• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di era otonomi daerah, berbagai daerah gencar memaksimalkan pemanfaatan potensi daerahnya, terutama dari sisi sumber daya alam ( SDA ) Adakah itu sebagai upaya mempercepat

Dalam dokumen no 1th ixjanuari 2015 (Halaman 59-61)

pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat?

nya MPR memerankan tugas membangun dasar-dasar ideologi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini penting, karena masih banyak generasi muda yang belum mengetahui dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka juga semakin gampang berinteraksi dengan budaya asing, dan semakain jauh dari dasar- dasar budaya sendiri.

Untuk itu, MPR harus dibekali dana yang lebih besar. Agar membangun ideologi kehidupan berbangsa dan bernegara bisa terlaksana dengan baik. Jangan sampai dana

yang dikelola MPR lebih kecil dari dana satu buah jembatan, karena pekerjaan MPR benar-benar berat dan tidak ringan.

“Sosialisasi masih penting, tapi itu tidak mungkin dilakukan oleh MPR sendiri. Sebaiknya sosialisasi diambil alih oleh pemerintah. Sementara MPR harus menekankan perannya untuk mengaplikasikan dan mengimplementasikan ideologi kehidupan berbangsa dan bernegara”, kata Fadholli.

Sementara Sesjen MPR Eddie Siregar menilai, wajah MPR ke depan akan diejawantahkan oleh pimpinannya. Karena

itu, jika pimpinan MPR senantiasa bicara menyangkut kepentingan bangsa, bukan kepentingan perorangan, maka MPR ke depan pasti akan berjalan dengan baik. Sebaliknya, bila pimpinan MPR selalu bicara menyangkut kepentingan kelompok tertentu, maka masa depan MPR bakal meng- khawatirkan.

“Pimpinan MPR harus menganggap ini adalah tugas yang memang harus dilaksana- kan, bukan pekerjaan yang akan memberikan hasil di belakangnya”, ujar Eddie Siregar.❏

NASIONAL

interaktif sebagai salah satu rangkaian kegiatan Press Gathering yang diselenggarakan oleh MPR RI bersama Koordinatoriat Wartawan Parlemen di Novotel Hotel, Palembang, Provinsi Sumatra Selatan, 12 Desember 2014. Tampil sebagai narasumber dialog tersebut Wakil Ketua MPR Oesman Sapta, anggota MPR Kelompok DPD Hana Hasanah Fadel Muhammad, dan anggota MPR Fraksi PPP Zainutauhid Saadi. Dalam kesempatan pertama, Hana Hasanah memaparkan bahwa kearifan lokal adalahvalueatau nilai dari sesuatu yang ada di daerah tersebut. Contoh di daderah Gorontalo. Komoditas yang menjadi potensi daerah dan memiliki value tinggi adalah jagung. Jagung di sini tidak hanya menjadi bahan makanan pokok dan menjadi salah satu elemen pelengkap budaya, jagung juga menjadi salah satu komoditas utama dan mampu memberi konstribusi ekonomi bagi Gorontalo.

“Jagung ini juga merupakan pangan alternatif yang sangat baik di saat orang bingung sebagai akibat menipisnya ketersediaan beras yang juga harus diimpor. Nah, jagung bisa menjadi bahan makanan pokok alternatif untuk semua,” ujarnya.

Pembangunan di daerah, lanjut Hana, memang harus disesuaikan dengan potensi yang ada di daerah itu. Potensi daerah itu

harus dikelola secara merata, tidak boleh lagi ada monopoli peguasaan potensi daerah, terutama sumber daya alamnya. Beberapa kebijakan pemerintah yang lalu cukup membuat miris, yaitu soal pemberian wewenang pengelolaan sumber daya alam. Banyak sekali terjadi, hanya segelintir pihak yang diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di aderah tersebut tanpa memikirkan nasib rakyat setempat. Bahkan ada yang sudah jelas- jelas kawasan hutan lindung bisa dialihfungsikan untuk kegiatan ekonomis pihak tertentu. Dampaknya sangat berbahaya.

“Pemerintah pusat dan daerah harus memerhatikan hal ini. Suatu daerah itu berhasil jika pembangunan infrastruktur cukup memadai, perekonomian berjalan baik, pendidikan baik, kesehatan tercover dengan baik. Dan, itu semua akan terwujud jika potensi daerah dimaksimalkan dan digunakan demi sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat,” tandasnya.

