• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORANG-ORANG BERTOPENG

Dalam dokumen Bulan Jatuh Di Lereng Gunung 11-20 (Halaman 23-60)

12. ORANG-ORANG BERTOPENG

TEPAT SEKALI dugaan Bogel. Diah Windu Rini memang puteri Madura. Dia salah seorang puteri Adipati Cakraningrat. Seorang puteri berkepandaian tinggi, angkuh dan galak Sedang Gemak Ideran putera Sawunggaling patih Kadipaten Surabaya yang mengusir Adipati Surengrana dan Secadirana dari kediamannya.

Tatkala ayahnya berontak, ia berada dalam asuhan seorang pendekar dari gunung Wilis sehingga tidak terlibat langsung. Oleh saran gurunya, ia berangkat ke Madura menghadap Adipati Cakraningrat untuk memperoleh perlindungan, (LihatWillem GJ, Remmelink : Babak Pertama Pemerintahan Paku Buana II 1726- 1733 halaman 37).

Satu tahun lamanya, Gemak Ideran berada di Kadipaten Madura. la berkenalan dengan Diah Windu Rini yang berkepandaian tinggi dan Niken Anggana yang lembut hati, Pada suatu hari, Adipati Cakraningrat memanggil Diah Windu Rini dan Gemak Ideran menghadap padanya. Mereka diperintahkan untuk mengawal Niken Anggana pulang ke Kartasura.

- Tetapi ayah, kepandaiannya belum sempurna. - Diah Windu Rini heran. - Dia baru mewarisi sepertiga bagian kepandaian gurunya -

- Kau maksudkan Wangsareja ? - Adipati Cakraningrat menegas. - Siapa lagi kalau bukan behau ? -

Adipati Cakraningrat tertawa terbahak-bahak. Sahutnya :

- Anakku, Wangsareja memang seorang pendekar jempolan untuk wilayah Madura. Tetapi dibandingkan dengan ayah Niken, ia kalah jauh. -

- Ayah maksudkan paman Haria Giri ? -

Adipati Cakraningrat tidaksegeramenjawab. Tiba-tiba saja ia melemparkan pandang di jauh sana. Beberapa detik lamanya ia berenung-renung. Lalu tersenyum atau lebih tepat dikatakan mengulum senyum. Dan baru ia berkata lagi seperti kepada diri-nya sendiri :

- Kau tahu, anakku ? Pada jaman ini tiada seorangpun yang dapat melebihi kepandaian Haria Giri. Tidak hanya ilmu pedang-nya saja, tetapi pengetahuannya pula. Sungguh ! Sebenarnya aku berguru padanya. -

- Berguru padanya ? - Diah Windu Rini tercengang. Benar-benar ia tidak mengerti maksud ayahnya. Betapa mungkin ayahnya berguru kepada Haria Giri yang berada jauh di Kartasura ?

- Baiklah kuterangkan, anakku. - ujar Adipati Cakraningrat

- Semenjak P.B. II naik tahta, banyak orang-orang besar yang tergoncang dari kedudukannya, Pangeran Purbaya di Blitar, Pangeran Arya Mangkunegara, Surengrana, Secadiningrat,Suradirana, Ranuhita, Sarengat dan akhirnya Patih Danureja sendiri Tetapi Haria Giri luput dari ancaman macam apapun. Bukankah hebat, -

- Ayah ? Sebenarnya apa hubungannya dengan mereka semua? - Diah Windu Rini lebih-lebih tak mengerti .

- Haria Giri adalah pengawal pribadi Sri Baginda. Pada suatu hari dia mengulurkan tangan untuk menolong Patih Danureja dari ancaman Kompeni Belanda di Jakarta. Karena itu, dia diangkat menjadi orang kepercayaan Patih Danureja. Dengan demikian, ia mengabdi kepada dua majikan yang sebenarnya bermusuhan. Tetapi ia dapat memerintah Laskar Kepatihan dan Laskar Keraja-an sekaligus. Bukankah aneh dan mengherankan ? Ajaibnya lagi, masing-masing majikan bersedia mendengarkan kata-katanya. Pendek kata, Haria Giri menjadi orang kepercayaan dua majikan yang saling mendengki dan bermusuhan. Ah, tentunya kau tidak mengerti, karena peristiwa itu terjadi sewaktu engkau masih kanak-kanak. Tetapi satu hal yang harus kau pegang, bahwasa-nya aku kagum kepada akal-muslihatnya yang rapih, rapat danjitu. Dan apa yang kulakukan sekarang ini, anakku, benar-benar meniru caranya bekerja...-

