• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyalahgunaan keadaan (“pengaruh yang tidak semestinya”)

Dalam dokumen HUKUM PERIKATAN( Law of Obligations) (Halaman 151-155)

PENYIMPANGAN DALAM PEMBENTUKAN KONTRAK

5. Penyalahgunaan keadaan (“pengaruh yang tidak semestinya”)

Van Elmbt meminjamkan € 8.000 kepada Nyonya Feierabend. Van Elmbt memasukkan dalam kontrak ini klausul yang berisi hak atas namanya sendiri untuk membeli rumah Nyonya Feierabend, dengan harga yang sesuai dengan nilai perkiraan. Nyonya Feierabend, yang tidak memiliki pengetahuan tentang melakukan bisnis apa pun, mengalami depresi yang sangat dalam pada waktu itu. Kekhawatiran terbesarnya adalah

bagaimana mempertahankan rumahnya berhadapan dengan tekanan penjualan yang bersifat mengancam oleh para kreditornya. Nyonya Feireabend yakin bahwa Van Elmbt adalah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan dirinya dari para kreditor, khususnya dengan pinjaman yang diberikan Van Elmbt ini. Van Elmbt menyadari keadaan ini. (HR 29 Mei 1964, NJ 1965, 104; Van Elmbt/Feierabend)

Apakah Nyonya Feierabend berhasil membuat kontrak tersebut dibatalkan karena adanya “penyalahgunaan keadaan” (pengaruh yang tidak semestinya) oleh Van Elmbt? Pasal 3:44 ayat 4 menyebutkan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1. Keadaan khusus, seperti keadaan yang mendesak, ketergantungan, kecerobohan, kondisi mental yang tidak normal atau ketiadaan pengalaman.

2. Pengetahuan. Ada syarat yang perlu bahwa pihak lain tahu atau seharusnya tahu bahwa ada keadaan khusus yang memotivasi pihak pertama.

3. Penyalahgunaan. Pihak lain harus sudah mengusulkan pembentukan kontrak meskipun hal-hal yang dia tahu, atau seharusnya tahu, bisa membuat dia tidak dapat memiliki kontrak tersebut.

4. Kausalitas. Diperlukan syarat bahwa kontrak tidak akan terjadi jika tidak ada penyalahgunaan keadaan.

Dalam kasus tersebut di atas, semua persyaratan terpenuhi, sehingga Nyonya Feierabend dapat berhasil mengklaim penyalahgunaan keadaan.

Kasus 41 A adalah produsen tunggal “midwinter-horns” (alat musik tiup

tradisional Eropa, semacam suling atau flute atau klarinet yang

terbuat dari kayu atau metal). B, yang biasa bermain alat musik hobo (alat musik tiup dr kayu, berbentuk tabung sepanjang 65 cm dengan rongga sempit berbentuk kerucut, kolom udara digetarkan melalui klep tiup ganda) menjadi kecanduan dengan alunan bunyi midwinter-horns. Setelah usahanya yang gagal untuk membuat sendiri alat musik itu, dia membeli satu dari A, dengan harga mahal namun wajar. Beberapa bulan berlalu hingga akhirnya B menemukan bahwa ternyata ia tidak memiliki cukup bakat untuk instrumen ini. Dia pun beralih ke alat musik harpa, dan mengklaim bahwa A telah menyalahgunakan keadaan pada saat penjualan.

Apakah B berhasil membuat kontrak tersebut dibatalkan? 6. Ketidakabsahan dan pembatalan (annullability)

Sebuah kontrak yang bertentangan dengan ketertiban umum, dalam hal isi atau dalam hal akibatnya, tidak mempunyai kekuatan hukum atau tidak sah (pasal 3:40). Sebuah kontrak yang terhadapnya orang yang tidak berkompeten menjadi pihak, dapat dibatalkan (tidak sah,

3. Penyimpangan dalam pembentukan kontrak

dikesampingkan) (pasal 3:32 ayat 2). Dalam kasus pertama, tidak ada konsekuensi hukum yang terjadi mengikuti tindakan-tindakan para pihak; hakim harus menyimpulkan bahwa perjanjian tersebut batal demi hukum atau tidak sah secara “ex officio” (dari kapasitasnya sebagai hakim, tanpa diminta oleh salah satu pihak). Kontrak yang dibatalkan (annullable) berlaku sebagai kontrak yang normal, asalkan belum dibatalkan. Namun, ketika kontrak itu dibatalkan, situasi akan menjadi seperti kontrak itu tidak pernah ada.

