• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASAR DAN SOCIAL SECURITY SYSTEM MASYARAKAT NELAYAN

5 Nurdin Cirebon Bagan Apung 10 H Mur Makasar Bagan Apung

Masing-masing juragan kapal penarik bagan memiliki anggota tetap bagan yang menjadi langganan tarikannya. Cara juragan mengikat anggotanya agar tidak berpindah kepada juragan kapal motor yang lain bermacam-macam antara lain juragan menyediakan pinjaman modal melaut bagan bilamana pemilik bagan tidak memiliki dana untuk modal melaut. Pinjaman akan dikembalikan esok harinya ketika hasil tangkapan sudah dijual kepada palele. Seandainya aktivitas melaut tidak membuahkan hasil, maka juragan memperkenankan pemilik bagan untuk nendo (tendoan, menunda pembayaran). Pemilik bagan tidak boleh berpindah kepada juragan yang lain jika masih memiliki hutang kepada juragan tersebut. Secara otomatis pemilik bagan terikat kerjasama yang bersifat mengikat jika yang bersangkutan memiliki tendoan. Faktanya hampir keseluruhan bagan memiliki tendoan hutang modal kepada juragan, dan sepertinya sulit untuk melunasinya, sehingga seakan para juragan kapal penarik bagan ini memiliki anggota pemilik bagan yang tetap.

Juragan kapal penarik bagan juga memiliki cara lain untuk memiliki anggota tetap, yaitu memberikan modal kepada anak bagan yang ingin memiliki bagan perahu sendiri. Pembayaran dari modal tersebut bisa dicicil 30% dari bagian bersih yang diberi modal kepada juragan. Selama orang yang diberi modal tersebut masih ada sangkutan hutang modal kepada juragan tersebut, selama itu pula dia harus tetap menjadi anggota tarikan dari juragan yang bersangkutan. Cara terakhir juragan kapal penarik bagan untuk mengikat anggotanya adalah dengan memberikan uang pengikat sebesar 2-3 juta rupiah ketika bergabung menjadi anggota. Jika suatu saat pemilik bagan tersebut ingin berpindah juragan, maka ia harus mengembalikan uang pengikat tersebut. Bagi juragan pemilik kapal penarik, bagan-bagan merupakan sumber utama pendapatan mereka,

semakin banyak mereka menguasai atau memiliki anggota para pemilik bagan, maka semakin besar sumber pendapatan yang masuk ke kantong mereka pada setiap aktivitas melaut para nelayan bagan.

Salah seorang juragan penarik kapal yang dianggap paling besar pengaruh ekonominya di kalangan nelayan bagan adalah H Sama. H Sama berasal dari Bone (orang Bugis) yang masuk ke Sumur sekitar tahun 1990 an. Pada awalnya H Sama hanya nelayan biasa, namun karena keterampilannya sebagai nelayan melebihi nelayan lokal, maka ia cenderung memperoleh hasil tangkapan ikan yang lebih besar. Tahun 1995 H Sama sudah memiliki 4 bagan apung. Kemudian dengan modal yang dipinjam dari Bank, H Sama membeli sebuah kapal motor penarik, pada saat itu harga sebuah kapal motor penarik hanya 15 juta. Sekitar 3 tahun kemudian, kapal tersebut hancur dihantam badai, kemudian H Sama membeli kapal motor lagi seharga 24 juta. Tahun 1999 H Sama memberikan modal kepada 10 0rang anak bagan untuk membuat bagan sendiri (saat itu bagan apung) dengan memberikan uang sebesar masing-masing 9 juta rupiah (seharga bagan apung pada saat itu). Sehingga pada saat itu H Sama memiliki 13 anggota tarikan ditambah 2 tarikan tumpangan menjadi 15 tarikan. Dengan jumlah anggota bagan sebanyak itu, satu kapal motor penarik dirasa tidak cukup sehingga pada tahun 2000 H Sama membeli satu kapal motor penarik. Anggota bagan tarikan H Sama terus berkembang menjadi 25 bagan pada tahun 2009, sehingga H Sama membeli satu kapal motor lagi (harganya sekitar 90 juta). Pada tahun 2013, H Sama memiliki tiga kapal motor penarik dan 20 anggota bagan (lima anggota bagan berpindah ke juragan yang lain lepas dari ikatan H Sama).

