BAB IV PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.5. Sistem Ekonomi Dan Sosial Dalam Tubuh Rufaqa
4.5.2. Sistem Ekonomi
4.5.2.1. Sistem Ekonomi Islam Menurut Kehendak
Nyata bahwa ekonomi adalah satu keperluan hidup bagi manusia. Justru
itu, ia mesti dikendalikan dengan cara yang patut, adil, seksama, dan penuh kasih
sayang. Sama juga dalam keperluan-keperluan hidup manusia yang lain, Tuhan
tidak boleh dikesampingkan dalam berekonomi. Kalau ini terjadi, maka akibatnya
ekonomi tersebut akan memakan diri manusia itu sendiri karena itu akan merusak.
Di zaman ini, kegiatan dan interaksi melalui ekonomi telah diselewengkan oleh
pemahaman manusia terutama oleh pemahaman komunis dan kapitalis. Ia telah
dirusak dengan adanya riba, monopoli, mencari untung yang berlebihan dan
menjadikan untung itu sebagai satu-satunya tujuan dalam berekonomi. Akibatnya
justeru timbul penekanan, penindasan dan ketidakadilan. Lahirlah krisis, dan
kesusahan.. Dalam Islam, berekonomi bukan semata-mata untuk mencari untung.
Kalau untunglah hanya tujuannya pasti akan ada perebutan. Krisis dan
perselisihan pasti tidak dapat dihindarkan. Ekonomi Islam adalah berteraskan
kasih sayang. Seperti juga ibadah-ibadah yang lain, tujuan yang abstraknya adalah
material semata. Kalau keuntungan materiallah yang menjadi tujuan dalam
berekonomi, maka ekonomi tersebut tidak layak dikatakan sebagai ibadah. Ia
keluar dari syarat-syarat dan konsep ibadah. Ia tidak akan sampai kepada
keridhaan Tuhan. Tuhan juga tidak akan menerima usaha ekonomi itu sebagai
satu ibadah atau pengabdian diri kepada-Nya. Karena ibadah itu adalah apa-apa
kebaikan yang kita buat dengan diniatkan karena Allah. Allah adalah tujuan
ibadah. Kalau kita berekonomi karena menghendaki untung saja, maka Tuhan
akan berlepas diri daripada usaha kita itu karena kita berbuat bukan karena Dia.
Apabila Tuhan berlepas diri maka akan timbul bermacam-macam kerusakan yang
buruk dan negatif. Tidak akan terwujud kasih sayang sesama manusia. Kalau
perekonomian itu mendapat untung atau maju, akan ada orang yang dengki dan iri
hati pada kita, atau akan terjadi rebut-rebutan keuntungan dan akhirnya kita
merasa sombong. Kalau kita rugi pula, mungkin akan terjadi perselisihan sesama
pelaku ekonomi, ataupun kita akan kecewa dan berputus asa dan akhirnya usaha
kita itu tidak ada nilainya di Akhirat. Yang akhirnya tadi timbul tekan-menekan,
tindas-menindas dan ketidakadilan karena manusia mau cepat untung dan cepat
kaya. Hidup manusia menjadi susah, akibat berekonomi yang dibuat tidak karena
Tuhan. Sebenarnya, kalau kita berekonomi karena hendak mendapatkan Tuhan
lantas sukses yang kita usahakan tersebut maka akan bertambah jugalah iman dan
taqwa kita. Seterusnya lagi akan bertambahlah ukhuwah dan kasih sayang antara
kita dan kita akan lebih dekat kepada Tuhan. Kehidupan jadi mudah dan makmur.
Islam menganjurkan berekonomi bukan untuk mendapat untung semata tetapi
untuk mendapatkan taqwa. Inilah ekonomi Islam menurut kehendak Tuhan yang
Untung itu perkara mendatang, dalam Rufaqa rugi dalam berekonomi pun tidak
apa asalkan dapat taqwa.
