• Tidak ada hasil yang ditemukan

dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

(Q.S. An Nahl : 14)

Karya ilmiah ini kupersembahkan untuk orang tua, adik-adik, keluarga dan teman-teman tercinta.

Kuhaturkan terimakasih dan penghormatan yang sedalam-dalamnya kepada orang tuaku: Abi H. Anwar Laku dan Ummi Hj. Rukmah, S.Ag. terkasih, atas do’a restu dan dorongan moril dalam setiap kegiatan Ananda,

semoga Allah SWT. meridhoi. Adik-adikku tersayang: Yusri Anwar, Yusran Anwar

dan M. Risky Arba Al Hikmah (Al hajj) Anwar. Kalian adalah motivatorku.

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil Alamin, Tiada kata yang paling tulus dipersembahkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga tesis dengan judul Karakteristik Fisika Kimia Perairan dan Kaitannya dengan Distribusi serta Kelimpahan Larva Ikan di Teluk Palabuhan Ratu, dapat diselesaikan sesuai rencana. Salam serta shalawat senantiasa dituturkan untuk Baginda Rasullullah S.A.W, pembawa rahmat bagi semua makhluk.

Tesis ini berisikan tentang hubungan antara parameter fisik kimia perairan dengan kelimpahan larva ikan di Teluk Palabuhan Ratu. Hasil dari penelitian ini nantinya akan menjadi masukan bagi pemerintah daerah sebagai alternatif pengelolaan perikanan pantai bagi masyarakat pesisir Teluk Palabuhan Ratu.

Kendala dan permasalahan tidak luput dari kegiatan ini mulai dari awal hingga akhir pelaksanaannya, sehingga dirasa tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan, dorongan dan kerjasama dari semua pihak yang telah membantu hingga usainya segala kegiatan.

Terima kasih dan penghargaan besar penulis ucapkan kepada:

1.

Dosen pembimbing: Bapak Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. M.Mukhlis Kamal, M.Sc disela kesibukannya bersedia meluangkan waktu dalam membimbing penulisan tesis ini.

2.

Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA. Sebagai penguji luar komisi dalam ujian akhir atas saran perbaikannya.

3.

Program Mitra Bahari-Coral reef Management Program II (PMB-COREMAP II) Tahun 2008 dan Yayasan Danamandiri (DAMANDIRI) tahap I atas beasiswa bantuan penulisan tesis Tahun 2008.

4.

Serta tidak lupa juga pada rekan-rekan P.S. IKL 2006-2007 atas masukan dan dukungannya, sehingga memudahkan penulisan tesis ini.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat berguna dalam rangka pengelolaan sumberdaya perikanan, khususnya daerah pantai.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mandalle (Pangkep) Sulawesi Selatan pada tanggal 08 Mei 1982, dari Ayahanda H. Anwar Laku dan Ibunda Hj. St. Rukmah S.Ag. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara.

Pada tahun 1994 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negri 19 Tamarupa Kab. Pangkep dan melanjutkan pendidikan di SLTP Negri 2 Mandalle, selesai pada Tahun 1997. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTA di SMU Negri 1 Kabupaten Barru dan menyelesaikannya di SMU Negri 1 Segeri Kabupaten Pangkep pada tahun 2000. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di program Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar dan selesai pada tahun 2006 dengan gelar Sarjana Perikanan.

Selama di Universitas Hasanuddin, pernah aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, baik yang bersifat intern sebagai Anggota dalam lingkup Keluarga Mahasiswa Perikanan (KEMAPI) UNHAS di jurusan perikanan, maupun yang bersifak eksternal, diantara yang pernah aktif di ikuti adalah Anggota Forum kajian Pesisir (FKP) Perikanan, yang bergerak dibidang konservasi mangove dan pesisir (2003-2006); Anggota Forum Studi Ulil Albab (FSUA), yang bergerak di bidang pembinaan dakwah kampus UNHAS (2001-2006). Dibidang akademik penulis pernah tergabung di Korps Asisten Jurusan Perikanan sebagai asisten mata kuliah Limnologi (2002/2003), asisten mata kuliah Fisiologi Hewan Air (2005/2006), Asisten mata kuliah Biologi laut selama dua periode (2004/2005- 2005/2006).