Juragan kapal motor penarik bagan selain memiliki jaringan ekonomi dengan nelayan bagan, juga memiliki hubungan kerja dengan kunca, palime-lime dan sampan (juru mudi sampan). Kunca adalah juru mudi dan awak kapal motor penarik. Palime-lime adalah tukang kuras kapal motor. Sampan adalah juru mudi sampan yang bertugas menjemput dan mengantarkan nelayan bagan ke tempat bagan atau ke kapal motor penarik yang di tambatkan di tengah laut atau ditambatkan di sekitar pulau-pulau kecil di pesisir Ujung Kulon.

Kunca mendapatkan bagian 30 % dari bagian hasil bersih juragan kapal motor (juragan sendiri menerima 30% dari hasil keseluruhan tangkapan dikurangi modal melaut). Palime-lime dan sampan sama-sama menerima bagian 5 % dari bagian hasil bersih yang diterima oleh juragan kapal motor. Kunca, palime-lime dan sampan memiliki hubungan kerja yang relatif bersifat tetap dengan juragan kapal motor. Relasi di antara mereka cenderung bersifat vertikal atau lebih berbentuk relasi ekonomi patronase.

Pada setiap aktivitas melaut, nelayan bagan memanfaatkan jaringan ekonomi yang dimilikinya untuk mencukupi kebutuhan modal melaut. Pada musim tangkapan ikan bagus (musim tangkapan ikan puncak) selama bulan April sampai bulan Juni, nelayan hampir tidak memiliki masalah dalam hal permodalan. Pada musim ini nelayan bagan (pemilik bagan) umumnya mengandalkan modal sendiri (pribadi) karena umumnya pendapatan yang berasal dari penjualan hasil tangkapan mencukupi kebutuhan rumah tangga dan dapat disisihkan untuk kebutuhan modal. Dalam setiap kegiatan melaut nelayan bagan harus menyediakan modal sekitar 300-400 ribu rupiah untuk membeli bensin (bahan bakar genset yang diperlukan untuk penerangan/pencahayaan), es batu dan ransum (makanan, minuman dan rokok) bagi nelayan bagan. Bahan bakar solar

untuk kapal penarik sudah disediakan oleh juragan Kapal motor penarik bagan. Penyediaan bahan bakar solar ini berlaku untuk setiap kegiatan melaut sepanjang musim.

Keterangan Pelaku :

JPM : Juragan Perahu Muatan ( Kapal Motor Penarik) Sp : Juru mudi sampan

Kc : Kunca (Juru mudi Kapal Penarik) Plm : Palime-lime ( Tukang Kuras) NB : Nelayan Bagan

Keterangan relasi : = Dipekerjakan

= Rekan kerja, namun jika Pemilik Perahu Muatan berkontribusi dalam modal membuat bagan, maka hubungannya akan berubah menjadi hubungan Patronase

