan dilatih untuk memulai hidup yang baru, menyatukan visi dan misi mereka dengan visi dan misi Gereja yang dihidupi tiap kongregasi sesuai dengan karisma dan spiritualitas pendiri.

(24)

6

dalam karya pelayanan yang mereka jalani, dengan semangat cinta kasih dan kerendahan hati, dengan hati yang gembira dan bertanggung jawab yang sesuai dengan spiritualitas Kongregasi Suster FdCC.

(25)

7

Canossa bagi Putri-Putri Cinta Kasih (FdCC). Dengan demikian dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul: “PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST. MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN PARA NOVIS KONGREGASI SUSTER FDCC”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat didefenisikan beberapa pokok permasalahan dalam penulisan ini, adalah:

1.Apakah gambaran umum formasi Kongregasi FdCC mengisaratkan penanaman nilai-nilai?

2.Apakah tahap-tahap formasi Kongregasi FdCC menunjukan proses pembatinan nilai-nilai?

3.Usaha apa saja yang membantu para novis FdCC untuk membatinkan dan menghayati nilai-nilai spiritualitas Kongregasi FdCC?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

(26)

8

2.Menghantar para novis melalui tahap pembinaan di novisiat merupakan salah satu proses pembatinan nilai-nilai spiritualitas bagi pertumbuhan dan perkembangan hidup panggilan sebagai calon Suster Kongregasi FdCC.

3.Membimbing para novis untuk dapat membatinkan nilai-nilai spiritualitas St. Magdalena melalui penanaman nilai-nilai selama tahap pembinaan di novisiat sebagai salah satu proses pertumbuhan dan perkembangan panggilan mereka.

4.Memenuhi persyaratan ujian kelulusan sarjana S1 Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1.Melalui penanaman nilai-nilai spiritualitas St. Magdalena Bagi para novis, dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan bagi hidup panggilan mereka sebagai calon Suster FdCC.

(27)

9

3.Semakin menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca, untuk mengenal pembinaan dalam Kongregasi Suster FdCC, dan nilai-nilai spiritualitas St Magdalena dari Canossa.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yang memanfaatkan studi pustaka. Studi pustaka peting, karena melalui metode ini, penulis berusaha menggambarkan secara faktual keadaan pembinaan di novisiat, melalui spritualitas St. Magdalena dari Canossa sebagai penanaman nilai sebagai salah satu proses pertumbuhan dan perkembangan panggilan hidup para novis sebagai calon Suster FdCC.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini secara keseluruhan akan diuraikan ke dalam lima bab. Dengan dipaparkan secara jelas setiap babnya sebagai berikut.

Bab I penulis menguraikan Pendahuluan, yang memberikan gambaran umum penulis yang terdiri dari; latar belakang, rumusan permasalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

(28)

terus-10

menerus bagi team formator, dan pembinaan diri terus-menerus (on going formation).

Bab III berbicara mengenai tahap-tahap dalam masa pembinaan hidup religius, yang akan dibagi dalam tiga bagian di antaranya; pengertian dan tujuan masa pembinaan, dilanjutkan dengan tahap-tahap pembinaan menurut Kongregasi Suster FdCC, bidang-bidang formatif di novisiat.

Bab IV penulis menguraikan mengenai penanaman nilai selama masa pembinaan di novisiat, yang akan dibagi dalam lima bagian di antaranya; pengertian nilai, gambaran nilai, penanaman nilai spiritualitas Kongregasi Suster FdCC, usaha penanaman nilai-nilai spiritualitas Kongregasi Suster FdCC dalam masa pembinaan di novisiat dan bantuan pengolahan melalui katekese model SCP untuk pengolahan nilai. Di mana semuanya ini sebagai salah satu usaha penanaman nilai spiritualitas Kongregasi Suster FdCC dalam membantu para novis untuk semakin bertumbuh dalam spiritualitas Yesus Tersalib sesuai semangat Kongregasi Suster FdCC, sehingga apa yang diperoleh sebagai dasar pegangan hidup panggilan para novis untuk menjadi seorang Suster FdCC.

(29)

11 BAB II

GAMBARAN FORMASI PEMBINAAN KONGREGASI PUTRI-PUTRI CINTA KASIH CANOSSIAN (FDCC) DALAM

MENGHADAPI TANTANGAN DI ZAMAN SEKARANG

A. Pembinaan Menuju Suatu Hidup Cinta Kasih

Sejak awal berdirinya Kongregasi ini, lahir dengan nama Putri-Putri Cinta Kasih (FdCC), oleh kerena itu cinta kasih merupakan identitas utama Kongregasi Putri-Putri Cinta Kasih Pelayan Kaum Miskin atau Kongregasi Suster FdCC. Dalam hal ini terjemahan The Rules Of The Congregation FdCC (1981:17) mengatakan:

Tujuan pokok Kongregasi Suster FdCC adalah pemenuhan dua ajaran besar cinta kasih, yaitu mencintai Tuhan dengan segenap hati dan mencintai sesama seperti diri sendiri demi cinta kita kepada Allah. Oleh karena Allah sendiri adalah cinta kasih, maka kita pun sebagai puteri-puteri-Nya, mampu mencintai Allah dengan cinta yang penuh hormat, lemah-lembut, sebagai anak Allah. Dan sebagai pelayan kaum miskin memberikan segala perhatian, pengorbanan, kemurahan hati, dan segala sumbangan pemikiran serta bakat-bakat yang dimiliki.

(30)

12

lembutan, kerendahan hati, penuh semangat, kekuatan, kemurahan hati, dan kesabaran.

Dalam terjemahan The Canossian Charism Kongregasi FdCC (2002: 23) dikatakan bahwa “Praktek kedua perintah cinta kasih menuntut para Putri-Putri Cinta Kasih (FdCC), untuk mampu menjalankan hidupnya dan melaksanakan karya-karya dalam semangat cinta kasih yang terpancar dari keutamaan-keutamaan Yesus Tersalib demi pengudusan pribadi setiap suster dan menghasilkan buah-buah cinta kasih bagi kemulian Allah yang lebih besar dan bagi kebaikan sesama.”

Dengan demikian cara hidup pembinaan bagi Kongregasi Suster FdCC, menuju pada suatu kepenuhan hidup dalam cinta kasih ditanamkan sejak dari masa pembinaan khususnya dalam masa novisiat sebagai dasar pengolahan, dan pembentukan diri yang akan bersatu dengan spiritualitas kongregasi sehingga dibutuhkan keseriusan dari para pembina atau pendamping dalam mendampingi dan membina para calon menuju suatu arah pembinaan yang jelas agar mereka sungguh-sungguh mengenal dan mengerti arah spiritualitas yang benar sesuai dengan cara hidup Kongregasi Suster FdCC.

1. Cara Hidup Pembinaan Bagi Kongregasi Suster FdCC a. Hidup Rohani

(31)

13

Hidup rohani adalah suatu perjalanan. Berjalan mengandaikan orang bangun, bangkit dan melangkah. Perjalanan berarti masuk ke dalam ketidakpastian. Satu-satunya kepastian yang dapat kita pegang ialah iman. Iman artinya percaya dan menyerahkan diri kepada Dia, yang kita yakini tetap setia menyertai kita. Kepada kita ditawarkan undangan untuk percaya dan mengikuti Yesus Kristus. Kita membangun hidup rohani di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus tinggal dengan Roh-Nya di dalam diri kita. Itulah yang memberi makna dan daya penggerak hidup kita, bahkan Roh Kudus memberi daya dan kekuatan untuk mengatasi segala rintangan dan cobaan untuk menuju ke tujuan, yaitu memuliakan Allah dengan melakukan kehendak-Nya.

