• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI PENERAPAN HALAL DI BERBAGAI NEGARA

B. Arab Saudi dan Negara-Negara Teluk ( Gulf Countries ) 1 Legislasi Halal

B.2. Organisasi/Struktur GSO

Gambar 6. Struktur GSO (sumber website GSO)

Board of Directors terdiri dari para mentri yang kompeten dan bertanggung jawab pada standarisasi dari masing-masing anggota Negara gabungan. Jika salah satu dari mentri yang berkompeten dari masing masing Negara anggota tersebut tidak dapat berpartisipasi, maka perwakilannya harus memiliki level yang sama dengan menteri.

Technical Council terdiri dari pimpinan organisasi standar di masing- masing Negara atau yang secara resmi mewakili organisasi standar dari masing- masing Negara tersebut. Adapun sekretaris umum (sekjen) organisasi dan sekjen dari perwakilan masing-masing Negara harus hadir dalam pertemuan technical council tanpa memiliki hak suara.

Technical council dapat mengundang organisasi publik atau pribadi yang peduli pada masalah standar dari negara anggota dalam pertemuan , tetapi organisasi tersebut tidak memiliki hak suara. Pertemuan yang diselenggarakan untuk memutuskan suatu ketentuan hanya akan valid jika dihadiri oleh mayoritas anggota Negara Teluk.

Uni Emirat Arab (UEA) adalah negara anggota yang juga juga merupakan gabungan dari 7 negara-negara Arab. Regulasi pangan Halal di UEA dilakukan oleh Emirat Authority for Standardization and Metrology (ESMA) dan UEA General Secretariat of Municipalities (GSM). ESMA bekerjasama dengan anggota GSO lainnya untuk mengembangkan dan mengadopsi standar-standar internasional. GSM bertanggungjawab terhadap keberadaan aturan keamanan pangan berdasarkan rekomendasi yang dibuat oleh National Food Safety Committee (NFSC) dan Veterinary Committee (VC) serta berkoordinasi dengan negara-negara yang tergabung dalam Uni Emirat Arab.

Skema regulasi Halal di UEA yang disampaikan oleh Samia A.,et al (2012) adalah sebagai berikut :

 Standard dikeluarkan oleh ESMA atau oleh GSO seperti : persyaratan pemotongan halal, persyaratan untuk pusat-pusat akreditasi termasuk badan sertifikasi pangan halal, metode uji babi dan lemak babi (lard) dalam produk pangan, standard untuk komoditi pangan yang mengandung daging, alkohol dan gelatin.

 Legislasi GSM berupa : (1) keputusan tentang turunan babi dan lemak babi, penyembelihan halal sebagai persyaratan dari Good Hygiene Practices

(GHP), persyaratan untuk pakan dan persyaratan untuk mengimpor daging, (2) keputusan tentang prosedur untuk akreditasi lembaga Islam dan rumah potong hewan (RPH), daftar tanda tangan yang berwenang, RPH yang

Dewan Pengarah Konsil Teknis Komite Pengarah Komite komite Sekretariat Umum Komite Teknis

28

diakui, Islamic centers dan industry pangan, serta level alkohol yang diijinkan di dalam produk minuman dan jus.

Legislasi GSM juga berupa manual tentang : pemeriksaan terhadap RPH dan peternakan, pemeriksaan (inspeksi) daging pada checkpoint di perbatasan, pemeriksaan pada asosiasi muslim dan inspeksi daging pada toko toko yang menjual daging (butcheries).

Legislasi GSM juga mengeluarkan persyaratan tentang importasi daging berupa persyaratan bagi RPH yang melakukan ekspor serta lembaga sertifikasinya berdasarkan keputusan 4/3/1982-4-3, persyaratan dan prosedur untuk akreditasi lembaga Islam yang terlibat dalam urusan sertifikasi halal berdasarkan keputusan GSM/32.

Fungsi GSM selain membuat aturan juga mengatur dan mencegah munculnya permasalahan halal dengan menetapkan antara lain :

a. Pengaturan permasalahan Pork dan Lard melalui laporan wajib bebas “pork and pork derivatives”.

b. Jika mengandung gelatin maka gelatin harus berasal dari hewan yang halal untuk muslim

c.Mengeluarkan daftar RPH yang sudah diakreditasi beserta organisasi Islam

d.Memberikan otorisasi kepada kedutaan UEA di berbagai negara untuk memonitor proses kehalalan

Negara Uni Emirat Arab memiliki “Food Law” Nomor 2 tahun 2008

untuk pangan yang beredar di Uni Emirat Arab. Food Law dikeluarkan oleh Abu Dhabi Food Control Authority (ADFCA). Food Law juga mengatur hal terkait halal pada pasal 8 ayat 2 dan pasal 16 ayat 3.

