• Tidak ada hasil yang ditemukan

Religiusitas Dan Aktivitas Ekonomi Pada Rufaga International (Studi Deskriptif Pada Rufaqa Pekanbaru)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Religiusitas Dan Aktivitas Ekonomi Pada Rufaga International (Studi Deskriptif Pada Rufaqa Pekanbaru)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

RELIGIUSITAS DAN AKTIVITAS EKONOMI

PADA RUFAQA INTERNASIONAL

( Studi Deskriptif Pada Rufaqa Pekanbaru )

SKRIPSI

Oleh :

Zulfahriani Putri S Pane 020901010

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ‘alaa kulli hal yang bisa penulis ucapkan diawal kata atas

selesainya perkuliahan dan juga atas selesainya penyusunan skripsi yang berjudul:

“Religiusitas dan Aktivitas Ekonomi Pada Rufaqa Internasional” (Studi Deskriptif Pada Rufaqa Pekanbaru). Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai

hambatan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, kepustakaan dan

materi penulis. Namun, semua karena pemberian Allah subhanahu wa ta’ala yang

memberi kesabaran, kemauan serta kesehatan penulis pada saat-saat mengalami

kesulitan. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan,

kritikan, saran, motivasi serta dukungan dan terutama doa dari berbagai pihak,

oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan memberi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. DR. Arief Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Badaruddin, MA, selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Rosmiani, MA, selaku sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu

(3)

4. Ibu Harmona Daulay, S.Sos. M.Si selaku dosen pembimbing penulis, yang

telah banyak memberikan waktu, tenaga, dan pemikiran dalam membimbing

dan mengarahkan penulis serta dengan penuh kesabaran sampai selesai

penulisan skripsi ini.

5. Dra. Ria Manurung, M.Si selaku dosen wali penulis, yang telah membimbing

penulis semenjak semester pertama sampai pada penyelesaian skripsi ini.

6. Khusus kepada kedua orang tuaku tersayang Ayahanda Drs. Amran S. Pane

dan Ibunda Aina Sulastri telah melahirkan dan membesarkan penulis dengan

penuh kasih sayang serta selalu memberi nasehat, motivasi, perhatian dan

do’a yang tak putus-putusnya bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Teristimewa untuk suamiku tercinta Junaidi Caisaria, S.Si atas semua cinta

dan sayangmu, atas semua pengorbananmu untuk terselesaikannya ‘amanah’

dari mamak dan ayah ini. Dan untuk ‘calon jundi’ kita yang tak pernah

merepotkan ummi nya.

8. Untuk adik-adikku yang tersayang. Adikku Fitria Ramadhani, do’aku semoga

engkau cepat jadi dokter yang sholih agama dan sholih sosial. Adikku Ahmad

Khairiza, begitu banyak harapan mamak padamu dan do’aku menjadilah apa

yang diinginkan mamak dan ayah padamu.

9. Terima kasihku juga buat teman-temanku Sosiologi ’02: Sariomas, Intan

Dalimunthe, Intan Permata Sari, Mahyani, Inneke Rahma Dewi, Mona

Hutagalung, Citra Rasyid, Witha Adriati, Juni Avanty, dan seluruh anak

Sosioligi ’02, semoga sukses buat kita semua.

10.Kepada seluruh informan penelitian ini: Pak Wahyudin, Pak Fauzan, Pak

(4)

banyak meluangkan waktunya dan memberi informasi yang sesuai dengan

permasalahan penelitian, sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian,

dan penulis bisa menulis laporan penelitian yang berbentuk skripsi ini.

11.Dan kepada semua sanak keluarga, yang telah banyak memberikan dukungan

semangat serta doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran begitu juga

waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari

skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati

penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca.

Besar harapan penulis kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, November 2007

Penulis

(5)

ABSTRAKSI

Rufaqa adalah gerakan sosial sekaligus merupakan sekelompok muslim yang lahir untuk mengbendung meluasnya pengaruh kehidupan moderen yang berkiblat kepada peradaban barat yang sekuler dan materialistik serta individualis, hal ini setidaknya dibuktikan dari ungkapan pemimpin tertinggi Rufaqa, Ashaari Muhammad yang mengaku prihatin dengan kondisi umat Islam yang jauh dari nilai-nilai Islam tetapi dekat dengan nilai-nilai barat (Arifin.dkk,1996:121). Dan akhirnya Rufaqa mampu membangun eksistensi diri sebagai komunitas Islamiyah di tengah pengaruh kemoderenan dengan tidak meninggalkan nilai keislaman.

Rufaqa melihat adanya suatu bahaya dari kemungkinan terpuruknya ekonomi kaum muslim yang belum maksimal dengan adanya system ekonomi kapitalis yang sangat menggurita. Oleh sebab itu, Rufaqa memacu orang-orang di dalamnya untuk mampu bersaing dalam bidang ekonomi dunia secara sehat dan menanamkan etos kerja di antara anggotanya bahwa berekonomi itu sebagai bagian dari ibadah. Akhirnya Rufaqa mampu membangun sebuah komunitas keislaman yang memiliki etos kerja tinggi serta mempu pula membangun sebuah konglomerasi ekonomi yang bersifat koperatif. Dengan demikian, fakta membuktikan jika secara mayoritas terdapat suatu prasangka negatif atau menurut Qodri Azizy (2004:24) adanya kontradiktif antara semangat ajaran Islam dengan realita umatnya, yang menganggap bahwa orang-orang Islam sebagai umat pemalas yang tidak mungkin dapat bersaing dengan orang-orang diluarnya tidak berlaku bagi komunitas Rufaqa.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR….………….………..i

DAFTAR ISI………..………...iv

DAFTAR TABEL………..………...………….vii

DAFTAR SKEMA………...………..…...………..…………viii

ABSTRAKSI………...……….………….…ix

BAB I PENDAHULUAN………….………..1

1. 1. Latar Belakang Masalah………...………...1

1. 2. Perumusan Masalah………...…………11

1. 3. Tujuan Penelitian………..….11

1. 4. Manfaat Penelitian………...11

1. 5. Defenisi Konsep………...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….………..14

BAB III METODE PENELITIAN……….19

3.1. Jenis Penelitian………...……….19

3.2. Lokasi Penelitian………...………..19

3.3. Unit Analisis dan Informan………….………..…..20

3.4. Teknik Pengumpulan Data………...……...21

3.5. Interpretasi Data………..…22

(7)

3.7. Keterbatasan Penelitian………...…..…….….36

BAB IV PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN...25

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..……..25

4.1.1. Sekilas Tentang Kota Pekanbaru………...25

4.1.2. Kondisi Geografis Pekanbaru……….….33

4.2. Profil Informan Penelitian………...……...34

4.3. Berkembangnya Rufaqa Pekanbaru………...…………...….38

4.4. Nilai-nilai Keislaman Sebagai Motivasi Berekonomi………61

4.5. Sistem Ekonomi Dan Sosial Dalam Tubuh Rufaqa…………...72

4.5.1. Sistem Sosial………..………..………..72

4.5.2. Sistem Ekonomi……….………76

4.5.2.1. Sistem Ekonomi Islam Menurut Kehendak Tuhan………..………...…79

a. Perbedaan Antara Sistem Ekonomi Menurut Kehendak Tuhan Dengan Sistem-Sistem Ekonomi Yang Lain...81

b. Tujuan Berekonomi Mengikuti Kehendak Tuhan………...87

c. Sifat Dan Hakikat Ekonomi Islam………...88

d. Tiga Peringkat Ekonomi Islam………....90

4.6. Eksklusivitas Rufaqa…..………..…………...…...93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...………..……....105

(8)

5.2. Saran……….….111

DAFTAR PUSTAKA……….112

LAMPIRAN

1. Surat Penelitian

2. Surat Keputusan PBNU Tentang Rufaqa Tahun 1994

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jadwal Kegiatan………..……….23

2. Banyaknya Desa/ Kelurahan, RW, RT Dirinci Menurut Bentuk Desa Dalam

Kota Pekanbaru Tahun 2000………...……….27

3. Nama-Nama Desa/Kelurahan Dirinci Menurut Status dan Kecamatan Kota

(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman

1. Tiga Asas Kekuatan Perusahaan………...……..……….45

(11)

ABSTRAKSI

Rufaqa adalah gerakan sosial sekaligus merupakan sekelompok muslim yang lahir untuk mengbendung meluasnya pengaruh kehidupan moderen yang berkiblat kepada peradaban barat yang sekuler dan materialistik serta individualis, hal ini setidaknya dibuktikan dari ungkapan pemimpin tertinggi Rufaqa, Ashaari Muhammad yang mengaku prihatin dengan kondisi umat Islam yang jauh dari nilai-nilai Islam tetapi dekat dengan nilai-nilai barat (Arifin.dkk,1996:121). Dan akhirnya Rufaqa mampu membangun eksistensi diri sebagai komunitas Islamiyah di tengah pengaruh kemoderenan dengan tidak meninggalkan nilai keislaman.