Melalui hidup rohani inilah, para suster dan calon suster FdCC dilatih dan dibimbing untuk terus menerus membangun hidup rohaninya agar bersama Roh Kudus yang berkarya dalam diri mereka mampu membimbing dan membawa mereka dalam perjalanan hidup rohani yang semakin terbuka dalam menjawab panggilan mereka yang dibangun setiap hari. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 11) mengatakan:

Hidup doa menghantar dan mendorong kita untuk semakin mengenal dan mengasihi-Nya, sehingga memampukan kita untuk dapat mempersembahkan diri serta hidup panggilan kita secara total ke dalam tangan kasih-Nya yang Kudus. Hidup doa merupakan dasar dan penopang dalam perjalanan hidup panggilan kita. Doa adalah suatu anugerah dari Allah, suatu pengalaman hadirat-Nya dalam Kristus Yesus yang melalui kuasa Roh-Nya, mewahyukan kepada kita misteri Allah sebagai kasih dan menjadikan kita penyembah-penyembah Bapa yang sejati. Kesetian kepada doa menumbuhkan dalam diri kita suatu rasa rindu akan kemulian Allah, suatu usaha untuk mencari kehendak-Nya, suatu semangat apostolik, dalam hubungan yang senantiasa semakin dalam dengan Yesus Putra-Nya.

(32)

14

setiap pergulatan dan perjuangan hidup yang dialaminya. Ekaristi yang dijalankan setiap hari dapat memberi mereka kekuatan dan semangat baru, serta melalui renungan-renungan yang direfleksikan mengenai Sabda Tuhan dan juga nilai-nilai spiritualitas Kongregasi Suster FdCC secara sederhana, mampu menghantar para novis untuk terus-menerus bertumbuh bersama Yesus dalam iman, harapan dan kasih, serta semakin mengenal, menghayati, memperdalam, nilai-nilai spiritualitas sehingga mampu menyerahkan dan menjalani seluruh proses perjuangan hidup panggilan mereka dalam tahap pembinaan. Dengan demikian mereka semakin dimurnikan dan mantap dalam menjawab panggilan, serta dapat melaksanakan perbuatan-perbuatan kasih yang terpancar dari kedalaman hidup rohani yang mereka hayati, yang sesuai dengan nilai-nilai spiritualitas yang dihayati oleh Kongregasi Suster FdCC. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no.13) mengatakan:

Doa menjadi tempat yang penting dalam hidup kita sebagai Putri-Putri Cinta Kasih Canossian. Doa kita sebagai Putri-Putri Cinta Kasih Canossian menemukan makanan dan kesempurnaan-Nya di dalam hidup liturgis. Sumber dan puncaknya ditemukan di dalam misteri kematian dan kebangkitan Yesus yang dikurbankan kembali dalam Ekaristi. Kita merayakan peringatan kematian dan kebangkitan Kristus setiap hari, dan memberi makan diri kita sendiri dengan tubuh-Nya yang amat suci. Di dalam Dia, bersama dengan hidup kita, kita mempersembahkan kepada Bapa kegembiraan dan harapan, kesedihan dan kekhawatiran dunia dalam ziarahnya menuju kerajaan Allah.

(33)

15

Yesus. Maka hasil dari kesatuan inilah dapat menghantar dan menggerakan hati para calon untuk melaksanakan perbuatan kasih dengan gembira dalam semangat kasih Kristus sendiri, yang menjadi teladan kasih sejati dalam hidup panggilan yang dijalani. Dalam hal ini Darminta (1993: 11) mengatakan:

Kita diberi kesempatan untuk mengembangkan dan menumbuhkan benih hidup ilahi yang tertanam di dalam hati kita agar menjadi pohon, yang menghasilkan buah kasih dalam tindakan dan perbuatan. Sebagai rasa syukur atas kenyataan rohani, kita akan terus-menerus mengembangkan hidup rohani, yang akan kita dayagunakan di dalam hidup sehari-hari.

(34)

16

Hidup doa menghantar dan mendorong kita untuk semakin mengenal dan mengasihi-Nya, sehingga memampukan kita untuk dapat mempersembahkan diri serta hidup panggilan kita secara total ke dalam tangan kasih-Nya yang Kudus. Hidup doa merupakan dasar dan penopang dalam perjalanan hidup panggilan kita. Doa adalah suatu anugerah dari Allah, suatu pengalaman hadirat-Nya dalam Kristus Yesus yang melalui kuasa Roh-Nya, mewahyukan kepada kita misteri Allah sebagai kasih dan menjadikan kita penyembah-penyembah Bapa yang sejati. Kesetian kepada doa menumbuhkan dalam diri kita suatu rasa rindu akan kemulian Allah, suatu usaha untuk mencari kehendak-Nya, suatu semangat apostolik, dalam hubungan yang senantiasa semakin dalam dengan Yesus Putra-Nya.

Semangat doa adalah suatu karunia yang lebih besar dari doa itu sendiri. Hal ini merupakan suatu mentalitas iman yang membimbing kita untuk merenungkan kehadiran Tuhan melalui alam ciptaan, sesama saudara/saudari yang dijumpai, dan juga melalui peristiwa-peristiwa hidup yang dialami setiap hari baik dalam suka maupun dalam duka. Melalui semangat doa inilah hidup para suster sebagai orang kontemplatif dalam aksi menemukan kesatuan dengan-Nya. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no.13) mengatakan:

Doa menjadi tempat yang penting dalam hidup kita sebagai Putri-Putri Cinta Kasih Canossian. Doa kita sebagai Putri-Putri Cinta Kasih Canossian menemukan makanan dan kesempurnaan-Nya di dalam hidup liturgis. Sumber dan puncaknya ditemukan di dalam misteri kematian dan kebangkitan Yesus yang dikurbankan kembali dalam Ekaristi. Kita merayakan peringatan kematian dan kebangkitan Kristus setiap hari, dan memberi makan diri kita sendiri dengan tubuh-Nya yang amat suci. Di dalam Dia, bersama dengan hidup kita, kita mempersembahkan kepada Bapa kegembiraan dan harapan, kesedihan dan kekhawatiran dunia dalam ziarahnya menuju Kerajaan Allah.

(35)

17

para novis dilatih untuk lebih mengakarkan diri mereka pada Tuhan yang diimaninya, dengan demikian mereka semakin diajak untuk lebih mengenal dan merasakan kesatuan hati yang semakin mendalam dengan Dia yang menjadi dasar dan pusat dalam hidup panggilan mereka. Melalui semangat doa yang ditingkatkan secara terus-menerus inilah mereka semakin terbuka kepada Roh Kudus dan semakin memurnikan hidup panggilan mereka sendiri. Maka hidup doa lebih diutamakan dalam tahap pembinaan, agar dengan pengolahan yang mendalam para novis semakin lebih mengenal dan dimurnikan dalam motivasi hidup panggilan mereka.

b. Hidup Berkaul

Hidup kaul merupakan persembahan diri secara total kepada Allah yang telah memanggil. Dalam buku Saat Jubah Bikin Gerah I mengatakan “Inti hidup berkaul adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan sehingga dapat digunakan oleh Tuhan ke mana pun dan untuk apa pun Dia menginginkan” (Suparno, 2007: 104). Hidup kaul yang telah diterima dari Allah merupakan suatu perjanjian kasih yang memampukan para suster untuk dapat menerimanya dengan bebas dan dijalankan dengan gembira. Dalam KRKU XV Kongregasi FdCC (2008: 10) dikatakan:

(36)

18

keberadaan kita dalam berelasi dan dalam hubungannya dengan dunia, membuat kita memiliki suatu posisi “marginalita” yang signifikan dalam sejarah, yang membuat kita asing tetapi bukan musuh seperti cara hidup para nabi. “Marginalita” kita semata-mata demi Kristus untuk menandai bahwa sejarah tidak selalu mengungkapkan kepenuhan kerajaan, ada juga “kekosongan kehadiran Allah” dalam sejarah, oleh karena itu janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini (Rom 12:1-3).