Gambar 60. Pola Relasi dan Hubungan Kerja Juragan Perahu Muatan

Masalah akan muncul ketika tiba musim tangkapan ikan relatif sedikit dan musim barat, dimana para nelayan bagan mengalami krisis persediaan modal melaut. Untuk itu, para nelayan bagan seringkali memanfaatkan jaringan ekonomi yang telah dibangun untuk membantu penyediaan modal melaut. Pelaku ekonomi dalam jaringan ekonomi nelayan bagan yang menjadi andalan utama dalam hal penyediaan modal melaut pada situasi krisis adalah Jurangan kapal motor penarik. Adakalanya nelayan bagan membutuhkan dana tambahan untuk kegiatan pemeliharaan bagan ataupun sekedar mencukupi kebutuhan rumah tangga, nelayan bagan dapat memanfaatkan jaringan ekonominya dengan para pemilik sobong. Antara nelayan pemilik bagan dan pengusaha sobong terjalin jaringan kerja ekonomi yang didasarkan pada hubungan tertentu yang sifatnya lebih horizontal. Pada saat hasil tangkapan kurang baik, pemilik bagan biasanya mengalami kekurangan uang untuk pemeliharaan bagan dan atau modal melaut. Ketika patron mereka yaitu juragan kapal motor enggan memasok pinjaman, biasanya mereka akan meminjam modal dari sobong tertentu dengan imbalan kepastian bahwa hasil tangkapan ikan pada musim tangkapan akan dijual kepada palele yang menjadi anak buah dari sobong yang bersangkutan dengan harga standar yang sudah ditetapkan. Semakin besar pinjaman yang diberikan, pemasaran hasil tangkapan akan semakin terikat kepada pengusaha sobong yang bersangkutan. Konsekuensi dari ikatan tersebut adalah jika pemilik bagan atau bandega sudah berhutang kepada sobong, maka harga ikan yang dijual sedikit lebih murah dari pasaran.

Pelaku ekonomi lainnya yang merupakan salah satu simpul dari jaringan ekonomi nelayan bagan adalah langgan. Langgan merupakan pedagang pengumpul ikan-ikan hasil tangkapan nelayan selain teri, tembang dan lemeut (seperti tongkol, tenggiri, kuwe, kakap dan lain-lain). Ikan-ikan ini bukan tujuan utama aktivitas melaut nelayan bagan, melainkan hanya merupakan sampingan. Ketika jaring/waring sudah diturunkan, biasanya memakan waktu sekitar dua jam menunggu ikan-ikan kecil berkumpul. Pada saat menunggu tersebut, para nelayan bagan dan gegemi memanfaatkan waktunya memancing ikan besar di bagan. Hasilnya merupakan penghasilan sampingan nelayan bagan. Ketika nelayan bagan mendapatkan pinjaman dana dari langgan, maka secara otomatis nelayan bagan tersebut menjadi anggota dari langgan yang bersangkutan. Konsekuensinya nelayan bagan harus menjual hasil tangkapan sampingan (pancingan) kepada langgan tersebut.

Nelayan bagan juga dapat memanfaatkan hubungan ekonomi dalam jaringan ekonomi yang terbangun antara nelayan dengan warung sembako. Warung sembako di wilayah ini memiliki langganan para nelayan bagan yang dianggap dapat dipercaya. Ketika pemilik warung sembako memiliki kepercayaan pada nelayan tertentu, maka pada masa-masa krisis nelayan dapat meminjam sembako maupun kebutuhan ransum melaut, asalkan nelayan dapat menjadi langganan tetap dan melakukan pembayaran ketika mendapatkan tangkapan ikan.

Ketika simpul-simpul dalam jaringan ekonomi nelayan bagan yang sudah disebutkan di atas belum sepenuhnya mampu menutupi kebutuhan dana nelayan bagan (baik untuk modal melaut, kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pemeliharaan bagan), maka jalan terakhir adalah memanfaatkan satu simpul jaringan lagi yaitu bank keliling. Bank keliling merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih nelayan bagan dalam situasi krisis, karena bank keliling dapat menyediakan dana dengan persyaratan yang tidak berbelit-belit. Syaratnya hanyalah bahwa nelayan bagan harus menyanggupi melakukan pembayaran dalam jangka waktu tertentu seperti yang telah disepakati sebelumnya. Misalnya ketika nelayan bagan meminjam dana sebesar satu juta rupiah, maka dia harus mengembalikan dana sebesar 1,2 juta rupiah dalan jangka waktu 48 hari, masing- masing 25 ribu rupiah perhari. Jika pada hari tertentu nelayan bagan sedang tidak ke laut, maka cicilan hari tersebut diakumulasikan ke hari berikutnya sampai nelayan memperoleh tangkapan ikan dan dapat membayarnya.

