BAB IV PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.4. Nilai-nilai Keislaman Sebagai Motivasi Berekonomi
Dalam ekonomi Tuhan, kejayaan pembangunan material adalah akibat dari mengusahakan pembangunan rohaniah.
Demikianlah proses terbangunnya projek-projek ekonomi Rufaqa’ diatas bina insan yang dilakukan. Bandar pertama yang dicetuskan itu betul-betul bermodalkan inilah. Pasaraya yang mula-mula dibuat, hanya siap dalam tempoh Seseorang yang telah terbangun taqwanya, maka orang-orang yang pandai akan mengorbankan dan mencurahkan ilmu-ilmu dan pengalaman atau kepakaran atau kebolehannya demi membangunkan projek-projek yang Tuhan perintahkan secara percuma, tanpa bayaran, demi kerana cintanya yang mendalam kepada Tuhan. Macamlah kita terlalu sayangkan ibu ayah, maka kita bagi percuma saja padanya rumah, kereta, peralatan, makan minum dan lain-lain. Kita tidak takut rugi pun kerana cinta. Bahkan yakin bahawa rezeki dari Tuhan akan datang lagi kerana membantu ibu dan ayah.
Dengan taqwa, orang-orang yang ada tenaga fizikal akan masuk saham, berkorban tenaganya dijalan Allah, secara percuma demi membangunkan fardu kifayah untuk Tuhan yang dicintainya. Dengan taqwa, orang-orang kaya sanggup jadi bank untuk memberi harta dan wang ringgitnya kepada Allah tanpa meminta pulangan apa-apa.
Bila pemimpin-pemimpin cintakan Tuhan, maka sangguplah mereka menggunakan kuasanya untuk memberi laluan agar tertegaknya Islam Hadhari itu tanpa rasuah dan kepentingan peribadi. Bila muda-mudi juga kenal dan cinta Tuhan, nescaya mereka akan jadi benteng dan kubu kepada perjuangan agamanya dan bangsanya tanpa penat dan jemu kerana cinta.
sebulan, sejak bermulanya proses ubah suai. Cepat sekali kerana semua aspek dikerjakan oleh setiap orang mengikut bidang masing-masing, secara serius dan komited. Macamlah anak-anak gotong-royong membangunkan rumah ibu dan ayah, tentulah cepat kerana semua melakukan dengan penuh tanggung jawab dan cinta.
Sungguh dalam pengalaman Rufaqa’, seluruh projek-projek yang ada di Country Homes itu terbangun dengan cara yang berbeza sekali daripada cara-cara biasa yang dipakai orang. Maksudnya ia begitu cepat, murah dan mudah. Bolehlah dikatakan, kalau orang lain buat kerja 10 hari, Rufaqa’ selesaikan kerja yang sama satu hari. Kalau orang lain perlu wang sepuluh ribu ringgit, Rufaqa’ hanya cukup dengan wang seribu ringgit.
Rahsianya adalah kerana :
1. Pekerja yang kuat bekerja dengan cintakan Tuhan, kekuatannya sepuluh kali ganda daripada pekerja yang makan gaji.
Tulisan di atas terdapat dalam website Rufaqa yang bernama 2. Bilamana tenaga manusia tidak perlu dibayar, kosnya akan berkurang 10 kali ganda.
Dan lebih ajaib lagi, bilamana Tuhan turun tangan sama-sama membangunkan, kerana janji-Nya untuk menolong orang yang bertaqwa kepada-Nya, maka berdatangan dan berguguranlah manusia-manusia, wang dan barangan-barangan dari sumber yang tidak diusahakan dan tidak terdugakan.