Menanggapi Keputusan Resmi Kapitel Umum (KRKU) XV, pembaharuan nilai hidup kaul dalam masa pembinaan lebih diperjelas dan diperdalam, agar melalui tahap pembinaan ini mereka lebih mengolah motivasi hidup panggilan mereka sendiri. Dengan demikian panggilan yang mereka pilih dan hayati, dapat dipersembahkan secara total kepada Kristus dan demi Kristus sendiri yang telah memanggil mereka. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 23 – 24) mengatakan:

Hidup kaul adalah suatu hadiah dari Allah yang diberikan kepada kita demi kemulian-Nya dan demi kebaikan saudara-saudari kita. Ia mengadakan suatu perjanjian kasih dengan kita dan dengan sebuah ikatan baru dan khusus yaitu pembaktian religius, Ia membuat kita mampu untuk menghayati janji baptis kita secara radikal. Jawaban kita adalah suatu jawaban kasih. Dengan itu kita mewajibkan diri kita secara sukarela untuk mengikuti dengan lebih dekat Tuhan Yesus yang murni, miskin, dan yang taat, dalam penyerahan diri sepenuhnya kepada perutusan Gereja yang menyelamatkan. Kesetian kepada panggilan kita, menyesuaikan kita dengan lebih akrab kepada Kristus yang tersalib, karena karisma kita yang khusus, dan membuat kita ikut ambil bagian dalam misteri Paskah-Nya. Dan Maria Bunda Perawan, hamba Tuhan yang taat, bahkan sampai di kaki salib, kita mempelajari kasih yang memberi dirinya dengan rela dan gembira.

(37)

19

religius. Dengan mengikrarkan ketiga kaul, setiap religius dijadikan bebas untuk Allah dari ikatan afeksi, milik, dan kekuasaan. Maka kaul perlu disetiai agar tidak mudah terjebak dalam godaan zaman” (Mardi Prasetyo 2001: 92). Dalam hal ini Dokumen Gereja: Pedoman-Pedoman Pembinaan dalam Lembaga-Lembaga Religius (PPPDLLR) (1992: no.11- 12) mengatakan:

Iman, harapan, dan cintakasih memungkinkan para religius, berkat kaul-kaul mereka, untuk mengamalkan dan memprofesikan ketiga nasehat Injil, dan dengan demikian memberikan “kesaksian yang cemerlang dan luhur bahwa dunia tidak dapat diubah dan dipersembahkan kepada Allah, tanpa semangat Sabda Bahagia”. Nasihat-nasihat itu sesungguhnya, merupakan dukungan yang utama hidup religius, oleh kerena nasihat-nasihat itu mengungkapkan dengan cara yang penting dan lengkap radikalisme injili yang menjadi ciri khasnya. Sesungguhnya melalui profesi nasihat-nasihat Injil yang dibuat dalam Gereja, para religius menginginkan “supaya dibebaskan dari rintangan-rintangan, yang manjauhkannya dari cinta kasih yang berkobar dan dari kebaktian yang sempurna kepada Allah, supaya membaktikan dirinya secara lebih sempurna kepada pengabdian pada Allah.

(38)

20

sungguh-sungguh mencintai anugerah hidup panggilan yang mereka terima. Nasihat Injil tersebut antara lain:

1). Kaul Kemurnian

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 28) mengatakan:

Dengan kuasa Roh Kudus, kemurnian yang dibaktikan dalam diri kita mengarahkan kita pada misteri persatuan mempelai dengan Yesus, dan membuat kita mengambil di dalam kasih yang subur, yang mempersatukan Kristus dengan mempelainya, yaitu Gereja. Kemurnian yang dibaktikan menguatkan dan memeriahkan nilai-nilai Injili dari persaudaraan, persahabatan, keibuan rohani dan membawa kita untuk mengintegrasikan setiap afeksi ke dalam kasih Tuhan yang Maha Besar.

Kaul kemurnian merupakan lambang persatuan kasih dengan Kristus sendiri, di mana melalui persatuan inilah menjadi tanda kenabian dan eskatologis bagi dunia. Dengan demikian kaul kemurnian yang dihayati, menghantar para suster sekaliaan dapat mengintegrasikan setiap afeksi ke dalam kasih Tuhan, agar secara bebas dan gembira dalam mencintai Tuhan dan sesama yang dijumpai. Kaul kemurnian merupakan persatuan yang mesra dengan Sang Mempelai, yaitu Kristus sendiri yang telah memanggil untuk mengikuti dan melayani bersama Dia, sehingga dengan rahmat-Nya dapat memampukan para suster, untuk dapat menjalankan segala pergulatan dalam menghayati kaul kemurnian.

(39)

21

Kaul-kaul yang dihayati demi Kristus akan menjadi sebuah proses transformasi paskah (dari Kematian ke kehidupan), kesempatan khusus untuk bertumbuh dalam kebebasan dan dalam kegembiraan melalui pertobatan (transformasi diri) dalam ketiga kebutuhan orang (hasrat untuk berkuasa, kebutuhan untuk memiliki, efektifitas). Hal ini merupakan sebuah cara untuk menjadi manusiawi seperti Yesus Putra hamba, untuk menjadi siap sedia dalam Gereja dan dunia demi mengembangkan nilai-nilai kerajaan, untuk memberi kesempatan bagi mereka yang terpinggirkan, supaya menjadi tanda kenabian dan radikal. Pengertian dan penghayatan kaul berbeda dalam tahap-tahap kehidupan. Kehidupan memunculkan pertanyaan baru, kondisi sejarah, dan keberadaan menimbulkan tantangan-tantangan baru. Cara yang dimaksud untuk dapat menghidupi hidup bakti yang dapat diintegrasikan dengan tantangan-tantangan dan jawaban-jawaban atas pertanyaan, dalam suatu perspektif yang utuh untuk menumbuh kembangkan sejarah baru, mencegah kebekuan kaul-kaul ke dalam formalitas dan menghidupi pemuridan yang dibaharui terus menerus.

Dalam pembinaan bagi para calon Suster FdCC, hidup kaul kemurnian sangat diutamakan, karena hal ini merupakan dasar bagi mereka untuk mampu mengerti dan menghayati akan hidup yang sudah mereka pilih dan mereka jalani sebagai suatu persembahan hidup secara total dalam kekudusan dan kemulian di hadirat kasih Allah. Hidup kaul kemurnian diberi pengertian yang jelas dan arahan yang baik, agar mereka dapat mengucapkan dan menghayati kaul kemurnian ini menjadi pilihan yang bebas dan dijalani dengan penuh kegembiraan, sebagai tujuan utama dalam hidup panggilan mereka.

2). Kaul Kemiskinan

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 32) mengatakan:

(40)

22

Dibaktikan kepada pelayanan orang miskin kita menganggap perlu sekali bahwa segala perhatian, karya, keprihatinan dan pikiran-pikiran kita, adalah untuk mereka.

Dengan semangat Yesus yang tersalib, penghayatan hidup kaul kemiskinan yang dihayati oleh Suster FdCC, merupakan kemiskinan yang paling sempurna. Maksudnya adalah kemiskinan yang terbakti, yang dipilih secara bebas, dan menyesuaikan diri para Suster FdCC secara lebih sempurna kepada Yesus Kristus yang tersalib, yang telah menjadi miskin karena kasih-Nya kepada semua orang. Maka menghantar para Suster FdCC mampu memberi kesaksian tentang keunggulan hal-hal dari nilai hidup kaul kemiskinan, sambil mewartakan kepada orang-orang miskin sabda bahagia. Dalam hal ini buku I Mardi Prasetyo (2001: 94) mengatakan:

Kriteria penghayatan kemiskinan kita adalah sebagaimana Kristus miskin: dalam kenyataan dan semangat, hidup kerja keras sebagaimana orang kecil, tergantung dan terbatas dalam penggunaan barang-barang. Kepekaan terhadap suasana kemiskinan di sekitar, entah dialami perorangan maupun kelompok, mestinya menumbuhkan keprihatinan dan pemilihan gaya hidup orang sederhana dengan sikap lepas bebas dari dalam batinnya, tidak mau terikat pada aliran atau golongan tertentu, terlebih kelas sosial tersebut.

