• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oppung na mula jadi nabolon do namartua, sudema hita diparorot

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 94-98)

B. Maningkir tangga

1 Oppung na mula jadi nabolon do namartua, sudema hita diparorot

Maknanya memuja pendahulu ‘nenek moyang’ yang akan menjaga kita.

Tuhanta do namartua, sudema hita diparorot.

Maknanya hanya Tuhan yang berkuasa yang akan menjaga kita.

2 Ndang tuktuhon batu, dakdahan simbora

Ndang tuturan datu, ajaran na marroha

Sudah tidak digunakan lagi umpasa ini. Sebab dianggap sudah tidak zamannya hanya menganggap datu/ dukun sebagai orang pintar.

Tabel pergeseran penggunaan bahasa pada umpasa dulu dan sekarang

4.2.6 Tor-tor Sebagai Seni Tari pada Pernikahan Adat Batak Toba

Seni tari yang dimunculkan secara langsung pada pesta adat pernikahan

secara adat Batak Toba adalah tor-tor.

Tortor dilakukan dalam setiap kegiatan adat maupun hiburan bagi masyarakat Batak Toba. Secara keseluruhan tortor ini senantiasa diiringi gondang sesuai dengan nama tortor yang ditampilkan. Tortor memiliki penggunaan dan penyajian yang berbeda-beda sesuai dengan kedudukannya dalam unsur Dalihan na Tolu. Misalnya saja tortor Hulahula tidak boleh dilakukan boru demikian sebaliknya termasuk dalam prosesi pernikahan secara adat Batak Toba, walau untuk beberapa hal tortor juga memiliki unsur dasar gerak yang hampir sama satu dengan yang lainnya. Seperti yang terungkap pada hasil wawancara dengan Ibu I boru Siburian berikut:

Tortor dalam upacara perkawinan dimulai dengan masuknya orang tua pengantin ke dalam gedung tempat dilaksanakannya (adat nagok) atau adat yang sepenuhnya. Orang tua pengantin berdiri di pintu masuk bersama keluarga pihak laki-laki. Kemudian dipanggillah terlebih dahulu pihak Hulahula (pihak perempuan) untuk memasuki ruangan diikuti hadirin dan undangan lainnya. Dengan para pelaku adat melakukan gerakan-gerakan tertentu yang punya makna simbolik sesuai dengan posisi masing-masing dalam Dalihan na Tolu. Dengan diiringi musik seluruh undangan memasuki ruangan sambil menyalami pengantin dan keluarganya. Keluarga Hulahula secara umum datang membawa beras di dalam tandok “tempat beras yang dianyam yang terbuat dari daun pandan”. Beras yang dibawa hulahula ini disebut juga sebagai boras si pirni tondi (beras yang menguatkan semangat).

Demikian juga saat manjalo tumpak” (sumbangan tanda kasih) dari undangan pengantin laki-laki. Gondang akan mengiringi undangan datang menyalami suhut (tuan rumah) dan memberikan amplop berisi uang kepada pengantin atau tempat berupa baskom besar yang sudah disediakan oleh keluarga pengantin laki-laki sambil berjalan dan manortor.

(I.S boru Siburian, wawancara 2 Agustus 2013)

Untuk suatu upacara perkawinan tortor bukan hal yang wajib dilakukan, namun fenomena yang terjadi belakangan ini dalam pernikahan Batak Toba di wilayah Jakarta dan sekitarnya umumnya dimunculkan tor-tor walau bukan dengan iringan “gondang sabangunan” namun menggunakan music pop atau tor-tor kreasi yang pola dan gerakannya mengikuti aturan tor-tor yaitu: tortor mula-mula, tortor somba, tortor mangaliat dan yang terakhir tortor tio. Sebelum tortor hasahatan/sitio-tio atau setelah tortor mangaliat, jenis tortor yang lain dapat diminta dan ditarikan sesuai permintaan undangan yang hadir dan disesuaikan dengan upacara atau pesta yang berlangsung. Tor-tor itu dimainkan ketika “horong/ rombongan” hendak menyampaikan hak atau kewajibannya pada pasangan pengantin misalnya: memberi boras si pir ni tondi, ulos, tuppak dll.

- Tortor mula-mula yaitu tortor yang menggambarkan penyampaian segala permohonan kepada yang Maha Pencipta sumber segala anugerah, biasanya ditampilkan pada permulaan tor-tor akan digelar.