Tentu saja Diah Windu Rini tidak mengerti maksud ayahnya. Tetapi Haria giri pasti seorang ahli pedang yang jempolan. Kalau tidak, mustahil ayahnya menghormati begitu tinggi. Sebab ayahnya tidak pernah memandang mata terhadap siapapun. Ayahnya adalah ipar Sri Sunan Paku Buwana II. Kawin dengan R.A Bengkring pada tahun 1726, adik satu-satunya Sri Sunan yang amat dicintainya. Meskipun demikian, menolak nadir pada hari Maulud ke Kartasura sebagai tanda berbakti para adipati terhadap Sri Baginda. Malahan dengan berani meminta wilayah Prabaling-ga, Bangil dan Pasuruan, sebagai mas kawin.

- Karena itu, anakku. - Adipati Cakraningrat melanjutkan kata-katanya. - Adalah suatu kehormatan besar bagiku, bahwa dia berkenan mengirimkan puterinya di bawah pengawasanku. Ini suatu jaminan yang meyakinkan. -

- Jaminan apa ? - Diah Windu Rini tercengang.

- Bahwasanya saran-saran, nasehat-nasehatnya dan sikapnya terhadapku keluar dari hati yang halus dan jujur. -

- Bila demikian halnya, apa sebab ayah membiarkan Niken Anggana pulang kampung ? -

- Itupun terjadi akibat aku meniru cara bekerjanya. - sahut Adipati CakraningraL Lalu tertawa terbahak-bahak sampai terbatuk-batuk.

- Ayah ! Janganlah ayah bermain teka-teki kepadaku ! - ujar Diah windu Rini setengah berseru. - Dua kali ayah menyebut istilah meniru cara bekerjanya. sebenarnya bagaimana ? -

Karena terbatuk-batuk, Adipati Cakraningrat tidak dapat menjawab pertanyaan puterinya dengan segera. la perlu meneguk air tehnya yang disedu dengan gula lembut Baru ia berkata dengan sabar:

- Kita ini anak keturunan Trunajaya. Menurut Kompeni dan pihak Kartasura, kita ini keturunan pemberontak. Juga kau Gemak Ideran. Kaupun disebut anak pemberontak, karena ayah-mu pernah membuat geger kota Surabaya, itulah sebabnya kalian harus bersikap waspada terhadap Kompeni Belanda beserta antek-anteknya. Kalianpun jangan terlalu bersahabat dengan orang-orang Kartasura, kecuali terhadap Haria Giri dan Niken Anggana. Kalian berdua boleh bersikap garang terhadap siapapun. Aku yang merestui. Tetapi terhadap Niken Anggana kalian harus meng-hormati dan bersikaplah yang manis. Kalian tahu, apa sebabnya ? -

Diah Windu Rini dan Gemak Ideran menggelengkan kepala-nya hampir berbareng. Dan Adipati Cakraningrat melanjutkan keterangannya:

- Kalau begitu, dengarkan dan perhatikan semua kata-kataku ini! Kalau tidak, kalian bakal tidak mengerti ujung-pangkal cerita yang akan kuterangkan kepada kalian, nah, Gemak Ideran ! Tutuplah pintu itu rapat-rapat! Perintahkan beberapa pengawal agar menjaga jangan sampai serambi ini dimasuki orang lain ! -

Dengan tergesa-gesa, Gemak Ideran melaksanakan perintah Adipati Cakraningrat. Sebelas pengawal Kadipaten diperintahkan untuk menjaga dan mengamankan Gedung kediaman Adipati Cakraningrat Setelah semuanya beres, segera ia balik menghadap untuk memberikan laporan.