(41)

23

FdCC. Dalam hal ini dalam buku Memoir St. Magdalena Dari Canossa, Pollonara (1988: 426) mengatakan:

Dalam tahun 1808, setelah mengatasi kesulitan-kesulitan terakhir keluarganya, Magdalena meninggalkan istana kediamannya. Dia pergi hidup dilingkungan kota Verona yang paling miskin dan paling terkenal nama buruknya supaya mengikuti panggilan yang dirasakannya di dalam lubuk hatinya, menjadi apa yang dikehendaki Allah atas dirinya: “Melayani Kristus dalam diri kaum miskin”.

3). Kaul Ketaatan

Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 38) mengatakan:

Ketaatan Yesus yang karena kasih telah memenuhi kehendak Bapa-Nya sampai menjadi kurban di salib. Mengilhami dan memotivasi kita untuk mempersembahkan secara bebas dan menyeluruh kehendak kita sendiri kepada Allah bagi suatu pengabdian yang tak bersyarat kepada rencana penyelamatan-Nya yang universal. Dari kontemplasi Yesus yang Tersalib, kita menarik semangat Paskah ketaatan kita sendiri, siap untuk menerima tanggung jawab yang dibawanya, sambil menyadari bahwa seluruh hidup kita di dalam diri-Nya sendiri adalah “Suatu pengorbanan yang sempurna”.

(42)

24

menghayati kaul ketaatan Suster FdCC mempercayakan diri mereka kepada bimbingan Roh Kudus, sambil memilih secara bebas untuk menyerahkan kehendak mereka kepada pimpinan yang sah, sebagai wakil Allah dalam segala yang dituntut oleh peraturan hidup. Dalam hal ini buku I Mardi Prasetyo (2001: 96) mengatakan:

Ketaatan sebagaimana Kristus dituntut dari pihak kita adalah suatu penyerahan kehendak pada pembesar yang syah sebagai wakil Allah, taat pada Gereja dan taat pada Paus karena kaul ketaatan. Ini tidak merendahkan martabat manusia, tetapi kematangan pribadi yang mampu menggunakan martabat dan kebebasannya sebagai anak-anak Allah. Ketaatan kemudian menjadi sarana mengikuti jejak Kristus dan ambil bagian dalam tugas perutusan-Nya.

c. Hidup Komunitas

Tuhan telah memanggil kita untuk tinggal dan hidup dalam suatu komunitas, karena bukan kita yang memilih komunitas tetapi kita dipilih untuk masuk ke dalam komunitas. Semua yang dipanggil untuk hidup dalam suatu komunitas akan semakin menjadi milik Kristus, seperti yang dikatakan dalam Dokumen KV II Lumen Gentium mengatakan “Semua yang telah menjadi milik Kristus, memiliki Roh-Nya dan dipersatukan satu sama lain dalam Dia” (LG, art. 49). Jadi yang mengikat para anggota komunitas adalah Kristus, yang dihayati melalui hidup karya dan doanya, baik secara pribadi maupun secara bersama. Dalam hal ini Kons. Kongregasi. FdCC (1828: no. 44) mengatakan:

(43)

25

belajar bahwa kasih timbal-balik terjadi melalui salib. Dari partisipasi kita dalam Ekaristi setiap hari, kita menerima rahmat untuk menghayati suatu persatuan hati yang nyata dan suatu dorongan yang selalu diperbaharui di dalam pelayanan cinta kasih kita.

Pusat hidup kebersamaan adalah Yesus sendiri, di mana Dialah yangmemampukan kita untuk belajar kasih timbal-balik. Dengan demikian kita mampu berkembang dalam kasih yang selalu siap memberi dan menerima pengampunan secara tulus, saling menghormati dan menghargai setiap pribadi, saling belajar mencintai perbedaan dan memandangnya sebagai suatu kekayaan bukan sebuah ancaman yang menghambat kita dalam hidup bersama. Dalam buku Komunitas Alternatif dikatakan “Hidup berkomunitas berarti mampu menghormati, menerima, dan mencintai perbedaan” (Henri Nouwen dan Jean Vanier, 1998: 35). Dalam masa pembinaan para calon dilatih bagaimana dapat hidup bersama, agar mereka mampu menerima setiap perbedaan yang ada menjadi suatu kekayaan dalam sebuah komunitas atau hidup bersama. Hidup komunitas sangat ditekankan karena bagi Kongregasi Suster FdCC, hidup berkomunitas sangat diutamakan, karena melalui hidup bersama setiap pribadi merasa disapa, diterima, didukung, dihargai dan dipercaya.

(44)

26

Komunitas religius berdasarkan Sabda Allah, yang memanggil anggota-anggotanya untuk mengikuti Yesus dengan meninggalkan gaya hidupnya dan dengan mengenakan gaya hidup religius yang dimasuki: “hidup dalam kebersamaan”. Sabda Allah mempersatukan anggota-anggota. Sabda Allah memberikan terang, kebenaran, hidup dan jalan bagi keberadaan suatu komunitas. Sabda Allah merupakan titik acuan hidup terus-menerus. Dengan demikian, komunitas merupakan komunitas manusiawi yang dipanggil untuk hidup demi Kerejaan Allah.

Hidup komunitas adalah tempat pemurnian, tempat mengalami peneguhan yang diberikan kepada para Suster FdCC oleh Yesus, di mana dengan kasih Dia menuntun mereka untuk semakin mendalam dan membebaskan diri dari keegoismean, sehingga mampu memberi kehidupan baru kepada orang lain. Membangun hidup komunitas atau hidup bersama berarti berjalan bersama dalam satu tujuan menuju pada jalan kekudusan. Dengan demikian membangun hidup komunitas berdasarkan Sabda Allah, memberikan terang, kebenaran, hidup dan jalan bagi keberadaan suatu komunitas karena Sabda Allah merupakan titik acuan hidup secara terus-menerus dalam proses pembinaan demi membangun komunitas manusiawi yang dipanggil untuk hidup demi Kerajaan Allah.

d. Hidup Karya

(45)

27

yang hidup di dunia demi keselamatan bagi sesama. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 51) mengatakan:

Pusat dan paduan misi apostolik kita adalah Yesus Kristus, wahyu Bapa dan Penebus umat manusia. Dan mengutus Gereja, mempelai-Nya, untuk melanjutkan karya-Nya pada waktunya, sehingga rencana Bapa bagi penyelamatan segala orang diselesaikan. Oleh keutamaan pembaptisan dan pembaktian religius, kita mengambil bagian di dalam misi gerejawi melalui karisma khusus kita “Putri-Putri Cinta Kasih Pelayan Kaum Miskin”.

(46)

28

Yang mengidentifikasikan kita di dalam Gereja adalah panggilan untuk merealisasikan, dalam kebersamaan iman dan hidup, kerinduan besar pendiri kita ”Di atas segala-galanya, membuat Yesus dikenal dan dikasihi”. Misi kita sebagai pendidik iman menarik inspirasi dari kasih yang membara, yaitu kasih Yesus yang Tersalib terhadap Bapa dan umat manusia. Kerendahan hati-Nya, semangat-Nya yang menyala-nyala, yang dengan-Nya Dia menghasilkan keselamatan kita dan kelemah-lembutannya yang penyabar menjiwai kegiatan-kegiatan apostolik kita. Bersatu dengan teladan Agung, Yesus yang Tersalib dan menimba inspirasi dari Maria, penebus bersama umat manusia, kita menjadi penginjil-penginjil yang berdaya guna dan dapat dipercaya. Kita adalah rasul-rasul setiap saat. Hidup kita melalui kesaksian dan pewartaan kita dalam pelayanan cinta kasih Injil yang sederhana. Secara khusus kita adalah rasul apabila Tuhan menghubungkan kita dengan sengsara-Nya yang menebus melalui pencobaan-pencobaan dan penyakit.