Rufaqa melihat adanya suatu bahaya dari kemungkinan terpuruknya ekonomi kaum muslim yang belum maksimal dengan adanya system ekonomi kapitalis yang sangat menggurita. Oleh sebab itu, Rufaqa memacu orang-orang di dalamnya untuk mampu bersaing dalam bidang ekonomi dunia secara sehat dan menanamkan etos kerja di antara anggotanya bahwa berekonomi itu sebagai bagian dari ibadah. Akhirnya Rufaqa mampu membangun sebuah komunitas keislaman yang memiliki etos kerja tinggi serta mempu pula membangun sebuah konglomerasi ekonomi yang bersifat koperatif. Dengan demikian, fakta membuktikan jika secara mayoritas terdapat suatu prasangka negatif atau menurut Qodri Azizy (2004:24) adanya kontradiktif antara semangat ajaran Islam dengan realita umatnya, yang menganggap bahwa orang-orang Islam sebagai umat pemalas yang tidak mungkin dapat bersaing dengan orang-orang diluarnya tidak berlaku bagi komunitas Rufaqa.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Namun

kondisi muslim yang banyak tersebut tidak menjadikan Indonesia maju dalam

berbagai bidang kehidupan terlebih untuk maju pada bidang perekonomian. Umat

yang banyak ini tidak mampu menjadi modal utama untuk kemajuan

perekonomian Indonesia secara universal, karena pada zaman sekarang ini tidak

sedikit kita menyaksikan umat Islam yang dalam urusan perekonomiannya

sangatlah memprihatinkan. Mereka banyak mengalami masalah dalam

perekonomian sehari-hari. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut

terjadi. Yang paling dominan, tidak jarang mereka kurang peka terhadap ajaran

agama mereka, yang sebenarnya ajaran agama itu sangat baik dalam membantu

mereka menyelesaikan masalah perekonomian yang melilit kehidupan mereka

sehari-hari. Serta tidak sedikit pula dari mereka yang sering salah dalam

mengambil arti yang tersirat dalam ajaran agama tersebut yaitu Islam. Kesalahan

ini terutama sekali disebabkan oleh kesalahan pemahaman dan penafsiran

terhadap ajaran Islam. Ajaran dalam praktek, yang biasanya diyakini oleh

mayoritas mereka dan terkadang juga terjadi pada mereka yang sudah faham

dengan ajaran agama itu, dimana kadangkala mereka tidak dapat menyentuh

tuntutan ekonomi. Mungkin saja itu yang menyebabkan munculnya stigma bahwa

ajaran-ajaran agama seperti menjauh dari hiruk pikuk keduniaan dan

(13)

sholat, zakat dan puasa tanpa mungkin menyentuh aspek keduniaan seperti

kemajuan perekonomian. Yaitu, ajaran-ajaran yang pada intinya menjauh dari

hiruk-pikuk keduniaan dan memfokuskan pada keakhiratan berupa ibadah murni.

Alhasil, terjadi banyak kontradiktif (Azizy,2004:23). Kontradiktif antara ideal

ajaran Islam dengan realita umatnya, kontradiktif antara istilah ajaran Islam

dengan pemaknaannya dan sekaligus pada prakteknya, kontradiktif antara sasaran

inti dari ajaran agama Islam dengan pemahaman yang kemudian menghambat

kemajuan keduniaan. Yang pada intinya adalah terjadi kontradiktif antara

semangat ajaran Islam itu sendiri yang menyuruh umatnya sukses keduniaan

dengan realita umat yang mayoritas terbelakang dalam pelbagai aspek kehidupan

(Azizy,2004:24).

Padahal idealnya, sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya,

menghadapi era globalisasi khususnya dunia perekonomian semestinya tidak

masalah. Bukan saja Islam yang mempunyai watak kosmopolitan, namun juga isi

ajarannya banyak mengandung nilai-nilai universal. Lebih dari itu, Islam pada

hakikatnya mengajak umatnya pada kemajuan bukan keterbelakangan. Islam

sebagai agama dan ideologi sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras

(Al-Balad:4); tidak melupakan kerja setelah beribadah (QS.Al Jumuah:10); dan hadits

yang menyatakan pentingnya generasi (umat) yang kuat ketimbang yang lemah

dan tidak boleh menggantungkan diri pada orang lain (HR.Tirmidji); serta

beberapa ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk menjalankan

kegiatan/aktivitas ekonominya secara baik, profesional, sistematis dan kontiniutas.

Jika ideal ajaran Islam adalah seperti yang tergambarkan diatas, ternyata

(14)

pemeluknya. Kita sering menyaksikan kekurangan, keterbelakangan,

ketidakberesan pada sebagian umat Islam, dan hal-hal negatif lainnya. Terlebih

hal negatif ini akan sangat berdampak pada perekonomian mereka. Namun kita

masih bisa menyaksikan umat Islam lainnya yang bisa maju dalam bidang

perekonomian, tapi aktivitas perekonomian mereka adalah aktivitas perekonomian

yang sebenarnya merupakan perekonomian model barat bukan perekonomian

berdasarkan ajaran Islam. Mereka yang maju dalam perekonomian belum mampu

menjadikan ajaran ideal Islam sebagai landasan atau sistem baru dalam

berekonomi.

Kita mengetahui bahwa di dunia ini ada banyak sekali sistem ekonomi.

Mulai dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan atau welfare

state (Chapra,1999:2). Dan yang paling menggurita adalah sistem ekonomi

kapitalis. Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem yang sangat mengutamakan

kepemilikan modal, karena bagaimanapun kapitalisme bertujuan memenangkan

pertarungan ekonomi dengan menggunakan kekuatan modal (capital) secara

efektif dan efisien. Di Indonesia sendiri, sistem ini sangat kuat dan hampir

menyentuh seluruh aktivitas perekonomian Indonesia. Mulai dari usaha ekonomi

mikro sampai makro. Dari proses jual beli di pasar tradisional sampai bisnis besar

restoran cepat saji (fast-food) seperti McDonalds yang merupakan produk dari

kapitalisme buatan Amerika Serikat.

Ditengah kegundahan tidak ada lawan yang sepadan untuk kapitalisme,

sistem lama yang dikenalkan oleh Islam menjadi alternatif baru yang menjanjikan.

Sistem ekonomi itu disebut sistem ekonomi Islam. Ekonomi Islam adalah sistem

(15)

umat Islam, Al Qur’an serta Al Hadist. Al Qur’an bukan saja berisikan ibadah

ritual saja, tetapi juga bermuatan berbagai disiplin ilmu, diantaranya, syariah.

Syariah ini yang sekarang dikenal sebagai basis utama sistem ekonomi Islam.

Berbeda dengan faham-faham ekonomi lain yang hanya menguntungkan salah

satu pihak, dimana kapitalisme bersifat individual atau sosialisme yang bersifat

kolektivitas, ekonomi Islam menekankan pada keadilan dan kesejahteraan yang

transparan untuk semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi tersebut.

Baik itu pemilik modal, pemerintah, masyarakat maupun pekerja. Semua harus

sama-sama untung dan sama-sama rugi sesuai dengan modal dan keringat yang

telah dikorbankan.

Harus diakui bahwa potensi pengembangan ekonomi Islam masih sangat

lemah, tidak sedikit orang Islam yang menjalankan aktivitas perekonomiannya

dengan mengaplikasikan model perekonomian barat yang jelas saja jauh dari

nilai-nilai keislaman. Sehingga kalaupun pengusaha maupun pedagang-pedagang

muslim menjalankan perdagangannya, itu bukan karena dorongan agama atau

bukan berangkat dari nilai agama tetapi karena kepentingan mendapat laba semata

atau mungkin karena sentimen rasial dan suku. Misal pada suku Minangkabau

yang terkenal sebagai suku yang mahir berdagang. Stigma-stigma sosial seperti

inilah salah satu pengaruhnya, bukan karena berangkat dari nilai-nilai agama yang

memerintahkan untuk bisnis dan etos kerja. Dikotomi antara ajaran agama ritual

dengan persoalan perekonomian menjadi bagian dari hidup masyarakat Islam pada

umumnya. Seharusnya, ajaran Islam bisa mendidik umatnya (setidaknya

sebagiannya) menjadi kaya melalui aktivitas perekonomian dengan menjalankan

(16)

inspirasi, dasar, landasan hidup, tujuan dalam membangun ekonomi dan

keduniaan. Ini yang harus diciptakan untuk mengubah Islam realita yang

kebanyakan berkonotasi negatif. Sudah seharusnya dikembangkan ekonomi Islam,

bisnis Islam, dimana Islam menjadi landasan, dasar dan inspirasi kemajuan umat

Islam di dunia.

Beberapa tahun ini sudah banyak kita lihat tokoh-tokoh besar Islam, sebut

saja para cendekiawan muslim, pemikir Islam, para kiyai ataupun ustadz yang

mulai melaksanakan aktivitas perekonomian seiring dengan aktivitas ritual

keislaman. Mereka mulai membicarakan bahkan melaksanakan konsep-konsep

etika bisnis, perdagangan, usaha dan semacamnya yang tentunya di landasi oleh

nilai-nilai keislaman. Karena kita ketahui bahwa para pemuka-pemuka Islam

inilah yang bisa menjadi modal awal kebangkitan ekonomi Islam. Hal ini karena

mereka banyak mengetahui tentang ajaran ideal Islam yang bisa diterapkan

langsung di segala bidang kehidupan terlebih pada bidang perekonomian. Coba

saja kita pikirkan bila pembahasan tentang perekonomian tidak masuk dalam

topik pengajian atau diskusi-diskusi keislaman. Hal ini akan memunculkan

persoalan baru yaitu adanya pemisahan antara dunia dan agama. Dunia

usaha/ekonomi adalah sekuler, sedangkan pengajian adalah urusan agama atau

akhirat. Agama menyempit hanya berurusan dengan ibadah mahdhah/ritual saja.