- Sekarang, dengarkan! Kalian berdua sudah waktunya untuk memahami urusan negeri. - Adipati Cakraningrat mulai. - P.B. II kini adalah penguasa Kerajaan Kartasura dengan sebutan Sri Susuhunan Paku Buwana II. Pada waktu mudanya bernama Prabayasa. Dia putera Ratu Amangkurat Meskipun ayahandanya, Raja Amangkurat Jawi menunjuk dia sebagai penggantinya, namun begitu Prabayasa naik tahta, Arya Mangkunegara dibuang sampai ke Ceylon. Tetapi semenjak itu, negeri dalam keadaan kacau-balau. Para pembesar saling mencurigai dan akhirnya saling fitnah memfitnah. Karena khawatir diriku akan menggunakan kesempatan itu untuk berdiri sendiri, maka aku memperoleh karunia untuk menjadi salah satu anggauta keluarga raja. Tegas-nya, aku kawin dengan bib'imu R. A Bengkring atau Raden Ajeng Sitisundari. -

- Tersebutlah seorang ahli pedang kenamaan yang bernama Haria Giri. Sesungguhnya, dia adalah salah seorang pengawal andalan almarhum Raja Amangkurat Jawi. Sebelum wafat, raja berfirman agar puteranya kelak memperhatikan kedudukan Haria Giri. Tegasnya, agar diperkokoh kedudu kannya. Tetapi Haria Giri mempunyai pikirannya sendiri. la pandai membaca keadaan negara. Melihat, Patih Danureja ikut memegang peranan dalam tata-pemerintahan, ia mendekati. Tentu saja, tidak mudah ia mengambil hati patih yang cerdik-pandai itu. Tetapi pada suatu hari, ia datang kemari. Ini terjadi waktu aku belum menjadi adik ipar Sri Baginda. Waktu itu, aku masih ragu-ragu untuk menerima bibima Tetapi dengan tegas, ia menganjurkan diriku agar ber-kenan menjadi ipar raja. Mintalah Probolinggo, Bangil dan Pasuruan sebagai emas kawin, katanya. Mengapa begitu, aku minta keterangan. Jawabnya untuk menggugah perhatian Kompeni. Kompeni pasti tidak setuju. Jika demikian, aku harus berkirim surat kepada Kompeni agar Madura berada langsung di bawah peniliknya. Ah, sungguh hebat akal Haria Giri. Dia tahu dengan pasti, bahwa Danureja bersekongkol dengan Kompeni untuk menjatuhkan raja dari kedudukannya. Patih yang cerdik itu ingin mengangkat dirinya menjadi raja. Semboyannya sederhana saja. Kalau raja bisa menggeser Arya Mangku negara, mengapa dirinya tidak bisa ? Hm...hm...kalian berdua tentu tidak dapat membaca maksud Haria Giri yang sesungguhnya, bukan ? Akupun begitu juga. Bahkan sampai kini. Sesungguhnya dia ber-fihak kepada raja atau kepada Danureja ? -

- Lalu ? - Diah Windu Rini memotong karena tidak sabar.

- Sekarang agak jelas. Patih Danureja dibuang Sri Baginda pada tahun 1733, dan kedudukan Haria Giri makin kuat Maka tahulah aku, bahwasanya pembuangan Pangeran Arya Mangkunegara adalah akal Patih Danureja. Sebab waktu itu, raja masih kanak-kanak sehingga akan mudah dikendalikan. Sebaliknya Pangeran Arya Mangkunegara, seorang satria besar, gagah-berani, pandai dan jujur. Terus terang saja, Danureja segan terhadapnya. Dalam segala halnya, ia tidak dapat berlawan-lawanan. Dia boleh menga-ku bersahabat dengan Kompeni. Tetapi Kompeni justru mencintai dan menghormati Arya Mangkunegara, Maka orang itu perlu disingkirkan melalui fitnah. -

- Melalui fitnah ? Fitnah apa ? - Diah Windu Rini minta keterangan.

