BOGOR
2013
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan detail pola sistem jaminan halal pada negara negara yang ada dalam penelitian ini terutama di negara negara yang terhimpun di Gulf Cooperation Council (GCC)
DAFTAR PUSTAKA
Kassim, AM.2010. The Global Market Potential of Halal. Presentation at International Conference &Expo on Halal Industry, Lahore.Pakistan
Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI).2012. Halal Assurance System 23000
Lembaga Pengkajian Pangan Obatdan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI) .2010 Sosialisasi Program dan Kebijakan LP POM MUI. Bogor Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI).2011. Indonesia Halal Directory
Shabera,A.2012 . The Role of MUI for Strengthening Halal Globally. Presentation at International Workshop World Halal Food Council. Jakarta
Riaz,MN & Chaudry,MM. 2004. Halal Food Production. CRC Press.Washington, DC . USA
Sungkar,I dan Darhim Hashim.2009. The Global Halal Food Market and Updates on Global Halal Standards. Presentasi pada The First EAP Regional Agribusiness Trade and Investment Conference.Agro –enterprose without borders.Singapore 30-31 July 2009..Singapore
Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life.2011. The Future of The Global Muslim Population.
Salleh,MA.2012. Komunikasi personal. Majelis Ugama Islam Singapore. Singapore
Lukman,Adhi.2012. Challenges & Opportunity of Halal Global Market, Indonesia Perspectives. Presentasi pada Global Halal Forum 2012.Jakarta 5 July 2012. Jakarta
Hariyadi,P.2008. Double Burden: Isu terkini terkait dengan keamanan pangan. Makalah pada Pra Widya KArya Nasional Pangan dan Gizi IX,2008.Pokja Mutu dan Keamanan Pangan,Hotel Bumikarsa,Bidakara 9 Juni 2008. Jakarta.
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No 22 Tahun 2010 tentang Perubahan atas peraturan mentri perdagangan No.62/M-DAG/PER/12/2009 Tentang Kewajiban pencantuman label pada barang.
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.0005.52.4040 tahun 2006 tentang Kategori Pangan.
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No, HK.00.5.1.2569 tahun 2004 tentang Kriteria dan Tata Laksana Penilaian Produk Pangan.
53
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.15 Tahun 2006. Pengawasan dan Pengendalian Impor,Pengedaran dan Penjualan dan Perizinan Minuman Beralkohol.
Peraturan Mentri Perindustrian Republik Indonesia No.75 tahun 2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yag Baik.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.23.06.10.5166 tahun 2010 tentang Pencantuman informasi asal bahan tertentu, kandungan alcohol dan batas kedaluarsa pada penandaan/label obat, obat tradisional, suplemen makanan dan pangan. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.HK.00.05.23.1455 tahun 2008 tentang Pengawasan Pemasukan Pangan Olahan.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.23.12.11.10569 tahun 2011 tentang Pedoman Cara Ritel Pangan yang baik
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.3.12.11.10692 Tahun 2011 tentang Pengawasan Pemasukan Obat Impor
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.5.12.11.09955 Tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.HK.03.1.5.12.11.09956 Tahun 20111 Tentang Tata Laksana Pendaftaran Pangan Olahan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.5.12.11.09956 Tahun 20111 Tentang Tata Laksana Pendaftaran Pangan Olahan
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 3 tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 56 tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha kecil dan Menengah
Keputusan Menteri Agama R.I. No. 518 tahun 2001 tanggal 30 November 2001 tentang Pedoman dan tata cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah tangga
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang baik untuk Industri Rumah tangga
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah tangga
Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 11 Tahun 2002 tentang Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.53/M-DAG/PER/12/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M- DAG/PER/9/2009 tentang Ketentuan Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan, dan pengendalian Minuman Beralkohol