Keterangan Pelaku

PB = Nelayan Bagan Perahu PS1 = Pemilik Sobong 1 PS2 = Pemilik Sobong 2

Keterangan relasi dan Hubungan Ekonomi

= Memberikan pinjaman modal tanpa syarat, dikembalikan dalam jangka waktu tertentu = Sobong memberikan bantuan modal dengan syarat ikan teri tanggapan harus dijual kepada

palele anak buah sobong tersebut

= Warung memberi modal berupa barang ransum (makanan, rokok, air mineral gallon) dengan syarat menjadi langgan tetap, terkadang mendapat tip sedikit ikan segar dari nelayan = Juragan Perahu Muatan menyediakan solar dan kapal penarik bagan termasuk tenaga

kerjanya yaitu kunca (juru mudi) dan palime-lime (tukang kuras)

= Memberi tip uang rokok kepada anak bagan atau memberi pinjaman modal kepada pemilik bagan, dengan syarat tangkapan sampingan (ikan tongkol, tenggiri dan ikan-ikan besar lainnya di jual kepada langgan tersebut

Gambar 61. Arus Permodalan dalam Jaringan Ekonomi Nelayan Bagan

Keterangan relasi dan Hubungan Ekonomi

= Memberikan pinjamandengan syarat tertentu dandikembalikan dalam jangka waktu tertentu

= Memberikan pinjaman modal dengan syarat ikan teri tanggapan harus dijual kepada palele anak buah sobong tersebut

= Memberi modal berupa barang ransum (makanan, rokok, air mineral gallon) dengan syarat menjadi langganan tetap, terkadang mendapat tip sedikit ikan segar dari nelayan

= Menyediakan solar dan kapal penarik bagan termasuk tenaga kerjanya yaitu kunca (juru mudi) dan

palime-lime

= Memberi pinjaman modal kepada pemilik bagan, dengan harapan tangkapan sampingan (ikan tongkol, tenggiri dan ikan-ikan besar lainnya di jual kepada langgan tersebut

Gambar 62. Relasi dalam Jaringan Ekonomi Nelayan Bagan

BK = Bank Keliling

JPM = Juragan Perahu Muatan (Kapal Penarik) Wr = Warung Sembako

Ln = Langgan Pedagang Pengumpul

Keterangan Pelaku Ekonomi PB = Nelayan Bagan Perahu PS1 = Pemilik Sobong 1 PS2 = Pemilik Sobong 2 BK = Bank Keliling

JPM = Juragan Perahu Muatan (Kapal Penarik) Wr = Warung Sembako

Ln = Langgan PLs = Pedagang Lepas

Ppl = Pedagang pengumpul besar Plm = Palime-lime

Kc = Kunca (juru mudi kapal penarik) P1 = Palele 1

P2 = Palele 2 Sp = Sampan

Pola Relasi Nelayan Jaring dan Nelayan Pancing

Nelayan jaring adalah nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring. Di wilayah setempat umumnya menggunakan jaring rampus (2 x 2.5 cm) dan jaring

bolo’on (4 x 4 cm). Jaring rampus digunakan untuk menjaring ikan-ikan

berukuran sedang sampai besar seperti kembung, cumi, belahan, tongkol dan lain-

lain. Jaring bolo’on digunakan untuk menjaring ikan yang lebih besar. Jika

nelayan jaring melakukan aktivitas melautnya dengan one day fishing (berangkat sore hari tiba di pagi hari), biasanya menggunakan perahu (jukung colek) yang diberi mesin tempel 5.5-9 PK. Sedangkan nelayan jaring melakukan aktivitas melaut sekitar 3-4 hari menggunakan perahu motor dengan mesin dompleng atau menggunakan perahu congkreng fiber dengan mesin tempel 15 PK.