Adipati Cakraningrat tertawa perlahan melalui dadanya. Setelah menghirup nafas lalu berkata dengan tersenyum :

- Sebenarnya ini urusan orang-orang tua. Tetapi karena aku sudah terlanjur membawa engkau berdua membicarakan urusan negeri, maka perlu kau ketahui pula. -

Ia berhenti tersenyum. Meneruskan :

- Ada seorang gadis bernama Wirasmara. Baik wajah, potongan tubuh dan lagak-lagunya, mirip dengan almar-humah isterinya yang sangat dicintainya. Kebetulan sekali Wirasmara berteman baik dengan almarhumah isterinya. Tak disa-darinya sendiri, ia menaruh hati kepada Wirasmara dan ingin memperisterikan. Alangkah terkejut dia, sewaktu mendengar kabar bahwa

Wirasmara dahulu bekas kekasih Sri Baginda, Tetapi dia tidak kekurangan akal. la membicarakan keinginannya itu kepada Nitipraya, pembantu Sri Sunan, untuk minta pertimbangan. Nitipraya berkata, tidak ada kesulitannya bila Arya Mangkunegara minta seorang isteri kepada Sri Baginda. Tetapi hal itu, baiklah melewati mBok Wiraga Kepala Dayang Istana. Dan pada suatu hari Nitipraya membawa mBok Wiraga menghadap padanya. Menurut mBok Wiraga, sama sekali tidak ada kesulitan. Tetapi selain Baginda, di dalam istana terdapat penguasa lain. Itulah Ratu Amangkurat, kata mBok Wiraga. Maka Arya Mang-kunegara perlu memohon pertimbangannya. Baiklah hamba akan menghubungi mBok Patrasari dayang kepercayaan Ratu Amangkurat. Hm...kelihatannya, semuanya akan berjalan lancar. Siapa mengira, bahwa sudah semenjak lama Danureja menunggu-nunggu saatnya yang baik untuk menyingkirkan Arya Mangkunegara. Maka diam-diam ia menjalin hubungan yang erat dengan Ratu Amangkurat -

- Apakah bisa ? - Diah Windu Rini menegas.

- Bisa. Sebab Ratu Amangkurat mempunyai kelemahan. - sahut Adipati Cakraningrat

- Dia mempunyai simpanan seorang pria bernama Surawijaya. Sebenarnya Surawijaya setiap malam dipanggil Ratu Amangkurat untuk membacakan surat-surat sejarah. Menurut kabar, karena Ratu Amangkurat mempunyai semacam penyakit Penyakit tidak dapat tidur di malamhari. Maka perlu ia ditemani seseorang yang dapat menyanyi (melagukan sajak-sajak) sampai menjelang pagihari. Itulah Surawijaya yang pandai menyanyi, lagi pula berparas cakap. Tidak mengherankan, bahwa Ratu Amangkurat didesas-desuskan berbuat tak senonoh dengan Surawijaya. Ratu Amangkurat akan sukar mengelak, karena kenyataannya ia memasukkan seorang pria mulai tengah malam sampai menjelang pagihari. Maka dengan berbekal itu, Patih Danureja dapat memaksa Ratu Amangkurat menjadi salah seorang sahabatnya. -

- Benar-benar cerdik ! - seru Diah Wmdu Rini dengan pe-nasaran. - Apakah Ratu Amangkurat benar-benar berbuat tidak senonoh dengan Surawijaya ? - - Haha... - Adipati Cakraningrat tertawa serintasan. - Kau sabarlah dulu agar menjadi jelas! -

Kena tegor ayahnya, wajah Diah Wmdu Rini terasa panas. Ia merasa malu sendiri, karena terlalu menaruh perhatian terhadap masalah kemesuman yang menyangkut keluarga raja. Apalagi mengenai Ibunda Sri Baginda sendiri.

- Dengan cerdik Danureja berkata kepada Ratu Amangkurat, bahwa pada suatu hari Arya Mangku negara akan memohon seorang isteri. Tetapi yang dipilihnya kurang tepat. Sebab Wirasmara adalah kekasih baginda. Padahal tidak demikian. Wirasmara adalah bekas kekasih Sri Baginda yang sudah dibuang. - Adipati Cakraningrat meneruskan.