dalam artikel yang berjudul ‘Bagaimana Bandar Rufaqa Dibangunkan’. Dari
menjadikan Rufaqa bisa berkembang seperti sekarang ini. Ada nilai-nilai yang
sangat kuat yang selalu dipegang oleh Rufaqa untuk mampu seperti sekarang ini,
itu adalah nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Masih dari tulisan
diatas tergambarkan bahwa nilai ketaqwaan kepada Tuhan yang menjadi nilai
pokok atau yang terpenting yang harus ada dalam berjalannya segala kegiatan di
Rufaqa. Dari tulisan diatas yang merupakan hasil pemikiran dari pemimpin
Rufaqa Internasional terlihat jelas bahwa adanya motivasi yang sangat besar yang
dimiliki oleh orang-orang Rufaqa dalam melaksanakan segala aktivitasnya
terutama aktivitas ekonomi. Yang jika kita kaji dari apa yang dikatakan David
McClelland dalam Suwarsono,1994 :27, bahwa kegiatan para wiraswastawan
adalah tidak sekedar mencari pengumpulan laba semata, laba itu lebih merupakan
indikator untuk mencapai tujuan, dan yang ingin dicapai sekali dari mereka adalah
prestasi yang gemilang yang itu bisa didapat melalui penampilan kerja yang baik
khususnya dalam ekonomi serta dengan selalu berfikir dan berusaha untuk
menemukan cara-cara baru yang berguna untuk memperbaiki kualitas kerja
berekonomi tersebut dari yang telah dicapai dan ia menyebutnya dengan need for
achievement. Ungkapan McClelland tadi sangat sejalan dengan tulisan yang ditulis Ashaari Muhammad selaku pemimpin dari Rufaqa Internasional yang
sekaligus menjadi gambaran langsung dari keseluruhan isi dari Rufaqa bahwa
Rufaqa memiliki motivasi lain dalam menjalankan aktivitas ekonominya yang
selain mendapatkan keuntungan mereka juga harus selalu bekerja keras dengan
selalu mencintai Tuhan.
Berikut hasil wawancara dengan informan Sofiah yang biasa dipanggil
”... hanya Tuhan tempat kita meminta. Meminta segalanya, meminta pertolongannya, meminta pengampunannya, meminta rezeki dan banyak lagi. Jadi kita harus kenalkan Tuhan. Kita harus selalu berada dekat dengan Tuhan. Disini semua orang harus kenal pada Tuhan dan merasa bahwa Tuhan ada bersamanya. Oleh sebabnya untuk segala kegiatan dan aktivitas hidup ini kita harus sesuai dengan aturan Tuhan. Apalagi untuk berekonomi kita haruslah ikut cara Tuhan. Berjualan di pagi dan siang hari, tapi bersembahyang di malam harinya, meminta doa selalu kepada Tuhan untuk semua kemudahan hidup ...”
Rufaqa Corporation Sdn. Bhd ataupun Rufaqa Internasional lahir ke dunia
sewaktu pengasasnya Ashaari Muhammad berada didalam tahanan Terhad (buang
daerah) dibawah ISA (Internal Security Act atau Akta Keselamatan Dalam
Negeri) di Rawang, Selangor. Yakni sesudah jamaah Arqom diharamkan dan
semua aktivitasnya dibubarkan. Berawal dari ‘zero’ dengan kuasa Tuhan, Ashaari
Muhammad dapat mengajak beberapa orang kawan-kawannya yang setia ketika
masih Arqom untuk menumbuhkan serikat yang baru, dengan direstui pula oleh
Kementerian Dalam Negeri yang memantau melalui pegawai-pegawai dari Bukit
Aman. Banyak orang bertanya dari manakah seorang yang berada dalam jeratan
ekonomi sekaligus berada didalam penjara mendapatkan modal untuk
perniagaannya yang bernilai berjuta-juta ringgit Malaysia tersebut. Inilah
pertanyaan yang tak henti-henti ditanya orang.. Dan ada juga yang bertanya
bagaimana pula urusan mempertahankan perniagaan tersebut agar tetap bertahan
dan dari mana pula sumbernya serta pertanyaan yang tak kalah hebatnya
bagaimana melakukan atau mengelola perniagaan itu sementara ia saja didalam
penjara.