Seruan St. Magdalena untuk ”Membuat Yesus dikenal dan dicintai” merupakan misi utama dalam seluruh karya-karya cinta kasih yang para Suster FdCC jalankan. Semangat dalam memperkenalkan kasih Yesus Tersalib inilah, ditanamkan sejak dalam masa pembinaan, agar para calon Suster FdCC mampu memahami misi kongregasi dengan jelas dan mampu membawa misi tersebut dalam seluruh hidupnya dan seluruh karya pewartaannya. Semangat misi inilah masih merupakan nilai yang tepat bagi para Suster FdCC di zaman sekarang sebagai petunjuk yang membimbing mereka kepada tujuan bersama. Hal ini menghantar para Suster FdCC untuk mencapai kepenuhan akan identitas manusiawinya dan identitas kristianinya.

(47)

29

kongregasi dan mempromosikan nilai-nilai kemanusian menurut Injil dan misi Kongregasi Suster FdCC sendiri sehingga semua orang mengenal dan mencintai Yesus Kristus.

Karya-karya cinta kasih Kongregasi Suster FdCC, ditanamkan dan dipraktekan kepada generasi penerus atau kepada para calon Suster FdCC dalam masa pembinaan. Sehingga apa yang mereka dapat sejak dalam masa pembinaan sebagai dasar bagi mereka, untuk menjadi penerus pewarta Kerajaan kasih Allah dalam memenuhi kebutuhan umat di zaman ini, karena setiap orang dengan seluruh kebutuhannya yang muncul dalam masa hidup menuntut perhatian dan kasih yang tak terbatas. Dalam buku Magadalena Di Kanossa mengatakan ” Magdalena dari Canossa memahami bahwa setiap orang butuh untuk tumbuh dalam keharmonisan dengan dirinya, sesama dan dengan Allah sendiri. Mereka butuh untuk bertemu dengan Kristus yang memegang arti hidup terdalam bagi mereka dan untuk mengintegrasikan dalam terang iman, melalui peristiwa hidup yang mereka alami baik dalam suka maupun dalam duka” (Modesto Giacon, 1974: 103). Oleh karena itu melaui karya-karya cinta kasih yang St. Magdalena anjurkan bagi Suster FdCC, untuk memenuhi kebutuhan umat agar mereka semakin mengenal dan mencintai Allah dan mampu melaksanakan perbuatan-perbuatan kasih terhadap sesama.

(48)

30

suster dalam memperkenalkan Yesus Kristus, sebagai tugas misi yang terutama bagi seorang Suster FdCC. Setiap karya cinta kasih mempunyai suatu tujuan yang sama yaitu ”Mencegah dosa”, dalam arti bahwa setiap suster diharapkan untuk mampu menghantar setiap orang dalam karya cinta kasihnya untuk berjumpa dengan Yesus dan semakin merasakan kasih-Nya sehingga dia semakin mencintai Yesus Kristus.

2. Memperdalam Nilai-Nilai Spiritualitas dan Karisma Kongregasi Suster FdCC

a. Pengertian Spiritualitas secara Umum

(49)

31

memikirkan, dan menghayati hidup rohani sebagai yang dibaktikan secara utuh tak terbagi kepada Kristus.”

b. Nilai-Nilai Spiritualitas dan Karisma Kongregasi Suster FdCC 1). Nilai Spiritualitas Kongregasi Suster FdCC

Dalam mengkontemplasikan Yesus Tersalib para Suster FdCC, mampu memiliki dasar yang kuat dalam menumbuhkan iman kristiani, dengan menggarisbawahi segala tuntutan cinta yang tak bersyarat, dan semangat cinta yang universal. Hal ini ditekankan melalui meditasi Sabda Allah yang dapat terserap ke dalam seluruh pengalaman hidup sakramental, dan ekaristi sebagai pusatnya. Karena ekaristi sering menjadi titik pertemuan antara kasih Allah yang berlimpah, sehingga ekaristi menjadi pusat komunitas dan pelayanan apostolik. Ekaristi menjadi tempat kita menerima perintah untuk mengasihi sebagai sebuah rahmat yang mengajarkan kita bagaimana untuk menghidupkan pelayanan hidup persaudaraan. Nilai-nilai Yesus yang Tersalib memberi para Suster FdCC suatu refleksi yang mendalam tentang kepenuhan hidup-Nya melalui salib.

(50)

32

yang besar yang Dia buktikan kepada Bapa-Nya dan kepada kita dengan menerima kematian-Nya di salib. Dalam hal ini St. Magdalena mengatakan: “Di Salib Yesus telah ditanggalkan segala-galanya kecuali cinta kasih-Nya” (Wejangan St. Magdalena, 2001: 15).

Spiritualitas Kongregasi FdCC adalah Sang Teladan Kristus Tersalib. Dari Dialah kita belajar cara mengasihi Tuhan dan sesama, dengan cara Yesus sendiri yang telah mengasihi kita yaitu: dalam kerendahan hati, kelembutan, cinta kasih, dan penuh kesabaran. Semangat kerendahan hati inilah yang sangat dianjurkan oleh pendiri kami St. Magdalena kepada para Suster FdCC sebagai dasar keutamaan dalam hidup bersama maupun karya. St. Magdalena mengatakan “Kerendahan hati dalam cinta kasih dan Cinta kasih dalam kerendahan hati”. Dari sinilah para Suster FdCC ditanamkan semangat kerendahan hati dalam cinta kasih di dalam setiap pribadi, dalam hidup bersama dan juga dalam karya-karya cinta kasih. Dalam hal ini Kons. Kongregasi FdCC (1828: no. 8) mengatakan:

Inspice et Fac Secundum Exemplar, yang artinya; pandanglah dan turutilah teladan-Nya, adalah norma hidup yang tak boleh diubah bagi kita dalam pelaksanaan cintakasih kita. Penuh perhatian terhadap kasih yang memancar dari salib. Kita belajar mengasihi dalam cara Tuhan Yesus yang mengasihi, yaitu dalam kerendahan hati yang radikal. Kita berusaha bersatu dengan Dia dan membiarkan setiap kegiatan kita dijiwai oleh Roh-Nya, Roh cinta kasih, kelemah-lembutan dan kerendahan hati.

(51)

33

semangat penggerak dalam perkembangan hidup panggilannya, sehingga dengan demikian semakin mencintai dan mempersembahkan hidup panggilannya sebagai seorang Suster dalam Kongregasi FdCC, melalui: hidup doa, hidup kaul, hidup berkomunitas dan hidup karya, dengan semangat cinta kasih, pengorbanan, kesederhanaan dan kesiap-sedian yang terpancar dari Dia yang Tersalib. Semangat Yesus Tersalib inilah yang menjadi penopang dan memberikan kekuatan bagi setiap Suster FdCC dalam menjalankan segala karya pelayanannya bahkan mampu menerima segala penolakan-penolakan, segala kegagalan-kegagalan yang terjadi, dan mampu menghadapi segala tantangan serta kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam hidup berkomunitas maupun dalam hidup berkarya, dengan hati yang penuh cinta.

2). Nilai Karisma Kongregasi Suster FdCC

(52)

34

Yesus Tersalib yang bernafaskan hanyalah cinta inilah, menghantar para Suster FdCC dalam mewartakan dan memperkenalkan cinta kasih dari Yesus Tersalib ke seluruh dunia.