- Danureja berkata lagi bahwa semenjak lama Arya Mangkunegara dan Wirasmara mengadakan hubungan gelap. ini tidak betul. Arya Mangkunegara belum pernah berbicaradengan Wirasmara. Apalagi sampai mengadakan hubungan gelap. Sebab Wirasmara adalah sahabat almarhumah isterinya yang

sangat dicintainya. Jadi jelas sekali, Danureja sudah mengatur jebakan. Yang hebat lagi, semuanya itu diketahui belaka oleh Haria Giri. -

Adipati Cakraningrat berhenti lagi untuk mengesankan. Meneruskan :

- Haria Giri menerangkan peristiwa itu dengan jelas sekali padaku. Dikabarkan bahwa Danureja menyarankan kepada Ratu Amangkurat agar mengawinkan Arya Mangkunegara dengan Sutari, puteri Pangeran Diponegoro yang dibuang ke Tanjung Harapan. Pangeran Diponegoro dahulu pernah dinobatkan orang Jawa Timur menjadi Sultan Heru Cakra pada tahun 1716-1718 di Madiun. Ada dua maksudnya yang tersembunyi. Ah, benar-benar si ular berbisa ! -

- Apakah itu pendapat paman Haria Giri ? -

- Benar. - sahut Adipati Cakraningrat dengan cepat.

- Yang pertama, Sutari dianggap anak seorang pemberontak. Bila Arya Mangkunegara sampai memperisterikan, dia dapat dianggap sebagai golongan pemberontak musuh Kompeni Belanda. Yang kedua, inilah yang lebih berbahaya. Danureja tahu, bahwa Arya Mangkunegara bukan manusia hidung belang. Kalau saja dia hendak memperisterikan Wirasmara semata-mata demi menge-nang almarhumah isterinya yang sangat dicintainya. Buktinya, ia tetap bersikeras meskipun kini tahu Wirasmara bukan seorang remaja puteri. Tetapi bekas isteri (selir) Sri Baginda. Dengan begitu ia yakin, Arya Mangkunegara pasti menolak tawaran nenekmu Ratu Amangkurat. Nenakmu tentu akan bersakit hati. Dan ia akan membongkar hubungan antara Arya Mangkunegara dan Wirasmara di depan Sri Baginda. Nenekmu sangat ber-pengaruh terhadap Sri Baginda. Dan sekarang tinggal membakar hati Sri Baginda saja. Itulah tujuan Danureja yang tersembunyi. Dan fitnahnya ternyata berhasil. Pangeran Arya Mangkunegara benar-benar menolak tawaran nenekmu Ratu Amangkurat

Danureja kemudian membakar hati Sri Baginda. Akibatnya, Arya

Mangkunegara dibuang dari Kartasura melalui tangan Kompeni. -

- Tentu nenek tidak mungkin memfitnah Pangeran Arya Mangkunegara. - ujar Diah Windu Rini. (Diah Windu Rini bukan puteri RA. Bengkring, puteri Ratu Amangkurat Tetapi karena R.A Bengkring termasuk salah seorang isteri ayahnya, maka dia berhak menyebut ibunya yang baru itu dengan sebutan bibi. Dengan sendirinya berhak pula menyebut Ratu Amarigkurat ibu R.A. Bengkring, sebagai neneknya).

- Nenekmu boleh berkuasa dan besar pengaruhnya. Akan tetapi Danureja seorang patih yang licin, cerdik dan pandai, yang berangan-angan ingin menggulingkan raja dari tahtanya. Setelah berhasil membuang Arya Mangkunegara, mulailah ia mengarah-kan tipu-muslihatnya terhadap Ratu Amangkurat Dengan terang-terangan, ia menuduh perbuatan mesum nenekmu di hadapan raja. Tentu saja raja murka bukan main. Dengan serta-merta Sri Baginda menghadap ibunya untuk memperoleh keyakinan. Merasa dalam bahaya, Danureja tidak tinggal diam. la memanggil Wirasmara datang menghadap padanya. Puteri yang tidak berdosa itu, kemudian ditemukan mati tercekik di Kepatihan. (16 Januari 1928). -

- Tentu saja untuk menghilangkan bukti. -

- Menghilangkan bukti bagaimana ? - Diah Windu Rini menegas.