Dipihak lain, oleh karena pengajian hanya penuh dengan urusan ibadah murni,

maka sering terjadi salah faham bahwa agama menjadi penghambat kemajuan

ekonomi. Alhasil, agama dalam hal ini Islam, tidak mampu berperan sebagai etika

perekonomian dan sekaligus tidak mampu menjadi motivasi dan landasan untuk

(17)

bukan hal seperti ini yang kita inginkan.

Sebagai contoh konkrit dari pengaplikasian nilai-nilai Islam kedalam

aktivitas perekonomian adalah keberhasilan yang telah diperoleh ustadz muda asal

kota kembang, Bandung, Jawa Barat, Abdullah Gymnastiar atau lebih dikenal

dengan sapaan Aa’ Gym. Aktivitas perekonomiannya berpusat di Pesantren

Daarut Tauhid, Gegerkalong Girang, Bandung, Jawa Barat. Daruut Tauhid yang

disingkat DT dirintis oleh Aa’ Gym bersama rekan-rekannya yang memiliki

semangat keislaman sekaligus kewiraswastaan agar bisa mandiri. Dengan

bermodalkan Rp.500 ribu, Aa’ Gym mengembangkan sayapnya dengan menyewa

lalu membeli kamar kontrakan yang pada akhirnya membeli rumah kontrakan

tersebut. Saat ini asset yang dimiliki DT bisa mencapai lebih dari 1,7 miliar

(Multitama Communications,2004:10). Pada tahun 2002, Aa’ Gym dengan

semangat membangkitkan ekonomi umat, telah mendirikan beberapa perusahaan

yakni Manajemen Qalbun Salim (MQS), MQ media, MQ FM, PT Manajemen

Qalbu Fashion, PT Manajemen Qalbu Quality, MQ Communication, MQ

Electronic, MQ IT (Information Technology), MQ TV, MQ Consumer Foods dan

MQ Publication. Semua itu tergabung dalam holding company yakni PT.

Manajemen Qalbu (Multitama Communications,2004:11).

Yang lainnya adalah Dr. M. Syafi'i Antonio, M.Sc (Nio Cwan Chung),

salah seorang direktur Bank Muamalat. Antonio selalu berbicara masalah

ekonomi Islam, ia berbicara tentang zakat harta, zakat penghasilan, bunga bank,

dan lain-lain. Antonio memang pernah belajar tentang bank Islam, asuransi

takaful, tabungan haji, dan lembaga pembangunan ekonomi Islam Malaysia ketika

(18)

mempelajari syariah, ia melihat dualisme di kalangan intelektual muslim. Di satu

sisi, katanya ulama menguasai syariah yang berkonsentrasi pada urusan wudhu,

batal atau tidaknya bersentuhan kulit lelaki dan wanita, tapi mereka lupa

bagaimana umat mengambil dana dari bank, stock market, atau bagaimana

seharusnya leasing berjalan. "Pendeknya, perkenalan Islam dengan dunia ekonomi

kurang," kata Syafi'i Antonio. Sementara itu, di sisi lain para bankir muslim

terlalu asyik dengan dunianya. Mereka lupa, kata Antonio, bahwa Islam juga

punya khasanah dan perbendaharaan konsep ekonomi yang bagus. Dua dunia ini,

para ulama dan para praktisi, bagi Antonio harus bertemu. Karena dualisme itu

yang membuat Islam di mata orang Cina identik dengan keterbelakangan. Tekad

Antonio tersebut tersalurkan lewat paguyuban Kontak Bisnis Haji Karim Oey.

Lembaga yang dipimpin Antonio ini bertujuan melakukan pendekatan dakwah

untuk masyarakat keturunan Cina. Program kontak bisnis Karim Oey ini

sederhana. Mereka mencoba menghimpun potensi yang ada, seperti para bankir,

industriwan, pemilik HPH, kontraktor, dan pemilik percetakan. Kontak bisnis

merupakan ajang silaturahmi, dakwah, dan bisnis. Adalah Baitul Mal wa Tamwil

(BMT), konsep lain yang ditawarkan Antonio. Ini sudah diterapkan Antonio.

Modal awal BMT ini mereka kumpulkan dari uang tabungan mahasiswa: Rp 4,7

juta. Lalu modal tersebut mereka pinjamkan pada tukang bajigur, tukang sayur,

dan pedagang kecil lainnya. Mula-mula mereka mampu memberi pinjaman paling

besar Rp 100 ribu, lalu meningkat menjadi Rp 200 ribu, dan akhirnya menjadi Rp

1 juta. Hanya dalam waktu 20 bulan, aset BMT tersebut telah menjadi Rp 250

juta. Dan kini BMT itu telah berubah menjadi BPR Syariah. Konsep ini diterima

(19)

ditiru Asosiasi Bank Syariah (Asbisindo) di Bandung, yang kini telah memiliki

sekitar 50 BMT. Bahkan Presiden Soeharto telah mencanangkan bahwa BMT

sebagai salah satu media pengentasan kemiskinan (Majalah GATRA, Edisi

14:1996).

Belum optimalnya kinerja ekonomi Indonesia telah dirasakan sejak

beberapa tahun terakhir. Krisis memang sudah dilalui hampir 8 tahun lalu, namun

banyak yang merasakan pengaruh krisis masih belum sepenuhnya hilang. Karena

itu menjadi tantangan bagi kita semua mengupayakan agar kekuatan dan kinerja

ekonomi pulih seperti sediakala, bahkan bisa lebih baik lagi di masa mendatang

melalui perbaikan sistem perekonomian. Ada alternatif sistem yang ditawarkan

oleh Islam yang mungkin saja menjadikan sistem ekonomi raksasa seperti

kapitalisme pun “takut”, yakni sistem ekonomi Islam yang sekarang lebih dikenal

dengan ekonomi syari’ah. Banyak tokoh Islam ataupun para pemikir Islam yang

tergabung dalam sustu komunitas keislaman telah menjalankan sistem ini. Dan

hasilnya sangat mengagumkan. Lihat saja yang terjadi pada Rufaqa Internasional.

Rufaqa Internasional merupakan metamorfosis Darul Arqam, organisasi yang

dinyatakan terlarang oleh Pemerintah Malaysia pada 1994. Darul Arqam ataupun

yang sekarang berganti nama menjadi Rufaqa Internasional adalah organisasi

yang sebenarnya bermula dari kelompok-kelompok pengajian yang kecil. Abuya

Syaikh Imam Ashaari Muhammad at-Tamimi, pimpinan tertinggi spritual Darul

Arqam, dipaksa bertaubat di depan Dewan Fatwa Malaysia. Nama Al-Arqam pun

harus ditanggalkan. Organisasi ini, termasuk yang di Indonesia, pun bubar. Meski

Darul Arqam harus tutup buku, spirit anggotanya tetap menyala. Pada 1997,

(20)

Rufaqa tetap memelihara konsep Imam Mahdi. Di Indonesia, komunitas ini

muncul dengan nama Hawariyun. Tahun 2000, Hawariyun di Indonesia dan

Rufaqa Malaysia bergabung menjadi Zumala Group International. Dua tahun

kemudian berubah menjadi Rufaqa International

Rufaqa merintis sebuah "bandar" (komunitas) di kawasan Bukit Sentul.

Mereka, kurang lebih meliputi 24 keluarga yang mukim terpencar-pencar di

cluster Victoria, Udayana, Bukit Golf, dan Amsterdam di kawasan Bukit Sentul.

Jumlah itu tersebar dalam 18 rumah dengan penghuni sekitar 100 orang. Di

Bintaro Jaya, mereka telah punya Suq Al-Anshar, pasar swalayan yang cukup

besar. Sementara di Semanggi, Kawasan Bisnis Sudirman Jakarta, ada Kafe

Qatrunnada. Di Sriwijaya Raya, mereka juga punya guest house atau rumah tamu.

Bangunan mewah di kawasan elite ini merupakan pusat bisnis Rufaqa Indonesia.

Umumnya usaha mereka meliputi, usaha perdagangan, retail, supermarket,

restoran dan kafe, entertainment, pendidikan, periklanan, tour and travel,

peternakan, manufaktur, konstruksi, hingga kesehatan. Jangkauan bisnisnya pun

sudah mendunia. Dari butik di Paris hingga Australia. Seluruh aset tersebut

dipandang sebagai milik Tuhan sehingga harus didermakan di jalan Tuhan.

Mereka punya pagar, bisnis harus bersih dan jauh dari riba. Seluruh keuntungan

diinvestasikan ke proyek-proyek sendiri. Maka, jangan heran jika mereka kerap

menolak ketika ditanya soal omset atau keuntungan.

Yang menarik, karyawan Rufaqa tak digaji seperti di perusahaan biasa.