Berikut penuturan Wahyudin Samsul Ridwan ketika wawancara terkait
kesetiakawanan dari orang-orang Arqom kepada Ashaari di ruang kantornya di
”... ketika Arqom dinyatakan terlarang dan sesat oleh Pemerintah Malaysia, semua aset kekayaan yang dipunyai Arqom habis di sita negara. Orang-orang berikut kawan lama yang tadinya setia kepada abuya pun pergi begitu saja dan pergi dengan membawa kekayaan yang didapat dari Arqom dulu. Abuya tak marah. Abuya beranggapan mereka yang tak setia lagi adalah mereka yang sudah tidak kenalkan Tuhan. Tapi walaupun begitu, tetap ada orang-orang Arqom, kawan-kawan setia abuya yang masih setia untuk meneruskan perjuangan abuya dengan mendirikan sarikat yang baru …”
Bila berbicara atas nama ekonomi Rufaqa yang menganut sistem ekonomi
Tuhan, bahwa bila Tuhan menciptakan suatu sistem, lengkaplah sudah dengan
segala aturannya yaitu seperti bagaimana modalnya diperoleh. Kita ketahui ada
ekonomi kapitalis, sistemnya juga lengkap dengan aturan-aturan bagaimana
mendatangkan modalnya, langkah-langkah menghadapi untung dan rugi,
bagaimana cara membesarkan sistem tersebut, apa motivasi untuk menjalankan
sistem itu serta langkah-langkah yang diambil untuk mengkekalkan sistem
tersebut. Di dalam sistem ekonomi Rufaqa, uang bukan modal utama seperti yang
dilakukan oleh kapitalisme. Tuhan dalam sistem-Nya menetapkan bahwa Tuhan
adalah modal pokok. Mendapatkan Tuhan maka akan mendapatkan
segala-galanya termasuk segala aturan untuk berekonomi itu. Maka itulah yang dilakukan
dalam Rufaqa. Perkembangan aktivitas perekonomian Rufaqa yang bersistemkan
ekonomi Tuhan berkorelasi kepada teori yang dicetuskan oleh Robert N Bellah
yang mencari relasi antara agama dan persoalan perkembangan ekonomi dalam
masyarakat. Dimana pada waktu itu Bellah melakukan penelitian terhadap
masyarakat Jepang yang menganut faham teologi religi tokugawa. Dan Bellah
berkesimpulan bahwa masyarakat Jepang yang menganut faham teologi religi
tokugawa adalah pendobrak terhadap semangat berekonomi masyarakat dengan
moderenisasi masih mempunyai kekuatan yang besar dan akhirnya masyarakat
berfaham tokugawa tersebut mampu berkompetisi dalam lapangan ekonomi
masyarakat dunia (Bellah,1992:145). Bukan hal yang mustahil bila sekarang religi
tokugawa itu adalah Rufaqa yang dengan ekonomi bersistemkan Tuhan yang
otomatis sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam mampu menyaingi
ekonomi barat yang bersistemkan kapitalis tersebut. Dengan semangat
keberislaman yang tinggi, dengan sistem berekonomi bersistemkan Tuhan, Rufaqa
bercita-cita besar untuk bisa berkompetisi dalam lapangan ekonomi dunia.
Ashaari Muhammad mengawalinya dengan mengajar, serta yang pertama adalah
mendidik keluarganya agar mereka memahami konsep hidup yang mesti
diperjuangkan atau dijalankan melalui Rufaqa. Mereka ia yakinkan bahwa Tuhan
telah menetapkan sebagai berikut, jika orang Islam ingin kuat maka hatinya harus
kuat dengan mengenal Tuhan, yaitu harus sungguh-sungguh cinta dan takut
kepada Tuhan. Caranya tentu dengan bertakwa kepada Allah. Sedangkan orang
bukan Islam, Tuhan telah menetapkan bagi mereka, bahwa mereka kuat itu adalah
dengan cara menguatkan akal dan ilmu yang mereka punya. Sedangkan orang
bertaqwa, bila hatinya kuat dengan Tuhan dengan berbekal ilmu-ilmu keislaman,
akalnya pun juga akan ikut tajam. Orang bukan Islam, mereka hanya ada satu
kekuatan mental. Bila seseorang begitu membesarkan Tuhan dalam hidupnya,
maka Allah pun akan memberikan janjinya bahwa, rezekinya terjamin, urusannya
akan dipermudah, lepas dari bencana dan masalah hidup, diberi kejayaan dan
kemenangan, dihapus dosa dan diberi ilmu serta strategi, diturunkan berkah dari
langit dan bumi, diberi bantuan dan pembelaan serta diwariskan bumi. Inilah yang
Persis sama seperti apa yang disampaikan Tengku Abdurrahman Umar
ketika wawancara di cafe Rufaqa Pekanbaru :
”... itulah keistimewaan dari abuya dalam memberikan mindanya kepada anak-anaknya. Beliau punya konsep yang baik sekali tentang perekonomian Islam. Ekonomi yang kita bangunkan adalah ekonomi yang bersistemkan Islam bukan bersistemkan kapitalis yang telah diraksasakan oleh orang-orang barat. Umat Islam sebagai pelaku dari jalannya perekonomian tersebut haruslah orang-orang yang sudah punya mental keislaman yang kuat. Orang-orang barat bisa kuat dengan cara menguatkan akal dan ilmu yang mereka punya. Sedangkan orang bertaqwa atau orang Islam hatinyalah yang harus kuat dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berbekal ilmu-ilmu keislaman maka selanjutnya akalnya pun juga akan ikut tajam. Bukan tidak mungkin kapitalisme yang dibangunkan barat itu akan musnah dengan adanya ekonomi bersistem Islam ini. Dengan catatan bahwa orang Islam itu selalu dekat hatinya dengan Tuhan…”
Ada cara yang cukup unik yang masih berjalan di Rufaqa demi untuk terus
berkembangnya Rufaqa, terlebih bila jalannya perkembangan tersebut pada setiap
kegiatan ataupun bandar-bandarnya sedikit melemah bahkan mungkin
hampir-hampir tutup. Yaitu dengan cara :
1. Memanggil semua petugas-petugas ataupun orang-orang Rufaqa yang
ada pada setiap bandar untuk dibuat langkah-langkah dan aturan-aturan.
