• Tidak ada hasil yang ditemukan

P ROGRAM P EMANTAPAN K EAMANAN D ALAM N EGER

PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

P EREDARAN G ELAP N ARKOBA

22. P ROGRAM P EMANTAPAN K EAMANAN D ALAM N EGER

Program ini ditujukan untuk meningkatkan dan memantapkan keamanan dan ketertiban wilayah Indonesia terutama di daerah rawan seperti wilayah laut Indonesia, wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar, serta meningkatkan kondisi aman wilayah Indonesia dari tindak kejahatan terorisme.

Sasaran yang hendak dicapai dalam program ini adalah: (1) terwujudnya keamanan dan penegakan hukum di wilayah kedaulatan NKRI; (2) terwujudnya keamanan dan ketertiban yang kondusif di daerah-daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar; (3) tertanggulangi dan tertanganinya kejahatan terorisme; dan (4) terwujudnya keamanan dan ketertiban daerah/wilayah pasca darurat militer.

IV – 20

Kegiatan pokok yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran program ini meliputi: 1. Operasi keamanan dan penegakan hukum di wilayah kedaulatan NKRI;

2. Upaya keamanan dan ketertiban di wilayah perbatasan dan pulau pulau terluar; 3. Pencegahan, penanggulangan dan penanganan kejahatan terorisme;

4. Upaya keamanan dan ketertiban di daerah/ wilayah pasca darurat militer; dan 5. Menyelenggarakan koordinasi pengamanan pejabat tinggi negara.

V – 17

E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1)

Sub Program Pembangunan Bidang Hukum

1. Perencanaan Hukum Tersusunnya kegiatan-kegiatan pembangunan hukum secara lebih tepat sasaran dan terkoordinasi sehingga dapat menghasilkan kebijakan hukum untuk kebutuhan saat ini dan masa mendatang, mencerminkan perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta mempunyai daya laku yang efektif dalam masyarakat dan tanggap terhadap pengaruh globalisasi dunia

Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Dep. Kehakiman dan HAM

31.428,6

2. Pembinaan dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Tersedianya masukan dalam rangka penyusunan peraturan perundang-undangan nasional yang berpijak pada sistem nilai yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat serta rasa keadilan masyarakat

Mahkamah Agung, Dep. Kehakiman dan HAM

669.035,5

3. Pembentukan Hukum Tersusunnya berbagai peraturan perundang-undangan serta yurisprudensi

Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, Dep. Dalam Negeri, Dep. Kehakiman dan HAM, Dep. Perindustrian dan

Perdagangan, Dep. Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

48.218,1

4. Peningkatan Kesadaran Hukum dan Hak Asasi Manusia

Meningkatnya penghargaan dan kepatuhan setiap warga negara kepada hukum. Namun karena kedudukan dan fungsinya, pengembangan dan peningkatan kesadaran hukum para penyelenggara negara menjadi sangat penting untuk diutamakan

Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Dep. Dalam Negeri, Dep. Kehakiman dan HAM, Meneg. Percepatan

Pembangunan KTI

V – 18

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1)

5. Pelayanan dan Bantuan Hukum Terwujudnya pelayanan di bidang hukum secara lebih cepat, murah dan mampu menjangkau segenap lapisan masyarakat, serta terwujudnya kesempatan yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk memperoleh keadilan

Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Dep. Kehakiman dan HAM

127.402,2

6. Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Tumbuhnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat kepada hukum melalui tindakan penegakan hukum terhadap berbagai kasus pelanggaran hukum dan kejahatan terutama yang mendapat perhatian luas dari masyarakat

Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Dep. Kehakiman dan HAM, Menko Bidang Politik dan Keamanan, Badan Narkotika Nasional

517.707,4

7. Pembinaan Peradilan Terciptanya kembali penghargaan dan pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum melalui pelayanan proses peradilan yang transparan dan terbuka serta putusan peradilan yang tidak memihak serta memenuhi rasa keadilan masyarakat

Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Badan Narkotika Nasional

480.143,7

8. Pembinaan Profesi Hukum Terwujudnya aparatur hukum sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing, baik yang berada dilingkungan pemerintahan maupun yang di luar pemerintahan sesuai peraturan perundang-undangan

Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Dep. Kehakiman dan HAM

67.950,0

9. Pembinaan Sarana dan Prasarana Hukum

Terpenuhinya dukungan sarana dan prasarana di bidang hukum dan hak asasi manusia agar ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan baik, sehingga fungsi aparatur hukum sebagai pendorong perubahan pembangunan dapat terpenuhi

Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Dep. Kehakiman dan HAM

770.950,0

Sub Program Pembangunan Bidang Penyelenggaraan Negara

10. Penerapan Kepemerintahan yang Baik Terselenggaranya pelaksanaan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik

Dep. Perhubungan, Menko Bidang Politik dan Keamanan, Meneg. Pendayagunaan Aparatur Negara, Badan Kepegawaian Negara,

V – 19

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1)

Lembaga Administrasi Negara, Arsip Nasional 11. Peningkatan Pengawasan dan

Akuntabilitas Aparatur Negara

Terwujudnya sistem pengawasan dan audit yang efektif akuntabel di lingkungan aparatur negara

Badan Pemeriksa Keuangan, Dep. Dalam Negeri, Dep. Luar Negeri, Dep. Kehakiman dan HAM, Dep. Keuangan, Dep. Pertanian, Dep. Kehutanan, Dep. Perindustrian dan Perdagangan, Dep. Energi dan Sumber Daya Mineral, Dep. Perhubungan, Dep. Pendidikan Nasional, Dep. Kesehatan, Dep. Sosial, Dep. Agama, Dep. Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dep. Kelautan dan Perikanan, Dep.

Permukiman dan Prasarana Wilayah, Meneg. Kebudayaan dan Pariwisata, Meneg. Pendayagunaan Aparatur Negara, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Meneg. Koperasi dan UKM, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Badan Kepegawaian Negara, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Lembaga

V – 20

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1)

Administrasi Negara, Lembaga Informasi Nasional, Arsip Nasional, Lembaga Ketahanan Nasional 12. Penataan Kelembagaan dan

Ketatalaksanaan

Terciptanya kelembagaan dan manajemen dan

pertanggungjawaban kinerja pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang efektif, efisien, luwes, responsive, dan tidak terjadi duplikasi fungsi dan kewenangan

Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretariat Negara, Dep. Dalam Negeri, Dep. Luar Negeri, Dep. Agama, Dep. Permukiman dan Prasarana Wilayah, Meneg. Kebudayaan dan Pariwisata, Meneg. Pendayagunaan Aparatur Negara, Meneg. Ppn/Kepala Bappenas, Meneg. Percepatan Pembangunan KTI, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Meneg. Koperasi dan UKM, Badan Kepegawaian Negara, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Lembaga Administrasi Negara, Lembaga Informasi Nasional, Arsip Nasional

216.772,4

13. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur

Terwujudnya aparatur negara yang profesional dan berkualitas dalam melaksanakan pemerintahan umum dan pembangunan

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung, Sekretariat Negara, Dep. Dalam Negeri, Dep. Luar Negeri, Dep. Kehakiman dan HAM, Dep. Keuangan, Dep. Pertanian, Dep. Perindustrian

V – 21

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1)

dan Perdagangan, Dep. Energi dan Sumber Daya Mineral, Dep. Perhubungan, Dep. Pendidikan Nasional, Dep. Kesehatan, Dep. Sosial, Dep. Agama, Dep. Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dep. Kelautan dan Perikanan, Dep. Permukiman dan Prasarana Wilayah, Meneg.

Pendayagunaan Aparatur Negara, Meneg. Ppn/Kepala Bappenas, Meneg. Percepatan Pembangunan KTI, Meneg. Komunikasi dan Informasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Meneg. Koperasi dan UKM, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Badan Kepegawaian Negara, Badan Pertanahan Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Lembaga Administrasi Negara, Lembaga Informasi Nasional, Arsip Nasional, Perpustakaan Nasional, Lembaga Ketahanan Nasional, Lainnya

V – 22

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1)

14. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Terselenggaranya pelayanan publik yang lebih cepat, pasti, murah, transparan, adil, patut dan memuaskan pada unit- unit kerja di lingkungan pemerintahan pusat dan daerah