Ditahun yang sama setelah menyelesaikan pendidikan Strata satu, penulis melanjutkan pendidikan Strata dua (S2) di Institut Pertanian Bogor dengan biaya Mandiri pada Program Studi Ilmu Kelautan (PS.IKL) minat Biologi laut dan selama di PS. IKL tergabung dalam anggota Wahana Interaksi Mahasiswa Pasca Sarjana IKL (WATERMAS IKL) 2006 hingga menyelesaikan studi.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah... 2 1.3. Tujuan dan Manfaat... 4 1.4. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondidi Umum Teluk Palabuhan Ratu ... 5

2.2. Biologi larva ikan ... 7 2.3. Distribusi larva ikan ... 10

2.4. Parameter Fisika ... 11 2.4.1. Suhu perairan ... 11 2.4.2 Salinitas ... 13 2.4.3 Arus ... 13 2.5. Parameter Kimia... 15 2.5.1 Derajat Keasaman (pH) ... 15 2.5.2 Oksigen Terlarut (DO) ... 16 2.5.3. Nitrat ... 17 2.5.4. Fosfat (PO4)... 17

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19 3.2. Penentuan stasiun penelitian ... 19 3.3. Bahan dan Alat ... 20 3.4. Pengumpulan Data dan pengukuran parameter Fisika Kimia Perairan 20 3.5. Analisis Data ... 21 3.5.1. Struktur Komunitas Larva Ikan ... 21 3.5.2. Pola Pemencaran/distribusi Populasi ... 22 3.5.3. Kelimpahan Larva Ikan ... 23 3.5.4. Kepadatan Populasi ... 23 3.5.5. Pengelompokan Stasiun Penelitian Berdasarkan Indeks Similaritas Canberra ... 24 3.5.6. Keterkaitan antara Parameter Lingkungan

dengan Kelimpahan Larva ikan ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Teluk Palabuhan Ratu. ... 25 4.1.1. Kondisi Oseanografi ... 25 4.1.1.1. Gelombang ... 25 4.1.1.2. Arus ... 26 4.1.2. Parameter Fisika Kimia ... 26

4.1.2.2. Salinitas ... 28 4.1.2.3. Oksigen terlarut ... 29 4.1.2.4. Tingkat Keasaman (pH) ... 29 4.1.2.5. Tingkat Kekeruhan... 30 4.1.3. Variabilitas Nutrien antar Stasiun... 30 4.1.3.1. Nitrat ... 30 4.1.3.2. Fosfat ... 32 4.1.3.3. Silika ... 33 4.2. Pengelompokan habitat ... 34 4.3. Struktur Komunitas larva Ikan... 39 4.3.1. Komposisi Jenis larva Ikan ... 39

4.3.2. Kepadatan Individu dan Distribusi larva Ikan ... 40 4.4. Keanekaragaman dan Dominansi... 40 4.5. Keterkaitan Struktur komunitas dengan Karakteristik habitat ... 41 4.5.1. Habitat Muara ... 42 4.5.1.1. Komposisi Larva Ikan Habitat Muara... 42 4.5.1.2. Kelimpahan larva Ikan Muara... 42 4.5.1.3. Stadia larva Ikan Muara... 43 4.5.2. Habitat Transisi ... 43 4.5.2.1. Komposisi Larva Ikan Habitat Transisi ... 43 4.5.2.2. Kelimpahan larva Ikan Transisi ... 44 4.5.2.3. Stadia larva Ikan Transisi ... 45 4.5.3. Habitat Laut Lepas... 46 4.5.3.1. Komposisi Larva Ikan Habitat Laut Lepas ... 46 4.5.3.2. Kelimpahan larva Ikan Laut Lepas ... 46 4.5.3.3. Stadia larva Ikan Laut Lepas ... 47

4.6. Struktur Komunitas dan Kepadatan Larva Ikan Temporal ... 47

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 49 5.2. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN... 55

Halaman

1. Pengukuran parameter fisika kimia perairan ... 22

2.