Gambar 63. Alat Tangkap Nelayan Jaring/Pancing

Nelayan Pancing adalah nelayan yang melakukan aktivitas melautnya dengan menggunakan alat tangkap pancing. Terdapat nelayan yang mengkhususkan kegiatan penangkapan ikan dengan cara pancing, artinya sepanjang tahun mereka menggunakan alat tangkap ini dan umumnya ikan yang dapat dipancing berupa ikan-ikan besar berupa tenggiri, tuna, gerung dan lain- lain. Namun ada pula nelayan bagan yang menggunakan alat tangkap pancing, ketika musim ikan teri sudah berlalu. Kegiatan melaut dengan pancing ini dimaksudkan sebagai kegiatan produktif nelayan bagan untuk mengisi waktu luang sampai musim ikan teri tiba kembali. Biasanya kegiatan memancing dilakukan dalam waktu empat hari dengan perbekalan lengkap (bahan bakar, bahan makanan, box pendingin dan es batu). Umumnya alat tangkap pancing lebih disukai oleh nelayan ujung Kulon dibandingkan alat tangkap. Oleh karena alat tangkap pancing tidak perlu kegiatan pemeliharan yang yang membutuhkan waktu khusus seperti alat tangkap jaring. Jaring setiap sehabis melaut harus diperbaiki/disulam bagian-bagian yang robek dan harus dilakukan setiap waktu dan butuh biaya pemeliharaan serta keterampilan khusus, sedangkan pancing tidak

Jukung Colek tanpa mesin Jaring Rampus

Jaring bolo’on

Perahu motor sope

dengan mesin dompleng Perahu congkreng fiber

dengan mesin tempel

Perahu congkreng

dengan mesin tempel

Jukung colek dengan mesin tempel

perlu pemeliharaan khusus. Hanya saja untuk alat tangkap pancing, nelayan harus menyediakan tambahan biaya untuk membeli umpan.

Penggunaan alat tangkap pancing juga memiliki kelebihan lain yaitu ikan yang dapat dipancing hampir dipastikan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan harga jual yang stabil seperti tenggiri, tuna dan gerong, sehingga hal ini lebih menjanjikan keuntungan hasil tangkapan kepada para nelayan. Umumnya kegiatan memancing dilaut dilakukan pada bulan Oktober – Pebruari disaat musim tangkapan teri sedikit dan musim paila (paceklik). Dari segi kuantitas tangkapan, aktivitas melaut dengan menggunakan pancing ini tidak menjanjikan tangkapan dalam jumlah dan kuantitas yang banyak, namun dari segi kualitas ikan tangkapan lebih dimungkinkan.

Nelayan jaring dan nelayan pancing yang menggunakan perahu congkreng dan melakukan aktivitas melaut one day fishing umumnya membutuhkan modal antara 50-100 ribu rupiah per sekali melaut untuk membeli bahan bakar dan perbekalan selama laut. Jika musim tangkapan sedang sulit yang berarti hasil tangkapan ikan terkadang tidak seperti yang diharapkan, maka nelayan akan menekan permodalan sekecil-kecilnya, biasanya yang dikurangi adalah aspek perbekalan (bahan makanan). Jika nelayan pancing dan nelayan jaring melakukan aktivitas melaut three or four day fishing yang menggunakan perahu motor, maka mereka membutuhkan modal sekitar 700 rb- 1,5 juta rupiah per sekali melaut, tergantung jenis kapal yang digunakan dan banyaknya perbekalan. Semakin besar kapasitas mesin yang digunakan, semakin besar jumlah bahan bakar yang diperlukan dan otomatis semakin besar pula modal melaut yang harus dipersiapkan.