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.011/2010 tentang Penetapan Tarif Bea masuk atas Impor Produk-Produk Minuman yang Mengandung Etil Alkohol tertentu
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.13 tahun 1995 tentang Izin Usaha sendiri
Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2000 Tentang Karantina Hewan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.16 Tahun 1977 Tentang Usaha Peternakan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1983 Tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,Mutu dan Gizi Pangan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja sama Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 18/Permentan/OT.140/3/2011 Tentang Pelayanan Dokumen Karantina Pertanian Dalam Sistem Elektronik Indonesia National Single Window (INSW)
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 21/Permentan/OT.140/2.2010 Tentang Pemasukan Hewan Babi dan Produkya ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 14/Permentan/OT.140/2/2008 Tentang Pedoman Pengawasan dan Pengujian Keamanan dan Mutu Produk Hewan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20/Permentan/OT.140/4/2009 Tentang
Pemasukan dan Pengawasan Peredaran Karkas,Daging, Dan/atau Jeroan dari Luar Negeri
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 27/Permentan/OT.140/3/2007 Perubahan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/12/2006 Tentang Pemasukan dan Pengawasan Peredaran Karkas,Daging dan Jeroan Dari Luar Negeri
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 34/Permentan/OT.140/7/2006 Tentang Persyaratan dan Tata cara Penetapan Instansi Karantina Hewan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/7/2008 Tentang Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan yang Baik (Good Manufacturing Practices)
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 44/permentan/OT.140/5/2007 Tentang Pedoman Berlaboratorium Veteriner yang Baik (Good Veterinary Laboratory Practice)
55
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 50/Permentan/OT.140/9/2011 Tentang Rekomendasi Persetujuan Karkas,Daging,Jeroan Dan/atau Olahannya ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/8/2007 Tentang
Perubahan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
64.Permentan/OT.140/12/2006 Juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 27/Permentan/OT.140/3/2007 Tentang Pemasukan dan Pengawasan Peredaran Karkas, Daging Dan Jeroan Dari Luar Negeri
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 02/Kpts/OT.140/1/2007 Tentang Dokumen Sertifikat Karantina Hewan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.436.a/Kpts/PD.670.320/L/11/07 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tindakan Karantina Hewan terhadap Susu dan Produk Olahannya.
Surat Keputusan Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia No.SK10/Dir/LP POM MUI/XII/07. Tahun 2007 Tentang Logo LP POM MUI
Pedoman Pelabelan Produk Pangan.2004 Direktorat Standardisasi Produk Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan danBahan Berbahaya. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.23.11.11.09909 Tahun 2011 tentang Pengawasan Klain dalam Label dan Iklan Pangan Olahan.
Peraturan Pemerintah No 95 tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.
Lampiran 1. Hasil Penelitian Jaminan kehalalan beberapa negara berdasarkan poin kerangka infrastruktur regulasi pangan Countries
/Points
Legislasi Halal Manajemen pengawasan
Kegiatan Inspeksi Pelayanan Lab Edukasi,Informasi, Komunikasi
INDONESIA Di Indonesia Isu
Halal ada dalam : (1) Undang-Undang No 18 tahun 2012 tentang Pangan , (2) Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, (3) Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan, (4) Undang-Undang No.36 tahun 2012 tentang Kesehatan, (5) Permentan 50- tahun 2011 tentang Rekomendasi Persetujuan Pemasukan Karkas,Daging, Jeroan dan /atau olahannya ke dalam Negara Republik
Indonesia ,(6)
Peraturan
Di Indonesia karena halal bukan menjadi
mandatory, maka
hanya perusahaan yang
mampu yang
melakukan sertifikasi
yang mendapatkan
status halal pada produknya.
Untuk pengawasan
produk berlabel halal menjadi bagian dari kegiatan di BPOM
,karena izin
pencantuman label halal ada pada BPOM Pengawasan terhadap kehalalan sebatas klaim pada ketentuan label. Tidak ada jaminan bahwa produk yang masuk ke Indonesia harus halal.
