• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan dari Lembaga PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak)

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

4.8 Pandangan dari Lembaga PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak)

Lembaga atau kelompok masyarakat yang memfokuskan diri dalam penanganan anak jalanan di Indonesia muncul pada awal dekade 80-an. Pada pertengahan dekade 90-an, isu anak jalanan semakin menguat mencapai puncaknya pada krisis tahun 1997-1998, seiring dengan hal tersebut banyak lembaga yang bermunculan yang bertujuan untuk melakukan intervensi terhadap persoalan anak jalanan.

Program penanganan masalah anak jalanan yang dilakukan LSM ada yang berupa pelayanan langsung pada anak, baik pelayanan umum maupun pelayanan khusus, ada juga yang ditujukan pada pihak orang tua atau keluarga si anak. Yang dimaksud dengan pelayanan umum disini adalah bentuk kegiatan yang diberikan secara rutin untuk semua kategori anak, sedangkan pelayanan khusus adalah bentuk

kegiatan yang dilakukan untuk merespon kasus-kasus tertentu, misalnya kasus yang dialami anak yang berkonflik dengan hukum atau korban kekerasan seksual (Subhansyah dkk, 2010: 51-61).

PKPA merupakan lembaga yang bergerak di bidang anak dan perempuan. Mempunyai visi utuk “memperjuangkan terciptanya kepentingan yang terbaik bagi anak” dan misinya adalah “advokasi kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan

kesejahteraan dan perlindungan anak serta menegakkan hak-hak anak”. PKPA

bergerak dalam advokasi, pendidikan, kesehatan dan perlindungan bagi anak yang dalam situasi sulit termasuk di dalamnya anak jalanan. Dalam setiap program-programnya diharapkan dapat memberi dampak bagi anak. Dampak langsung program ini bagi anak jalanan adalah terpenuhinya hak-hak dasar anak terutama dibidang kesehatan, pendidikan dan perlindungan khusus. Bagi anak-anak vulnerable

program ini dapat mencegah mereka terjun kejalanan yang sangat beresiko terhadap keseluruhan aspek kehidupan anak

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak Irwan Hadi sebagai Kordinator yang bertanggung jawab di bidang anak jalanan menyatakan bahwa secara umum, jumlah anak jalanan di Indonesia tiap tahun mengalami jumlah naik turun, khususnya di kota Medan. Dalam pandangan PKPA, masalah keberadaan anak jalanan merupakan masalah yang sulit untuk diselesaikan seperti pernyataannya berikut ini:

“Persoalan anak merupakan persoalan keluarga. Munculnya anak di jalanan pada umumnya disebabkan oleh berbagai kondisi domestik keluarga termasuk perekonomian keluarga yang buruk. Penguatan perekonomian keluarga adalah seharusnya menjadi hal yang paling utama diselesaikan supaya tidak menimbulkan berbagai masalah dalam keluarga. Ketidakmampuan perekonomian keluarga menyebabkan anak-anak turun ke jalan untuk mencari uang, mereka itu rentan putus sekolah, dan bahkan banyak menjadi yang putus sekolah, sekalipun memang ada juga karena masalah lain” (Irwan Hadi).

Sehubungan dengan jumlah anak dijalanan yang dari tahun ke tahun tampaknya sangat sulit untuk benar-benar menyelesaikannya. Hal itu disebabkan oleh munculnya anak-anak yang baru turun ke jalanan dan tempat anak-anak jalanan yang selalu berpindah-pindah dan tidak menetap di suatu tempat saja. Dari pengamatan PKPA, setelah mereka melakukan pembinaan pada anak jalanan, sering sekali ada anak-anak yang baru turun ke jalan, sehingga untuk benar-benar menanggulangi masalah anak jalanan tersebut sulit. Berikut ini hasil wawancara dengan informan:

“Sulitnya untuk mengurangi jumlah anak jalanan di kota Medan, itu juga disebabkan tidak adanya payung hukum dan jaminan negara untuk mengurangi jumlah anak di jalanan dan usaha peningkatan taraf hidup, sehingga upaya untuk melakukan pencegahan di satu titik sangat sulit”(Irwan Hadi).

Sebagai lembaga yang bergerak di bidang anak, khususnya mengenai masalah anak jalanan. Dalam pengerjaan programnya PKPA mengakui masih sangat terbatas dan terkendala dalam hal pendampingan terhadap anak jalanan, karena mendampingi anak tidak cukup jika dilakukan dengan waktu yang singkat tetapi juga membutuhkan waktu yang lama.

Indonesia telah memiliki Undang-Undang Perlindungan Anak seperti Undang-Undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002, tetapi undang-undang tersebut di dalam pelaksanaanya masih belum maksimal, berikut ini adalah tanggapan dari PKPA:

“UU tersebut secara substansi melindungi lintas sektoral saja, tidak secara spesifik pada anak-anak tertentu. Selain itu, kota Medan mempunyai peraturan daerah tentang anak tetapi dalam

pelaksanaannya masih belum berpihak kepada kepentingan anak (Irwan

Hadi).

Ada hal yang bisa dilakukan dalam usaha pencegahan turunnya anak-anak ke jalan saat ini, Upaya pencegahan tersebut bisa dilakukan dengan cara memperhatikan kebutuhan anak, menciptakan lapangan kerja dan menyediakan tempat bermain anak. Hal tersebut dikatakan oleh koordinator bidang anak jalanan seperti penyataanya berikut ini:

“upaya pencegahan yang bisa kita lakukan saat ini yang pertama

pendidikan. Pemerintah harus benar-benar memberikan pendidikan gratis bagi anak. Kebutuhan anak bisa terjamin jika negara menjamin penguatan ekonomi keluarga. Saat ini tidak semua kalangan bisa menikmati sekolah gratis yang telah diselenggarakan oleh pemerintah, mahalnya biaya pendidikan di swasta menjadikan anak rentan putus sekolah. Untuk saat ini bagi mereka yang telah putus sekolah, hal yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi diri mereka melalui pendidikan informal, dan juga meningkatkan kemampuan melalui training life skill Yang kedua, pemerintah harus menciptakan lapangan pekerjaan bagi usia produktif sehingga kesejahteraan ekonomi keluarga

terpenuhi. Yang ketiga, ruang bermain bagi anak harus tersedia

sehingga anak-anak tidak turun ke jalan, saya pikir itu langkah konkrit yang bisa kita lakukan saat ini” (Irwan Hadi).

Kehidupan jalanan yang keras membuat anak sangat beresiko menjadi korban kekerasan, berbicara mengenai kekerasan, tindak kekerasan dapat dilakukan oleh siapapun, mulai dari sesama anak jalanan yang lebih dewasa atau kekerasan antar geng anak jalanan. Pelaku lainnya adalah orang-orang dewasa disekitar jalanan seperti preman, orangtua yang ingin mengambil keuntungan dari anak, supir dan juga Satuan Polisi Pamong Praja menjadi ancaman kekerasan. Hal tersebut dinyatakan oleh informan seperti berikut ini:

“kalau bicara masalah kekerasan ini dek, orang dewasalah yang jadi pelakunya karena, mau anak jalanannya, mau kelurga, mau aparat,

preman dan yang lain-lainnya semua dilakukan oleh orang yang lebih dewasa” (Irwan Hadi).

4.9 Pandangan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Terhadap Keberadaan Anak