Sekretariat Wakil Presiden, Dep. Dalam Negeri, Dep. Luar Negeri, Dep. Energi dan Sumber Daya Mineral, Dep. Agama, Dep. Permukiman dan Prasarana Wilayah, Meneg. Pendayagunaan Aparatur Negara, Meneg. Badan Usaha Milik Negara, Badan

Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Meneg. Koperasi dan UKM, Badan Kepegawaian Negara, Lembaga Administrasi Negara, Arsip Nasional

140.313,1

15. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara

Tersedianya sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan administrasi pemerintahan yang memadai pada unit-unit kerja di lingkungan penyelenggaraan negara.

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Kepresidenan, Sekretariat Wakil Presiden, Sekretariat Negara, Dep. Dalam Negeri, Dep. Luar Negeri, Dep. Keuangan, Dep. Perindustrian dan

Perdagangan, Dep.

Perhubungan, Dep. Pendidikan Nasional, Dep. Sosial, Dep. Agama, Dep. Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dep. Permukiman dan Prasarana Wilayah, Meneg. Riset dan Teknologi, Meneg.

Lingkungan Hidup, Meneg. Pendayagunaan Aparatur

V – 23

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1)

Negara, Meneg. Ppn/Kepala Bappenas, Meneg. Percepatan Pembangunan KTI, Meneg. Badan Usaha Milik Negara, Meneg. Komunikasi dan Informasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Meneg. Koperasi dan UKM, Badan Kepegawaian Negara, Badan Pusat Statistik, Badan Pertanahan Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Lembaga Administrasi Negara, Lembaga Informasi Nasional, Arsip Nasional, Perpustakaan Nasional, Lainnya

16. Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

Terselenggaranya tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam melaksanakan penyelenggaraan kenegaraan dan kepemerintahan

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung, Kepresidenan, Sekretariat Wakil Presiden, Sekretariat Negara, Dep. Dalam Negeri, Dep. Luar Negeri, Dep. Kehakiman dan HAM, Dep. Keuangan, Dep. Pertanian , Dep. Kehutanan, Dep. Perindustrian dan

Perdagangan, Dep. Energi dan

V – 24

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1)

Sumber Daya Mineral, Dep. Perhubungan, Dep. Pendidikan Nasional, Dep. Kesehatan , Dep. Sosial, Dep. Agama, Dep. Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dep. Kelautan dan Perikanan, Dep.

Permukiman dan Prasarana Wilayah, Menko Bidang Politik dan Keamanan, Menko Bidang Perekonomian,Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat, Meneg. Kebudayaan dan Pariwisata, Meneg. Riset dan Teknologi, Meneg.

Lingkungan Hidup, Meneg. Pemberdayaan Perempuan, Meneg. Pendayagunaan Aparatur Negara, Meneg. Ppn/Kepala Bappenas, Meneg. Percepatan Pembangunan KTI, Meneg. Komunikasi dan Informasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Badan Kepegawaian Negara, Badan Pusat Statistik, Badan Pertanahan Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Lembaga

V – 25

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1)

Administrasi Negara, Lembaga Informasi Nasional, Arsip Nasional, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan Intelijen Negara, Lembaga Sandi Negara, Lembaga Ketahanan Nasional, Badan Narkotika Nasional, Komisi Nasional Hak Asazi Manusia, Komisi Pemilihan Umum

Keterangan :

1) Angka-angka yang tercantum adalah angka RAPBN T.A. 2005 (pagu sementara) yang akan disesuaikan dengan angka APBN T.A. 2005 sebagai hasil pembahasan antara Pemerintah RI dengan DPR RI.