a. Perbedaan Antara Sistem Ekonomi Menurut Kehendak Tuhan Dengan Sistem-sistem Ekonomi Yang Lain
1. Sistem Kapitalis atau Perdagangan Bebas.
Menurut Abu Dzar Taharem (2006:34) sistem ini menggalakkan
perdagangan milik persendirian. Dalam sistem ini, faktor-faktor pengeluaran
dimiliki oleh perniagaan persendirian. Orang-orang persendirianlah yang
membuat keputusan apa dan sebanyak mana barang atau jasa yang akan
dikeluarkan. Dalam sistem ini, peniaga atau pengusaha mesti membuat untung
untuk meneruskan perniagaan mereka. Perniagaan mereka bermotifkan
keuntungan. Setiap peniaga atau pengusaha mencoba untuk mendapatkan
sebanyak mungkin keuntungan yang ia peroleh. Kalau tidak ada untung, tidak
akan berniaga atau berekonomi. Dalam sistem kapitalis, modal utamanya ialah
uang dan tujuannya tentu untuk mendapatkan uang pula. Konsumen atau pembeli
bebas membuat pilihan atau kebijakan. Mereka dapat menentukan apa yang
mereka mau. Oleh karenanya timbul perebutan di kalangan peniaga untuk merebut
langganan/pembeli supaya dapat menghasilkan untung yang sebanyak mungkin.
Ini yang dinamakan persaingan. Sistem kapitalis mengandung unsur milik
persendirian, perniagaan bermotifkan keuntungan, persaingan dan kebebasan
konsumen/pembeli untuk memilih.
Kelemahan
Masih menurut Taharem, disebabkan sistem ini berjalan bebas tanpa
perkembangannya tidak dapat ditetapkan. Ada masa-masa dimana manusia akan
hilang pekerjaan. Mereka hilang sumber pendapatan dari berekonomi. Karenanya
itu barang dan jasa tidak dapat dijual dan perekonomian tidak dapat membuat
keuntungan. Petani dan penternak tidak dapat menjual hasil yang mereka
keluarkan. Kegiatan ekonomi menjadi bergerak perlahan atau terhenti. Jika
situasi ini berlaku sebentar, ia dinamakan kemerosotan ekonomi (recession).
Namun jika ia berlaku lama, ia dinamakan kemelesatan ekonomi (depression).
Kadangkala, juga terjadi peristiwa yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu
yang menyentuh biaya pengeluaran, harga barang dan jasa naik lebih tinggi dan
melebihi pendapatan dari konsumen. Alhasil hak pembelian yang dimiliki pembeli
pun berkurang. Barang dan jasa pun jadinya tidak banyak yang bisa dibeli. Ini
dinamakan inflasi. Inflasi dapat menyebabkan kemerosotan ekonomi karena
perniagaan atau penjualan tidak berjalan lancar. Para pengusaha-pengusaha yang
hanya mementingkan keuntungan tersebut tidak mempedulikan dampak negatif
dari perniagaan yang mereka jalankan terhadap masyarakat. Mereka
kadang-kadang tetap berjalan di atas kelemahan masyarakat untuk membuat keuntungan.
2. Sistem Komunis atau Sistem Ekonomi Terancang
Taharem (2006:36) dalam sistem ini, faktor-faktor pengeluaran dimiliki
dan diawasi sepenuhnya oleh kerajaan atau negara. Kerajaan atau negara yang
membuat keputusan tentang segala hal yang berhubungan dengan ekonomi. Itu
sebabnya ia dinamakan sistem terancang karena perjalanan ekonomi diawasi dan
tidak dibiarkan kepada penguasa-penguasa pasar secara bebas. Sistem ini
bertujuan supaya segala usaha ekonomi dimanfaatkan untuk negara dan bukan
Kelemahan
Sistem komunis ini tidak memberi hak dan kebebasan yang cukup kepada
rakyatnya untuk hidup mencari kekayaan. Mereka tidak diberi hak milik.