Menganalisis dosa-dosa yang mereka buat kepada Tuhan atau ada
syarat-syarat yang dilanggar sehingga bantuan Tuhan tidak berlaku.
Sebab Rufaqa yakin, Tuhan pasti ada cara untuk memberikan keperluan
dan rezeki bagi bandar-bandar itu selagi syarat-syarat yang Tuhan
tetapkan dipenuhi. Syarat-syarat yang dimaksudkan:
• Senantiasa bertaubat kepada Allah dan sesama manusia • Bersedekah
• Menebus dosa dan berjanji tidak akan mengulangi • Sembahyang malam dan berdoa
2. Mereka semua diarahkan untuk memperbaiki diri setelah kegagalan
mematuhi syarat-syarat itu.
3. Menggugurkan nama-nama staf atau memecat orang-orang yang sudah
diketahui pasti tidak jujur dalam membaiki diri
4. Pemimpin akan bersedekah dan berdoa dan membaiki diri untuk
mengharapkan belas kasihan Tuhan.
Semua cara diatas biasa di lakukan di Malaysia dan akan dipimpin
langsung oleh Ashaari Muhammad sendiri. Dan alhamdulillah dengan kekuasaan
Tuhan, maka akan terjadi apa yang telah dijanjikanNya, yakni bandar-bandar yang
ada di seluruh kota di dunia akan panjang umurnya dan geliat segala kegiatan
Rufaqa khususnya kegiatan ekonomi masih berjalan dengan baik. Tuhan adalah
benar-benar modal dalam sistem ekonomi Rufaqa. Bina insan -ini sebutan lain
dari pengajian- dan “man power” atau kekuatan manusia yaitu orang-orang
Rufaqa adalah asas dan teras serta kekuatan dalam sistem Tuhan.
Berikut wawancara dengan Umi Kalsum tentang bina insan :
”... di Rufaqa kami sebutkan pengajian-pengajian yang lebih terfokus atau lebih ke personalnya dengan nama bina insan. Selain kurikulum resmi yang ada di Madrasah Hubbullah yang mengikuti kurikulum dari pemerintah, kita juga ada bina insan. Jadi peserta didik di madrasah ini yang juga diharapkan nantinya sebagai pejuang-pejuang Rufaqa untuk meneruskan segala kegiatan Rufaqa maka kami ajarkan mereka untuk lebih kenalkan Tuhan agar mereka bertaqwa nantinya lewat pembinaan tersebut. Bina insan ini juga yang menjadi motivasi orang-orang Rufaqa dalam melakukan segala aktivitasnya termasuklah berekonomi. Karena disini mereka dibina untuk berbuat jujur, sopan dan segala sifat-sifat yang terpuji dalam kehidupan ini …”
Taqwa adalah sumber kekuatan sebenar-benarnya dalam sistem ekonomi
Rufaqa. Dan ia berbeda sama sekali dengan sistem perekonomian bukan Islam.
