• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

4.3 Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan

Dari hasil penelitian di lapangan, ada beberapa hal yang menjadi penyebab anak turun ke jalan seperti kondisi ekonomi keluarga, kekerasan dalam keluarga, dan keretakan dalam keluarga. Tidak hanya permasalahan keluarga, faktor lingkungan yang didukung oleh kondisi keluarga, serta tidak adanya larangan dari orang tua juga sangat berpengaruh menjadi pendorong anak turun ke jalan.

4.3.1 Permasalahan Ekonomi Keluarga

Kondisi ekonomi keluarga yang miskin sering sering sekali dipahami sebagai faktor utama yang memaksa anak turun ke jalan. Kenyataanya cukup banyak varian sehingga sebuah keluarga dikatakan miskin. Varian tersebut adalah: Orangtua

menganggur/ tidak memiliki perkerjaan, orangtua bekerja serabutan, tidak memiliki perkerjaan tetap dan penghasilan pun tidak tetap, orangtua bekerja di sektor informal seperti tukang becak, penjual sayur, kaki lima, pemulung dan sejenisnya sehingga tidak mencukupi kebutuhan dasar keluarga serta beban tanggungan yang besar (Subhansyah, 2010: 14).

Dari hasil penelitian yang diperoleh, alasan utama anak turun ke jalan adalah karena alasan ekonomi keluarga, seperti dikatakan informan berikut ini:

“ibu nggak kerja sekarang kak, kadang-kadang dia mau kerja di pajak sana tapi mana cukup buat keperluan kami kak, karena nggak jelas itu kerjaanya” (Sultan, 9 tahun).

Masalah ekonomi sangat berdampak bagi kehidupan anak, masalah ini seharusnya tanggung jawab orang tua, tetapi kenyataannya anak menjadi korban dari masalah ekonomi keluarga dan disuruh bekerja dijalan seperti dikatakan informan berikut ini:

mamaku udah lama meninggal kak, jadi aku disuruh bapak kerja

dijalan buat nambah-nambah uang kak, lagian temanku juga ada kerja disini. Bapak dipinggir jalan itu kerja jual-jual jam tangan gitu” (Mail, 9).

4.3.2Kekerasan Dalam Keluarga

Terjadinya kekerasan terhadap anak dalam keluarga, sebagai akar masalahnya adalah rapuhnya tatanan keluarga. Karakteristik tatanan keluarga yang rapuh diantaranya adalah ketidakmampuan orang tua dalam mendidik anak dengan sebaik-baiknya, yaitu tiadanya perhatian, kelembutan dan kasih sayang dari orang tua terhadap anak. Ruang keluarga yang dihiasi oleh suasana pertengkaran, perselisihan dan permusuhan adalah sumber terjadinya kekerasan dan yang paling terkena sasaran adalah anak. Keluarga merupakan fondasi primer bagi perkembangan kepribadian dan tingkah laku anak keberhasilan keluarga dalam membentuk watak anak sangat bergantung pada subjek-subjek dalam keluarga tersebut (Huraerah, 2007: 69).

Setidaknya ada tiga sebab munculnya kekerasan dalam keluarga seperti tekanan ekonomi, perceraian orang tua, dan perilaku yang tidak menyenangkan. Sebagian atau seluruh masalah keluarga itu dibebankan kepada anak. Bentuk pelimpahan beban bukan saja memaksa anak bekerja tetapi menjadi sasaran pelampiasan kekesalan terhadap keadaan (Subhansyah, 2010: 14). Kehidupan keluarga yang tidak harmonis menjadi salah satu penyebab anak malas tinggal dirumah karena anak menganggap tinggal di jalanan jauh lebih aman bagi mereka daripada di rumah, karena dirumah anak akan merasa tertekan dengan berbagai persoalan keluarga mereka.

Hasil penelitian di lapangan menemukan bahwa kekerasan yang terjadi di dalam keluarga menjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan anak untuk tinggal di jalanan, seperti pernyataan informan berikut ini:

“bapak orangnya kasar kali kak, salah dikit aja dia nggak segan-segan mukuli kami. Dulu pun sebelum mama pergi dia sering kali bersikap kasar sama mama dimakinya, dipukuli ibu didepan kami. Aku juga sering dipukuli bapak, dia nggk segan-segan memukulkan bambu yang besar samaku kak, adik-adikku juga. Gara-gara itulah kak aku malas pulang ke rumah” (Reni, 16).

Hal yang sama seperti pengalaman informan diatas juga terjadi pada salah satu informan berikut ini, seperti pernyataannya berikut ini:

“mamak sama bapak kasar kali orangnya kak, mama pernah ngusir aku dari rumah, masak dibilangnya samaku biar aku dijalan aja kak biar tau katanya aku kek mana susahnya hidup. Udah gitu bapak lagi parah kali kalo mukul gak tanggung-tanggung kak, pake broti, pake besi gitu. Badanku aja ini banyak kali bekas pukulan bapak kak, benci kali aku sama dia itu, udalah kerjaannya mabuk sama main judi aja, gak peduli sama sekali sama anak-anaknya, nanti habis duitnya kami yang dimarah-marahi” (Reza, 18).