Kegiatan inspeksi atau halal audit untuk melakukan sertifikasi dilakukan oleh lembaga MUI melalui LP POM nya. LP POM MUI memiliki aktifitas sertifikasi di seluruh Indonesia dan di berbagai belahan dunia. MUI juga melakukan aktifitas akreditasi atau pengakuan terhadap lembaga sertifikasi yang berada di Luar Indonesia Standard untuk melakukan penilaian terhadap lembaga sertifikasi belum merupakan Di Indonesia, analisa Lab dijadikan sebagai alat verifikasi
LP POM memiliki lembaga sosialisasi dan training serta melakukan kegiatan tersebut secara aktif ke masyarakat dan perusahaan
57
Countries /Points
Legislasi Halal Manajemen pengawasan
Kegiatan Inspeksi Pelayanan Lab Edukasi,Informasi, Komunikasi
Pemerintah No.95 tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner, (7) Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.924 tahun 1996 ketentuan teknis tentang pelaksanaan labelisasi dengan sertifikasi halal yang merupakan tindak lanjut terhadap Surat Keputusan (SK) bersama antara Mentri Kesehatan dan Mentri Agama No.427/Menkes/SK BMII/1985 tentang pencantuman Tulisan Halal pada Label Makanan (1) UU Pangan No 18/2012 (2) UU Perlindungan Konsumen No.8/1999 standar yang
bersifat terbuka dan dapat diakses oleh lembaga sertifikasi
yang ingin
mendapatkan SH
dari LP POM MUI Secara detail akan disampaikan pada tabel terpisah
Countries /Points
Legislasi Halal Manajemen pengawasan
Kegiatan Inspeksi Pelayanan Lab Edukasi,Informasi, Komunikasi
(3) PP tentang Label dan Iklan No.69/1999 Di Indonesia, legislasi halal menjadi bagian dari UU Pangan dan UU Perlindungan Konsumen dan PP tentang Label dan Iklan.Namun
produk yang
beredar di
Indonesia tidak menjadi mandatory untuk halal. Label Halal menjadi wajib ketika perusahaan menghendaki untuk menjadi halal dan harus
dipertanggungjawa bkan klaim tersebut
SINGAPORE AMLA bagian 88A
(1) dan 88A (5). Pengawasan halal dilakukan oleh Kementerian Pemuda yang kemudian menjadi tanggungjwab bagi seorang mentri yang beragama Islam
Sertifikasi Halal
dilakukan oleh
MUIS (Majelis
Ugama Islam)
secara formal sejak tahun 1978 sepuluh tahun setelah MUIS
Analisa Lab
menjadi bagian dari persyaratan
sertifikasi halal
Training baik secara internal dan eksternal dilakukan oleh MUIS.
59
Countries /Points
Legislasi Halal Manajemen pengawasan
Kegiatan Inspeksi Pelayanan Lab Edukasi,Informasi, Komunikasi
dimana pun posisi kementeriannya.
ditetapkan.
KSA/UEA Produk yang masuk
ke wilayah Saudi Arabia wajib halal. Tidak ada produk yang mengandung bahan haram masuk ke wilayah ini. Jaminan kehalalan menjadi tanggungjawab pemerintah. Regulasi halal terkait dengan prosedur persetujuan untuk rumah potong hewan dikeluarkan oleh SFDA (bagian pangan/food sector) atau mengacu pada
standard yang dikeluarkan oleh SASO atau GCC Regulasi halal di UEA Legislasi tentang halal dikeluarkan oleh General Secretariat Municipal (GSM) Pengawasan terhadap produk hewan dan
produk olahannya
melalui inpeksi yang dilakukan ke negara pengekspor.