Tujuan dari pasal 3:40 adalah untuk membatasi kebebasan kontrak dengan melarang kontrak yang isinya dan/atau konsekuensinya tidak dapat diterima oleh masyarakat kita. Di sisi lain, objek pasal 3:32 ayat 2 adalah untuk melindungi salah satu pihak terhadap kerugian yang mungkin diakibatkan kontrak tersebut untuknya.

Penggunaan hak untuk pembatalan

Pasal 3:49 menyatakan bahwa sebuah kontrak dapat dibatalkan baik oleh pernyataan satu pihak di luar pengadilan, atau oleh keputusan pengadilan. Inisiatif ini harus diambil oleh pihak yang untuk kepentingannya dasar pembatalan telah diberikan (misalnya orang tidak yang mampu, yang diwakili oleh kuasa hukumnya) (pasal 3:50). Namun, hal ini harus dilakukan dalam waktu tiga tahun sejak kontrak ditegakkan. Setelah tiga tahun, fakta bahwa pihak yang membuat kontrak itu tidak berkompeten hanya dapat digunakan sebagai pembelaan (pasal 3:51 ayat 3). Pihak yang dilindungi bisa meninggalkan haknya atas pembatalan (pasal 3:55).

Kasus 42 A, 15 tahun, membeli bor listrik dari B tanpa izin dari ayahnya. Untuk bor ini jangka waktu pengiriman dibutuhkan. Setelah beberapa waktu berlalu, ayah A mendesak, atas nama A, pengiriman bor tersebut. B menolak, dengan alasan bahwa A hanya berusia 15 tahun dan karena itu tidak kompeten (di mata hukum).

Apakah pembelaan B sah?

Kasus 43 A, yang berusia 17 tahun, membeli akuarium dari B, tanpa izin dari ayahnya. Ayah A menyatakan bahwa ia tidak memiliki keberatan terhadap transaksi ini. Setelah dua tahun, B ingin mendapatkan uang dari A, tapi A menolak dengan alasan bahwa dia masih terlalu muda pada saat pembentukan kontrak.

Apakah pembelaan A sah?

Konsekuensi dari baik ketidakabsahan maupun pembatalan

I. A menjual sebuah arloji emas kepada B dengan pembayaran tunai sebesar € 500. Setelah itu menjadi jelas bahwa kontrak tersebut tidak sah secara hukum.

€ 2.500. B membatalkan kontrak karena dia telah membelinya dalam kesalahan.

Ketika kontrak telah dilakukan, seluruhnya atau sebagian, pelaksanaannya harus dikompensasi. Dalam contoh I di atas, baik pemberian arloji maupun pemberian € 500 harus dipertukarkan. A memiliki klaim atas ganti rugi arloji menurut hukum tentang kewajiban (pasal 6:203, “pembayaran yang tidak semestinya”). Dalam contoh II, hal yang sama berlaku terhadap mobil.

Peralihan kepemilikan memerlukan “perbuatan yang sah” (pasal 3:84 ayat 1). Pada contoh pertama, perbuatan itu tidak sah untuk dimulai. Dalam contoh kedua, pada awalnya ada perbuatan yang sah, tetapi kemudian ternyata bahwa perbuatan itu tidak sah. Dalam kedua kasus, A adalah pemilik dari barang-barang yang dialihkan (arloji, mobil); barang- barang tersebut tidak pernah meninggalkan kepemilikannya oleh A. Jika perlu A dapat merebut kembali arlojinya atau mobilnya sesuai dengan hukum tentang harta kekayaan (“pembuktian ulang”) (pasal 5:2).

Kasus 44 A menjual dan menyerahkan kepada B sebuah kotak tembakau terbuat dari perak. Kontrak ini dibatalkan karena ada penipuan yang dilakukan oleh B.

a. Bagaimana A mendapatkan kembali kotak-peraknya? Sebutkan dua instrumen.

b. Instrumen manakah yang terbaik untuk diterapkan dalam kasus bahwa ternyata B sudah bangkrut?

DAFTAR PUSTAKA

Warendorf, Thomas & Curry-Sumner, The Civil Code of the Netherlands, The Netherlands, Kluwer Law International 2009

Hartkamp & Tillema, Contract Law in the Netherlands, The Hague, Klu- wer Law International 1995

Asser/Hartkamp & Sieburgh, Verbintenissenrecht, 6-I* (De verbintenis in het algemeen, eerste gedeelte), 6-II* (De verbintenis in het alge- meen, tweede gedeelte), 6-III* (Algemeen overeenkomstenrecht), Deventer: Kluwer 2009-2012

Brunner, De Jong, Krans & Wissink, Verbintenissenrecht algemeen, SBR 4, Deventer: Kluwer 2011

Dalam dokumen HUKUM PERIKATAN( Law of Obligations) (Halaman 151-155)