Segalanya untuk negara sehingga rakyatnya jadi miskin. Di kebanyakan negara
komunis dan sosialis, rata-rata rakyatnya miskin. Sistem ini bertentangan dengan
kemauan dan fitrah awal dari manusia. Manusia suka berusaha dan mendapat hasil
dari usaha mereka itu. Sangat sulit bagi manusia bila disuruh berusaha tetapi
hasilnya tidak nampak malahan dimanfaatkan oleh pihak lain. Disebabkan ini,
sistem ini tidak bermanfaat dan sangat menekan. Ia mustahil dapat dilaksanakan
tanpa menggunakan kekerasan dan paksaan. Kalau sistem kapitalis atau
perdagangan bebas merusakkan kemanusiaan karena manusia terlalu memburu
keuntungan, sistem komunis pun merusakkan kemanusiaan karena ia membunuh
jiwa manusia. Manusia ditekan, ditindas dan dipaksa membuat kerja bertentangan
dengan kemauan dan fitrah mereka. Manusia dijadikan robot, dijadikan alat atau
faktor ekonomi hingga mereka menjadi bodoh, dungu dan tidak berdaya saing
atau berdaya maju. Hilang watak manusia mereka. Inilah balasan Tuhan kepada
manusia yang menolak Tuhan. Orang berfaham sosialis dan komunis tidak
percaya Tuhan dan menolak Tuhan. Kalau sistem kapitalis mampu menyebabkan
manusia kehilangan Tuhan, dalam sistem komunis ini pula adalah bagi manusia
yang sudah tidak ada Tuhan. Yang jelas pada akhirnya, kedua-dua sistem ekonomi
ini tidak ada Tuhan di dalamnya.
3. Sistem Ekonomi Islam Menurut Kehendak Tuhan
Sistem ekonomi Islam tidak sama dengan sistem-sistem ekonomi yang
seperti sistem kapitalis atau sistem komunis. Ia adalah berpandukan wahyu dari
Allah. Sistem kapitalis dan komunis, walaupun pada lahirnya bertujuan untuk
mendatangkan manfaat bagi manusia tetapi disebabkan kurangnya akal, maka
sistem yang dicipta itu memakan tuannya sendiri. Kebaikannya sedikit tetapi
kerusakan yang dihasilkannya banyak. Ia merusak, menghancur dan
memusnahkan hati-hati manusia. Kedua sistem ini merupakan ciptaan akal
manusia yang hanya mengambil perkara-perkara lahiriah semata tanpa menitik
beratkan soal hati, roh dan jiwa manusia. Hasilnya, tujuan lahiriah itu sendiri tidak
tercapai dan manusia menderita. Yang kaya bertambah kaya dan yang miskin pula
bertambah miskin. Ekonomi Islam sangat berbeda. Di antara perbedaannya adalah
seperti berikut:
• Ekonomi Islam melibatkan Tuhan
Orang Islam berekonomi dengan niat karena Allah dan mengikut peraturan
dan hukum-hakam Allah. Tujuannya ialah untuk mendapat ridha dan kasih sayang
Allah. Aktivitias perekonomian itu sendiri dianggap zikir dan ibadah kepada
Allah. Ia adalah satu perjuangan untuk menegakkan Islam dan mengajak manusia
kepada Tuhan. Sesibuk apapun berekonomi, Allah tidak dilupakan. Berekonomi
secara Islam adalah di antara jalan untuk menambah ketaqwaan.
• Ekonomi Islam berlandaskan taqwa
Kegiatan ekonomi dalam Islam merupakan jalan untuk mencapai taqwa
dan melahirkan akhlak yang mulia. Ini adalah tuntutan Tuhan. Kalau dalam sistem
ekonomi kapitalis, modalnya uang untuk mendapatkan uang, tetapi dalam
ekonomi Islam, modalnya taqwa untuk mendapatkan taqwa. Dalam Islam,
syariat Tuhan. Ekonomi itu jihad dan ibadah. Oleh itu ia tidak boleh terkeluar dari
konsep dan syarat-syarat ibadah. Kegiatan ekonomi yang dibuat itu tidak haram
dan tidak melibatkan perkara-perkara yang haram. Ibadah asas atau mahdhah
seperti sholat, puasa dan sebagainya tidak boleh ditinggalkan.
• Ekonomi Islam penuh suasana kekeluargaan
Dalam premis perekonomian Islam di mana ada pemilik modal atau
pengurus dan pekerja, terjalin kemesraan dan kasih sayang seperti dalam satu
keluarga. Pengurus seperti ayah, para pekerja seperti anak. Ayah menjaga
keperluan lahir batin anak-anak. Ini termasuk pendidikan agama, makan minum,
pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya. Penguruslah tempat para pekerja
mengadu dan meminta tolong.
• Ekonomi Islam penuh kasih sayang
Islam menganggap berekonomi itu ibadah. Yaitu ibadah yang memberikan
manfaat kepada sesama manusia.