Mendidik anak tidak harus selalu dengan kekerasan, karena dengan menggunakan kekerasan anak akan merasa bahwa mereka dibenci, tidak disayangi.

Tidak hanya itu, mereka akan cenderung berperilaku menyimpang dan bersikap kasar serta mencontoh tingkah laku orang tuanya ketika mereka diluar rumah.

4.3.3 Perceraian Orang Tua (Broken Home)

Keluarga adalah tempat pertama sekali bagi anak untuk bertumbuh. Dalam keluarga juga anak pertama sekali mengenali nilai dan norma. Baik buruknya kondisi sebuah keluarga sangat menentukan dan sangat berpengaruh bagi seorang anak. Keretakan keluarga sangat berdampak buruk bagi seorang anak. Pendidikan anak akan cenderung rendah demikian juga secara ekonomi. Anak akan merasa tidak diperhatikan, kehilangan rasa aman, dan akan sangat kecewa dengan orang tua mereka, sehingga yang menjadi dampaknya mereka akan lebih suka tinggal jalanan. Dijalanan mereka mempunyai teman untuk melepaskan semua kejenuhan mereka seperti dikatakan informan berikut ini:

“gimana ya kak, semenjak bapak sama mamak cere ginilah hidupku sama abangku juga, kek mana ya? karena gak ada yang memperhatikan jugalah. Duh, karena nggk laki-laki ajanya kakak, dulu udah sempat aku pulang ke rumah bentar. Bosan kali di rumah kak, malas, udah gitu gak enak kak, kurasa karena udah sempat itu aku merasakan hidup di jalanan” (Reza, 18).

Sering sekali ketika orang tua bercerai, keberadaan anak menjadi suatu yang memberatkan bagi mereka. Sehingga orangtua yang sering menitipkan anak ke panti asuhan dan pada akhirnya anak ingin bebas dan berdampak buruk bagi anak, seperti

hasil wawancara berikut dengan salah seorang anak yang merupakan korban broken home:

“udah sejak kecil aku disini kak, kalo aku sih kak, gak kenal sama bapak mamak. Dulu masih kecil kali aku udah cerai orang itu, aku dititipkan di panti, lari aku kak. Adikku satu sama Bapak, sama mamak tiga, tapi mamak keknya udah nikah lagi di Malasya makanya disuruh oppung pulang gak mau dia” (Immanuel, 17).

Dari hasil yang diperoleh di lapangan permasalahan keluarga dan status yang tidak jelas di dalam keluarga telah menjadi penyebab anak turun ke jalan. Apalagi kedua orang tua lepas tangan terhadap keberadaan anak seperti mengasuh anak dan memenuhi seluruh kebutuhan anak, seperti yang dialami informan berikut ini:

Bapak sama mamak udah lama nggk sama-sama lagi kak, belum

sekolah aku, masih kecil kali, aku udah dibawa nenek ke Medan. Nenek jadinya yang ngurusin aku. Mamak udah lama kali di Malasya. Gak balik-balik lagi kurasa itu kak, mungkin udah nikah pun dia kak. Bapak di jakarta dia tapi nggk tau ntah ngapain dia disana, nggk pernah kami jumpa. Kesallah kak, akulah jadinya cari uang buat makan nenek juga”

(Rahmat Hidayat, 13).

4.3.4 Pengaruh Lingkungan

Faktor lingkungan menjadi salah satu penyebab anak turun ke jalan. Bergaul dengan anak-anak yang biasa tinggal di jalan akan memudahkan dan mempengaruhi

anak untuk tinggal di jalan. Kadang-kadang anak turun ke jalan bukan karena faktor kemiskinan atau karena berbagai masalah keluarga, tetapi dari hasil penelitian yang didapatkan, rata-rata penyebabnya adalah anak-anak berasal dari keluarga miskin sehingga semakin mudah dipengaruhi lingkungan. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan salah satu informan, menjadi anak jalanan karena diajak oleh temannya:

“aku dulu nggak tau kak gimana caranya cari duit, tapi aku diajak temanku namanya Nior. Diajarinya kek mana ngamen. Nenekku pun udah nggak bisa kerja, yaudah aku ngikut aja sama si Nior kak”

(Rahmat Hidayat, 13).

Tidak tersedianya juga tempat bermain bagi anak menjadi salah satu penyebab anak tinggal dijalanan mereka akan ikut-ikutan dengan temannya ke jalan seperti pengakuan dari salah satu informan berikut ini:

“aku punya teman dekat disini kak, biasanya dia temanku main-main. temanku itulah kak yang ngajak aku ngamen, biasanya aku sama-sama dengan dia kalo ngamen, kalo dia udah lama kali ngamen disini, lagian mamak sama bapakku nggk melarang aku ngamen kak, dibolehin kok sama mereka” (Edu Harahap, 8).

Dari penyataan informan diatas, didapati bahwa pengaruh lingkungan dan pembiaran orang tua menjadi pendorong bagi anak untuk menjadi anak jalanan. Ketika anak mampu memberikan kontribusi bagi keluarga dari sisi ekonomi, orang tua menganggap hal itu sangat menguntungkan.