• Tidak ada hasil yang ditemukan

Non-performance dan Remedies

Dalam dokumen HUKUM PERIKATAN( Law of Obligations) (Halaman 121-124)

HUKUM KONTRAK DALAM PERSPEKTIF KOMPARATIF

5. Non-performance dan Remedies

Dapat dikatakan telah ada pelanggaran kontrak bilamana (a) kegagalan total untuk melaksanakan perjanjian; (b) kegagalan untuk melaksanakan perjanjian dalam jangka waktu yang telah disepakati dan (c) kegagalan untuk melaksanakan perjanjian secara patut (dengan benar).

Jikalau perjanjian menetapkan jangka waktu atau batas waktu di dalam mana perjanjian harus dilaksanakan, pihak yang gagal melaksanakan perjanjian dalam batas waktu tersebut akan dinyatakan telah melanggar perjanjian (wanprestasi). Persoalan muncul bilamana tidak ditetapkan jangka waktu pelaksanaan perjanjian, maka pihak yang melanggar perjanjian harus diberitahu terlebih dahulu secara tertulis tentang pelanggaran tersebut sebelum upaya hukum apapun dapat diajukan terhadapnya di muka pengadilan. Pemberitahuan (somasi) dapat berbentuk panggilan resmi yang diterbitkan panitera pengadilan yang ditunjuk oleh hakim untuk itu. Keuntungan prosedur ini ialah bahwa panggilan atau surat dari kepaniteraan pengadilan merupakan bukti sempurna bahwa panggilan atau teguran telah disampaikan. Pihak yang dirugikan juga dapat mengajukan somasi secara pribadi kepada pihak lawannya.

Somasi resmi atau pribadi tidak diperlukan bilamana pihak lawan telah menyatakan bahwa ia tidak akan memenuhi kewajibannya di bawah perjanjian. Kewajiban membayar gantirugi dimulai terhitung sejak pihak lawan berhenti melaksanakan kewajibannya. Berbeda dengan itu kewajiban membayar sejumlah uang. Perhitugan perihal gantirugi dalam hal demikian dihitung sejak gugatan didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri.

Remedies dapat kita bedakan antara tuntutan untuk melaksanakan tindakan tertentu dan gantirugi. Di dalam sistem hukum Eropa Kontinental, pihak yang dirugikan berhak untuk menuntut dilaksanakannya tindakan

tertentu. Tujuannya ialah mendorong perilaku bermartabat. Sedangkan tujuan remedy bukanlah sekadar mengkompensasikan kerugian yang diderita, namun memaksa orang menghormati janji-janji yang mereka berikan, terkecuali pelaksanaan perjanjian secara nyata tidak dimungkinkan atau pihak yang dirugikan bersedia menerima ganti kerugian.

Di dalam ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata disebutkan tiga jenis kewajiban: kewajiban untuk menyerahkan sesuatu; kewajiban untuk melakukan sesuatu dan kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu hal. Ketentuan Pasal 1239-1242 KUHPerdata menyebutkan bahwa jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, pengadilan dapat memutus dilakukannya tindakan tertentu demi keuntungan penggugat atau dalam hal tergugat tidak mematuhi perintah pengadilan, penggugat dapat meminta mandat dari pengadilan memberikannya kewenangan untuk melaksanakan sendiri kewajiban tersebut atau meniadakan apapun yang telah dilakukan tergugat. Dalam praktik bisnis, kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu hal muncul dalam janji negatif. Sebagai contoh, debitur tidak diperbolehkan untuk mengalihkan atau membebani kebendaan miliknya tanpa persetujuan terlebih dahulu dari kreditur dan jika ia melanggar ketentuan ini, maka dianggap telah terjadi wan-prestasi. Satu contoh lain dari janji negatif ialah janji untuk tidak bersaing, bahwa satu tahun setelah perjanjian franschising berakhir, franschisee tidak diperkenankan memasuki bidang usaha yang sama seperti yang ditekuni franschisor.

Di dalam KUHPerdata tidak kita temukan ketentuan yang meng atur apa yang terjadi bilamana satu pihak dalam kontrak gagal menye rahkan sesuatu (yang diperjanjikan). Dalam konteks KUHPerdata tidaklah praktis menyoal pelaksanaan tindakan tertentu untuk menyerahkan kebendaan tidak bergerak, karena acte van transport tidak dapat digantikan oleh perintah pengadilan. Acte van transport harus dilaksanakan oleh penjual dan pembeli secara bertimbalbalik.

Kendati begitu di Belanda, dalam pemahaman penulis, pengadilan banding Den Haag dan Hoge Raad di dalam kasus Verploeg v. van der Meer and van Doorn mempertimbangkan bahwa perintah pengadilan (court order) dapat menggantikan deklarasi pengalihan alas hak/acte van transport yang diterbitkan penjual.24

Sekalipun menurut UUPA dan PP tentang Pendaftaran Tanah, Akta Jual Beli atas tanah yang dibuat oleh atau dihadapan PPAT tidak dapat digantikan oleh putusan (perintah) pengadilan. Dalam perkara No. 350K/ Sip/1968, Mahkamah Agung menyatakan dalam hal penjual tidak dapat mengalihkan rumah/bangunan kepada pembeli pertama karena sudah diserahkan pada pembeli kedua, pembeli pertama tersebut hanya dapat

1.Hukum Kontrak Dalam Perspektif Komparatif

memimta pembatalan perjanjian jual beli tersebut dan tuntutan gantirugi, Dalam praktiknya, penjual memberikan surat kuasa mutlak dan tidak dapat ditarik kembali kepada pembeli memberikannya kewenangan pada pembeli untuk menjual tanah dimaksud.