90B.3. Kegiatan Inspeksi

Kegiatan Inspeksi yang dilakukan terdiri atas ketersediaan daging dan proses penyembelihannya berdasarkan standar GSO 993/1999. Inspeksi juga dilakukan untuk memantau produk pangan yang beredar di Arab Saudi dan Negara Teluk lainnya berdasarkan standar GSO 2055/2010 yaitu Guideline for Halal Food Certification Bodies and their Accreditation Requirements.

Tidak ada lembaga sertifikasi halal di Arab Saudi. Negara ini menerapkan sistem akreditas sesuai yang dengan standar GSO 2055/2010, Guideline for Halal Food Certification Bodies and their Accreditation Requirements untuk lembaga sertifikasi yang akan memasukkan produknya ke dalam negara tersebut.

Inspeksi yang dilakukan di Negara UEA adalah inspeksi terhadap pangan impor berdasarkan kategori kanal versus kriteria produk.Inspeksi yang dilakukan di Arab Saudi dilakukan oleh regulator yaitu Arab Saudi Food and Drug Authorithy sementara di negara UEA dilakukan oleh Abu Dhabi Food Control Authority.

B.4. Manajemen Pengawasan

Pengawasan terhadap masuknya produk impor ke wilayah Arab Saudi dan Negara-negara Teluk diatur oleh masing-masing Negara yang tergabung dalam

GCC. Gulf Cooperation Council telah melakukan kesepakatan untuk menerapkan

single market. Untuk Arab Saudi pengontrolan produk yang masuk ke Negara tersebut dikelola oleh Saudi Food and Drug Authority, termasuk monitor rumah potong hewan, cara pemotongan hewan.

UEA sebagai salah satu Negara anggota Teluk juga memiliki mekanisme pengawasan yang relatif sama. Mekanisme pengontrolan produk pangan yang beredar di UEA dilakukan oleh ADFCA (Abu Dhabi Food Control Authority).

Produk pangan yang beredar di UEA bisa merupakan produk lokal atau impor. Tempat pengecekan produk impor dilakukan pada tempat yang berbeda dengan pengontrolan produk lokal

Setiap produk pangan yang akan masuk ke UEA, menggunakan bahan tambahan yang mengandung asal hewan harus memiliki sertifikat halal dari lembaga sertifikasi halal yang telah disetujui oleh UEA. Sementara untuk produk yang dibuat secara lokal biasanya mengikuti prosedur yang sesuai dengan aturan Islam dan regulasi yang ditetapkan oleh GSM dan otoritas lokal.(Samia A.,et al ,20)

Salah satu aturan yang digunakan oleh Abu Dhabi Food Control Authority (ADFCA) untuk mengawasi makanan dan bahan pangan yang beredar di pasaran di Negara UEA adalah Food Importer Guide dalam bentuk code of practice. Panduan tersebut didasari oleh konsep keamanan pangan yang mengintegrasikan konsep halal.

Alur masuk produk impor mengikuti kanal yang tersedia berdasarkan kriteria produk seperti yang terlihat pada Tabel 10. Pada bab 2 panduan tersebut dinyatakan dokumen dan sertifikat yang diperlukan untuk pangan impor. Sertifikat halal diperlukan untuk daging, unggas dan produk olahannya. Produk olahan yang berasal dari hewan termasuk susu juga memerlukan sertifikat halal. Sertifikat halal harus berasal dari lembaga Islam yang telah diakui.

Bab 9 panduan tersebut mengatakan adanya pasal tentang penahanan (detention) dan penolakan terhadap pengiriman produk impor, termasuk kasus halal.

Tabel 10. Matriks inspeksi pangan impor berdasarkan kriteria seleksi vs tipe kanal

Kriteria Seleksi Kanal Merah Kanal Kuning Kanal Hijau Pangan Resiko Tinggi 8 0 - 1 0 0 % 0 - 1 0 % 0 - 1 0 % Pangan Resiko Menengah 1 5 - 2 5 % 1 5 - 2 5 % 5 0 - 7 0 % Pangan Resiko Rendah 5 - 1 0 % 0 - 5 % 8 5 - 9 0 %

Sumber : Food Importer guide,2008

Saat ini negara-negara Teluk sedang dalam proses untuk memberlakukan mandatori Authorised Halal stamp untuk semua daging impor yang akan masuk ke kelompok negara tersebut.