B

AB

V

P

EMBANGUNAN

B

IDANG

H

UKUM

DAN

P

ENYELENGGARAAN

N

EGARA

A. K

ONDISI

U

MUM

Sub bidang hukum. Sebagai negara hukum yang landasannya tertuang dalam Konstitusi, maka seluruh penyelenggaraan negara seharusnya dilakukan berdasarkan ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan bernegara yang diinginkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Namun kenyataan dalam praktik penyelenggaraan negara telah menunjukkan, bahwa hukum tidak didudukan dalam posisi sebagaimana diperintahkan dalam UUD 1945 yang berarti pelaksanaan penyelenggaraan negara belum secara konsisten mendasarkan pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan. Dengan perkataan lain penyelenggara negara belum secara konsisten melakukan penegakan hukum berdasarkan UUD 1945. Penegakan hukum tidak boleh diartikan hanya menjadi tugas dari aparat penegak hukum, namun seluruh penyelenggara negara mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk menegakkan hukum sesuai lingkup kewenangannya. Melaksanakan peraturan perundang-undangan secara konsisten baik pada tingkat nasional, sektoral, regional maupun pada unit-unit terkecil juga merupakan bagian dari penegakan hukum. Karena implikasi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya secara baik dan konsisten peraturan perundang-undangan yang ada akan berimplikasi pada terciptanya ketertiban dan kehidupan sosial yang teratur dalam hubungan bermasyarakat, hubungan antara masyarakat dengan pemerintah dan hubungan antar aparatur pemerintah satu sama lain. Sebaliknya, tidak dilaksanakanya ketentuan peraturan perundang-undangan secara konsisten sehingga menyimpang dari yang seharusnya akan menimbulkan konflik baik di dalam masyarakat, antara pemerintah dengan masyarakat dan antara pemerintah satu sama lain.

Pelaksanaan pembangunan hukum sejak ditetapkannya UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000–2004 secara umum juga masih belum menunjukkan hasil reformasi hukum yang sesuai dengan harapan dan rasa keadilan masyarakat, walaupun dari segi pembangunan materi hukum khususnya cukup banyak peraturan perundang-undangan yang dihasilkan. Namun pembangunan materi hukum yang tidak diikuti dengan perbaikan dan pembenahan kelembagaan, aparatur hukum dan sarana serta prasarana yang memadai pada akhirnya menyebabkan pembangunan hukum secara keseluruhan belum tercapai secara optimal. Bahkan banyak pendapat yang mengatakan walaupun peraturan perundang-undangan yang ada sangat lemah, namun apabila aparatur hukumnya profesional dan tidak diintervensi oleh pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan, maka peraturan perundang-undangan tersebut dapat efektif daya lakunya. Di samping itu masih ditemui permasalahan antara lain proses pembentukan hukum belum sepenuhnya mengacu pada kepentingan publik; penerapan dan penegakan hukum yang belum berorientasi pada keadilan dan kepastian hukum; rendahnya akses publik untuk berpartisipasi; penggunaan hukum yang

V – 2

berkeadilan sebagai landasan pengambilan keputusan oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Mendasarkan pada evaluasi hasil pelaksanaan Propenas serta berbagai permasalahan yang masih ditemukenali sampai dengan saat ini, pembangunan hukum di Indonesia yang sampai dengan saat ini masih menjadi sorotan tajam dari masyarakat dan dunia internasional adalah masalah korupsi dan penegakan hak asasi manusia; tindak kejahatan terorisme; dan penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya.

