• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

3.4 Pengumpulan Data dan Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan

4.1.2. Parameter Fisika Kimia 1 Suhu Permukaan

Fluktuasi suhu selama pengamatan di Teluk Palabuhan Ratu kisarannya antara antara 26 - 29 oC. dengan rata-rata setiap bulannya berada diatas 27.5 oC dan dibawah 28.5 oC. Grafik fluktusi suhu permukaan dapat terlihat pada Gambar 4.

Kisaran suhu yang saling berdekatan disebabkan karena pengukuran dilakukan hanya di lapisan permukaan. Data yang hampir sama didapatkan oleh PRTK & Dep ITK (2004) yaitu sebaran suhu permukaan di Teluk Palabuhan Ratu berkisar antara 27.55 - 27.97 oC dengan kedalaman pengukuran maksimum sebesar 18 m.

Hasil penelitian Pariwono et al. (1988) mendapatkan hasil yang sama diakhir Musim Timur antara September-Oktober yaitu 26.0oC dan di awal Musim Barat antara November-Desember sekitar 28.0 oC. Selain itu adanya perbedaan suhu permukaan laut di perairan selatan Jawa antara periode Musim Timur (Juli- September) dan Musim Barat (Desember-Mei) juga dikemukakan oleh Wyrtki (1961), yaitu masing-masing sebesar 25.6 - 26.2oC dan 28oC. Namun demikian, menurut Effendie (2000) kisaran suhu yang didapatkan masih sesuai dengan kisaran pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton dan zooplankton sebagai indikator makanan bagi larva ikan.

Grafik suhu rata rata setiap bulan Pengamatan

24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5 28 28.5 29 29.5

Nov Des Jan Feb Mar Apr

Bulan

suhu (

o

C

)

max min mean

Gambar 5 Nilai rata-rata suhu setiap stasiun pada bulan pengamatan

Pariwono et al. (1988) mengemukakan bahwa terdapatnya fenomena perbedaan suhu yang relatif rendah pada Musim Timur dan Musim Barat menunjukkan adanya proses upwelling di perairan Teluk Palabuhan Ratu. Menurut Reddy (1993). Batas arus (konvergensi dan divergensi) dan kondisi oseanografi dinamis yang lain (seperti eddies), berfungsi tidak hanya sebagai perbatasan distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi juga menyebabkan pengumpulan ikan pada kondisi ini.

Pengumpulan ikan-ikan yang penting secara komersil biasanya berada pada tengah-tengah pusaran arus, memudahkan migrasi larva ikan ke permukaan (migrasi pasif) seiring dengan terangkatnya lapisan massa air yang hangat dari dasar kepermukaan bersama nutrien dasar. Akumulasi plankton, telur ikan juga berada di tengah-tengah pusaran antisiklon. Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan pengumpulan ikan dewasa dalam pusaran arus (melalui rantai makanan) (Reddy, 1993).

Selain Karena terbawa upwelling, larva juga akan berusaha untuk menghindar dari efek suhu rendah dengan menyesuaikan diri terhadap iklim dan menempati daerah-daerah pantai yang suhunya lebih tinggi sehingga larva akan bermigrasi secara aktif. Coombs et al. (1985) mengemukakan bahwa tahap yang paling ideal untuk larva ikan adalah di daerah permukaan yang suhunya lebih tinggi.

4.1.2.2. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas menunjukkan bahwa salinitas permukaan antar stasiun semakin menurun ke arah muara, stasiun 1 berada tepat dimulut muara memiliki nilai salinitas yang hampir sama setiap bulannya yaitu antara 5 – 7 o/oo. Pengukuran pada Bulan Desember 1993 menunjukkan bahwa salinitas

perairan Teluk Palabuhan Ratu terpengaruh oleh masukkan massa air Sungai Cimandiri yang memilki salinitas 5 o/oo (Sanusi dan Atmodipoera, 1993).