Komunitas Ikan dan kepadatan individu selama bulan pengamatan

di Teluk Palabuhan Ratu

... 40

3.

Data Hasil perhitungan indeks keanekaragaman dan dominansi

larva ikan di Teluk Palabuhan Ratu setiap bulan pengamatan.

... 41

4.

Data hasil perhitungan kelimpahan larva ikan setiap bulan

pengamatan (ind/m3).

... 42

5.

Hasil regresi kelimpahan larva dengan nutrien perairan

Teluk Palabuhan Ratu.

... 52

Halaman

1. Kerangka pemikiran ... 3 2. Arah kecepatan arus dan pasang surut dalam periode 24 jam

di Teluk Palabuhan Ratu ... 7 3. Peta Teluk Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ... 20 4. Grafik fluktuasi suhu permukaan setiap bulan pengamatan

... 26

5. Grafik nilai rata-rata suhu setiap stasiun pada bulan pengamatan ... 27 6. Grafik fluktuasi salinitas permukaan setiap bulan pengamatan ... 28 7. Grafik konsentrasi nitrat perstasiun pengamatan

... 31

8. Grafik rata-rata sebaran jumah nitrat setiap bulan pengamatan

... 31

9. Grafik konsentrasi fosfat setiap stasiun pengamatan

... 32

10. Grafik rata-rata sebaran jumah fosfat setiap bulan pengamatan

... 33

11. Grafik konsentrasi silika perbulan pengamatan

... 33

12. Grafik rata-rata sebaran jumlah silika (Si) setiap bulan pengamatan

... 34

13 Dendrogram similaritas antar stasiun pada Bulan November,

Desember dan Januari

... 36

14. Dendrogram similaritas antar stasiun pada Februari, Maret dan April

... 37

15.

Hubungan antara Kelimpahan dengan kecepatan arus

perbulan pengamatan

... 51

Halaman

1.

Tabel data sampling parameter fisika kimia perairan

Teluk Palabuhan Ratu 6 bulan pengamatan

... 60

2.

Tabel komposisi dan frekuensi kehadiran larva

ikan setiap stasiun pengambilan sampel di Teluk Palabuhan Ratu

... 63

3. Tabel distribusi komposisi dan stadia larva berdasarkan

kelompok habitat ... 64

4.

Tabel hasil perhitunganpola pemencaran populasi Morisita

(

Iδ)

... 68

5.

Tabel koordinat dan kedalaman stasiun pengambilan sampel

di Teluk Palabuhan Ratu

... 69

6.

Hasil analisis klaster observasi parameter fisika-kimia

... 70

7.

Gambar dandeskripsi morfologi larva/juwana ikan yang tertangkap

di stasiun peneitian

... 73

8.

GambarJaring larva untuk pengambilan sampel

... 85

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN

KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN

LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU

NURMILA ANWAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jaminan stok berbagai komoditas perikanan umumnya tergantung pada keberadaan fase larva. Perikanan pantai tergantung pada keberadaan biota-biota muda yang hidup di areal pasang surut, tempat mereka berlindung dan memperoleh makanan diawal masa hidupnya.

Pemahaman tentang biologi ikan sangatlah penting dimulai dengan pengetahuan yang baik tentang perkembangan awal daur hidup ikan, baik ekologi maupun kehidupannya. Pentingnya aspek ini karena mempunyai keterkaitan dengan fluktuasi ikan, bahkan kelangsungan hidup dari spesies itu sendiri. Seperti diketahui pada tahap awal daur hidup ikan mempunyai mortalitas yang tinggi karena kepekaan terhadap predator, ketersediaan makanan, dan juga

perubahan lingkungan yang terjadi di alam (critical period). Dengan

terganggunya tahap-tahap awal dari kehidupan ikan maka hal ini memberi dampak negatif bagi populasi ikan.

Kondisi perairan sangat menentukan kelimpahan dan penyebaran organisme di dalamnya, akan tetapi setiap organisme memiliki kebutuhan dan preferensi lingkungan yang berbeda untuk hidup yang terkait dengan karakteristik lingkungannya. Nikolsky (1963) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga alasan utama bagi ikan untuk memilih tempat hidup yaitu 1) yang sesuai dengan kondisi tubuhnya, 2) sumber makanan yang banyak, 3) cocok untuk perkembangbiakan dan pemijahan.