Pemenuhan aspek permodalan nelayan jaring dan nelayan pancing berasal dari berbagai sumber permodalan. Umumnya nelayan yang melakukan aktivitas melaut melaut one day fishing sumber permodalannya berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal pinjaman berasal dari kerabat, Bank Keliling dan warung sembako. Jumlah modal yang diperlukan tidak terlalu banyak sehingga jarang sekali nelayan jenis ini meminjam modal kepada langgan.

Perahu yang Digunakan Untuk Memancing

Tali Pancing Mata Pancing

Keterangan Pelaku

NJ/NP = Nelayan Jaring/Pancing Krbt = Kerabat

Palele = Pembeli ikan di tengah laut PMDs = Pemodal Desa

BK = Bank Keliling Wr = Warung Sembako

Keterangan relasi dan Hubungan Ekonomi

= Palele memberikan bantuan modal dengan syarat ikan tangkapan harus dijual kepada palele, namun pinjaman harus dikembalikan keesokan hari, tidak ada tendoan

= Warung memberi modal berupa barang ransum (makanan, rokok, air mineral gallon) dengan syarat menjadi langganan tetap warung, namun pinjaman juga harus dikembalikan keesokan harinya

= Kerabat dapat menjadi alternatif sumber modal jika jumlah modal yang diperlukan relatif sedikit

= Pemodal desa memberikan pinjaman modal kepada nelayan dengan bunga pinjaman yang telah ditetapkan, waktu pengembalian dan bunga pinjaman cenderung fleksibel dan ditetapkan atas dasar kesepakatan

= Bank Keliling memberikan pinjaman modal tanpa syarat, dikembalikan dalam jangka waktu tertentu dan bunga tertentu

Gambar 64. Arus Permodalan dalam Jaringan Ekonomi Nelayan Jaring/Pancing dengan aktivitas one day fishing

BK Krbt Wr Palele NJ & NP (one day fishing) PMDs

Keterangan Pelaku

NJ/NP = Nelayan Jaring/Pancing Krbt = Kerabat

Palele = Pembeli ikan di tengah laut PMDs = Pemodal Desa

BK = Bank Keliling Wr = Warung Sembako

Ln = Langgan Pedagang Pengumpul Keterangan relasi dan Hubungan Ekonomi

= Palele memberikan bantuan modal dengan syarat ikan tangkapan harus dijual kepada palele, namun pinjaman harus dikembalikan keesokan hari, tidak ada tendoan

= Warung memberi modal berupa barang ransum (makanan, rokok, air mineral gallon) dengan syarat menjadi langganan tetap warung, namun pinjaman juga harus dikembalikan keesokan harinya

= Kerabat dapat menjadi alternatif sumber modal jika jumlah modal yang diperlukan relatif sedikit

= Pemodal desa memberikan pinjaman modal kepada nelayan dengan bunga pinjaman yang telah ditetapkan, waktu pengembalian dan bunga pinjaman cenderung fleksibel dan ditetapkan atas dasar kesepakatan

= Bank Keliling memberikan pinjaman modal tanpa syarat, dikembalikan dalam jangka waktu tertentu dan bunga tertentu

= Memberi tip uang rokok kepada anak bagan atau memberi pinjaman modal kepada pemilik bagan, dengan syarat tangkapan sampingan (ikan tongkol, tenggiri dan ikan- ikan besar lainnya di jual kepada langgan tersebut

Gambar 65. Arus Permodalan dalam Jaringan Ekonomi Nelayan Jaringdan Nelayan Pancing dengan aktivitas three or four day fishing

Keterangan Pelaku

NJ/NP = Nelayan Jaring/Pancing Bakul = Pedagang ikan eceran kecil Palele = Pembeli ikan di tengah laut