Pengawasan terhadap peredaran pangan di UEA dilakukan oleh ADFCA melalui Food Law No.2/2008 isu tentang halal terdapat pada pasal 8 ayat 2 dan pasal 16 ayat 3 Kegiatan inspeksi dilakukan oleh petugas SFDA untuk memverifikasi lokasi pemotongan hewan di negara pengekspor. Dilakaukan berdasarkan keputusan administrasi No.75/31/k tertanggal 26 Juni 2010. Di Uni Emirat Arab, inspeksi dilakukan di pintu masuk pada saat
produk impor
datang. Inspeksi dilakukan
berdasarkan kiteria pangan dan jalur warna (red,yellow dan green channel) Inspeksi dilakukan oleh ADFCA
Uji cepat untuk
deteksi babi dilakukan rutin pada sertiap kedatangan produk di pintu masuk UEA mempersyaratkan bagi produk impor mengirimkan hasil uji lab terlebih dulu
sebelum barang
datang.
Informasi tentang aturan halal atau kebijakan baru yang terkait dengan halal dipublikasikan melalui situs jaringan masing masing negara.
Countries /Points
Legislasi Halal Manajemen pengawasan
Kegiatan Inspeksi Pelayanan Lab Edukasi,Informasi, Komunikasi
dan standard
dikeluarkan oleh Emirat standard and Meteorology Authority (ESMA) atau menggunakan standard GCC.
Di UEA juga
memiliki Food Law
no.2 yang
dikeluarkan oleh
ADFCA (Abu
Dhabi Food Control Authority)
Eropa Hampir semua
Negara Eropa tidak
memiliki legal hukum terhadap pelaksanaan halal. Pemerintah menganggap bahwa halal adalah masalah agama
yang tidak perlu
diatur oleh
pemerintah. Namun di Belanda
,tata cara
penyembelihan ada aturan legal nya yaitu yang disebut
Tidak ada pengawasan terkait dengan tidak adanya legal hukum halal di Negara-negara
Eropa umumnya
.Sekali pun ada
pelanggaran ketika tidak ada pengaduan maka pelanggaran atau adulteration tidak akan ditindak secara hukum
Inspeksi dalam
konteks penelitian ini dapat diartikan sebagai aktifitas sertifikasi halal,
Untuk negara
negara Eropa dalam lingkup peneltian ini aktifitas sertifikasi merupakan bagian dari Jaminan kehalalan untuk konsumen muslim di negara masing masing. Untuk keperluan ekspor Hampir semua lembaga sertifikasi di Eropa belum memiliki pelayanan laboratorium atau menjadikan uji laboraorium sebagai bentuk verifikasi dari tahapan audit.
Halal Informasi dan edukasi di Holland sudah mulai tumbuh dan berkembang.
Ada lembaga sertifikasi halal di Belanda yang cukup antusias dengan kegiatan sosialisasi halal terutama untuk menyadarkan halal pada generasi muda. Program sosialisasinya cukup menarik dan mengikuti jiwa muda. Program tersebut di namakan “HALAL POLITIE”
Acara rutin tahunan yang dilakukan oleh lHalal Control Jerman. Kegiatan tersebut berisi tukar informasi antara perusahaan dengan ulama Halal Control. Kegiatan tahunan ini bersifat simbiosis mutualisme.
61
Countries /Points
Legislasi Halal Manajemen pengawasan
Kegiatan Inspeksi Pelayanan Lab Edukasi,Informasi, Komunikasi
sebagai “besluit ritueel slachten”.
Aturan yang
memuat tatacara penyembelihan secara ritual (untuk
muslim dan yahudi). Pemotongan hewan berdasarkan agama sudah diberlakukan per Januari 2013
negara tersebut juga memerlukan lembaga sertifikasi halal.