Dalam rangka pengelolaan sumberdaya hayati perairan laut, pemahaman terhadap faktor-faktor fisik laut dan pengaruhnya terhadap perkembangan biota laut merupakan suatu kebutuhan yang mutlak. Faktor fisika-kimia laut, seperti cahaya, suhu, salinitas, arus dan pasang surut semenjak semula dipandang sebagai faktor abiotik pada ekosisitem laut yang memiliki banyak kegunaan dalam proses kelangsungan hidup ikan, seperti pertumbuhan dan distribusinya. Bertolak dari uraian di atas, dipandang perlu untuk menguraikan secara mendetail tentang keterkaitan pola distribusi dengan kelimpahan larva ikan berdasarkan parameter fisika kimia perairan. Mengingat Ichthyoplankton sebagai awal kehidupan ikan yang merupakan sumberdaya perikanan di suatu perairan.

Mengetahui distribusi Ichthyoplankton sangat penting, tidak hanya dalam pengertian proses ekologis, tetapi juga terhadap implikasi praktis penilaian kelimpahannya (Brodeur dan Rugen, 1994), diharapkan dengan pengetahuan tentang faktor-faktor fisik laut akan dapat memberikan arahan yang jelas tentang keberadaan ichthyoplankton di laut sehingga tidak dilakukan penangkapan tanpa memperhitungkan kelestariannya.

Teluk Palabuhan Ratu dipilih sebagai lokasi penelitian karena teluk ini dianggap masih sangat potensial sebagai daerah pemijahan dan penangkapan ikan intensif, memiliki karakteristik perairan yang khas dengan berbagai macam sumberdaya ikan, sehingga diharapkan mampu memberikan interpretasi tentang keberadaan larva ikan. Disamping itu, studi mengenai distribusi dan kelimpahan larva di perairan ini masih belum banyak dilakukan.

1.2 Perumusan masalah

Selama ini pemanfaatan sumberdaya ikan yang dilakukan oleh sebagian besar nelayan ditekankan pada kepentingan jangka pendek dengan besaran manfaat yang sedikit dibandingkan dengan jangka panjang. Umumnya nelayan bersaing untuk mendapatkan ikan lebih banyak sehingga mengancam kapasitas lingkungan sumberdaya.

Keadaan di atas tidak hanya terjadi pada sumberdaya ikan yang telah dewasa tetapi juga terjadi pada sumber daya larva ikan, padahal telah diketahui bahwa fase ini merupakan fase awal dalam siklus biota untuk berkembang menjadi dewasa. Sehingga jika tidak dilakukan pengelolaan sejak awal akan mengancam kelestarian dan keberlangsungan hidup biota tersebut.

Secara biologi fase larva akan banyak ditemui di daerah pesisir, selain karena adanya naluri dari induk ketika memijah, juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan ruang. Kedua faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh kondisi fisika kimia perairan seperti arus, suhu, pasang surut, salinitas, dan yang lainnya. Sehingga dengan demikian antara faktor fisika, kimia dan biologi larva akan terjadi interaksi yang saling terkait menjadi komponen ekologi di perairan pantai. Artinya jika salah satu di atara variabel lingkungan berubah maka secara berantai akan menyebabkan perubahan bagi variabel lingkungan lainnya (Gambar 1).

Hal inilah yang ingin di kaji yaitu untuk melihat sejauh mana keterkaitan antara komponen-komponen itu dengan pola distribusi larva ikan.