dalam berekonomi tidaklah selalu mendapatkan keuntungan namun beresiko juga
menghadapi kerugian. Tujuan berekonomi Rufaqa dengan mengikuti cara Islam
sebenarnya ialah untuk memperbesar, memperpanjang dan memperluas syariat
Islam dan dengan tujuan beribadah dan mendapat pahala yang banyak. Justru di
dalam berekonomi, bagi Rufaqa hendaklah senantiasa mencari keridhaan Tuhan
dengan niat yang betul serta perlaksanaan yang betul. Betapa di dalam
perekonomian itu banyak sekali terkandung syariat Islam atau luas sekali ibadah
yang berlaku di mana kebaikan dan pahalanya pun banyak sekali, diantaranya :
1. Di dalam Islam bersaudara atau mencari teman itu di perintahkan. Di
akhirat kelak, teman atau saudara itu mungkin yang akan memberi
pertolongan. Melalui berekonomi, kita akan banyak mendapat teman, dari
kalangan pengusaha, teman-teman sekerja ataupun para pelanggan yang
telah membeli.
2. Melalui perekonomian, kita dapat memberi manfaat secara langsung
maupun tidak langsung kepada manusia melalui proses jual beli tersebut.
3. Islam sangat menggalakkan kerjasama. Di dalam berekonomi banyak
terdapat unsur-unsur kerjasama dan banyak pula peluang untuk
bekerjasama.
4. Di dalam berekonomi juga ada unsur saling memberi dan menerima,
dimana ini merupakan satu sifat terpuji yang sangat dianjurkan oleh Islam.
Kalau tidak ada saling memberi dan menerima perekonomian tidak akan
berkembang.
5. Berekonomi membantu dan memudahkan manusia mengurus dan
mendapatkan keperluan makan minum dan keperluan harian lainnya.
Mendahulukan, mengutamakan dan memudahkan orang lain itu sangat
dipandang tinggi dan baik dalam Islam.
6. Dengan berekonomi kita dapat menyelamatkan barang-barang yang
diproduks i oleh umat Islam. Misalnya saja dari hasil pertanian, hasil
peternakan dan hasi-hasil lainnya dengan cara mengumpul dan
memasarkan hasil-hasil tersebut. Kalau tidak, barang-barang hasil
produksi itu akan rusak dan terbuang. Barang-barang itu akan mubazir
atau terbuang sia-sia. Dalam Islam sifat mubazir sangat dilarang. Menjauhi
dan mengelak dari pembaziran adalah satu kewajiban.
7. Kita dapat memperoleh banyak pengalaman melalui perekonomian.
Pengalaman itu bisa saja dari bidang pengurusan, pengelolaan dari sistem
berekonomi tersebut, pengenalan mengenal barang, mengenal tempat,
mengenal cara berekonomi dan pengalaman mengetahui masalah manusia
dalam ekonomi. Dalam Islam, mencari ilmu dan pengalaman seperti ini
sangat dituntut.
8. Dalam berekonomi, kita dapat berlatih sabar dan berlapang dada dalam
menghadapi berbagai karakter sifat dan sikap manusia. Karena mungkin
saja dalam aktivitas berekonomi itu senantiasa akan membakar emosi dan
perasaan kita. Orang yang sabar diberi pahala oleh Tuhan tanpa hisab atau
perhitungan.
9. Berekonomi merupakan salah satu cara untuk memajukan agama, bangsa
dan negara. Ia merupakan tanggungjawab manusia sebagai khalifah atau
Tuhan serta dapat merasakan dan menikmati segala nikmat dan
anugerah-Nya agar manusia dapat bersyukur dan mendapat pahala pula di atas
kesyukuran mereka itu.
10.Dalam berekonomi, kita berpeluang mengeluarkan zakat perekonomian
atau zakat hasil perdagangan apabila sudah cukup haul dan nisabnya.
Karena ini salah satu dari rukun Islam yang harus ditunaikan. Kita dapat
mewujudkan salah satu sumber untuk membantu fakir miskin dan
golongan lainnya.
11.Perekonomian mewujudkan peluang pekerjaan untuk banyak manusia
sebagai sumber mencari rezeki. Dengan berekonomi, manusia bisa terlepas
dari penyakit menganggur yang dilarang oleh syariat. Sekaligus dengan
berekonomi tenaganya dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Artinya,
dengan adanya aktivitas ekonomi, tenaga manusia tidak terbuang sia-sia
dan manusia itu jadi produktif dengan mengeluarkan tenaganya yang
bermanfaat bagi orang lain.