• Ekonomi Islam keuntungannya untuk masyarakat
Dalam ekonomi Islam, keuntungan ada dua bentuk. Satu adalah
keuntungan maknawi dan satu lagi keuntungan maddi (material). Islam mengajar
ahli ekonomi dan penjualnya untuk mengutamakan untung maknawi daripada
untung material. Ekonomi Islam lebih mementingkan tujuan kepada masyarakat
daripada mengumpulkan keuntungan material yang besar. Keuntungan material
kalaupun ada, harus disalurkan kepada masyarakat.
• Ekonomi Islam tidak ada hutang berunsur riba
Islam tidak membenarkan riba. Yaitu pinjaman yang berbunga tetapi untuk
mudharabah, musyarakah, berkorban dan sebagainya. Riba mengakibatkan
berbagai masalah dan krisis. Ia sangat menekan, menindas dan mencekik si
peminjam.
• Ekonomi Islam mementingkan insaniah
Dalam ekonomi Islam, insan yang terbina merupakan aset yang paling
penting. Pembangunan sumber daya manusia lebih utama dari pembangunan
material. Ekonomi Islam itu sendiri berasaskan iman dan taqwa. Kegiatan
ekonomi adalah salah satu cara untuk mencapai keuntungan spiritual, yaitu iman
dan taqwa. Ekonomi Islam bisa menghasilkan insan-insan yang soleh atau
orang-orang yang bersungguh-sungguh hendak menjadi orang-orang soleh.
• Ekonomi Islam bertujuankan Akhirat
Tujuan akhir ekonomi Islam ialah kebahagiaan di akhirat. Berekonomi itu
ibarat bercocok tanam. Hasilnya akan dituai di akhirat. Tidak ada perbedaan
berekonomi dengan ibadah-ibadah yang lain. Semuanya bertujuan untuk
mendapatkan keridhaan Allah.
• Ekonomi Islam masyarakat kaya individu miskin
Ekonomi Islam memberi banyak manfaat dan menguatkan masyarakat
lebih dari individu. Namun bila masyarakat kuat, kaya dan teguh, maka nasib
individu dalam masyarakat akan terjamin. Ekonomi Islam memberi peluang
kepada anggota masyarakat untuk mendapat pekerjaan dan untuk mendapat
sumber rezeki yang halal. Melalui ekonomi juga, tenaga manusia dapat
dimanfaatkan. Manusia jadi produktif dan ini dapat memakmurkan masyarakat
b. Tujuan Berekonomi Mengikuti Kehendak Tuhan
Untuk menegakkan ekonomi menurut kehendak Allah, yakni ekonomi
yang berjalan di atas hukum-hakam dan peraturan-peraturan Allah, maka ada
prinsip-prinsip tertentu yang patut difahami. Ini adalah untuk menentukan seluruh
kegiatan dan aktivitas ekonomi yang dijalankan dapat dijadikan ibadah, dapat
dijadikan sebagai suatu perjuangan untuk mendapatkan keridhaan Allah dan
dijadikan salah satu faktor dalam membentuk dan menegakkan sistem hidup
secara Islam di muka bumi terutama dalam bidang ekonomi. Tujuan berekonomi
secara umumnya adalah untuk mendapat keridhaan Tuhan. Secara khususnya pula
adalah seperti berikut:
1. Melahirkan kehidupan islam dalam berekonomi.
2. Dengan berekonomi memudahkan melakukan ibadah-ibadah asas.
3. Untuk membangun fardhu kifayah
4. Untuk memberikan layanan kepada masyarakat
5. Untuk dapat berdikari dan tidak bergantung kepada orang bukan islam,
dengan itu kita merdeka
6. Untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan efisien dan
menghindarkan pembaziran
7. Untuk mencegah monopoli dan penyalahgunaan atas bahan-bahan
keperluan orang banyak
8. Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat
9. Untuk mensyukuri nikmat Allah
10.Untuk menjadi sebaik-baik manusia melalui pemberian layanan kepada
11. Untuk berhubungan, berkenalan dan berkasih sayang sesama manusia
c. Sifat dan Hakikat Ekonomi Islam 1. Sifat-sifat Ekonomi Islam
Seperti yang telah diperkatakan berulang-ulang kali sebelum ini,
berekonomi adalah untuk mendapat ridha Allah. Untuk itu, beberapa prinsip perlu
kita perhatikan dan amalkan dalam berekonomi. Di antaranya adalah seperti
berikut:
a. Bersih dari riba.