Gambar 6 Fluktuasi salinitas permukaan setiap bulan pengamatan

Namun demikian di perairan bagian tengah teluk perbedaan nilai salinitas permukaan lautnya relatif kecil terlihat pada hasil pengukuran di enam stasiun (Stasiun 2 – 7) menunjukkan nilai salinitas yang relatif sama dan tidak fluktuatif

yaitu antara 33-35 o/oo, sedangkan stasiun 8 dan 9 masing masing memiliki nilai

salinitas yang fluktuatif antara 20-31o/oo dan 25-29 o/oo kedua stasiun ini masih

relatif dekat jaraknya dengan muara sehingga sangat fluktuatif perubahannya (Gambar 6 dan Lampiran 1). Salinitas di perairan Teluk Palabuhan Ratu

dipengaruhi oleh keadaan musim dengan faktor utama adanya masukan massa air sungi yang bermuara (terdapat 7 buah sungai). Transport massa air sungai terutama pada Musim Barat mengakibatkan turunnya salinitas perairan pantai Teluk Palabuhan Ratu.

Salinitas berpengaruh terhadap tingkah laku ikan ataupun distribusi ikan. Hasil pengukuran salinitas yang diperoleh di lapangan dengan keberadaan larva dimasing-masing stasiun menunjukkan kisaran yang sesuai bagi, terutama pada saat bermigrasi untuk mengadakan perlindungan dari arus atau gelombang yang kuat. Hal ini di perkuat dengan di temukannya beberapa spesies larva ikan yang bersal dari laut lepas di stasiun 1, 8 dan 9.

4.1.2.3. Oksigen Terlarut (DO)

Pada umumnya konsentrasi oksigen yang terlarut di lapisan permukaan pada lokasi yang sama di Teluk Palabuhan Ratu berkisar antara 4.4 - 5.0 mg/l pada siang hari (PRTK & Dep ITK, 2004), sedangkan data oksigen terlarut yang didapatkan saat pengamatan pada lapisan permukaan di stasiun 1 adalah 2.4 - 8.9 mg/l, stasiun 2 antara 2.03 - 6.5 mg/l, stasiun 8 dan 9 masing-masing sebesar 2.03 - 6,09 dan 2.4 – 6.09 mg/l.

Rendahnya nilai DO yang diperoleh dikarenakan sampling dilakukan pada malam hari dalam kondisi oseanografi yang relatif tenang sehingga difusi dengan atmosfir sangat sedikit terjadi dan keadaan tanpa fotosintesis sehingga tidak ada input DO dari tumbuhan air khususnya fitoplankton dan juga aktivitas respirasi organisme perairan yang cenderung hanya memanfaatkan oksigen dimalam hari.

4.1.2.4. Tingkat Keasaman (pH)

Tingkat keasaman yang diperoleh selama pengamatan di Teluk Palabuhan Ratu menunjukkan nilai yang hampir sama pada keseluruhan stasiun yaitu sekitar 8.1 - 8.2 kecuali stasiun 1 hanya sekitar 7.6 - 7.9. Sebaran pH stasiun 2 - 9 relatif konstan, menurut Romimuhtarto dan Juwana (2001) hal ini berkaitan dengan kemampuan teluk menstabilkan perubahan pH.

4.1.2.5. Tingkat kekeruhan

Kisaran nilai kekeruhan selama pengamatan di lokasi penelitian adalah 0.5−78 NTU, nilai kekeruhan yang terendah umumnya didapatkan dibagian tengah teluk dan semakin berkurang nilai NTU-nya seiring pertambahan kedalaman, sebaliknya semakin meningkat seiring berkurangnya kedalaman terutama 3 stasiun yang dekat dengan mulut muara Sungai Cimandiri yaitu stasiun 1, 8 dan 9 (stasiun muara). Untuk stasiun laut lepas (stasiun 2 - 7) yang berada dibagian selatan hingga bagian tengah muara nilai NTU relatif konstan dan sama rendahnya.

Meningkatnya kekeruhan di stasiun muara disebabkan oleh padatan tersuspensi dalam perairan yang dapat berupa material anorganik dan organik. Material anorganik dapat berupa pasir halus dan mineral lumpur (PRTK & Dep ITK, 2004). Pada perairan pantai masukan partikel penyebab kekeruhan ini umumnya berasal dari aliran sungai (DAS), air limpasan dari darat (run off), dan

dry deposisiton yang masuk ke muara Sungai Cimandiri.