Dalam hal salah satu pihak gagal melaksanakan kewajiban untuk menyerahkan barang bergerak dan barang bergerak tersebut ternyata telah diserahkan kepada dan berada di bawah penguasaan pihak ketiga, penggugat (pihak yang dirugikan) akan berhadapan dengan ketentuan Pasal 1977(1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa barangsiapa yang menguasai fisik kebendaan bergerak harus dianggap sebagai pemilik sah dari kebendaan tersebut.

Sebagai tambahan terhadap pelaksanaan perjanjian atau berkait an dengan itu, pihak yang dirugikan dapat pula menuntut ganti kerugian. Ganti rugi mencakup kompensasi finansial yang timbul dari kerugian yang muncul dari pelanggaran kontrak (wan-prestasi), yaitu biaya (kosten/ expenditures), kerugian nyata (schaden, losses) dan bunga atau hilangnya keuntungan yang diharapkan (lost profit/interessen). Biaya mencakup semua pengeluaran dan biaya-biaya lain yang nyata ditanggung oleh pihak yang dirugikan berkaitan dengan pelanggaran kontrak. Kerugian nyata merujuk pada akibat dari wan-prestasi (berkurangnya nilai barang) atau kerugian yang ditanggung kebendaan pihak ketiga yang diakibatkan wan-prestasi. Bunga merujuk bukan pada bunga dalam perjanjian pinjam- meminjam tapi lebih pada hilangnya keuntungan yang diharapkan.

KUHPerdata menetapkan pembatasan terhadap gantikerugian yang dapat dituntut sebagai berikut: (a) kerugian hanyalah kerugian yang dapat diperhitungkan atau diduga sebelumnya pada waktu kontrak ditutup. Menurut ketentuan Pasal 1247 dan praktik peradilan, cakupan kerugian maupun kemungkinan timbulnya kerugian tersebut harus dapat diduga sebelumnya; (b) kerugian terbatas pada kerugian yang langsung terkait atau merupakan akibat langsung dari wan-prestasi (pelanggaran kontrak; Pasal 1248 KUHPerdata); (c) dalam hal pelaksanaan perjanjian berwujud pembayaran sejumlah uang, KUHPerdata memperkenankan pengadilan untuk mengabulkan permohonan bunga atas pinjaman yang tidak dibayar. Bunga ini dihitung bukan dari tanggal wan-prestasi mulai dilakukan, namun sejak tanggal gugatan didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri (Pasal 1250 KUHPerdata). Namun bunga demikian terbatas hanya sebesar maksimum 6%/tahun (Lembaran Negara 1848 no. 22).

Dalam sistem hukum Anglo-Saxon (common law), pelaksanaan tindakan tertentu bukanlah suatu hak melainkan suatu bentuk gantikerugian (remedy), yakni berdasarkan diskresi hakim. Sebab itu pula dalam praktik jarang dikabulkan. Kenyataan ini mendorong sejumlah ahli hukum Amerika untuk mengembangkan gagasan efficient breach

(pelanggaran kontrak secara efisien). Kiranya dapat diterima untuk sepenuhnya melanggar kontrak serta membayar gantikerugian. Hal ini harus dilakukan bila dengan cara itu kita dengan cara lebih efisien dapat menghasilkan sejumlah, yakni dengan membuat kontrak baru. Sebagai contoh di dalam kasus Long Beach Drug.Co. v United Drug Co, penggugat ditunjuk sebagai penyalur tunggal untuk menjual produk-produk tergugat di wilayah Long Beach. California. Kontrak ini ditutup pada 1909 dan Long Beach Drug adalah usaha kecil dengan modal terbatas. Pada 1930 populasi Long Beach meningkat pesat dan dikembangkan jaringan pertokoan sebagai moda distribusi. Dengan memiliki jaringan pertokoan, suatu perusahaan dapat membeli lebih banyak barang dengan harga jual lebih murah dan menjualnya dengan harga lebih rendah pula pada konsumen. Meski demikian, Long Beach Drug masih juga usaha kecil dengan modal terbatas dan sebab itu tidak dapat secara memadai merespons perkembangan pasar dan peningkatan permintaan konsumen. Hukum penawaran dan permintaan dalam pasar menyatakan bahwa jika penawaran lebih rendah daripada permintaan, maka harga (barang) akan naik.

Pada 1936, United Drug menandatangani kontrak dengan Owl Drug Co. dan memutus kontraknya dengan Long Beach Drug Co. Sekalipun Long Beach Drug Co, menuntut pengadilan agar memerintahkan tergugat melaksanakan kesepakatan yang termaktub dalam kontrak yang dibuat pada 1909, pengadilan memutuskan bahwa pemutusan hubungan kontraktual sudah tepat dan mengabulkan gantikerugian yang dituntut Long Beach Drug Co.25

Sekalipun demikian, menurut ketentuan Pasal 1247 dan 1248 KUHPerdata, ganti kerugian dibatasi hanya pada kerugian yang dapat diduga sebelumnya pada saat kontrak dibuat dan juga hanya berkaitan dengan kerugian yang merupakan akibat langsung dari pelanggaran kontrak. Menurut hemat penulis, jika kerugian sulit untuk dipastikan, pengadilan seyogianya menerapkan klausul kerugian yang terlikuidasi(liquidated damages). Sebagai contoh, principal dan kontraktor bersepakat bahwa dalam hal kontraktor gagal menyelesaikan pekerjaan pada waktu yang telah ditentukan, maka akan diperhitungkan liquidated damages sebesar 0.1.% per bulan dengan maksimum sebesar 0.9%. Itu berarti bahwa setelah 9 bulan lewat, principal dapat mengambil- alih proyek.

Dalam dokumen HUKUM PERIKATAN( Law of Obligations) (Halaman 121-124)