Hal ini merupakan sumber dan semangat kesatuan yang hidup dari karisma Kongregasi FdCC, dalam semangat cinta kasih dalam kerendahan hati, dan kerendahan hati dalam cinta kasih. Dengan demikian semangat inilah yang kami para Suster FdCC teladani dari cinta Yesus Tersalib sendiri dalam menjalankan segala tugas dan dalam kehidupan bersama-sama. Keutamaan ini juga ada pada Bunda Maria yang menjadi Bunda cinta kasih dan teladan bagi para Suster FdCC, di mana Bunda Maria telah menunjukan kesetiannya dalam menemani Yesus dalam perjalanan salib-Nya hingga sampai di bawah kaki salib. Dalam hal ini Kons. Kongregasi Suster FdCC (1828: no. 21) mengatakan:

Belajar dari Maria, Bunda Cinta Kasih kita mengakui Maria sebagai Bunda Institut yang satu-satunya. Kita menghormatinya dengan hati seorang anak, menghiburnya dengan kesucian hidup kita dan mewajibkan diri kita untuk mencegah dosa. Sebagai Putri-Putri Cinta Kasih, kita menyerahkan diri kita dan segala yang kita lakukan kepadanya yang menjadi Bunda Cinta Kasih di kaki Salib. Dari Maria kita belajar melaksanakan kehendak Allah dengan kasih yang menyala-nyala dan iman yang tak tergoyahkan.

(53)

35

FdCC sebagai seorang Ibu, yang selalu membimbing dan mengarahkan Kongregasi ini, sehingga menaruh suatu devosi yang kuat kepada Bunda Maria” (GC, 2002: 39). Tidak ada yang lain kecuali cinta kasih yang dikontemplasikan, dibagikan dan diberikan kepada sesama. Dalam hal ini Konstitusi mengatakan: ”St. Magdalena merangkum semuanya ini ketika ia menyatakan: “Buatlah Yesus Kristus dikenal dan dicintai, ketika Ia tidak dicintai karena Ia tidak dikenal” (Kons. Kongregasi FdCC 1828: no. 5). Melalui karisma inilah mempersatukan kami para Suster FdCC dalam hidup bersama dalam persaudaraan cinta kasih timbal-balik dengan saling menerima satu sama lain sebagai saudara/saudari dalam Kristus. Dan juga karisma dapat memberikan kekuatan kepada seseorang untuk melayani dalam karya kerasulannya sesuai kehendak Yesus, tanpa adanya pernyataan dihargai melainkan demi perbuatan baik kepada sesama yang kita layani.

(54)

36

Untuk menjaga agar karisma kongregasi tetap hidup dan terus berkembang maka dibutuhkan sikap, semangat, dan kerja sama dari setiap suster dalam menjaga dan meneruskan karisma kepada satu generasi ke generasi yang lain melalui semangat hidupnya sendiri, yaitu mampu merefleksikan Roh Tuhan yang diungkapkan secara konkrit melalui sikap, gaya hidup dan pelayanan yang membawa pengaruh terhadap pembinaan formasi. Dalam hal ini terjemahan “The Canossian Charism” mengatakan: ”St. Magdalena berbicara berulang kali tentang semangat karisma Kongregasi FdCC, yang harus diteruskan dalam keseluruhan dan kesempurnaannya kepada mereka yang menyusul sesudah kamu” (GC, 2002: 36).

(55)

37

3. Visi dan Misi Formasi Kongregasi Suster FdCC

Pembinaan dewasa ini senantiasa terus berkembang, maka visi dan misi formasi bagi Kongregasi Suster FdCC juga mengalami suatu pembaharuan. Dalam hal ini KRKU XV mengatakan “Dunia sangat membutuhkan kabar gembira, maka kita harus memiliki kembali visi yang mampu menceritakan cerita yang baik, meskipun melawan arus, kita harus berani mewartakan Allah kepada laki-laki dan perempuan di zaman ini” (GC, 2008: 19). Visi dan Misi kongregasi ini merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan, keduanya saling berkaitan dan keduanya mempunyai tujuan dalam memperkembangkan seseorang dalam proses pembinaan untuk semakin bertumbuh dalam hidup rohani, mampu mengatasi segala permasalahan dan pergumulan yang terjadi sehingga panggilan hidupnya terus dimurnikan dan dia semakin mencintai Yesus serta mampu mewartakan kasih-Nya kepada sesama. Visi dari kongregasi dalam hal ini peraturan hidup mengatakan “Membuat Yesus semakin dikenal dan dikasihi di atas segala-galanya” (Kons. Kongregasi FdCC, 1828: no. 5). Berangkat dari visi inilah, para Suster FdCC dipanggil untuk melaksanakan misi dalam mengkontemplasikan, mengalami, dan membagikan cinta Tuhan kepada setiap orang dengan semangat Yesus Tersalib, agar Dia semakin dikenal dan dicintai.

(56)

38

pembinaan yang terus menerus dalam perjalanan hidup panggilan. Dalam proses pembinaan secara terus menerus ini, sangat diharapkan baik dari dalam diri para calon, maupun dari pendamping, mengalami suatu perubahan yang semakin mengenal diri sendiri yaitu dengan menyadari kekurangan dan kelemahan pribadinya dan mau berkeinginan untuk selalu menyandarkan diri kepada Tuhan. Dalam hal ini Darminta (2005: 114) mengatakan:

Untuk menghayati panggilan, sebagai kenyataan hidup dalam peziarahan, melalui proses pilihan-pilihan, penegasan-penegasan serta keputusan-keputusan baik pribadi, bersama maupun antara anggota dan pimpinan, diperlukan titik berangkat yang sama. Titik berangkat itu sendiri sudah terdapat di dalam panggilan. Panggilan Allah di samping menawarkan kualitas hidup dan juga menawarkan cara untuk menawarkan cara untuk meraihnya kualitas hidup. Tawaran tersebut merupakan buah dari visi Allah. Oleh karena itu panggilan juga merupakan berbagi visi dari pihak Allah kepada manusia dimiliki olah manusia sebagai modal untuk mengadakan perjalanan serta perziarahan hidup di dalam panggilan.

4. Mentalitas Perubahan Secara Terus-menerus

Mengingat perkembangan zaman yang terus maju, maka pembinaan dalam Kongregasi Suster FdCC pun mengalami suatu perubahan, di mana dalam hal ini Keputusan Resmi Kapitel Umum XV (2008: III), membahas mengenai suatu perubahan yang mengatakan:

(57)

39

Perubahan ini mengundang para Suster FdCC, untuk semakin meningkatkan kualitas hidup dan karya pelayanan sebagai wanita terbakti dalam menghadapi tantangan ini. Dengan pertobatan terus-menerus terhadap panggilan mengikuti Kristus, menuntut kita akan kesetian dari kesiap–sediaan kita untuk terus-menerus berubah tanpa menghilangkan makna atau nilai dari warisan karisma kongregasi sendiri, demi menuju sebuah mentalitas perubahan yang mengembangkan suatu transformasi yang autentik keberadaan diri kita dengan Yesus, Putra Allah dan Putra Maria, dalam menghargai keanekaragaman budaya dimana kita hidup dan menumbuhkembangkan misi kita.

B. Membangun Dimensi Manusiawi Dan Kristiani

Dimensi manusawi dan kristiani merupakan salah satu bentuk pembinaan yang utama, karena kedua dimensi ini merupakan bagian yang terpenting dan tak bisa dipisahkan dalam proses penerimaan dan pembinaan bagi para calon. Dalam hal ini buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo (2001: 106) mengatakan:

(58)

40

Dalam hal ini buku I Mardi Prasetyo (2001: 106) mengatakan bahwa ”Pembinaan integral seorang pribadi mempunyai dimensi fisik, moral, intelektual, dan rohani, dan setiap dimensi punya finalitas dan tuntutannya.” Demi memperdalam kedewasaan dimensi manusiawi dan dimensi kristiani yang integral dalam diri calon sebagai dasar untuk memperoleh kematangan dalam menjawab dan menghayati hidup panggilan bagi mereka, maka gambaran formasi pembinaan Kongregasi Suster FdCC dalam menghadapi tantangan di zaman sekarang lebih menekankan dimensi manusiawi dan kristiani yang menjadi utama, karena kedua dimensi ini dengan sendirinya membentuk setiap pribadi yang mau menjawab panggilan Allah secara bebas dan bergabung bersama kongregasi yang menjadi pilihannya.