BIOLOGI * komposisi dan kelimpahan * keragaman (Indeks Diversitas) * pola penyebaran (Indeks Morisita) * Kepadatan

SUMBER DAYA IKAN

PESISI ESTUARI LAUT LEPAS

IKAN DEWASA LARVA IKAN EKSPLOITASI

-

KEBERLANGSUNGAN KETERSEDIAAN SD MAKANAN PENGELOLAAN

+

FISIKA KIMIA PERAIRAN Suhu, arus, salinitas, pasang surut, pH, DO, elemen nutrien (Nitrogen, Fosfat dan silika)

POLA DISTRIBUSI LARVA IKAN

= hubungan

=

ruang lingkup penelitian

*

=

pengaruh langsung

=

komponen

RUANG

* Plankton

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui keterkaitan antara karakter habitat dengan distribusi larva yang didasarkan pada parameter fisika kimia perairan di Teluk Palabuhan Ratu. 2. Mengetahui pola distribusi larva ikan secara spasial dan temporal di perairan

Teluk Palabuhan Ratu.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya larva ikan dan dengan ini akan diketahui sejauh mana kondisi ekologis larva ikan di Teluk Palabuhan Ratu.

1.4 Hipotesis

1. Perbedaan karakteristik habitat tidak mempengaruhi komunitas larva ikan dan distribusi stadia larva ikan di Teluk Palabuhan Ratu.

2. Perbedaan parameter fisika-kimia perairan tidak mempengaruhi pola distribusi dan komposisi jenis larva secara spasial-temporal.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum Teluk Palabuhan Ratu

Perairan Teluk Palabuhan Ratu terletak pada posisi geografis 6o57’- 7o07’ LS dan 106o22’-106o23’ BT dengan panjang pantai lebih kurang 105 km. Perairan tersebut merupakan perairan pantai selatan Jawa Barat yang memilliki hubungan dengan Samudra Hindia. Sistem sungai yang bermuara di perairan teluk diketahui ada 7 buah yaitu 2 buah golongan besar: S. Cimandiri dan S. Cibareno dan 5 buah lainnya tergolong sungai kecil: S. Cimaja, CiPalabuhan, Cidadap, Cibutun dan Ciletuh (LON-LIPI 1975)

Musim sangat berpengaruh terhadap kondisi hidrodinamika perairan teluk. Pada periode Musim Timur (Mei-Agustus) gelombang dan arus relatif lebih tenang dibandingkan pada periode musim barat (November-Februari), diantara Musim Timur dan Musim Barat terjadi periode peralihan (Wyrtki, 1961) yang disebut Musim Peralihan Timur (Maret-April) dan Musim peralihan Barat (September-Oktober)

Kondisi Teluk Palabuhan Ratu banyak dipengaruhi oleh kondisi oseanografi Samudera Hindia seperti adanya pengaruh angin yang besar. Wyrtki (1961) mengemukakan bahwa keadaan angin di Palabuhan Ratu sesuai dengan sifat laut dan tercatat kecepatannya sebesar 1-7.5 cm/dtk pada Bulan September sampai Desember yang bergerak kearah barat. Selanjutnya dikatakan bahwa perairan Teluk Palabuhan Ratu mempunyai suhu permukaan laut pada musim barat berkisar 29-30oC dan pada musim timur 26-27oC

Pariwono et al. (1988) mengemukaan bahwa pada Bulan September dan Oktober suhu permukaan laut relatif rendah, yaitu rata-rata 26.57oC sedangkan pada musim hujan suhu permukaan laut rata-rata naik menjadi 27.78oC padahal disaat itu laut kurang menerima pemanasan dari matahari, karena tertutup awan. Hal ini diduga sebagai pertanda bahwa proses upwelling terjadi pada Bulan Agustus September dan okteber di perairan Teluk Palabuhan Ratu.

Dari hasil penelitian Purba (1995), diacu dalam PRTK & Dep ITK (2004) diketahui bahwa di lepas Pantai Palabuhan Ratu terjadi upwelling mulai Bulan Juli, terbukti dengan terlihatnya kelompok massa air yang lebih dingin di sekitar lepas pantai, diapit oleh massa air yang lebih hangat ke arah pantai dan ke arah laut lepas. Kelompok massa air dingin ini berasal dari proses upwelling oleh

Terdapat perbedaan suhu permukaan laut musim timur dan musim barat, baik di perairan lepas pantai selatan Jawa (S. Hindia) maupun di perairan Palabuhan Ratu. Levinton (1982) mendapatkan adanya perbedaan suhu permukaan laut di perairan lepas pantai selatan Jawa, yaitu 28oC (Agustus- Oktober) dan 29oC (Februari-April). Demikian pula hasil penelitian LON LIPI 1975 di perairan pantai selatan Jawa diketahui adanya perbedaan suhu pada musim kemarau (28oC) dan musim hujan (29-30)