30

-B.5. Struktur Pembiayaan

Mekanisme pembiayaan sepenuhnya dikelola oleh pemerintah baik Arab Saudi atau negara-negara Teluk. Sejak tahun 2003 GCC menetapkan biaya masuk ke negara-negara Teluk yang disebut Unified Custom Law & Single Custom Tariff. Biaya masuk tersebut ditetapkan sebesar 5 persen untuk semua produk pangan olahan yang masuk ke wilayah GCC.

Sementara sebelum tahun 2003, UEA, pada tahun 1998 telah menerapkan biaya masuk sebesar 1 persen untuk semua produk impor. Biaya ini terpisah dari biaya sebesar 5 persen tersebut.

B.6. Pelayanan Laboratorium

Untuk produk daging dan produk pangan lainnya yang masuk ke Arab Saudi dilakukan pengujian laboratorium pada setiap pengapalan , walaupun ekportir menyertakan semua dokumen yang diperlukan. Untuk uji identifikasi babi secara rutin dilakukan pada produk daging dan produk yang mengandung daging. Semua daging dan produk yang mengandung daging yang salah satu komposisinya mengandung bahan rekayasa genetik tidak diperbolehkan untuk masuk ke Negara Arab Saudi.

Uni Emirat Arab menetapkan bahwa uji laboratorium menjadi suatu keharusan untuk pengiriman awal produk (co sample) masuk ke negara tersebut. Pengiriman selanjutnya dilakukan sampling secara random atau acak.

B.7. Edukasi, Informasi dan Komunikasi

Baik Arab Saudi dan Negara-negara Teluk memiliki situs jaringan yang dikelola oleh GCC untuk mengkomunikasikan kebijakan dan aturan bagi pihak yang berkepentingan.

C. AUSTRALIA

C.1. Legislasi Halal

Australia adalah negara pengekspor daging terbesar di dunia dan merupakan negara pelopor produksi halal di dunia dimana pemerintah ikut berperan. Aturan Halal secara legal ditujukan untuk tujuan ekspor ke negara- negara yang mayoritas muslim.Pemerintah Australia sangat peduli dengan pelaksanaan halal dan memiliki kepentingan untuk bekerjasama dengan komunitas muslim di Australia dalam rangka bisnis halal. Lembaga resmi pemerintah yang turut berperan dalam industry daging dan susu di negara tersebut adalah Australian Quarantine and Inspection Service (AQIS) berada di bawah Department Agriculture, Fisheries,and Forestry (DAFF) .

AQIS Meat Notice 2009/08 adalah panduan untuk persiapan, identifikasi, penyimpanan dan sertifikasi untuk ekspor daging (red meat) dan produk olahannya. Panduan ini berada di dibawah Export Control (Meat and Meat

Product) Order (ECMMPO’s) Orders Schedule 1 Sub –clause 31.(b) yang

efektif sejak Juli 2005. Ruang lingkup dari Meat Notice ini juga untuk semua perusahaan ekspor yang teregistrasi yang memproduksi, memproses dan atau memiliki gudang penyimpanan daging halal dalam rangka kepentingan ekspor. Meat Motice juga berlaku untuk organisasi Islam yang melakukan supervisi dan sertifikasi halal untuk daging yang akan di ekspor. Aktifitas ini berfungsi mengendalikan setiap perusahaan (RPH) untuk memiliki prosedur yang terdokumentasi . Selain itu AQIS melakukan perjanjian dengan lembaga sertifikasi halal dan juga perusahaan yang akan melakukan ekspor daging halal. Aturan lain yang terkait penyedian daging dan produk olahan daging untuk keperluan ekspor terdapat pada Approved Arrangements (AA) AA merupakan panduan bagi semua perusahaan yang teregistrasi untuk memenuhi aturan seperti

Good Hygienic Practices, Keamanan Pangan, Wholesomeness dan persyaratan negara pengimpor.Lembaga sertifikasi halal yang akan berperan untuk memeriksa persyaratan negara pengimpor terkait sertifikasi halal.

Kegiatan Ekspor daging dari Australia ke berbagai negara merupakan kegiatan G to G (government to government). Sehingga setiap keputusan atau kebijakan negara pengimpor harus disampaikan ke lembaga sertifikasi halal di Australia melalui pemerintah Australia.