1. Membangun Hidup Doa dan Kontemplasi

(59)

41

Doa batin dari hati mempunyai tempat yang sangat penting dalam hidup para Suster FdCC, karena dengan doa batin dari hati menghantar kami untuk mampu mengkontemplasikan Yesus Tersalib. Melalui doa batin ini para Suster FdCC menerima dari Roh Kudus, karunia untuk terbuka bagi firman Allah, sehingga dalam terang Roh kami semakin dimurnikan dalam hidup panggilan. Dengan merenungkan suatu cara khusus misteri Kristus Tersalib, dapat menembus ke dalam kekayaan-Nya yang tak dapat diduga, untuk dikobarkan guna semakin mengasihi-Nya dan membuat-Nya dikenal dan dikasihi oleh semua orang.

Panggilan untuk kekudusan hanya diterima dan dapat dikembangkan dalam keheningan sembah sujud di hadirat Allah. Melalui semangat hidup doa inilah para calon Suster FdCC, dilatih untuk lebih mengakarkan diri mereka pada Tuhan yang diimaninya agar mereka semakin diajak untuk lebih mengenal dan merasakan kesatuan hati yang semakin mendalam dengan Dia yang menjadi dasar dan sumber dalam hidup panggilan mereka, sehingga melalui semangat doa yang ditingkatkan secara terus-menerus inilah mereka semakin terbuka kepada Roh kudus dan semakin memurnikan hidup panggilan mereka sendiri. Maka hidup doa lebih diutamakan dalam tahap pembinaan, agar dengan pengolahan yang mendalam para calon Suster FdCC semakin lebih mengenal dan memurnikan motivasi panggilan mereka.

(60)

42

yang hening. Dalam hal ini Paus Yohanes Paulus II (Vita Consecrata 1996: art.38) mengatakan:

Panggilan untuk kekudusan hanya diterima dan dapat dikembangkan dalam keheningan sembah sujud di hadirat Allah yang adisemesta dan tiada taranya: “Hendaklah kita akui, bahwa kita semua memerlukan keheningan itu, penuh dengan kehadiran Dia yang kita sujud: dalam teologi, untuk sepenuhnya memanfaatkan jiwanya yang sarat kebijakan dan bersifat rohani: dalam doa, supaya kita jangan pernah lupa, bahwa memandang Allah berarti turun dari gunung dengan wajah yang begitu bercahaya, sehingga kita wajib menyelubunginya.

Panggilan merupakan anugerah dari Allah, di mana melalui keheningan dan sembah sujud di hadirat Allah yang kudus, hidup panggilan yang dihayati semakin dimurnikan dan dikuduskan dalam Dia sendiri. Dalam masa pembinaan para calon Suster FdCC, perlu ditanamkan semangat keheningan dan sembah sujud yang dalam agar mereka semakin dimurnikan dalam hidup panggilan mereka sendiri.

(61)

43

“Mereka ini adalah orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Kerena itu, mereka berdiri dihadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di bait suci-Nya”.

Perjalanan sampai kepada kepenuhan dan kekudusan itu merupakan perjalanan rohani. Dalam hal ini Darminta (2005: 17-18) mengatakan:

Karena memang dibimbing oleh Roh Kudus, sebagaimana yang dijanjikan oleh Yesus, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu, yaitu Roh kebenaran. Ia akan menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu” (Yoh 14:16-17). Oleh karena itu, Paulus berdoa, “Aku berdoa supaya Ia (Allah Bapa), menurut kekayaan kemulian-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berekar serta berdasar di dalam kasih” (Ef 3:16-17).

2. Menghayati Hidup Secara Bebas Dan Merdeka

Membangun dan membina hidup secara bebas dan merdeka, membutuhkan suatu sikap tanggung jawab yang besar dari setiap pribadi. Karena setiap pribadi berhak menentukan proses perkembangannya sendiri, yang tidak terikat dan menghantar orang untuk menemukan suatu kebebasan yang memerdekakan. Merdeka berarti bebas dari segala beban dan permasalahan-permasalahan yang ada. Bebas dari keterikatan yang membelenggu perkembangan pribadi. Bebas berarti melakukan segala sesuatu tidak dengan sesuka hati, tetapi melalukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

(62)

44

katerikatan tertentu dalam menentukan dan memurnikan motivasi panggilannya sehingga tanpa ada unsur paksaan dari dalam maupun dari luar dalam menjawab panggilan mereka. Dalam hal ini Darminta (1997: 36-37) mengatakan:

Para murid diajak oleh Yesus agar tetap kritis terhadap diri sendiri, menjadi orang yang tak mudah menghakimi orang lain (Mat 7: 5). Mereka dididik untuk menjadi orang yang merdeka dari kecemasan tentang diri sendiri, pakaian, kemarahan, balas dendam, kebencian terhadap musuh. Dia mengajari para muird menjadi merdeka dengan mengalami alam sekitar sebagai tanda pemeliharaan Allah, memperhatikan tingkah laku manusia yang berbeda, untuk memahami bagaimana bertindak dalam kemerdekaan dan penuh tanggung jawab.

Kebebasan merupakan kemampuan untuk siap berubah, kemampuaun diubah oleh Sabda Tuhan sehingga semakin bertumbuh dalam buah-buah dari Sabda Tuhan tersebut dan semakin mampu untuk menghayati dan mencintai hidup panggilannya. Darminta (2006 c: 20) mengatakan “Panggilan berada dalam suasana kemerdekaan roh, yang tak ternoda oleh kesalahan, kelemahan, kekurangan, bahkan penolakan. Panggilan kekudusan tetap merupakan tindakan Allah.”

3. Internalisasi Dan Inkorporasi Terus-menerus

(63)

45

kematangan pribadi dan kematangan rohani setiap calon. Dalam hal ini Darminta (2006 a: 45) mengatakan:

Secara psikologi dan rohani manusia membentuk dirinya dengan jalan pembatinan (internalisasi) dan inkorporasi, dan pada waktu itu juga dia dibentuk oleh lingkungan, di mana dia berada dan oleh orang-orang yang diserahi tugas untuk membentuk dan mendidik. Pembentukan dan pendidikan mencakup dua dinamika pertumbuhan dan perkembangan, yaitu: pertama tumbuh dan berkembang dalam sistem nilai, dan kedua tumbuh dalam mutu kemerdekaan.

Dalam proses pembinaan sangat diharapkan pada setiap calon untuk dapat mengalami suatu proses pembatinan yang mendalam, sehingga mereka memperoleh suatu kedalaman hidup rohani dan penegasan dalam hidup panggilam mereka. Dengan bertumbuh dan berkembang dalam sistem nilai dan tumbuh dalam mutu kemerdekaan, sehingga seseorang semakin bertumbuh dalam kualitas hidup panggilan yang berkualitas.

4. Askese

(64)

46

kekudusan hidup yang dijalaninya, karena kita dipanggil untuk menjadi kudus. Dalam hal ini Paus Yohanes Paulus II ( VC 1996: art. 38) mengatakan:

Praktek-praktek askese itu telah dan tetap masih merupakan dukungan yang kuat bagi kemajuan otentik dalam kekudusan. Dengan membantu menguasai dan mengoreksi kecenderungan-kecenderungan kodrat manusiawi yang dilukai akibat dosa, asketisme sungguh perlu sekali, bila para anggota hidup bakti ingin tetap setia terhadap panggilan mereka sendiri dan mengikuti Yesus pada jalan Salib.