Jelas sekali bahwa dengan apa yang disebutkan di atas, begitu banyak
syariat Islam dapat kita tegakkan melalui aktivitas ekonomi. Maksudnya, berbagai
aspek nilai-nilai keislaman dalam Islam dapat kita bangunkan di dalam aktivitas
ekonomi. Hal ini sekaligus yang menjadi motivasi Rufaqa dalam melakukan
segala aktivitas ekonomi mereka hingga mampu berkembang seperti sekarang ini.
Apabila banyak nilai yang dibangun maka banyak ibadah kita dan kita akan
semakin dekat dan kenal dengan Tuhan. Oleh karena itu, tidak heran bila Islam
menganggap orang yang melakukan aktivitas ekonomi secara jujur dan sesuai
fisabilillah. Karena kita ketahui bahwa berekonomi itu bebannya sangat berat dan
memerlukan waktu yang lama. Berekonomi secara langsung atau tidak langsung
adalah menyiapkan keperluan dan kepentingan negara dan rakyat atau orang lain
dari segi makan, minum, pakaian, rumah atau tempat tinggal dan lain-lain lagi.
Segala yang disiapkan dari berekonomi adalah segala yang sangat penting bagi
manusia. Islam juga menganggap bahwa berekonomi itu dianggap sebagai
pekerjaan paling baik karena dengan berekonomi kebaikan yang diperoleh oleh
masyarakat atau orang lain adalah terlalu banyak. Yang lebih utama dari itu,
syariat Islam dalam bidang ekonomi sangat luas. Kalau kita memiliki ilmu dalam
ekonomi, maka akan banyak hukum-hukum Tuhan yang akan dapat kita
praktekkan. Artinya siapa yang mengusahakan ekonomi Islam, dia juga
melaksanakan sebagian besar dari syariat Tuhan. Dengan kata lain, kalau syariat
itu benar-benar dapat ditegakkan dalam ekonomi, ia akan membawa manusia
makin takut dengan Tuhan dan makin terlihatlah kebesaran Tuhan. Contohnya,
dalam berekonomi ada sabar. Sabar bila orang marah dengan kita, sabar dalam
menekan rasa marah, dan sabar itu diperintah oleh syariat. Dalam berekonomi,
ada kerjasama antara penjual dengan pembeli. Kerjasama itu tuntutan syariat. Bila
ada kerjasama, kita disuruh berkasih sayang dan berukhuwah. Itu pun tuntutan
syariat. Bila banyak berinteraksi dalam berekonomi, kita tidak dapat menghindar
dari berbuat salah. Kadang-kadang pembeli berbuat kesalahan, kadang-kadang
penjual juga berbuat kesalahan. Hal seperti ini sangat memerlukan sikap
berlapang dada, bertimbang rasa dan saling maaf memaafkan. Itu juga adalah
yang selalu dipegang teguh oleh orang-orang Rufaqa dalam menjalankan roda
atau aktivitas perekonomian mereka.
Berekonomi itu sebagian dari ibadah. Ini yang juga mendasari Rufaqa
dalam melaksanakan aktivitas ekonominya. Ibadah itu bukan sebatas ibadah
khusus saja seperti sholat, zikir, baca Qur’an, puasa, membayar zakat, naik haji
dan bukan duduk-duduk di tikar sembahyang saja. Ada ibadah yang lebih luas dari
itu yang berbentuk umum yaitu ibadah kita untuk memberi manfaat kepada
sesama manusia. Dan ini termasuk berekonomi tadi. Disebabkan berekonomi itu
adalah ibadah, tidak dapat tidak, maka kita perlu berusaha untuk menegakkannya.
Kita tidak perlu takut untuk berekonomi karena kita tidak perlu takut untuk
beribadah. Kita tidak perlu takut rugi atau takut tidak dapat untung. Kalau
sekiranya kita berekonomi sebagai satu ibadah yang kita buat untuk Tuhan, sudah
tentu kita tidak akan mementingkan keuntungan. Yang penting Tuhan ridha dan
menerima perekonomian kita itu sebagai satu ibadah. Soal untung atau rugi adalah
urusan Tuhan yang menurut David McClelland inilah need for achievement
tersebut yaitu bukan keuntungan semata yang ingin dicapai para wiraswastawan,