Langgan adalah orang/pemodal yang memberi pinjaman modal kepada pihak nelayan yang ingin melakukan aktivitas melaut termasuk keperluan nelayan pada saat mereka melaut, dapat berupa bahan makanan, bahan bakar, alat/sarana tangkap maupun kebutuhan lain yang dibutuhkan oleh nelayan dalam menangkap ikan. Langgan merupakan pedagang pengumpul tingkat desa yang mengumpulkan hasil tangkapan nelayan untuk dipasarkan ke wilayah atas desa. Pembayaran dari pinjaman modal melaut dibayarkan setelah nelayan mendapatkan tangkapan ikan. Hasil tangkapan nelayan dijual kepada langgan dengan harga yang telah ditetapkan. Nelayan yang umumnya mendapatkan pinjaman modal dari langgan umumnya nelayan jaring dan nelayan pancing yang melakukan aktivitas melaut di atas tiga hari (three or four day fishing). Ketika hasil tangkapan ikan lebih kecil nilainya dari nilai pinjaman, maka nelayan dibenarkan nendo (menunggak pinjaman) kepada langgan. Selama nelayan masih memiliki tendoan (tunggakan), maka nelayan tidak diperkenankan untuk menjual tangkapannya kepada langgan yang lainnya.

Nelayan jaring dan pancing yang tidak terikat pinjaman modal kepada langgan tertentu lebih bebas memasarkan hasil tangkapannya. Biasanya mereka menjual ikan kepada palele (anak buah langgan) yang melakukan pembelian ikan di tengah laut, para bakul (pedagang kecil yang umumnya dilakukan oleh wanita) yang menunggu di basisir atau langsung pada konsumen (lokal maupun wisatawan) yang menunggu di basisir untuk membeli ikan segar.

Nafkah Ganda dan Alokasi Tenaga Kerja Rumah Tangga : Upaya Menguatkan Social Security di Level Rumah Tangga

Rumah tangga nelayan di wilayah penelitian menerapkan diversifikasi nafkah berupa pola nafkah ganda dan alokasi sumberdaya manusia dalam rumah tangga dimana anggota rumah tangga dilibatkan untuk kegiatan mencari nafkah. Strategi ini ditempuh dengan tujuan bertahan hidup dalam situasi krisis dalam upaya untuk menambah sumber pendapatan rumah tangga. Dalam strategi pola nafkah ganda, sektor di luar perikanan merupakan sumber nafkah penting untuk menutup kekurangan pendapatan dari sektor perikanan. Alokasi tenaga kerja rumah tangga berarti upaya untuk memanfaatkan secara optimum potensi tenaga kerja rumah tangga baik pria maupun wanita dan anak dalam kegiatan ekonomi dan menambah pendapatan rumah tangga baik bersumber dari sektor perikanan maupun di luar sektor perikanan.

Terdapat pola pembagian kerja yang nyata antara kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan, istri nelayan yang menjadi ibu rumah tangga dan anak-anak para nelayan. Umumnya para nelayan sebagai kepala keluarga terlibat secara penuh pada tahap produksi (penangkapan ikan) di sektor perikanan pada musim-musim tangkapan banyak dan musim tangkapan sedikit, sehingga keterlibatannya pada pekerjaan mencari nafkah pada sektor di luar perikanan menjadi berkurang. Sebaliknya jika tiba musim tangkapan ikan sedikit dan musim paceklik yang membuat frekuensi nelayan turun ke laut menjadi sedikit, sehingga banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan mencari nafkah di luar kegiatan ekonomi menangkap ikan. Para wanita yang menjadi ibu rumah tangga nelayan umumnya memiliki kegiatan ekonomi produktif dengan terlibat pada sektor pengolahan ikan dan sektor perdagangan. Pada kegiatan

pengolahan ikan, lazim ditemui para wanita yang berburuh di sobong (unit pengolahan teri rebus kering), mengolah ikan menjadi ikan asin, maupun membuat produk olahan ikan lainnya seperti otak-otak dan baso ikan untuk di jual. Di sektor perdagangan, para bakul kecil (pedagang kecil eceran) yang ada di