(65)

47

C. Dinamika Pembinaan Pertumbuhan Panggilan

Hidup panggilan membutuhkan suatu proses yang panjang demi meningkatkan kualitas dalam membina hidup panggilannya, dalam mencapai suatu kematangan pribadi dan kematangan rohani. Untuk itu dalam formasi pembinaan Kongregasi Suster FdCC dalam mendampingi para calon, melalui langka-langkah pembinaan pertumbuhan panggilan sebagai berikut:

1. Proses Identifikasi

Proses pengenalan diri seseorang merupakan proses yang sangat dasar dan utama, sehingga orang semakin mampu mengenal dirinya, menerima dirinya apa adanya dengan segala keterbatasan yang dia miliki, dan mampu mengolah segala latar belakang hidupnya di masa lampau, untuk terus berproses dalam menemukan pemurniaan identitas hidup panggilannya yang jelas dan semakin bertumbuh dalam kematangan pribadinya. Dalam hal ini buku I Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Mardi Prasetyo (2001: 65) mengatakan:

Pengenalan diri adalah mengenali (kalau perlu bahkan mengolah dan menata) bagaimana seluruh kedewasaan pribadi kita bertumbuh secara utuh, khususnya dalam aspek fisik, rohani, kognitif, afektif, sosial, apostolik, dan volutif. Kematangan aspek-aspek tersebut dapat menjadi petunjuk dasar akan adanya kedewasaan rohani sebagai disposisi untuk senantiasa menjawab Tuhan.

2. Pengolahan Hidup

(66)

48

karena lewat itu diperoleh pengenalan diri yang mendalam termasuk segi-segi rapuh dan subur untuk panggilan” (Mardi Prasetyo, 2001: 83). Proses pengolahan hidup panggilan merupakan proses yang terus-menerus dibangun dan dibina dalam mencapai kematangan pribadi dan rohani. Dengan pengolahan hidup yang terus-menerus dibangun dalam diri setiap calon yang dibina, menghantar mereka untuk semakin mengenal, mengerti dan menghayati nilai-nilai dari hidup panggilan yang dia reflesikan menjadi dasar untuk menghantarnya dalam proses pertumbuhan dalam membina kualitas hidup panggilannya.

3. Penerimaan Diri

(67)

49

Penerimaan diri adalah sebagai langkah rekonsiliasi dengan masa lalu agar dapat melihat peziarahan hidup panggilan betul-betul sebagai berkat dan bukan kutukan, karena campur tangan Allah di sepanjang perjalanan, termasuk di sini tugas menyembuhkan luka-luka atau malah gangguan kepribadian yang masih ada.

4. Perubahan Diri

Dalam hal ini Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Buku II mengatakan ”Mengubah diri yang menyeretkan kegiatan formatif, yaitu pematangan disposisi dan kegiatan askesis, yaitu membangun kerelaan untuk tidak mengambil hal-hal yang tidak termasuk dalam pilihan panggilan, sehingga dengan rela menanggung resiko dan konsekuensi dari pilihan panggilan tersebut” (Mardi Prasetyo, 2001: 83). Dalam proses pembinaan membutuhkan waktu yang lama dalam menghantar setiap calon untuk mengalami suatu perubahan baik dari pribadinya sendiri maupun dalam hidup rohaninya.

Untuk mengalami suatu perubahan yang terjadi di setiap calon dibutuhkan kerja sama, baik dari pihak Allah sendiri, pembimbing maupun calon. Dengan segala pembinaan yang mereka terima mampu menghantar setiap calon untuk merefleksikan semuanya, demi menuju suatu perubahan diri maupun rohaninya yang dibentuk secara kristiani dan semakin bertumbuh dalam kualitas panggilan yang semakin bermakna.

5. Transformasi Diri

(68)

50

semakin memeluk identitas tarekat dalam arti membangun satu budi, satu hati, satu cita rasa, satu kehendak dan satu keprihatinan dengan tarekat yang mau ikut ambil bagian dalam gerak keprihatinan Kristus terhadap dunia ini” (Mardi Prasetyo, 2001: 83). Penyatuan diri dengan Kristus dalam proses pembinaan bagi setiap calon memang sangat diharapkan untuk menjalin suatu relasi yang akrab dengan Kristus dan bersatu dengan Kristus sendiri, agar dalam pertumbuhan panggilannya semakin terbuka pada bimbingan dan tuntunan kasih Kristus yang membentuk dirinya dalam menghayati nilai panggilannya demi menjawab panggilan untuk mau bergabung dalam kongregasi.

Dengan mengabungkan diri dalam suatu kongregasi berarti bersedia untuk siap mengambil bagian dalam satu keprihatinan dan tanggung jawab bersama dalam menghidupi karisma dan spiritualitas kongregasi serta membawa visi dan misi kongregasi, demi membatinkan nilai-nilai panggilannya dan mewujudkan dalam kesaksian hidupnya.

D. Pembinaan Dan Pendampingan Secara Terus-Menerus Bagi Para Team Formator

(69)

51

Kongregasi FdCC sangat diharapkan pembinaan dan pendampingan para formator dibagi dalam tiga tahap antara lain:

1. Secara Personal

Dalam hal ini buku Yesus Mendidik Para Murid Darminta (1997: 22) mengatakan:

Pembentukan Yesus bagi para murid adalah dalam jalur kebijaksanaan. Pendidikan pada jalur kebijaksanaan berarti pembentukan manusia menjadi mampu mengambil keputusan yang tepat, dalam perjalanan menuju tujuan hidup. Dengan kata lain proses jalur kebijaksanaan merupakan proses pendewasaan orang yang utuh, baik rohani, cara berpikir merasa dan cara menghendaki serta dalam pengambilan keputusan-keputusan, dalam perspektif tujuan hidup yang ditawarkan dan digariskan. Dari segi karakter, tujuan pendidikan kebijaksanaan ialah memampukan orang untuk membentuk diri terus-menerus dan mampu meningkatkan daya hidup untuk menuju kepada tujuan hidup.

Pembinaan secara personal merupakan dasar dalam proses pembinaan seseorang. Karena sebelum seseorang membina orang lain terlebih dahulu dia mampu membina dirinya, agar lewat pengalamannya mampu membawa orang-orang yang dibimbingnnya menuju kepada tujuan hidup yang jelas. Dalam hal ini RF Kongregasi Suster FdCC (1996: art. 7) mengatakan:

(70)

52

Dalam pendampingan yang berhubungan dengan panggilan, formator mampu mengarahkan dan memudahkan penglihatan nyata calon atas panggilannya dan apresiasi yang efektif atas kehendak Allah. Dengan demikian dia boleh memberikan prioritas-prioritas utama terhadap nilai-nilai panggilan bagi para calonnya. Lewat doa, refleksi dan pengalaman, dan yang terpenting, lewat hubungan interpersonal, otentik bagi orang muda yang didampingi dengan cinta, kebijaksanaan dan tahap demi tahap menuju:

a. Penerimaan atas kehidupannya dan kehidupan orang lain sebagai anugerah

b. Pengenalan diri dan penemuan atas karunia-karunianya, keterbatasan-keterbatasan dan aspirasi-aspirasi.

c. Suatu pemahaman yang lebih mendalam atas signifikansi imannya. d. Keakraban yang lebih besar dalam kogregasi.

2. Secara Bersama

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melaksanakan kegiatan observasi dan orientasi di SMP N 39 Semarang praktikan mendapat pengetahuan dan pengalaman mengenai banyak hal yang berkaitan dengan

maksud untuk memahami makna yang terkandng dalam ajaran tersebut. b) Metode komparatif, yaitu ajaran ajaran islam itu dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

[r]

Kapiler dapat dikelompokkan dalam 3 jenis menurut struktur dinding sel endotel: (1) Kapiler kontinu yang memiliki susunan sel endotel rapat; (2) Kapiler fenestrata atau

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Blora Nomor 2 Tahun 1999 tentang

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian pengaruh komunikasi dakwah Majelis Ulama Indonesia terhadap kepatuhan umat Islam di Cinere Depok dalam melaksanakan

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang masalah potensi wisata yang terdapat di Pasar Jumat Karanganyar, strategi pengembangan Pasar Jumat Karanganyar, dan