Hasil penelitian Pariwono et al. (1988) menunjang pernyataan di atas setelah melakukan pengukuran suhu di perairan Palabuhan Ratu pada bulan September-Oktober (akhir musim timur) dan bulan November-Desember (awal musim barat) masing-masing tercatat sebesar 26 dan 28 oC. Selanjutnya dikemukaan bahwa terdapat fenomena perbedaan suhu yang relaif lebih rendah pada musim timur dibandingkan dengan musim barat menunjukkan adanya proses upwelling di perairan yang bersangkutan.

Penyebaran suhu vertikal di perairan Teluk Palabuhan Ratu pada kedalaman 25 meter antara 29.75-28.55 oC (rata-rata 28.43 oC). Perbedaan tersebut disebabkan terutama adanya pengaruh penyinaran matahari terhadap peningkatan suhu permukaan perairan teluk (Sanusi dan Atmodipoera, 1993)

Salinitas di perairan Teluk Palabuhan Ratu dipengaruhi oleh keadaan musim dengan faktor utama adanya masukan massa air sungai yang bermuara. Transpor massa air sungai yang terutama pada musim barat mengakibatkan turunnya salinitas perairan pantai Teluk Palabuhan Ratu. Namun demikian di perairan teluk bagian tengah nilai perbedaan salinitas permukaan laut pada musim timur dan musim barat relatif kecil. Hasil pengukuran memperlihatkan nilai salinitas rerata pada periode Agustus Oktober dan Mei-Juli masing-masing sebesar 32.96‰ dan 32.33‰ (Pariwono et al., 1988)

Massa air bersalinitas tinggi ini berasal dari Laut Flores yang memasuki Laut Jawa seiring dengan pergerakan arus permukaan pada Musim Timur ini yang menuju ke barat. Menurut Wyrtki (1961), bahwa pada Musim Timur ini di sekitar Laut Banda dan Selat Makasar bagian selatan terjadii upwelling, sehingga daerah sekitarnya menjadi subur. Kesuburan perairan tersebut terbawa arus hingga ke Laut Jawa sehingga mangakibatkan Laut Jawa selama dan sesudah Musim Timur ini menjadi subur dan akan tersedia makanan bagi ikan dan pijahannya.

Karakter pasut di perairan Teluk Palabuhan Ratu sama dengan karakter gelombang, merupakan perambatan dari pengaruh pasut yang terjadi di Samudera Indonesia. Pasut bersifat campuran dominasi semidiurnal yaitu tinggi pasang dan surut pertama tidak sama dengan tinggi pasang dan surut kedua, terjadi karena perairan teluk berhubungan langsung dengan perairan laut lepas Samudera Hindia (PRTK & Dep ITK 2004). Gambar 2 menunjukkan grafik komponen pasut dalam 24 jam di Teluk Palabuhan Ratu.

Gambar 2. Arah Kecepatan Arus dan pasang Surut dalam periode 24 jam di Teluk Palabuhan Ratu (PRTK & Dep ITK 2004).

2.2 Biologi larva ikan

Ichthyoplankton merupakan cabang ilmu yang membahas tentang larva ikan yang hidup planktonik, merupakan cabang Ichtyologi yang membahas tentang stadia larva yang sifatnya sangat ditentukan oleh lingkungannya terutama dalam pergerakan dan migrasinya. Awal daur hidup ikan, menurut Effendie (1978) dan Matarase et al. (1989), meliputi stadia telur dan perkembangannya, yaitu stadia larva dan juwana (ikan muda). Ikan-ikan pada

dari siklus hidupnya merupakan plankton sementara atau meroplankton (Odum, 1993). Menurut Mantiri (1995), ikan-ikan yang masih berada pada stadia telur dan larva digolongkan dan di istilahkan sebagai ichthyoplankton. Adapun setelah dewasa mereka menjalani kehidupan sebagai perenang-perenang yang aktif yang sudah masuk dalam kategori nekton.