- Seperti kau ketahui tadi, desas-desus mengenai hubungan gelap antara Arya Mangkunegara dan Wirasmara adalah akal-muslihat atau rekaan Danureja. Tentunya Ratu Amangkurat akan balik membela diri di hadapan Sri Baginda, bahwa semua laporan Danureja adalah palsu. Misalnya laporan tentang hubungan gelap antara Wirasmara dan Arya Mangkunegara. Dan Sri Baginda temunya akan memanggil Wirasmara untuk menghadap. Dan sebelum sempat menghadap, bukankah lebih aman bila dibunuh terlebih dahulu ? Sebab Wirasmara akan memberi keterangan yang sebenarnya, Dia akan menerangkan, bahwa ia memang bersahabat dengan almarhumah isteri Arya Mangkunegara yang bernama Raden Ayu Wulan yang wafat tanggal 24 September 1727 akibat penyakit cacar. Tetapi sama sekali tidak pernah bertemu apalagi berbicara secara langsung dengan Arya Mangkunegara bila hal itu terjadi, Sri Baginda akan memanggil Arya Mangkunegara pulang ke Kartasura. Balas dendam pasti bakal terjadi terhadap dirinya. -

Diah Windu Rini seorang gadis yang mudah tersentuh suatu masalah yang dianggapnya tidak lurus. Seketika itu juga, darah-nya mendidih sampai seluruh tubuhnya menggigil lembut. Wajahnya berubah-ubah. Sebentar pucat sebentar pula merah padam.

- Ayah ! Apakah paman Haria Giri hanya tinggal diam saja ? -ia berseru tertahan.

- Pamanmu Haria Giri bukan seorang ahli pedang yang ber-tindak dengan terburu nafsu. Jangkauan pikirannya amat jauh, luas dan gemilang. Menyadari bahwa Danureja seorang lawan yang licin, licik dan kejam, ia bertindak dengan bijaksana. Inilah yang kukagumi. - Adipati Cakraningrat menerangkan.

Diah Windu Rini tercenung-cenung. Semenjak tadi, kata-kata ayahnya meloncat-loncat seperti ada sesuatu yang harus disem-bunyikan. Setiap pertanyaannya, tidak memperoleh jawaban langsung. Di dalam hati ia kurang puas. Namun untuk minta keterangan lebih tegas lagi, ia tidak berani. Syukur, ia seorang gadis yang cerdas. la tidak kehilangan akal. Maka seperti orang meng-hafal, ia berkata kepada ayahnya :

- Ayah, bolehkah aku menyimpulkan kata-kata ayah ? Bila salah, mohon dibenarkan ! -

- Hm...aku ingin mendengarkan. -

Diah Windu Rini memperbaiki letak duduknya. Lalu berkata dengan perlahan-lahan :

- Musuh kita yang utama adalah Kompeni Belanda,Meskipun demikian,aku wajib berhati-hati terhadap orang-orang Karta-sura.Sebab orang-orang Kartasura banyak macamnya.Benarkah itu ?-

- Benar ! Lanjutkan ! -

- Patih Danureja berangan-angan hendak menggulingkan Raja : Paku Buwana II dari tahta. Untuk mencapai maksudnya, ia bersekongkol dengan Kompeni

Belanda. Lalu mengangkat sanak kerabatnya dan pengikutnya menduduki kedudukan yang tinggi. -

- Itu pendapatmu sendiri. Tetapi memang benar demikian. -Adipati Cakraningrat mengulum senyum.

- Selain itu, Patih Danureja melakukan fitnah terhadap lawan-nya. Terutama Pangeran Arya Mangkunegara. Apakah Raden Mas Said putera Pangeran Arya Mangkunegara ? -

- Benar. Waktu Arya Mangkunegara dibuang dari Kartasura, Said masih berumur kurang dari dua tahun. Bagus ! Teruskan ! -

- Isteri Pangeran Mangkunegara bersama Raden Ayu Wulan. Tentunya dia amat cantik, setia dan berbakti kepada suami. Raden Ayu Wulan mempunyai seorang sahabat yang mirip dengan diri-nya. Dialah Wirasmara. Pangeran Arya Mangkunegara tentunya sering melihat mereka berdua berbincang-bincang, tetapi tidak sempat bertemu, menyapa apalagi berbicara dengan Wirasmara. Benarkah itu ? -