Penggajian karyawan memakai konsep ma'asy (Arifin.dkk,1996:22), yaitu konsep

yang pada kaidah pembagian gaji berdasarkan kebutuhan seseorang, bukan

(21)

Tak besar, patokannya upah minimum provinsi. Bedanya, semua kebutuhan

karyawan dicukupi perusahaan. Mereka yang punya anak-istri, meskipun

golongan rendahan, mendapat santunan lebih besar dari mereka yang berpangkat

tinggi tapi bujangan

Pada realita zaman sekarang tidak sedikit kita menyaksikan rendahnya

perekonomian seseorang. Yang mungkin saja hal itu terjadi salah satu faktornya

adalah adanya kesalahan dalam pemahaman memahami arti yang tersirat dalam

ajaran agama. Seperti kejadian yang sering kita dengar di masyarakat miskin

bahwa ia sudah menyerah dengan kemiskinannya karena dia berkata bahwa

Tuhannya yang telah menjadikan kehidupan ekonomi sehari-harinya melarat atau

miskin. Karena itu ia tidak berkeinginan untuk bekerja keras guna mendapat hasil

yang lebih baik, tetapi dia lebih memilih bersikap malas untuk mempertahankan

kemerosotan ekonominya karena keyakinannya yang salah tersebut bahwa Tuhan

yang menjadikan dia seperti itu. Padahal jika kita lebih jeli dan teliti dengan

ajaran agama, tidaklah seperti itu maksudnya. Kehidupan seseorang ada yang

sukses ada yang gagal, itu karena mereka ada yang bekerja keras dan ada yang

malas. Ajaran agama manapun menginginkan umatnya untuk selalu hidup jujur

dan bekerja keras. Sebagai contoh nyata seperti yang terjadi pada Rufaqa

Internasional. Bertolak dari argumen-argumen tersebut, banyak sekali

memunculkan pertanyaan. Yang pada akhirnya,

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab tersebut selanjutnya akan tersusun dalam

(22)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana religiusitas dan aktifitas

ekonomi yang terjadi di Rufaqa Internasional ?

Dari pokok permasalahan tersebut diuraikan kedalam 4 (empat)

pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimana tingkat perkembangan Rufaqa Internasional sebagai organisasi

keislaman untuk eksis dalam perekonomian Islam ?

2. Bagaimana nilai-nilai religius Islam dalam memotivasi aktivitas

perekonomian pada Rufaqa Internasional ?

3. Bagaimana sistem sosial dan ekonomi yang terbangun di dalam komunitas

Rufaqa Internasional ?

4. Bagaimana eksklusivitas Rufaqa Internasional mempengaruhi kondisi

sosiologis dari masyarakat sekitar ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka

yang menjadi tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana religiusitas atau spirit keagamaan mempengaruhi aktivitas

perekonomian di Rufaqa Internasional.

1.4. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan

(23)

perekonomian bagi semua pemeluk agama umumnya, dan untuk umat Islam pada

khususnya. Secara praktis, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah

referensi bagi hasil-hasil penelitian lainnya dan dapat dijadikan bahan rujukan

untuk penelitian selanjutnya. Dan diharapkan mampu dijadikan sebagai informasi

bagi umat Islam bahwa spirit keagamaan atau ajaran Islam mampu menjadi

semangat pengembangan perekonomian.

1.5. Defenisi Konsep

1.5.1. Religiusitas

Religiusitas adalah pengabdian terhadap agama atau kesalehan (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2005:944). Yang lainnya (Hugo, 1986:350) religiusitas

yaitu tingkat partisipasi individu dalam upacara-upacara agama atau tingkah laku

dan sikap seorang individu yang dinilai suatu kelompok atau masyarakat.

Religiusitas dalam penelitian ini lebih dimaksudkan pada sikap atau tingkah laku

kesalehan orang-orang dalam melaksanakan suatu pemahaman dari ajaran

keagamaan yang mereka fahami. Mereka atau orang-orang yang dimaksud adalah

semua orang yang terlibat langsung didalam Rufaqa Medan.

1.5.2. Aktivitas Ekonomi

Dalam Kamus Sosiologi, aktivitas merupakan hal-hal yang dilakukan

manusia (Soekanto, 1993:9). Aktivitas disepadankan dengan kata ’kegiatan’.

Sedangkan ekonomi, masih menurut Soerjono Soekanto (1993:161) yaitu sistem

hubungan dalam masyarakat yang menentukan alokasi sumber-sumber ekonomi

yang langka dan terhubungi dengan produksi, distribusi dan pertukaran.

(24)

masyarakat, yang didalamnya telah terjadi proses produksi, distribusi dan

pertukaran.

Aktivitas ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

kegiatan dari Rufaqa Medan yang merupakan usaha perdagangan, baik proses

penjualan dan pembelian, usaha jasa sampai pelayanan kebutuhan umat.

1.5.3. Rufaqa Internasional

Rufaqa Internasional merupakan metamorfosis Darul Arqam, organisasi

yang dinyatakan terlarang oleh Pemerintah Malaysia pada 1994. Darul Arqam

ataupun yang sekarang berganti nama menjadi Rufaqa Internasional adalah

organisasi yang sebenarnya bermula dari kelompok-kelompok pengajian yang

kecil. Pimpinan tertinggi spritualnya bernama Abuya Syaikh Imam Ashaari

Muhammad at-Tamimi, beliau dipaksa bertaubat di depan Dewan Fatwa

Malaysia. Nama Al-Arqam pun harus ditanggalkan. Organisasi ini, termasuk yang

di Indonesia, pun bubar. Meski Darul Arqam harus tutup buku, spirit anggotanya

tetap menyala. Pada 1997, Abuya membangun komunitas baru dengan nama

Rufaqa. Seperti Darul Arqam, Rufaqa tetap memelihara konsep Imam Mahdi. Di

Indonesia, komunitas ini muncul dengan nama Hawariyun. Tahun 2000,

Hawariyun di Indonesia dan Rufaqa Malaysia bergabung menjadi Zumala Group

International. Dua tahun kemudian berubah menjadi Rufaqa International

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Ada suatu paradoks terjadi pada masyarakat Indonesia yang mayoritas

beragama Islam. Antara nilai-nilai etika kehidupan yang terkandung dalam ideal

ajaran Islam dan tindakan-tindakan sosial masyarakat Indonesia yang tercermin

dalam etos kerja, keduanya menunjukkan hubungan yang kontradiktif. Beberapa

etika kehidupan dalam Islam sebenarnya mengandung nilai-nilai yang mengarah

kepada semangat kerja keras (Al Balad:4), kreatif-inovatif (Asy Syarh:7),

kewajiban berpikir dan mengembangkan ilmu (Ali Imran:190-191).

Menghadapi era globalisasi, khususnya dunia perekonomian tidaklah

menjadi masalah bagi dunia Islam. Bukan saja Islam yang mempunyai watak

kosmopolitan, namun juga isi ajarannya banyak mengandung nilai-nilai universal.

Lebih dari itu, Islam pada hakikatnya mengajak untuk kemajuan.

Islam adalah agama yang beretos kerja tinggi seperti yang Turner

sebutkan, bukan agama asketis atau hidup membiara yang Weber tuduhkan,

bahkan Islam bukanlah agama tradisional yang hanya menjadi "candu

masyarakat" dimana agama tidak ubahnya seperti "rokok bagi masyarakat

pecandu". Di mana bagi pecandu, rokok adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan

dan sulit ditinggalkan. Tetapi dalam kehidupan sebenarnya tidak memberikan

nilai kebaikan bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya, seperti

Karl Marx simpulkan.

Untuk membahas fenomena diatas, ada baiknya kita juga berangkat dari

(26)

Protestan dengan terbentuknya masyarakat kapitalis, yang terangkum dalam

tesisnya yang berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, yang

diterjemahkan dalam judul bahasa Indonesia menjadi Etika Protestan dan

Semangat Kapitalisme. Weber menyebutkan bahwa aspek-aspek tertentu dalam

etika Protestan merupakan pendorong yang kuat dalam menumbuhkan sistem

ekonomi kapitalis dalam tahap-tahap pembentukannya. Pengaruh yang

mendorong ini dapat dilihat sebagai suatu konsistensi logis dan pengaruh

motivasional yang bersifat mendukung secara timbal balik. Sebab kondisi budaya

masyarakat Eropa saat itu sedang mengarah pada budaya kapitalis (Toto Suharya,

2005). Weber memberi peringatan keras bahwa agama yang bersemangat

moderenlah yang akan memberikan dorongan, spirit terhadap pertumbuhan

ekonomi kapitalisme. Weber kemudian juga menuliskan semboyan-semboyan dari

sekte Calvinis yang mampu menggugah semangat kerja keras yaitu, ˝waktu adalah uang˝ , ˝waktu adalah bekerja˝, ˝piutang adalah uang˝, ˝bendaharawan yang baik adalah barang yang senantiasa berkembang dengan pesat˝, karena itu pilihannya

hanyalah dua ˝ingin hidup enak,atau mau tidur nyenyak˝ (Max Weber,1956:48 -49). Weber mengingatkan kepada kita kaitan antara agama dengan motif-motif

serta sikap-sikap yang dominan yang diterima sebagai aktor sosial dari tradisi

religius (Bryan S Turner,1992:260).