Permasalahan korupsi sudah berada pada kondisi yang mengkhawatirkan, karena sudah menjadikan orang tidak normal lagi dalam sikap, perilaku dan nalar berpikirnya. Permasalahan korupsi tidak lagi terbatas pada mencuri uang, tetapi lambat laun juga merasuk ke dalam mental, moral, tata nilai dan cara berpikir. Salah satu akibatnya dalam praktik penyelenggaraan negara adalah hilangnya integritas dan moral oleh materialisme, dan egosektoral/departemental yang sangat besar. Tidak maksimalnya upaya pemberantasan korupsi selama ini juga tidak lepas dari kurangnya dukungan politis terutama dari para penyelenggara negara, baik dari lembaga legislatif, eksekutif maupun judikatif. Tanpa adanya dukungan politik yang kuat serta kesungguhan segenap aparat penyelenggara negara umumnya dan aparat penegak hukum khususnya serta peran aktif masyarakat dalam melakukan pengawasan maka upaya memberantas korupsi akan sulit dilakukan. Berdasarkan kondisi tersebut upaya-upaya untuk melakukan berbagai pembenahan dan perbaikan dalam memberantas korupsi di Indonesia memerlukan kemauan dan tekad yang besar dari semua pelaku pembangunan. Dari sisi pembangunan materi hukum cukup banyak kemajuan yang dilakukan dalam kurun waktu lima tahun, yaitu direvisinya UU Nomor 31 Tahun 1999 dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 dengan pengaturan mengenai pembuktian terbalik dan perluasan pengertian korupsi termasuk gratifikasi dan dibentuknya Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) serta pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Pengadilan Tipikor) berdasarkan UU Nomor 30 Tahun 2002. Pengangkatan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi telah dilakukan dan sekarang dalam proses penyusunan organisasi dan mekanisme kerja. Sedangkan untuk Pengadilan Tindak Pidana Korupsi saat ini telah dibuat cetak biru (blueprint), dan proses rekrutmen Hakim Ad-Hoc Tindak Pidana Korupsi berdasarkan cetak biru Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang mekanismenya dilakukan secara transparan dan terbuka dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat. Sebagaimana rencana yang telah disusun, diharapkan pada bulan April 2004, KPK sudah dapat mulai menjalankan tugasnya, sedangkan Pengadilan Tipikor diharapkan dapat mulai berfungsi pada bulan Juni 2004. Namun demikian, sambil menunggu terbentuknya pengadilan korupsi, lembaga peradilan yang ada telah melakukan pemeriksaan terhadap beberapa kasus korupsi yang menarik perhatian masyarakat serta melibatkan orang-orang yang mempunyai posisi penting dalam masyarakat.

Penegakan hak asasi manusia di Indonesia juga masih banyak mengalami permasalahan yang belum tuntas penyelesaiannya, seperti kasus pelanggaran HAM berat. Cukup besar harapan dan tuntutan masyarakat terhadap penegakan hukum dalam kasus pelanggaran HAM yang terjadi selama ini. Dari segi pembangunan materi hukum telah dilakukan revisi terhadap Keppres Nomor 29 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia 1998–2003 dengan Keppres Nomor 61 Tahun 2003

V – 3

tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) yang berisi rencana secara menyeluruh Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan upaya penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia. Evaluasi terhadap pelaksanaan RANHAM menunjukkan hasil pelaksanaan RANHAM baru dilakukan secara sektoral belum dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif, karena koordinasi antar instansi/ lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan RANHAM tidak berjalan dengan baik.

Perubahan dunia di era globalisasi memberi pengaruh yang cukup mendasar kepada bangsa Indonesia. Krisis ekonomi dan moneter sejak pertengahan tahun 1997 sampai dengan saat ini masih belum sepenuhnya pulih. Implikasi otonomi daerah juga memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap lemahnya kesatuan dan persatuan bangsa di dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Terjadinya konflik horisontal maupun vertikal sampai dengan saat ini masih sering terjadi walaupun tidak sesering pada kurun waktu 1997–2000. Namun yang lebih memprihatinkan dan juga mengakibatkan meningkatnya kemiskinan dan pengangguran adalah adanya aksi terorisme. Dimulai dari kasus bom Bali yang sangat memukul perekonomian Indonesia dan disusul dengan kejadian-kejadian teror lainnya, menyebabkan kondisi keamanan dan keselamatan tidak saja masyarakat Indonesia namun juga warga negara asing menjadi terancam. Sebagai negara berkembang yang masih sangat memerlukan investasi asing maupun dalam negeri, maka meningkatnya kejahatan terorisme sangat mengganggu ketenteraman dan keselamatan para pelaku usaha yang sebanarnya masih banyak ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu penanganan yang komprehensif terhadap kejahatan terorisme sudah sangat mendesak untuk dilakukan baik dari sisi pembangunan materi hukum guna menetapkan sanksi hukum yang tegas maupun dari sisi peningkatan kesadaran hukum serta kewaspadaan terhadap segala aktivitas yang mencurigakan di dalam kehidupan masyarakat. Upaya saling mendukung baik dari aparat penegak hukum maupun masyarakat untuk medeteksi adanya upaya- upaya untuk melakukan tindakan teror sejauh ini sudah cukup baik. Tindakan hukum terhadap pelaku tindak kejahatan terorisme selama ini juga cukup memberikan rasa keadilan bagi sebagian masyarakat, walaupun mungkin tidak bagi keluarga yang menjadi korban kejahatan terorisme. Namun upaya untuk meningkatkan kerjasama yang lebih baik lagi agar kejahatan terorisme dapat dicegah sedini mungkin sangat diperlukan.