- Tortor Si bungka pikkiran yaitu tortor yang mengajak manusia untuk tidak tenggelam dalam kekecewaan, mengajak untuk bergerak dinamis dengan mengutamakan kecerdasan dan mampu menganalisa serta tepat membuat keputusan.

- Tortor Si bunga jambu adalah tortor yang biasa ditarikan oleh muda-mudi dengan harapan perkenalan akan berlanjut ke arah membina rumah tangga, dll.

Makna manortor pada pesta pernikahan merupakan suatu simbolisasi yang mencerminkan suatu makna bentuk hubungan yang baik dalam unsur kekerabatan antara hulahula, dongan sabutuha dan boru. Tortor Mangaliat memperlihatkan bentuk tarian yang dilakukan pihak hulahula menyentuh kepala boru (memberikan berkat pasu-pasu) dan menyentuh pundak dongan sabutuha menggunakan ulos yang dipakai di pundak sebelah kanan hulahula.

Selain yang sudah diuraikan di atas pada prosesi pernikahan ada juga tor-tor khusus naposo yaitu rekan muda-mudi dari pasangan yang pernikahannya diresmikan dan tor-tor untuk pasangan pengantin. Kedua tor-tor yang disebut terakhir untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya sudah jarang digelar, seperti yang terdapat pada kutipan wawancara dengan bapak R. Simatupang berikut ini:

Di daerah untuk pesta pernikahan ada yang disebut tor naposo dan tor-tor pengantin. Pengantin diarak dan diberi waktu khusus untuk manortor-tor, dan hadirin diberi kesempatan untuk memberikan sumbangan seiklasnya kepada

pasangan pegantin hal ini menjadi salah satu pembeda pesta pernikahan di tanah Batak dengan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Di daerah terlihat kalau pengantin itu lebih aktif. (R. Simatupang, wawancara 15 September 2013)

Selain dari tor yang diberikan oleh hula-hula pada pernikahan Batak Toba, tor-tor lain hanya berupa kreasi dan tidak begitu memiliki makna khusus, namun lebih kepada hiburan dan pemberi suasana ceria pada berlangsungnya pesta. Seperti halnya seni suara juga pada pernikahan adat Batak Toba sifatnya hanya hiburan semata dan tidak mewakili makna tertentu.

4.3 Pembahasan

Materi pokok pada pembahasan ini diurai oleh penulis berdasarkan hal-hal yang termaktub pada focus penelitian dengan rincian berikut:

4.3.1 Simbolisasi ucapan selamat yang diberikan dalam upacara pernikahan secara adat Batak Toba

Budaya selalu berkembang sesuai dengan pola fikir masyarakat pada kurun waktu tertentu. Harris (1964:16) mengungkapkan bahwa budaya turun menjadi pola tingkah laku pada kelompok masyarakat, untuk kemudian menjadi adat istiadat. Adat istiadat umumnya sarat dengan symbol-simbol, dan tiap symbol mewakili makna tertentu yang hanya dipahami oleh kelompok masyarakat pengguna adat berikut symbol dimaksud.

Demikian halnya dengan pernikahan secara adat Batak Toba merupakan suatu pernikahan yang sarat dengan simbolisasi seperti halnya pernikahan secara adat pada umumnya, baik dalam prosesi secara keseluruhan maupun sebagai ucapan selamat

kepada pasangan pengantin dan kepada keluarga masing-masing pengantin yang menurut aturan pada prosesi adat Batak Toba berhak atas benda-benda tertentu yang digunakan sebagai symbol sehubungan dengan adat pada pernikahan yang sedang dilaksanakan.

Simbol yang digunakan pada upacara pernikahan secara adat Batak Toba mencakup materi (uang), sandang (ulos), pangan (beras dan lauk pauk) yang oleh masyarakat Batak Toba disebut dengan ‘namargoar’. Tiap symbol mewakili makna tertentu. Symbol yang digunakan; diberikan, diterima serta didisribusikan sesuai dengan posisi masing-masing/ parhundulon pihak pada adat yang sedang terlaksana. Berikut akan diurai secara singkat symbol-simbol yang digunakan oleh masing-masing pihak dengan makna yang melekat padanya:

4.3.1.1 Simbolisasi dari keluarga parboru

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 94-98)