Ichthyoplankton menurut Mantiri (1995) adalah merupakan organisme ikan yang masih berada pada stadia telur dan larva, namun ada juga yang menggunakan istilah ini pada ikan yang sudah berada pada stadia juwana yang masih bersifat planktonis. Selanjutnya dikatakan bahwa istilah Ichthyoplankton belum terlalu dikenal dan digunakan. Tulisan-tulisan ilmiah yang sudah menggunakan istilah ini seperti: Able (1978), Brodeur et al. (1985), Boehlert et al.

(1985), Beckley (1986), Ozawa (1986), Brodeur dan Rugen (1994), Mantiri (1993 dan 1995).

Ichthyoplankton sebagai tahapan awal perkembangan, sejak dari stadia telur menuju larva dan juwana ikan. Russel (1976) mengemukakan bahwa larva ikan merupakan bentuk atau tingkatan ikan setelah telur menetas dan menggunakan istilah larva yang merujuk pada larva masih memiliki yolk sac atau kantung telur dan “postlarva” untuk ikan muda antara stadia larva dan juwana. Stadia ini kemudian berakhir setelah persediaan kuning telur yang ada telah habis diserap. Pada tahap ini tingkat mortalitas tinggi karena peka terhadap predator, ketersediaan makanan dan perubahan lingkungan seperti suhu, salinitas. Dengan demikian tahap ini adalah kondisi yang paling menentukan kelangsungan hidup satu spesies maupun populasi ikan tersebut.

Menurut Effendie (1978), Perkembangan larva dalam garis besarnya di bagi menjadi dua tahap yaitu prolarva dan postlarva. Untuk membedakannya, prolarva masih mempunyai kantung kuning telur yang terletak di bagian depan bawah, tubuh masih transparan dengan beberapa butir pigmen yang belum diketahui fungsinya. Sirip dada dan ekor sudah ada tapi belum sempurna bentuknya dan kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkang telur tidak mempunyai sirip perut yang nyata, hanya bentuk tonjolan. Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung yang lurus. Sistem pernafasan dan peredaran darah belum sempurna dan memperoleh makanan hanya dari sisa kuning telur yang belum habis diserap.

Masa postlarva ikan mulai dari hilangnya kantung kuning telur sampai terbentuknya organ-organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan organ- organ yang telah ada sehingga pada akhir masa postlarva tersebut secara morfologis sudah mempunyai bentuk hampir sama dengan induknya. Sirip dorsal sudah mulai dapat dibedakan, demikian pula dengan sirip ekor sudah mulai ada bentuknya. Berenangnya sudah mulai aktif dan kadang-kadang memperlihatkan sifat bergerombol walaupun tidak selamanya demikian (Effendie, 1978).

Pada perkembangan larva lebih lanjut dijelaskan bahwa sirip ekor berkembang diikuti oleh pemisahan sirip punggung dan sirip dubur. Vertebra dan osteogenesis mengeras dan dengan perubahan pigmentasi badan maka post larva mencapai tingkat juwana. Pada larva ikan yang baru menetas kuning telur terletak pada bagian anterior vertebral tubuh, bentuk menonjol dan sering kali menutupi hampir separuh panjang total tubuh. Mata belum berpigmen, mulut belum berfungsi dan anal belum terbuka. Selama perkembangan larva, mata menjadi berpigmen, mulut serta anus mulai terbuka. Posisi anus dapat digunakan sebagai karakter identifikasi. Selama perkembangan kuning telur dan kelenjar minyak digunakan secara bertahap. Ketika kuning telur habis, organ- organ yang dibutuhkan untuk mencari dan mengunyah makanan sudah berfungsi. Pada masa ini larva mengalami masa krisis (Effendie, 1978).

Apabila masa postlarva berakhir, ikan akan memasuki masa juwana. Untuk beberapa ikan dalam memasuki masa ini ada beberapa yang mengalami perubahan bentuk tubuh atau bermetamorphose. Hoar dan Randall (1987) mengatakan bahwa ikan dalam mengawali daur hidup akan melalui tiga tahap,