Lembaga sertifikasi halal dalam lingkup
penelitian ini
merupakan lembaga yang diakui oleh MUI dan memenuhi persyaratan
minimum yang
diterapkan. AUSTRALIA Di Australia, halal
menjadi isu penting dan bagian dari AQIS ( karantina Australia) . Hal ini
terkait dengan
ekspor daging dan intermediate nya ke Negara-negara yang mayoritas muslim
sehingga Halal
cukup penting bagi Australia
Pengawasan halal
terkait dengan ekspor. Lembaga sertifikasi halal di control oleh
suatu lembaga
pemerintah di
Australia, dan secara regular melapor ke lembaga tersebut. Namun tidak menjadi
otomatis hak konsumen muslim di Australia menjadi terjamin Halal awareness di masyarakat terutama industry pangan sudah
Inspeksi halal dilakukan oleh lembaga sertifikasi . dalam rangka proses sertifikasi halal. Inspeksi secara periodik juga dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan halal di rumah potong hewan sesuai dengan yang ditetapkan
Inspeksi halal dapat dilakukan secara
bersama dengan
pemerintah atau
Terkait dengan
aktifitas sertifikasi
Halal training dilakukan terkait dengan aktifitas sertifikasi dalam kaitannya ekspor.
Sosialisasi halal yang dilakukan secara terorganisir belum ditemukan dalam penelitian ini.
Namun dibeberapa tempat seperti restauran dan bahkan restauran hotel sudah mulai meningkat kesadaran dengan mencantumkan sertifikat halal pda gerainya.
Countries /Points
Legislasi Halal Manajemen pengawasan
Kegiatan Inspeksi Pelayanan Lab Edukasi,Informasi, Komunikasi
mulai meningkat.
Sudah ada web yang menawarkan produk produk halal dengan berbagai criteria.
Sanksi terhdap
pelanggaran halal masih berupa sanksi moral terpisah. Dokumen halal menjadi bagian dari dokumen legal pemerintah ketika akan melakukan ekspor
RINGKASAN
ELVINA AGUSTIN RAHAYU. Jaminan Kehalalan Berdasarkan Kelompok Bisnis Pangan di Indonesia dan Perbandingan dengan Beberapa Negara Dibimbing oleh DAHRUL SYAH dan JOKO HERMANIANTO.
Jaminan kehalalan bagi penduduk muslim Indonesia merupakan kewajiban yang harus disediakan pemerintah. Indonesia memiliki populasi muslim terbesar saat ini yaitu 88 % dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 239 juta penduduk.
Kegiatan sertifikasi halal semata, belum cukup menjadi cara untuk menjamin kehalalan produk bagi konsumen muslim Indonesia. Penelitian LP POM tahun 2010 menunjukkan bahwa dari 113.515 produk yang beredar sesuai dengan izin BPOM hanya 36,73 persen yang telah memiliki sertifikat halal. Dengan kata lain, 63,27 persen produk sisanya tidak ada jaminan kehalalannya, jika ditinjau dari pola pikir sertifikasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan regulasi halal di Indonesia, melalui 4 kelompok bisnis pangan yang ada. Berdasarkan PP No.28/2004 ada 4 kelompok bisnis yaitu kelompok bisnis pangan segar, industri rumah tangga ,industri pangan dan pangan siap saji.
Selain poin diatas, dilakukan juga identifikasi terhadap penerapan system Jaminan kehalalan di beberapa Negara yaitu : (1) Negara Negara Teluk (dalam penelitian ini Arab Saudi dan Uni Arab Emirat), (2) Singapura, (3) Uni Eropa (Jerman dan Belanda), (4) Australia. Identifikasi terhadap penerapan system Jaminan kehalalan didasarkan pada model kerangka infrastruktur sistem jaminan keamanan pangan yaitu ; (1) legislasi/regulasi, (2) Pengendalian, (3) Jasa Laboratorium, (4) Inspeksi dan (5) Pelatihan, publikasi dan sosialisasi.
Identifikasi regulasi secara detail dilakukan hanya untuk Indonesia, sementara untuk 4 negara lain yang ada dalam penelitian ini, identifikasi dilakukan berdasarkan data yang tersedia dari media public. Keberadaan regulasi halal di Indonesia di identifikasi dengan menelaah 98 regulasi dalam bentuk undang undang termasuk UU Pangan no 18/2012, peraturan pemerintah dan peraturan mentri atau kepala badan di setiap 4 kelompok bisnis yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan regulasi halal di Indonesia yang paling lengkap ada pada kelompok bisnis pangan segar sedangkan yang paling tidak lengkap ada pada bisnis pangan siap saji. Selain kesenjangan, penelitian ini juga menunjukkan adanya inkonsistensi dalam aturan.