Ianya haruslah bersih dari riba. Termasuklah itu pinjaman dari bank
konvensional yang mengenakan bunga yang tetap untuk jangka waktu yang tetap.
b. Bersih dari perkara atau aktivitas haram.
Ianya mestilah bersih dari perkara-perkara atau aktivitas-aktivitas yang
haram seperti menjual daging babi, arak, berjudi dan sebagainya.
c. Bersih dari penindasan.
Harga barang-barang tidak boleh terlalu mahal terutama barang-barang
pokok sehingga menyusahkan para pembeli atau pengguna.
d. Bersih dari monopoli.
Ia harus bersih dan bebas dari monopoli. Karena sangat nyata membawa
penindasan dan kesengsaraan kepada pembeli atau rakyat karena hanya
mementingkan keuntungan material semata-mata.
e. Bersih dari hutang.
Ia mesti bersih dari hutang yang tidak dibayar. Islam tidak menganjurkan
kita berhutang. Kalau terpaksa berhutang, tentukan bahwa itu dibayar mengikuti
f. Bersih dari unsur-unsur bertegang rasa atau kemarahan.
Ia mesti bersih dari unsur-unsur bertegang rasa atau marah seperti harga
yang terlalu mahal, tidak mau melayani pelanggan atau mengambil sikap acuh tak
acuh terhadap pelanggan, dan lain-lain.
g. Bersih dari penipuan.
Ia mesti bersih dari berbohong dan menipu, dari segi nilai harga atau
kualitas dan mutu barang yang dijual, dari segi perjanjian dan kontrak, dari segi
hubungan kerja sama dan lain-lain.
h. Bersih dari hal yang melalaikan.
Ia mesti bersih dari hal yang melalaikan. Tidak boleh terlalu sibuk
berekonomi hingga lalai mengerjakan sholat, atau lalai membuat ibadah-ibadah
yang lain dan lalai menuntut ilmu.
2. Hakikat Ekonomi Islam
Setiap orang yang terlibat dengan ekonomi Islam perlulah memahami
hakikat berekonomi dalam Islam yang sebenarnya supaya dia tidak tertipu dengan
dunia. Dalam berekonomi, kita harus merasakan bahwa seluruh aset, sumber dan
tenaga yang digunakan dalam berekonomi itu adalah milik Allah semata-mata dan
bukan milik kita. Hanya saja Tuhan telah memilih kita untuk mengendalikan dan
mengelola aset-aset dan sumber-sumber tersebut untuk kebaikan sesama manusia
dan untuk memenuhi keperluan manusia sesuai dengan peraturan dan syariat yang
telah ditetapkan-Nya. Dengan kata lain, kita berekonomi adalah sebagai
pengabdian diri kepada Allah dan untuk mendapat ridha dan kasih sayang-Nya.
Keuntungan bukan nilai utama,karena ia pasti akan digunakan dan dikorbankan
dapat pahala di dunia dan juga pahala di akhriat. Pahala di dunia adalah
keuntungan yang halal dan berkat hasil dari dia berekonomi dan pahala di akhirat
ialah ganjaran yang Allah telah sediakan baginya di Syurga.
d. Tiga Peringkat Ekonomi Islam
Berbeda dengan sistem ekonomi ciptaan akal fikiran manusia yang sangat
berorientasikan keuntungan material dan duniawi, yang berusaha mendapatkan
sebesar-besarnya keuntungan dari sekecil-kecilnya modal dan usaha, sistem
ekonomi Islam menurut kehendak Tuhan lebih mementingkan aspek ibadah,
perjuangan, pembangunan insan dan menegakkan hukum-hukum Allah. Dalam
Islam, kegiatan ekonomi merupakan wadah untuk membina insaniah manusia
yang terlibat di dalamnya. Karena itu ada tiga peringkat ekonomi dalam Islam
yaitu:
1. Ekonomi fardhu kifayah
2. Ekonomi komersial
3. Ekonomi strategi
1. Ekonomi Fardhu Kifayah
Ini adalah ekonomi yang dibangunkan bukan dengan tujuan untuk
mendapat keuntungan material tetapi untuk melahirkan kehidupan Islam di
kalangan masyarakat khususnya di bidang ekonomi dan untuk memenuhi
keperluan hidup asas umat Islam. Walaupun akan menempuh kerugian material
atau tidak untung, ekonomi fardhu kifayah wajib juga dibangunkan. Kalau tidak,
maka seluruh umat Islam di kawasan, atau kampung yang berkenaan akan
perniagaan fardhu kifayah itu akan menghadapi kerugian. Ada juga yang
mendapat keuntungan material walaupun ini bukan tujuan utama. Contohnya, di
dalam satu kawasan kampung yang banyak penduduknya terdiri dari orang Islam
tetapi tidak ada kedai kebutuhan sehari-hari tempat penduduk bisa mendapatkan
keperluan kehidupan harian, sehingga ini bisa menyusahkan mereka, atau mereka
terpaksa pergi jauh untuk mendapatkan keperluan tersebut atau mereka terpaksa
membelinya dari kedai orang bukan Islam, maka fardhu kifayah hukumnya bagi
umat Islam membuka kedai kebutuhan sehari-hari di kawasan, kampung itu.