Sementara, anggota MPR RI Fraksi PPP Zainutauhid Saadi mengungkapkan bahwa hadirnya Republik Indonesia adalah bertujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat sesuai janji kemerdekaan yang tertuang dengan baik di dalam konstitusi negara. Pertanyaannya, apakah

janji kemerdekaan itu sudah terpenuhi dan sudah dirasakan oleh seluruh rakyat In- donesia?

Apakah seluruh rakyat sudah merasa terlindungi hak-haknya, dan apakah sudah merasakan tersejahterakan hidupnya serta tercerdaskan? Sayangnya, menurut Zainutauhid, belum semua terpenuhi, karena banyaknya persoalan bangsa yang dihadapi selama 69 tahun Indonesia merdeka. Dalam kurun 69 tahun Indonesia merdeka manakala rakyat Indonesia ditanya apakah kekayaan negara Indonesia yang utama? Pasti jawabannya adalah laut atau tambang atau hutan.

Padahal kekayaan bangsa kita adalah dua ratus juta lebih rakyat Indonesia yang merupakan sumber daya manusia Indone- sia. Sumber daya manusia itulah kekayaan bangsa kita yang utama. Kekayaan sumber daya alam kita memang sangat besar, tapi akan percuma jika tidak dikelola dengan baik oleh sumber daya manusia itu sendiri.

“Singapura contohnya, tidak punya sumber daya alam. Begitu juga Jepang, miskin kekayaan alam. Tapi, kenapa mereka unggul? Karena sumber daya manusia mereka bagus. Kita memiliki banyak sumber daya manusia, maka hal itu harus diperhatikan betul-betul,” pungkasnya. ❏

EDISI NO.01/TH.IX/JANUARI 2015

P

ENOLAKAN Presiden Joko Widodo memberikan grasi terhadap 64 pengedar narkoba yang divonis mati menuai pro kontra. Itu tercermin pada acara Dialog Pilar Negara yang dilaksana- kan di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR RI pada Senin (15/12). Dialog yang mengetengahkan tema: “Hukuman Mati dan Penegakan HAM” itu menghadirkan tiga narasumber, yaitu Masinton Pasaribu, anggota MPR Fraksi PDI Perjuangan; Dr.

Akhiar Salmi, pakar Hukum FH UI; dan Firmansyah Arifin, LSM Indonesia Legal Roundtable.

Menurut Akhiar Salmi, pro kontra terhadap hukuman mati akan menjadi perdebatan abadi. Tinggal, mana pendukungnya lebih banyak. Jika pelaksanaan hukuman mati memiliki banyak pendukung, niscaya hukuman mati pun akan diberlakukan. Sebaliknya, jika penolakan hukuman mati lebih banyak pendukungnya, tentu saja pelaksanaannya akan ditanggalkan.

Di Indonesia, pro kontra terhadap hukuman mati muncul sejak mencuatnya kasus Sengkon dan Karta, terpidana hukuman mati pada kasus perampokan dan pembunuhan, sekitar 1970-an. Sejak itu dua kutub yang menolak dan mendukung pelaksanaan hukuman mati terus terjadi.

Salah satu tokoh penentang hukuman mati adalah pengacara Mulya Lubis, yang juga tokoh lembaga Bantuan Hukum.

Bersama beberapa kolega, ia mendirikan kelompok berlambang Hati (hapuskan hukuman mati). Kelompok ini beralasan, hidup adalah hak asasi manusia yang tak bisa dibatasi. Pada saat yang sama, muncul juga para pembela hukuman mati. Mereka ini antara lain merupakan mahasiswa Uni- versitas Indonesia.

“Dalam perjalanannya, beberapa tokoh yang semula menentang hukuman mati berbalik, lalu mendukung hukuman mati.

Namun para penentang pelaksanaan hukuman mati juga terus bertambah”, kata Akhiar Salmi.

Secara pribadi, penulis buku berjudul Eksistensi Hukuman Mati itu mengakui, kalau dia setuju dengan hukuman mati. Terutama bagi para terpidana yang mengancam keselamatan Negara, terorisme, hingga pengedar narkoba dan para koruptor. Secara hukum, menurut Akhiar, pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tidak bertentangan dengan konstitusi. Karena itu, perdebatan seputar pelaksanaan hukuman mati tak perlu dilanjutkan.

Pendapat serupa juga disampaikan Masinton Pasaribu. Secara pribadi, Masinton mengaku setuju dengan pelaksanaan hukuman mati. Terlebih di kalangan terpidana kejahatan berat, seperti korupsi, terorisme, dan pengedar narkoba. Karena ketiga jenis kejahatan ini menimbulkan efek sangat berat.

Dialog Pilar Negara

Dalam dokumen no 1th ixjanuari 2015 (Halaman 59-61)