Apa yang disimpulkan Weber dalam tesisnya bahwa agama yang

bersemangat moderenlah yang akan memberikan dorongan, spirit terhadap

pertumbuhan ekonomi kapitalisme adalah sangat benar. Islam adalah agama

moderen bukan agama asketis. Hal ini terlihat dari ideal ajaran agamanya yang

(27)

mengembangkan ilmu. Selalu berfikir dan mengembangkan ilmu berarti Islam

tidak melarang umatnya untuk berteknologi yang baru, berteknologi yang canggih

sesuai dengan kemajuan zamannya serta melakukan aktivitas keduniaan yang juga

sesuai dengan perkembangan zamannya seperti aktivitas perekonomian. Yang

tentunya semua aktivitas keduniaan itu harus tetap dalam standarisasi agama

Islam. Alhasil, terwujudlah seperti apa yang di asumsikan Weber dalam tesisnya

yang dilakukan pada sekte Calvinis agama Protestan, yakni Islam mampu

memberikan semangat atau dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut dilengkapi lagi oleh asumsi Turner bahwa Islam bukanlah

sebagai agama prajurit, atau agama padang pasir yang berwatak keras dan suka

berperang, tetapi menyimpan ajaran-ajaran tentang ’hidup mewah’ dan beretos

kerja yang tinggi (Bryan S Turner,1992:152).

Teori lain yang mencari relasi antara agama dan persoalan perkembangan

ekonomi dalam masyarakat adalah hasil pemikiran Robert N Bellah melalui hasil

penelitiannya pada masyarakat Jepang yang menganut faham teologi religi

tokugawa. Sekalipun pada awalnya Bellah berangkat dari apa yang pernah

dikemukakan Weber, Bellah yang berniat mengeksplorasi temuan Weber ternyata

mendapatkan bukti-bukti lain yang sangat otentik dikalangan masyarakat Jepang

yang menganut faham teologi religi tokugawa. Bagi Bellah, ternyata masyarakat

Jepang dengan berpangkal pada tradisi agama tokugawa sekalipun ada gelombang

modernisasi masih tetap menyimpan kekuatan sebagai pendobrak terhadap

semangat berekonomi masyarakat. Dengan tetap setia pada tradisi tokugawa

masyarakat Jepang bisa berkompetisi dalam lapangan ekonomi masyarakat dunia.

(28)

pada modernisasi dan berekonomi. Untuk memperkuat argumennya, dia

meletakkan pernyataan dari agama tokugawa : "ada jalan utama untuk

menghasilkan kekayaan. Hendaknya produsen lebih banyak dan konsumen lebih

sedikit. Hendaknya banyak kegiatan untuk memproduksi, tetapi hemat dalam

pembelanjaan. Oleh karena itu, selalu cukuplah kekayaan yang ada" (Robert N

Bellah,1992:145-147).

Yang menarik di Jepang adalah semangat berproduksi di era tokugawa,

selain didorong dengan semangat konfusianisme dan religi tokugawa, semangat

berproduksi juga mendapat dukungan dari kebijakan negara. Himbauan moral

selalu merupakan suatu bagian penting dalam kebijakan pemerintah dan hal ini

merupakan dorongan untuk berproduksi. Nasehat untuk kerja keras, tidak

melalaikan pekerjaan, tidak membuang waktu dan sebagainya menjadi ’nada’

dasar peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan diperuntukkan

bagi gonin gomi (kelompok lima keluarga), yang dibacakan kepada rakyat (Robert

N Bellah,1992:150).

Selain mereka, ada lagi David McClelland. Dia mengatakan bahwa

kegiatan para wiraswastawan adalah tidak sekedar mencari pengumpulan laba.

Laba lebih merupakan indikator dari keinginan pencapaian tujuan yang lain, yang

hendak dicapai oleh para wiraswastawan adalah prestasi gemilang yang diperoleh

melalui penampilan kerja (ekonomi) dengan baik, dengan selalu berpikir dan

berusaha untuk menemukan cara-cara yang baru untuk memperbaiki kualitas kerja

(ekonomi) yang telah dicapainya. Semangat kerja yang demikian ini disebut oleh

McClelland sebagai motivasi berprestasi atau sering disebut sebagai kebutuhan

(29)

berasumsi bahwa Islam sebagai agama moderen juga sangat menjunjung etika

perekonomian, misalnya bila melakukan aktivitas perekonomian atau

perdagangan haruslah jujur (Ash-Shaff:3), artinya ada suatu sikap keinginan yang

kuat dari para pelaku pedagang Islam tersebut untuk mencapai prestasi gemilang

yang dikerjakannya melalui penampilan kerja yang baik atau melaui sikap jujur

tersebut, dengan selalu berpikir dan mengembangkan ilmu (Ali Imran:190-191)

dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru (Asy-Syarh:7), untuk memperbaiki

kualitas kerja yang dicapainya.

Yang terakhir, Irwan Abdullah melalui hasil penelitiannya di desa Jatinom

Klaten Jawa Tengah, tentang moralitas agama dan etos kerja pedagang Islam. Ia

sangat tegas menjelaskan bahwa masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan

modernis-reformis, bahkan progresif sebagai bagian penting dari pengamalan

paham keagamaan yang dianutnya, dimana mereka menjalankan aktivitas

perdagangan dan perekonomian, sebagai bentuk dari "duplikasi", ajaran protestan

ethic yang dulu pernah dikemukakan Weber (Zuly Qodir,2002:XIII).

Dari penelitian ini ternyata terdapat suatu pernyataan bahwa agama secara

terang-terangan maupun diam-diam mendorong adanya semangat kapitalisme

industrial (berekonomi moderen). Dan ternyata mereka adalah masyarakat Islam,

baik yang berprofesi sebagai pedagang maupun petani, memiliki moralitas agama

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai

pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari

apa yang diamati (Nawawi, 1994:203). Penelitian deskriptif ini digunakan untuk

menggambarkan atau melukiskan apa yang diteliti dan berusaha memberikan

gambaran yang jelas mengenai apa yang menjadi pokok penelitian. Berkenaan

dengan penelitian ini sebagai studi deskriptif maka penelitian ini akan

menggambarkan atau mendeskripsikan bagaimana religiusitas dan aktivitas

ekonomi terjadi di Rufaqa Internasional ?

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rufaqa Internasional Pekanbaru. Dimana

untuk Pekanbaru, kegiatan perekonomian Rufaqa berlokasi sentral di Madrasah

Hubbullah Yayasan Al Hijrah, jalan Singgalang Raya no.313 Tenayan Raya

Pekanbaru.

Alasan penelitian terhadap Rufaqa Internasional Pekanbaru ini, karena

Rufaqa Pekanbaru juga mengalami kemajuan yang pesat yang hampir sama

dengan Rufaqa di kota lainnya, dimana untuk Indonesia hanya ada 3 (tiga) kota

yang menjadi bandar (kawasan) kegiatan Rufaqa Internasional, yaitu Pekanbaru

(31)

ekonomi dan terakhir adalah di Makassar yang memfokuskan pada aspek

pariwisata. Alasan lain karena Pekanbaru adalah kota yang paling dekat dengan

Medan dibanding dengan 2 (dua) kota lainnya, yang menurut peneliti dekatnya

jarak geografis akan lebih memudahkan peneliti dalam mendapatkan data serta

efisien dalam waktu dan dana.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian (Arikunto, 1999:132). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah

Rufaqa Internasional cabang Medan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui

bagaimana religiusitas dan aktivitas ekonomi yang terjadi di Rufaqa Internasional.

Orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam data ini selanjutnya

disebut informan. Informan pada penelitian ini yaitu orang-orang yang menjalani

usaha perekonomian di Rufaqa Pekanbaru. Mereka adalah para penggerak, pelaku

atau aktor baik di konsep ataupun praktek yang ia mengetahui dengan baik dan

lengkap tentang aktivitas religius dan perekonomian Rufaqa Pekanbaru. Informan

juga orang-orang yang menggerakkan roda perekonomian Rufaqa setiap harinya,

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Aktif dan terlibat langsung dalam menggerakkan roda perekonomian

Rufaqa setiap harinya.

2. Laki-laki dan perempuan yang berusia 17 tahun ke atas, sebagai batasan

usia yang dianggap sudah dewasa atau sebagai batasan dari produktivitas

(32)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian digolongkan menjadi dua yaitu data primer dan sekunder.

a) Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara penelitian lapangan, yaitu:

1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang

tampak pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti langsung ke

lapangan untuk mengamati kegiatan-kegiatan religius dan

perekonomian yang dilaksanakan oleh Rufaqa Pekanbaru serta

orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Hasil observasi atau

pengamatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

2. Wawancara mendalam, yang merupakan proses tanya jawab secara

langsung ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan

menggunakan panduan atau pedoman wawancara dan tape recorder.

Wawancara yang ditujukan terhadap informan dilakukan untuk

memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang aktivitas

religius dan perekonomian Rufaqa Pekanbaru dan untuk memperoleh

informasi tentang kegiatan-kegiatan perekonomian yang mereka

jalankan sehari-hari.

b) Data Sekunder

Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak

langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam

(33)

pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil

informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal, dan internet

yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti, dalam hal ini tentu

yang berkaitan dengan religiusitas dan aktivitas perekonomian Rufaqa

Pekanbaru.