Insfrastruktur yang ada di AQIS untuk kegiatan ekspor daging halal terdiri dari 3 elemen yaitu seorang dokter hewan pemerintah (veteriner government), Quality Assurance dan lembaga sertifikasi halal. Semua keputusan terkait dengan kehalalan atau persyaratan tertentu dari negara pengimpor diputuskan oleh lembaga sertifikasi atau organisasi Islam yang melakukan sertifikasi. Pemerintah Australia tidak campur tangan dalam area syariah ini.

Pemerintah Australia melakukan audit ke 3 elemen yang terkait dengan kegiatan ekspor daging halal setiap 6 bulan sekali. Audit yang dilakukan oleh pemerintah terhadap 3 unsur atau elemen tersebut dilakukan secara terpisah. Sementara lembaga sertifikasi melakukan pengecekan ke RPH minimum 3 bulan sekali atau tergantung masalah yang timbul di RPH.

Pemerintah Australia memiliki program Australian Government Authorised Halal Program (AGAHP) yang merupakan bagian dari aktifitas AQIS. Program tersebut semacam petunjuk untuk melakukan persiapan, identifikasi, penyimpanan dan sertifikasi untuk ekspor halal daging dan produk olahan daging.

C.2. Manajemen Pengawasan

Pengawasan untuk kehalalan di Australia tidak dilakukan terhadap peredaran makanan halal di dalam negeri tersebut. Aturan halal hanya untuk kepentingan ekspor ke negara-negara muslim. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah memperbaharui dan menyetujui lembaga sertifikasi halal dalam bentuk Approved Islamic Organisation (AIO) untuk kepentingan ekspor daging halal.

32

Mekanisme yang terjadi adalah setiap permintaan atau pesanan atas daging halal memerlukan AIO yang terdaftar. AIO bertanggungjawab terhadap supervisi keagamaan, ketentuan sertifikasi untuk produksi daging halal yang ditujukan ekspor .

AIO adalah organisasi yang disetujui oleh sekretaris atau delegasi yang sesuai dengan persyaratan rinci dalam ECMMPOs berdasarkan kepentingan pengawasan dan sertifikasi daging halal untuk ekspor. Daftar AIO dipertahankan dan dipublikasi secara periodik oleh AQIS. Setiap AIO memiliki otoritas untuk menyeleksi para pejagal muslim untuk bekerja di perusahaan yang akan melakukan ekspor daging halal. Pejagal muslim merupakan perpanjangtanganan lembaga sertfikasi halal yang dibayar oleh perusahaan yang menyediakan daging halal untuk keperluan ekspor.

Pengawasan lain yang dilakukan oleh pemerintah adalah penggunaan halal stamp sebagai item yang terkontrol dan bertanggungjawab. Sertifikat halal yang dikeluarkan oleh AIO diartikan sebagai bagian dari dokumen negara selain dokumen lainnya. Dokumen tersebut dilampirkan dan mengiringi setiap produk yang diekspor ke negara tujuan.

C.3. Kegiatan Inspeksi

Ada 3 (tiga) lembaga yang terlibat dalam urusan halal di Australia terkait dengan penyediaan daging dan produk olahan daging untuk kepentingan ekspor. Pertama adalah perusahaan yang melakukan kegiatan penyedian daging dan produk olahan daging halal, kedua adalah Approved Islamic Organisation (AIO) yaitu lembaga sertifikasi halal yang disetujui oleh pemerintah Australia berdasarkan persetujuan dari negara tujuan ekspor, dan ketiga adalah pemerintah yang berada di bawah Department Agriculture Fisheries dan Forestry (DAFF) atau tepatnya AQIS.

Perusahaan yang akan memproduksi daging halal atau produk olahan daging halal harus memiliki izin resmi dari pemerintah dan memenuhi persyaratan tambahan yaitu sebagaimana yang disampaikan dalam Approved Arrangement . Daging halal yang disiapkan harus diidentifikasi melalui pemeriksaan/inspeksi dengan keberadaan halal stamp resmi dari pemerintah pada kemasan produk tersebut.

Peran AIO memastikan bahwa daging atau produk olahan daging yang akan mendapatkan halal stamp telah memenuhi persyaran halal melalui pengendalian yang dilakukan melalui kegiatan inspeksi .Sedangkan AQIS melakukan dokumentasi dari kedua belah pihak yaitu dengan AIO dan perusahaan dalam hal persyaratan yang terkait AA. AQIS melakukan audit/inspeksi dan memverifikasi kesesuaian perusahaan terhadap semua aspek non religious dalam proses produksi daging halal. AQIS bersama AIO mengeluarkan dokumen penjelasan tentang kehalalan produk untuk tujuan ekspor.