Sekiranya ada orang Islam yang membukanya, maka terlepaslah semua penduduk
Islam di tempat itu daripada dosa. Kalau tidak, berdosalah semua umat Islam di
tempat itu karena telah mengabaikan kewajiban fardhu kifayah.
2. Ekonomi Komersial
Ini adalah ekonomi yang berorientasikan keuntungan material, tetapi tetap
dengan mematuhi adab-adab dan hukum-hukum berekonomi menurut Islam. Di
antara beberapa tujuan ekonomi komersial adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan keuntungan guna menyokong dan menguatkan ekonomi
fardhu kifayah yang tidak berorientasikan keuntungan material dan untuk
menyokong usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang lain bagi keperluan dan
kebaikan masyarakat Islam.
b. Untuk mendapatkan kemudahan hidup atau kekayaan. Rasa ingin kaya itu
adalah fitrah manusia. Islam tidak melarang usaha umatnya hendak menjadi
kaya asalkan usaha itu tidak keluar dari batas-batas dan peraturan yang telah
c. Untuk memudahkan usaha menghadapi penentang-penentang agama dan
kebenaran. Kecantikan sistem ekonomi Islam yang sesuai dengan fitrah
manusia bisa membuat orang-orang bukan Islam tersentuh dan terpikat
hingga mau masuk ke dalam agama Islam.
d. Untuk mengelola kekayaan alam agar tidak jatuh ke tangan para penentang
kebenaran atau ke tangan orang yang mendurhakai Allah karena mereka
akan menyalahgunakannya. Sedangkan jika kekayaan alam tersebut
dikendalikan melalui sistem ekonomi Islam, ia akan dimanfaatkan dengan
penuh cemas dan rasa tanggungjawab.
e. Untuk membangun kemajuan dan peradaban Islam supaya umat Islam
disegani, dihormati dan ditakut i oleh penentang-penentang kebenaran.
Mereka akan menjadi penaung dan pembela kepada umat-umat yang lain.
f. Supaya kekuatan ekonomi berada di tangan umat Islam. Kekuatan ekonomi
ialah kekuatan tambahan yang utama bagi umat Islam selain iman, ukhuwah
dan kesefahaman dan keselarasan.
g. Untuk menunjukkan syiar bahwa umat Islam rajin, kuat berusaha, berdikari,
produktif dan memberi manfaat kepada masyarakat dan manusia lain.
3. Ekonomi Strategi
Ini ialah ekonomi yang dibangunkan untuk maksud-maksud tertentu,
sesuai dengan keadaan waktu dan tempat. Ekonomi strategi bukan untuk
a. Berniaga di satu tempat yang strategis dan bisa menguntungkan untuk
membiayai perekonomian di tempat lain yang perlu tetapi kurang
menguntungkan.
b. Untuk bersaing dengan pelaku-pelaku ekonomi di tempat-tempat tertentu
yang mengamalkan monopoli dan oleh sebab itu mereka meletakkan harga
yang mahal dan menindas masyarakat.
c. Untuk menyaingi para pelaku-pelaku ekonomi yang lain yang menganiaya
masyarakat dengan membeli hasil produksi atau barang keluaran mereka
dengan harga yang murah kemudian diproses dan dijual di pasaran dengan
harga yang mahal. Tujuan ekonomi strategi ini tidak ada batasnya. Ia
mengikuti keperluan.