- Benar. -

- Pada tanggal 24 September 1727, Raden Ayu Wulan wafat akibat penyakit cacar. Karena terkenang kepada isterinya, Pangeran AryaMangkunegaraakan memperisterikan Wirasmara. Tetapi Pangeran Arya Mangkunegara tidak mengetahui, bahwa Wirasmara adalah bekas isteri Sri Baginda Paku Buwana II. Benarkah itu ? -

- Biarlah kutambah. - ujar Adipati Cakraningrat. - Wirasmara berasal dari Semarang. Dia dipersembahkan Adipati Astrawijaya dari Semarang kepada raja. Karena Wirasmara seorang gadis yang cantik jelita, Sri Baginda berkenan. la dihamili dan dikawin secara resmi pada awal bulan Agustus 1726. -

- Oh, jadi dia isteri sah ? - - Benar. -

- Kalau begitu Pangeran Mangkunegara salah ! - seru Diah Windu Rini. - Dia tidak boleh memperisterikan isteri sahnya seseorang. Apalagi isteri baginda. - - Benar. Tetapi Wirasmara kemudian dikebonkan. Istilah di-kebonkan adalah semacam hukuman. Katakan saja, diceraikan. Namun tidak boleh diperisterikan atau dilamar orang lain. Sebab betapapun juga, dia adalah bekas isteri raja. Meskipun demikian, hal itu bisa terjadi manakala sudah mendapat ijin Sri Baginda dan restu Ibunda Sri Baginda. Itulah nenekmu, Ratu Amangkurat. - - Oh, begitu. - Diah Windu Rini mencoba mengerti. - Tetapi Nitipraya, mBok Wiraga dan mBok Patrasari, maksud Pangeran Mangkunegara tidak akan mendapat kesulitan asal saja nenekda Ratu Amangkurat mengijinkan. -

- Benar. - Adipati Cakraningrat membenarkan.

- Danureja kemudian memperoleh dalih untuk memfitnah Pangeran Arya Mangkunegara. Dia ingin menyalakan rasa dengki dan cemas dalam hati Sri Sunan. Tentunya diingatkan bahwa Arya Mangkunegara sebenarnya yang

berhak menduduki tahta kerajaan. Bila dia kini hendak memperisteri Wirasmara berarti tidak membenarkan Sri Baginda menghukum Wirasmara. -

- Itu tafsiranmu sendiri, tetapi benar belaka. - Adipati Cakraningrat tertawa. - Kau kelinci yang cerdik. Teruskan ! -

- Tetapi Danureja yang pandai berfikir, teptunya tidak berani berbicara demikian terhadap Sri Baginda. Kecuali bila dirinya diminta pertimbangannya. Maka ia perlu mencari seorang tokoh yang dapat berbicara demikian terhadap raja. Tokoh itu jatuh kepada nenekda Ratu Amangkurat, Ibunda Sri Baginda, -

- Benar. -

- Danureja yang licin masih perlu mencari jalan yang meling-kar. la menceritakan kepada nenekda Ratu Amangkurat, bahwa Wirasmara adalah bekas isleri Sri Baginda. Demi menyelamatkan kedudukan Arya Mangkunegara di mata Sri Baginda, maka ia menyarankan agar mengawinkan Arya Mangkunegara dengan bibi Sutari, puteri Pangeran Diponegoro yang pernah dua tahun dijunjung orang sebagai raja pemberontak di Madiun pada tahun 1716 sampai 1718. Tetapi apa yang didalihkan itu adalah palsu belaka. Maksud sebenarnya ialah menyingkirkan Arya Mangkunegara. -

- Jangan lupa sebut beliau Pangeran Arya Mangkunegara ! -potong Cakraningrat dengan sungguh-sungguh.

- Ya, Pangeran Arya Mangkunegara. - Diah Windu Rini mem-perbaiki kesalahannya. - Patih Danureja tahu, bahwa Pangeran Mangkunegara akan menolak tawaran nenekda Ratu Amangkurat. Maka ia menganjurkan agar nenekda Ratu Amangkurat melaporkan hubungan gelap antara Pangeran Arya

Dalam dokumen Bulan Jatuh Di Lereng Gunung 11-20 (Halaman 23-60)

Dokumen terkait