Regulasi terkait dengan peredaran atau masuknya daging ke Indonesia secara implisit menunjukkan bahwa daging halal yang bersertifikat dan yang tidak bersertifikat dapat masuk ke Indonesia. Hal ini terdapat pada PP No.95/2010 pasal 31 dan Permentan No.50 /2011 pasal 19. Dua (2) pasal tersebut pada hakekatnya bertolak belakang dengan aturan yang lebih tinggi yaitu Undang- undang Kesehatan Masyarakat Veteriner No.8/2009 pasal 56 ayat 4 yang menyatakan bahwa semua daging hewan yang masuk ke Indonesia harus disertai dengan sertifikat veteriner dan halal.
Ada 5 model sistem jaminan kehalalan yang tertangkap dari hasil penelitian ini. Model pertama jaminan kehalalan hanya berdasarkan proses sertifikasi halal yang sifatnya sukarela (voluntary). Indonesia merupakan negara dengan model sistem jaminan tersebut. Model kedua , negara yang menerapkan
tertangkap dalam penelitian ini. Model ketiga diwakilkan oleh negara Singapura. Jumlah populasi muslim di negara ini memang minoritas yaitu 15 %, tetapi pemerintah menjamin kebutuhan muslim dengan adanya aturan yang tertuang pada AMLA (the Administration of Moslem Law Act). Jaminan kehalalan dilakukan melalui kegiatan sertifikasi halal yang dilakukan oleh Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) yang merupakan bagian dari pemerintah.
Model keempat adalah model yang diwakili oleh negara-negara Uni Eropa. Jaminan kehalalan merupakan upaya mandiri dari organisasi muslim atau komunitas muslim setempat. Awalnya pemerintah tidak ikut campur dalam pengelolaan halal di Uni Eropa ini. Sejak Januari 2013 negara sudah ikut menetapkan standar penyembelihan berdasarkan aturan agama (religious) untuk penduduk muslim dan yahudi. Model kelima adalah negara yang diwakili oleh Australia. Pemerintah bersama dengan organisasi muslim di negara tersebut bekerjasama untuk menyediakan daging halal dalam rangka kebutuhan ekspor ke negara muslim. Sertifikat halal menjadi bagian dari dokumen negara. Pemerintah yang berperan aktif melakukan komunikasi ditingkat negara untuk kemudian di komunikasikan ke lembaga sertifikasi halal yang ada di Australia.
Dari penelitian ini, arsitektur jaminan kehalalan di Indonesia yang diajukan adalah menjadikan UU Pangan No.18/2012 sebagai payung dari pelaksanaan halal di Indonesia, sementara 4 kelompok bisnis pangan yang ada menjadi pilar dari bangunan dan regulasi terkait halal menjadi landasannya. Untuk itu harus terdapat pernyataan eksplisit yang menekankan jaminan kehalalan bagi konsumen muslim disetiap aturan turunan Undang Undang Pangan. Dengan demikian jaminan kehalalan dilakukan dengan mengadopsi model sistem jaminan kehalalan negara negara Teluk (Gulf Cooperation Council). Pada masa transisi prinsip voluntary (jaminan kehalalan melalui sertifikasi) dapat dilakukan untuk membiasakan pola kerja produksi halal. Sertifikat halal sebagai hasil dari proses sertifikasi halal harus menjadi bagian dari dokumen Negara sebagaimana yang diterapkan di Negara Australia.
SUMMARY
The research to identify the existence of halal regulation at different category/type/group of foood business was conducted based on content analysis of availablelasify of food business. Based on Government Regulation (PP) No.28/2004, food business in Indonesia are grouped into 4 category, namely fresh food,home industry product (PIRT), industrial food products as well as fast food and restaurant.
The existence of Halal regulation is identified for each step of business.