Permasalahan yang juga sangat penting dan mendesak untuk ditangani adalah meningkatkan tindakan penyalahgunaan dan perdagangan narkotika serta obat berbahaya dikalangan generasi muda. Sebagai pondasi generasi mendatang yang diharapkan dapat lebih berkualitas dan profesional dalam mengelola negara Indonesia, maka dapat dibayangkan wujud generasi mendatang seperti apa apabila generasi kondisi generasi muda saat ini sudah sangat dipengaruhi oleh narkotika dan obat berbahaya lainnya. Kondisi tersebut memerlukan penanganan yang serius dan intensif tidak saja dari aparat penegak hukum dan peradilan, namun yang sebenarnya sangat mendasar untuk ditangani adalah faktor lingkungan mulai dari agama, keluarga, sekolah, lingkungan RT, RW dan masyarakat luas dan pengaruh dari perkembangan teknologi informatika yang sulit untuk dibatasi. Sejalan dengan semakin majunya tekonologi komunikasi saat ini peredaran narkoba dan obat berbahaya lainnya telah menjangkau hampir seluruh pelosok wilayah negara Indonesia, yang melibatkan berbagai kalangan

V – 4

baik warga masyarakat biasa maupun aparatur penegak hukum sendiri. Jumlah korban penyalahgunaan narkoba telah sangat memprihatinkan dan berpotensi untuk menghancurkan generasi muda pada masa mendatang. Dibentuknya Badan Narkotika Nasional dengan Keppres Nomor 17 Tahun 2002, merupakan salah upaya kemauan politik Pemerintah untuk mencegah sedini mungkin dan memberantas penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya lainnya, yang melibatkan satuan tugas terdiri dari 25 (duapuluh lima) instansi pemerintah.

Sub bidang penyelenggaraan negara. Upaya-upaya reformasi birokrasi yang telah dilakukan melalui kegiatan yang rasional dan realistis masih memerlukan berbagai penyempurnaan. Banyak permasalahan yang dihadapi pada masa-masa sebelumnya belum sepenuhnya teratasi. Dari sisi internal berbagai faktor seperti demokrasi, desentralisasi dan internal birokrasi itu sendiri masih akan berdampak pada tingkat kompleksitas permasalahan dan dalam upaya mencari solusi lima tahun ke depan. Sedangkan dari sisi eksternal, faktor globalisasi dan revolusi teknologi informasi juga akan kuat berpengaruh terhadap pencarian alternatif-alternatif kebijakan dalam bidang aparatur negara.

Dari sisi internal, beberapa faktor demokratisasi dan desentralisasi yang akan memberikan dampak pada upaya dan pemilihan kebijakan-kebijakan antara lain adalah: meningkatnya tuntutan akan partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik; meningkatnya tuntutan akan transparansi, akuntabilitas dan kualitas kinerja publik; meningkatnya tuntutan dalam penyerahan tanggung jawab, kewenangan dan pengambilan keputusan.

Secara khusus dari sisi birokrasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah antara lain: pelanggaran disiplin, penyalahgunaan kewenangan dan penyimpangan yang tinggi; rendahnya kinerja sumber daya aparatur; sistem kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan (manajemen) pemerintahan belum memadai sehingga belum dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dan menyebabkan rendahnya kualitas pelayanan umum; rendahnya kesejahteraan PNS; banyaknya peraturan perundang- undangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dan tuntutan pembangunan.

Dalam hubungan ini patut dicatat bahwa pemerintah telah mencoba melakukan upaya pembaharuan manajemen pemerintah melalui: (1) implementasi sistem AKIP dipemerintah pusat dan daerah; (2) peningkatan volume penyampaian Laporan Kekayaan Penyelenggara Negara; (3) pengembangan bentuk penyelenggaraan pelayanan publik; (4) perumusan kebijakan perampingan lembaga daerah yang rasional