3.5. Interpretasi Data

Analisa data dikerjakan sejak peneliti mengumpulkan data dan dilakukan

secara intensif setelah pengumpulan data selesai. Merujuk pada Lexy J. Moleong

(2002:190), pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah

dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.

Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah

berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat

abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada di dalam fokus

penelitian.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan.

Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat

kaitannya satu dengan yang lain dan diinterpretasikan secara kualitatif.

Sesungguhnya proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal

penulisan proposal hingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari

analisis penelitian kualitatif. Proses analisis kualitatif ini disebut on going

(34)

3.6. Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan dalam penelitian ini dituangkan dalam tabel di bawah ini:

No Rencana Kegiatan Bulan I

Keterbatasan dalam penelitian ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan

dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian

ilmiah. Salah satu kendala yang dihadapi oleh peneliti adalah jarak yang cukup

jauh antara domisili peneliti dengan lapangan penelitian, terbatasnya waktu yang

dimiliki peneliti dalam melekukan wawancara dengan informan guna memperoleh

data lapangan, hal ini disebabkan terbatasnya sumber dana yang dimiliki peneliti.

Keterbatasan di dalam melaksanakan penelitian disebabkan oleh 2 (dua)

(35)

mengalami kesulitan dalam hal pengenalan kota Pekanbaru, pengetahuan peneliti

yang sangat minim tentang kota Pekanbaru, mulai dari nama jalan, nama daerah,

lokasi perkantoran pemerintahan, lokasi wawancara sampai nomor angkutan kota

yang menyebabkan peneliti salah jalan dan lama tiba di lokasi penelitian,

sementara waktu untuk turun ke lapangan penelitian yang telah dijadwalkan oleh

peneliti tidaklah lama.

Sedangkan faktor eksternalnya adalah ketika mengadakan proses

wawancara, dimana dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti yang

sudah terkonsep rapi dalam draf wawancara, hampir mayoritas informan sama

dalam memberikan jawaban. Namun penelitian ini berjalan dengan lancar karena

adanya kerjasama yang baik dan saling pengertian dari pihak Rufaqa Pekanbaru.

Sebagai alternatif selain melakukan wawancara langsung pada informan

yang mempunyai waktu guna memperoleh data lapangan pada saat di Pekanbaru,

peneliti juga melakukan hubungan jarak jauh dengan pihak Rufaqa Pekanbaru

serta para informan melalui handphone dan email setelah di Medan.

Namun, walaupun terdapat berbagai keterbatasan, peneliti tetap berusaha

semaksimal mungkin dalam mengumpulkan informasi dari informan, serta

(36)

BAB IV

PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sekilas tentang Kota Pekanbaru

Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada saat

itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah ini mulanya hanya

ladang, lambat laun menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan

berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung

Sekaki yang terletak di tepi muara sungai Siak. Nama Payung Sekaki tidak begitu

dikenal pada masanya melainkan Senapelan. Perkembangan Senapelan

berhubungan erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semenjak

Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun

istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan.

Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang. Sultan

Abdul Jalil Alamudin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di

Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah dirintis tersebut kemudian

dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu

disekitar pelabuhan sekarang. Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 21 Rajab 1204

H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku

(Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti

namanya menjadi "Pekan Baharu" selanjutnya diperingati sebagai hari lahir Kota

Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai

(37)

Pekanbaru. Pemerintahan Pekanbaru selalu mengalami perubahan dan

perkembangan, antara lain sebagai berikut

1. SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van Siak No.1 tanggal

19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut

District.

2. Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dikepalai oleh

seorang Controleur berkedudukan di Pekanbaru.

3. Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Militer

disebut Gokung, Distrik menjadi Gun dikepalai oleh Gunco.

4. Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No.103

Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kota b.

5. UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten

Kampar, Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil.

6. UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai

kota kecil.

7. UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja.

8. Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959

Pekanbaru menjadi ibukota Propinsi Riau.

9. UU No.18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya.

10.UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya

berubah menjadi Kota.

Kota Pekanbaru sebagai Ibukota Propinsi Riau telah berkembang dengan

pesat seiring dengan kemajuan pembangunan dewasa ini Secara administrasi

(38)

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau. Keberadaan Kota Pekanbaru merupakan

dasar dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 5 Tahun

1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Kota Pekanbaru dibagi atas 8

(delapan) Kecamatan yang terdiri dari 50 (lims puluh) Desa / Kelurahan.

Berikut tabel tentang jumlah kecamatan sampai rukun tetangga (RT) yang

ada di kota Pekanbaru tahun 2000.

Tabel I

Banyaknya Desa/ Kelurahan, RW, RT Dirinci Menurut Bentuk Desa Dalam Kota Pekanbaru Tahun 2000

KECAMATAN

Sum ber: Kant or Pem bangunan Desa Pek anbaru dalam

Berdasarkan Tabel I diatas mengenai banyaknya desa/ kelurahan, RW, RT

yang dirinci menurut bentuk desa dalam kota Pekanbaru tahun 2000 diketahui

(39)

Raya, Lima Puluh, Sail, Pekanbaru Kota, Sukajadi, Senapelan dan Rumbai.

Dengan perincian 50 (lima puluh) desa/kelurahan. Dan dari 50 (lima puluh)

kelurahan tersebut terdiri lagi atas 435 (empat ratus tiga puluh lima) Rukun Warga

(RW) serta 1.710 (seribu tujuh ratus sepuluh) Rukun Tetangga (RT).

Tabel II

Nama-Nama Desa/Kelurahan Dirinci Menurut Status dan Kecamatan Kota Pekanbaru Tahun 2000

KECAMATAN DESA / KELURAHAN STATUS

PEMERINTAHAN

(1) (2) (3)

01. TAMPAN 001. SIMPANG BARU Kelurahan

002. SIDOMULYO TIMUR Kelurahan

02. BUKIT RAYA 001. SIMPANG TIGA Kelurahan

002. KULIM Kelurahan

05. PEKANBARU KOTA 001. SIMPANG EMPAT Kelurahan

002. SUMAHILANG Kelurahan

06. SUKAJADI 001. WONOREJO Kelurahan

(40)

008. PULAU KARAM Kelurahan

07. SENAPELAN 001. PADANG BULAN Kelurahan

002. PADANG TERUBUK Kelurahan

Sum ber: Kant or Pem bangunan Desa Pek anbaru dalam

Berdasarkan Tabel II diatas mengenai nama-nama desa/kelurahan dirinci

menurut status dan kecamatan kota Pekanbaru tahun 2000 diketahui bahwa kota

Pekanbaru memiliki 8 (delapan) kecamatan yaitu Tampan, Bukit Raya, Lima

Puluh, Sail, Pekanbaru Kota, Sukajadi, Senapelan dan Rumbai. Dari 8 (delapan)

kecamatan tersebut terdiri lagi menjadi beberapa desa/kelurahan. Berdasarkan

tabel II maka terdapat 50 (lima puluh) desa/kelurahan di kota Pekanbaru. Uniknya

lagi Pekanbaru dikenal dengan slogan "Kotaku, Kotamu dan Kota Kita Bertuah",

yang mempunyai motto: Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman, dan Harmonis,

yang mempunyai arti;

1. Bersih

Bersih lahir, jiwa, rumahtangga, lingkungan pasar, pendidikan, tempat

hiburan/rekreasi, jalur hijau dan pusat kesehatan.

2. Tertib

Tertib pribadi, keluarga, lingkungan pekerjaan, beribadat, lalu lintas

sehingga terwujud warga yang selalu menjunjung tinggi norma kaidah dan

(41)

3. Usaha Bersama

Keterlibatan kebersamaan dari pemerintah, orpol, ormas, generasi muda,

alim ulama, cerdik cendekiawan, seniman dan seluruh lapisan masyarakat

dalam berfikir dan berusaha guna mewujudkan pembangunan untuk

kesejahteraan rakyat.

4. Aman

Rasa tentram setiap pribadi, keluarga, lingkungan masyarakat dan kotanya

dari gangguan ancaman dan hambatan dalam berfikir dan berusaha guna

menjalankan ibadah dan melaksanakan pembangunan.

5. Harmonis

Serasi, seiya sekata, senasib, sepenanggungan saling hormat menghormati.

Setukul bagai palu

Seciap bagai ayam

Sedencing bagai besi

Yang tua dihormati

Yang muda dikasihi

Yang cerdik pandai dihargai

Yang memerintah ditaat

Menuju tahun 2020 Pekanbaru bervisikan "Terwujudnya Kota Pekanbaru

Sebagai Pusat Perdagangan Dan Jasa, Pendidikan serta Pusat Kebudayaan

Melayu, Menuju Masyarakat Sejahtera yang Berlandaskan Iman dan Taqwa".

Visi tersebut mengandung makna bahwa; Pusat Perdagangan dan Jasa,

menggambarkan keadaan masyarakat Kota Pekanbaru yang diinginkan dalam

(42)

masyarakatnya yang dinamis akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk

dapat mewujudkan Kota Pekanbaru menjadi pusat perdagangan dan jasa di

kawasan Sumatera; Pusat Pendidikan, pemerintah Kota Pekanbaru kedepan akan

selalu berusaha untuk memberdayakan masyarakatnya agar dapat berperan serta

secara aktif meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka

menciptakan pembangunan manusia seutuhnya. Pemberdayaan sumber daya

manusia lebih diarahkan kepada terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan

formal dan non-formal dibidang keahlian dan kejuruan yang terpadu diikuti

dengan upaya penyiapan sarana dan prasarana pra pendidikan sampai perguruan

tinggi. Dengan langkah tersebut sangat diharapkan dalam tahun-tahun selanjutnya

di Kota Pekanbaru akan dapat tersedia sarana pendidikan yang lengkap dan

unggul; Pusat Kebudayaan Melayu merupakan refleksi dari peradaban tatanan

nilai-nilai budaya luhur masyarakat Kota Pekanbaru yang mantap dalam

mempertahankan, melestarikan, menghayati, mengamalkan serta

menumbuhkembangkan budaya Melayu. Kehendak menjadikan Kota Pekanbaru

sebagai pusat kebudayaan Melayu antara lain akan diarahkan kepada tampilnya

identitas fisik bangunan yang mencerminkan kepribadian daerah, adanya kawasan

beridentitas adat Melayu serta makin mantapnya kehidupan adat yang digali dari

nilai-nilai luhur Melayu; Masyarakat Sejahtera merupakan salah satu tujuan

kehidupan masyarakat Kota Pekanbaru pada tahun 2020 kedepan. Dalam kondisi

ini dicita-citakan masyarakat akan dapat hidup dilingkungan yang relatif aman,

bebas dari rasa takut dan serba kecukupan lahir batin secara seimbangan dan

selaras baik material maupun spiritual yang didukung dengan terpenuhinya

(43)

taqwa merupakan landasan spiritual moral, norma dan etika dimana masyarakat

pada kondisi tertentu mempunya pikiran, akal sehat dan daya tangkal terhadap

segala sesuatu yang merugikan dengan memperkukuh sikap dan prilaku individu

melalui pembinaan agama bersama-sama yang tercermin dalam kehidupan yang

harmonis, seimbang dan selaras

Terkait dengan visi dari Kota Pekanbaru untuk menjadikan Kota

Pekanbaru sebagai pusat kebudayaan melayu, sangatlah pantas jika kota ini

diwarnai dengan atribut-atribut kemelayuannya. Ini terlihat jelas pada

bangunan-bangunan kantor baik itu pemerintahan maupun swasta, bangunan-bangunan sekolah bahkan

beberapa pusat perbelanjaan, memiliki ornamen-ornamen dari spesifik budaya

melayu. Yang lainnya, atribut-atribut adat melayu juga sangat kontras terlihat

pada hari jum’at, dimana semua instansi pemerintahan dan juga swasta yang

bergerak di semua aspek kehidupan dari pendidikan, agama sampai perekonomian

dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai anggota dewan semua memakai pakaian

adat melayu yaitu untuk laki-laki memakai teluk belanga dan untuk perempuan

memakai baju kurung. Bahasa sehari-hari penduduk juga sangat bercirikan logat

melayu.

Kota yang memiliki pendapatan regional cukup tinggi yangmana untuk

pendapatan perkapita penduduk Pekanbaru pada setiap tahunnya saja mengalami

kenaikan persentase. Perhitungan atas dasar harga berlaku, tahun 1999 sebesar

Rp.3.413.040,10 juta menjadi Rp.5.093.714,30 juta pada tahun 2000 atau naik

sebesar 49,24%. Sedangkan atas dasar harga konstan 1993, pada tahun 1999

sebesar Rp.1.873.218,19 menjadi Rp.2.097.377,71 pada tahun 2000 atau naik

(44)

kota pelabuhan. Hal ini bisa kita lihat pada lambing dari kota ini terlihat gambar

pohon karet dan menara minyak memakai takal yang memiliki makna bahwa

sebagai kota dagang dan kota pelabuhan yang banyak mengekspor hasil hutan dan

hasil bumi. Jadi wajar saja dengan komitmen dari pihak pemerintah, adanya

sumber daya manusia serta sumber daya alam yang melimpah, kota ini mampu

menaikkan pendapatannya.

4.1.2. Kondisi Geografis Pekanbaru

Kota Pekanbaru terletak antara 101° 14' - 101° 34' Bujur Timur 0° 25' - 0°

45' Lintang Utara Dari hasil pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN Tk. I

Riau maka ditetapkan luas Wilayah Kota Pekanbaru adalah 632,26 km2 . Dengan

jumlah kecamatan sebanyak 8 serta jumlah kelurahan/desa sebanyak 50 (lihat

tabel I). Kota Pekanbaru berbatasan dengan sebelah Utara dan Timur berbatasan

dengan Kabupaten Bengkalis dan sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan

Kabupaten ampar. Keadaan kota ini merupakan daerah datar dengan struktur

tanah pada umumnya terdiri dari jenis aluvial dengan pasir Pinggiran kota pada

umumnya terdiri dari jenis tanah organosol dan humus yang merupakan

rawa-rawa bersifat asam, sangat kerosif untuk besi. Kota ini juga oleh Sungai Siak

yang mengalir dari barat ke timur, memiliki beberapa anak sungai antara lain;

Sungai Umban Sari, Sungai Air Hitam, Sungai Sibam, Sungai Setukul, Sungai

Pengambang, Sungai Ukai, Sungai Sago, Sungai Senapelan, Sungai Limau dan

Sungai Tampan. Sungai Siak juga merupakan jalur perhubungan lalu lintas

perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya. Suhu

minimumnya antara 19,2° C sampai 22,0° C dan suhu maksimumnyaantara 32,6°

(45)

musim seperti pada umumnya kota-kota di seluruh Indonesia yaitu musim hujan

dan musim kemarau. Kelembaban minimum antara 41% sampai 59%, kelembaban

maksimum antara 98% sampai 100%.

4.2. Profil Informan Penelitian

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Wahyudin Samsul Ridwan

38 Tahun yang lalu ia lahir di kota yang bersuhu sejuk yaitu Bandung.

Yang tentu saja beliau bersuku Sunda. Pria yang sangat ramah ini memiliki 2

(dua) orang istri, istri pertamanya menetap di Jakarta yang bernama Munirah.

Permaisurinya yang kedua adalah wanita lembut bernama Nafisah. Dari kedua

istrinya tersebut Wahyudin memiliki 6 (enam) orang anak. Wahyudin bergabung

dengan Rufaqa pada tahun 1994 ketika berita tentang kesesatan Darul Arqom

-yang merupakan nama sebelum menjadi Rufaqa- gencar diberitakan di seluruh

media cetak dan elektronik di bumi Indonesia. Ia tidak percaya dan lantas ikut

bergabung dan bertahan sampai sekarang. Baginya pemberitaan tentang kesesatan

Darul Arqom pada waktu itu bukan malah membuat ia percaya tapi malah

membuat ia semakin mengenal Arqom sekaligus menjadikan Arqom semakin

terkenal. Sebelum bergabung di Rufaqa, pria tamatan Apprentice School,

Bandung -sekarang berubah nama menjadi Universitas Nurtanio- jurusan Aircraft

Construction angkatan ke IX, selama 7 (tujuh) tahun lamanya pernah bekerja di

Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang sekarang menjadi PT.

Dirgantara Indonesia pada Program N250 dan Designer Aerodinamic. Sekarang

ia beserta Nafisah istri keduanya dan ketiga anak mereka tinggal di perkampungan

(46)

Tenayan Raya Pekanbaru. Wahyudin menjabat sebagai sekretaris pada Yayasan

Al Hijrah sekaligus berperan sebagai Kepala Biro Ekonomi untuk seluruh Rufaqa

Sumatera.

2. Ummi Kalsum atau Elah Nurelah

Calon ibu ini sedang hamil muda yang merupakan hasil perkawinannya

dengan Hasan Basri. Ia adalah seorang istri ketiga dari tiga istri kepunyaan

suaminya yang bernama Ir. Amal Indrawan bin Arifin yang dari ketiga istrinya

telah lahir 14 orang anak. Ummi Kalsum lahir 25 Oktober 1975 dan berdomisili

untuk saat ini di jias Pekanbaru. Sebelumnya ia pernah menempa bangku

perkuliahan di IAIN Sunan Gunung Jati jurusan Sejarah Kebudayaan Islam

Bandung dan berhasil menyelesaikan perkuliahannya pada tahun 2000. Bergabung

dengan Rufaqa, pada zamannya masih bernama Darul Arqom pada akhir tahun

1992 atau awal tahun 1993 atas dasar ketertarikannya yang mendalam kepada

figur orang-orang Rufaqa terlebih dalam tampilan fisik mereka seperti pada suatu

ketika ia sangat tertarik dengan wanita-wanita Rufaqa yang mengenakan cadar. Ia

berkeyakinan berarti ada motivasi yang sangat kuat sehingga wanita-wanita itu

mau memakai pakaian seperti itu. Motivasi itu yang ingin diketahuinya dan

akhirnya menjadikan ia juga seorang yang aktif di Rufaqa sampai saat ini.

Sebelum bertugas di Rufaqa Pekanbaru ia telah ditugaskan di bagian selatan

Indonesia yaitu kota Makasar. Walaupun ia berdomisili di Pekanbaru, perannya di

(47)

3. Ahmad Fauzan el Zaman bin Mohammad Adnan

Ia menyelesaikan sarjana Strata-1 di jurusan Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sriwijaya kota pempek Palembang sebagai

angkatan 1986. Pria kelahira Cirebon 12 November 1967 ini sampai saat ini sudah

beristri sebanyak 3 (tiga) orang dengan nama Aisyah, Muhsinah dan Sofiah

dengan jumlah anak 15 (lima belas) orang. Bermukin tetap di kota Palembang

namun juga memiliki hak untuk selalu tinggal di jias, Pekanbaru. Ia bergabung

dengan Rufaqa pada akhir tahun 1989 sekaligus awal tahun 1990. Sekarang

bertugas sebagai Dewan Syuro Rufaqa Indonesia sekaligus juga memiliki

kedudukan di Biro Tugas Khas.

4. Sofiah atau Heni Nurhaeni

Perempuan sunda ini merupakan istri ketiga dari Ahmad Fauzan el Zaman.

Ia kelahiran Sumedang 19 November tahun 1969 yang tahun ini berusia 38 tahun.

Pernah kuliah di Universitas Padjajaran Bandung Fakultas Ilmu Sosial Ilmu

Politik jurusan Ilmu Politik. Ia bergabung dengan Rufaqa pada tahun 1991 dan

sekarang berperan di Biro Kebajikan Ibu-ibu yang tidak lain ini merupakan bagian

dari Biro Tugas Khas pada sistem pembagian tugas di Rufaqa.

5. Siti Rahmah

Ia merupakan istri pertama sekaligus masih istri satu-satunya dari Ahmad

Sukri yang seorang muraqib atau pengajar di Madrasah Hubbullah. Berusia 30

tahun. Berdomisili tetap di jias Pekanbaru. Lahir di Kutacane pada 4 Maret 1976

dan memiliki 5 (lima) orang anak. Pernah mengenyam pendidikan agama di

Pesantren Badrul ‘Ulum Aceh Tenggara. Ia bergabung di Rufaqa pada tahun

(48)

6. Tengku Abdurrahman Umar

Pria berkulit hitam dan berpostur tinggi besar ini mempunyai 4 (empat)

orang istri. Istri pertama bernama Dra. Husna binti Sardan asal kota Padang

lulusan Fakultas Ushuluddin IAIN Padang. Yang kedua berasal dari Pematang

Siantar bernama Dwi Hartini SE binti R Suharto lulusan Fakultas Ekonomi

Universitas Medan Area Medan. Lalu yang ketika lulusan Fakultas Dakwah IAIN

Ar Raniry Banda Aceh bernama Mar’iyyah S.Ag binti Sulaiman yang berasal dari

Sigli dan istri keempatnya berasal dari negeri jiran Malaysia lulusan Akademi

Mawaddah Malaysia bernama Nurhidayah binti Nik Hishamuddin. Dan dari

keempat istrinya ini ia memperoleh 13 (tiga belas) orang anak. Ia lahir di

Takengon pada 10 September 1962 dan bersuku gayo. Bermukim tetap di jias,

Pekanbaru. Ia pernah kuliah di jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN

Imam Bonjol Padang. Ia bergabung di Rufaqa pada akhir 1990 di kota Padang dan

sebelum bergabung di Rufaqa, ia pernah berkarier di Rois Nahdlatul Ulama Kota

Padang. Di Rufaqa pada saat ini ia menjabat sebagai salah seorang Direksi Rufaqa

Internasional Kuala Lumpur, GM Rufaqa Indonesia, Direktur Biro Pendidikan

Rufaqa Indonesia, Direktur Rufaqa Zona Indonesia bagian Timur yaitu di

Makassar dan Direktur Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

(49)

4.3. Berkembangnya Rufaqa Pekanbaru

Perkembangan budaya melayu di kota Pekanbaru tidak terlepas dari

perkembangan agama Islam. Karena kita tahu bahwa mayoritas orang melayu

adalah beragama Islam. Jadi, tidak heran bila Rufaqa Pekanbaru juga mengalami

perkembangan di kota ini. Rufaqa sendiri sangat berkembang pesat di Malaysia,

tepatnya di Bandar Country Homes Rawang Selangor Darul Ehsan Malaysia..

Yang mana kita ketahui bahwa negeri ini merupakan negara yang masih serumpun

dengan Indonesia yaitu rumpun melayu. Alhasil Rufaqa Pekanbaru dengan mudah

bersosialisasi dan masuk dalam kehidupan masyarakat setempat. Rufaqa

Pekanbaru merupakan salah satu cabang atau anak kegiatan dari induk kegiatan

keseluruhan dari Rufaqa yang seluruh kegiatannya berpusat di Malaysia.

Dikatakan berpusat karena di Malaysia mereka sangat maju bahkan memiliki

banyak perusahaan yang sangat berpengaruh pada perekonomian Malaysia. Di

Indonesia Rufaqa ada di 3 (tiga) kota besar yaitu; Pekanbaru, Jakarta dan

Makassar. Masing-masing kota mempunyai fokus kegiatan, seperti untuk

Pekanbaru sendiri fokus pada bidang pendidikan, Jakarta sebagai ibukota dari

Indonesia yang perekonomiannya sudah sangat maju dibanding kota lainnya

difokuskan untuk bidang ekonomi dan terakhir adalah Makassar. Sebagaimana

kita ketahui bahwa wilayah Indonesia timur mempunyai potensi wisata alam yang

sangat mempesona maka Makasar difokuskan untuk aspek pariwisata. Namun,

bukan berarti masing-masing kota hanya melaksanakan fokus-fokus tersebut saja,

tapi semua Rufaqa yang terdapat di tiga kota itu melaksanakan semua kegiatan

(50)

pendidikan, agama, kesehatan terutama perekonomian yang khusus untuk aspek

ini merupakan aspek yang sangat menjadikan Rufaqa sangat berkembang.

Dua tahun sebelum jama’ah yang dipimpinnya dinyatakan terlarang

sekaligus dinyatakan sesat oleh pemerintahan Malaysia pada tahun 1994, Ashaari

Muhammad atau biasa dipanggil abuya oleh para pengikutnya, membeli tanah

yang masih sangat jauh dari keramaian kota pada tahun 1992. Tanah yang

dibelinya itu tepat berada di jalan Singgalang Raya no.313 kelurahan Tangkerang

Timur kecamatan Bukit Raya dulunya bernama kecamatan Tenayan Raya.

Berikut penuturan Umi Kalsum mengenai awal mula Ashaari Muhammad

datang ke Pekanbaru :

“…kira-kira tahun 1992, abuya datang ke Pekanbaru dan langsung membeli tanah yang luasnya tak begitu luaslah. Sekarang tanah itu berada di jalan Singgalang Raya. Walaupun dari pertama sekali membeli tanah ni, di lokasi ini sangatlah sunyi senyap, tak banyak warga penduduk, lokasi tanah ni sangat jauh dari keramaian orang. Tapi walau begitupun keadaannya abuya tak patah semangat untuk membeli tanah ni yang kemudian tanah ni lah yang akan dijadikan lokasi segala aktivitas Rufaqa, dulu awalnya masih Arqom ya. Abuya yakin bahwa suatu hari lokasi ni akan ramai sangat dihuni orang ramai…”

Walaupun awal dibelinya tanah -yang kemudian menjadi lokasi Rufaqa

Pekanbaru- sangatlah jauh dari pusat kota serta lokasi tanah yang tidak berada di

pinggir jalan besar yang menyebabkan mungkin saja lokasi ini sangat tidak

strategis untuk bisa tumbuh dan berkembangnya suatu kegiatan. Tapi Ashaari

yakin bahwa suatu hari nanti, beberapa tahun lagi lokasi ini akan ramai dihuni

penduduk. Dan benar saja, saat ini saja 15 tahun setelah ia membeli tanah yang

jauh ke pelosok kota Pekanbaru, sekarang lokasi tanah itu telah ramai dipadati

penduduk. Bahkan sebelum memasuki lokasi Rufaqa Pekanbaru kira-kira satu

Gambar

Tabel I
Tabel II
tabel II maka terdapat 50 (lima puluh) desa/kelurahan di kota Pekanbaru. Uniknya

Referensi

Dokumen terkait

Kaum Punkers memiliki beberapa simbol dalam komunitasnya. Beberapa simbol tersebut menjadi identitas kaum Punkers, yang membedakan dengan komunitas lainnya. kaum Punkers

Hasil yang positif ini menunjukkan bahwa jika semakin baik pelaksanaan audit internal yang dijalankan oleh bank-bank di wilayah Kota Gorontalo maka pelaporan

Pada bab kedua menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai Teori Kebijakan Program UPK MP, Syarat Penerima SPP,

Dalam Islam konsep kesehatan jiwa berkorelasi positif dengan aktivitas peribadatan 11 , dengan kata lain bila menginginkan terbentuknya pribadi yang sehat maka

Berdasarkan fokus penelitian dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui muatan karakter religius pada nyanyian mata pelajaran Alquran Hadits

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, mendorong penulis melakukan penelitian untuk mengetahui adakah peran Komite Audit, Audit Internal, Pengendalian

Perilaku menyimpang adalah perilaku atau kondisi yang dilakukan oleh se- seorang yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial dalam masyarakat serta perilaku

Relief daratan dengan banyak pegunungan dan perbukitan memiliki udara yang subur dan udara yang sejuk sehingga sangat diminati penduduk yang kegiatan utamanya di