• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM SISTEM RUJUKAN MATERNAL DAN NEONATAL

Dalam dokumen Pedoman Manajemen PONEK 24 Jam (Halaman 35-39)

GERAKAN SAYANG IBU (GSI)

Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan produk kesepakatan inter sektoral yang terdiri dari berbagai Dinas/Instansi Pemerintah, Organisasi Profesi, LSM serta Organisasi Perempuan dan Organisasi Kemasyarakatan lainnya. Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan gerakan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas, diantaranya dengan menghapus pandangan-pandangan yang selama ini bias gender, diskriminatif dalam bidang Hak dan Kesehatan Reproduksi.

Gerakan Sayang Ibu (GSI) telah dicanangkan oleh Presiden RI pada tahun 1996 di Kabupaten Karang Anyar Jawa Tengah. Sejak saat itu pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan nasional untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas (AKI). Disamping itu Gerakan Sayang Ibu (GSI) diarahkan untuk pengarusutamaan gender di lingkungan masyarakat dan keluarga. Pada awalnya Gerakan Sayang Ibu (GSI) dilaksanakan di 8 (delapan) propinsi yang kemudian berkembang ke seluruh propinsi di Indonesia.

Maksud Gerakan Sayang Ibu (GSI)

Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan gerakan masyarakat bersama dengan pemerintah. Selanjutnya yang dimaksud dengan Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah:

"Suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan perbaikan kualitas hidup perempuan (sebagai sumber daya manusia) melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta kematian bayi."

Dari pengertian tersebut diatas, terdapat 3 (tiga) unsur pokok yang sangat penting, yaitu: Pertama: Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh

masyarakat bersama dengan pemerintah.

Artinya: Pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) melibatkan masyarakat secara aktif, tidak hanya sebagai sasaran, tetapi juga sebagai pelaku. Keikutsertaan masyarakat dalam Gerakan Sayang Ibu merupakan pengalihan pengelolaan dan tanggung jawab secara bertahap dari pemerintah kepada masyarakat. Proses ini membutuhkan waktu yang panjang, konsisten dan intensif. Dalam proses ini, keterlibatan sektoral, pemerintah daerah sangat dibutuhkan sekali.

Kedua: Gerakan Sayang Ibu (GSI) mempunyai tujuan untuk meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan sebagai sumber daya manusia.

Artinya: Perempuan yang selama ini telah mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan diskriminatif dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang Kesehatan Reproduksi dan telah menimbulkan berbagai masalah sampai menyebabkan kematian ibu yang tinggi karena hamil, melahirkan dan nifas. Perlakuan tidak adil tersebut telah menyebabkan perempuan tertinggal dalam berbagai bidang kegiatan kehidupan jika dibandingkan dengan mitranya laki-laki. Gerakan Sayang Ibu melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, terutama para laki-laki agar memperhatikan hak-hak reproduksi perempuan serta melindungi dengan cara membantu memberikan perawatan kepada para ibu-ibu

hamil, melahirkan dan nifas. Dengan hamil dan melahirkan dalam kondisi yang sehat serta direncanakan dengan baik, akan memberi peluang para ibu-ibu tersebut untuk mengembangkan potensi dirinya dengan baik.

Disamping mengembangkan potensi dirinya, ibu-ibu tersebut dapat merawat bayi dilahirkannya dengan baik, diantaranya dengan memberikan ASI eksklusif yang sangat dibutuhkan bayi serta merawat kesehatan bayi yang dilahirkan dengan baik. Hal ini akan berdampak dalam usaha menurunkan angka kematian bayi.

Ketiga: Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, karena hamil, melahirkan, nifas dan bayi.

Artinya: Kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas di Indonesia sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup, atau terdapat sekitar 18.000 perempuan meninggal dunia setiap tahun dan kondisi ini merupakan angka kematian ibu tertinggi di ASEAN. Kondisi tersebut, sangat menghambat upaya pembangunan, khususnya dalam pelaksanaan program peningkatan kualitas hidup perempuan.

Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) melalui GSI untuk menyadarkan masyarakat dan keluarga mengenai pentingnya memahami tiga fase terlambat yang dapat menyebabkan kematian ibu, yaitu (WHO, 1998):

Terlambat satu: terlambat memutuskan untuk mencari pertolongan baik secara individu, keluarga atau keduanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fase satu ini adalah terlambat mengenali kehamilan dalam situasi gawat. Jauh dari fasilitas kesehatan, biaya, persepsi mengenai kualitas dan efektivitas dari perawatan kesehatan.

Terlambat dua: terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fase dua ini adalah lama pengangkutan, kondisi jalan, dan biaya transportasi.

Terlambat tiga: terlambat mendapatkan pelayanan yang adekuat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fase tiga ini adalah terlambat mendapatkan pelayanan pertama kali di Rumah Sakit (rujukan). Keterlambatan ini dipengaruhi oleh kelengkapan peralatan Rumah Sakit, ketersediaan obat, dan ketersediaan tenaga kesehatan terlatih.

Disamping tiga terlambat, faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu adalah 4 (empat) TERLALU, yaitu :

• Terlalu muda untuk hamil • Terlalu tua untuk hamil • Terlalu sering untuk hamil

• Terlalu banyak untuk melahirkan.

Empat Terlalu tersebut, disamping mempunyai pengaruh terhadap angka kematian ibu, juga mempunyai dampak terhadap angka kematian bayi dan pertumbuhan kesehatan bayi yang dilahirkan.

Pendekatan Pengembangan Masyarakat

Masalah Kesehatan Reproduksi di Indonesia akan sulit ditembus secara tuntas, apabila kita hanya berbicara soal pelayanan saja, karena masalah sosial budaya masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar. Dengan demikian dapat diutarakan dalam uraian diatas, Gerakan Sayang Ibu kegiatannya lebih banyak menitikberatkan pada mobilisasi potensi masyarakat dengan model pendekatan pengembangan masyarakat (community development approach) yang basis operasionalnya terletak pada pembentukan minat

bersama dan konsessus yang bulat. Yang dimaksud dengan konsensus atau mufakat adalah suatu keadaan dimana warga masyarakat telah setuju atau mufakat terhadap nilai-nilai atau upaya atau program yang akan dilaksanakan bersama.

Menggugah Inovasi

Gerakan Sayang Ibu yang kegiatannya ditunjang oleh Tim Pokja dan Tim Satgas GSI telah mampu mendorong masyarakat untuk berperan secara aktif dan mengembangkan potensinya dengan melahirkan ide-ide kreatif dalam melaksanakan GSI di daerahnya, seperti:

• Pengadaan Dana Bersalin

Dana bersalin yang merupakan usaha swadaya masyarakat ini, ditujukan bagi Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, yang tidak mampu untuk membiayai persalinan pada tempat-tempat persalinan kesehatan. Di beberapa daerah GSI telah berhasil menggalang berbagai kepedulian masyarakat untuk membantu ibu bersalin melahirkan dalam berbagai bentuk ide-ide yang inovatif, diantaranya seperti yang terdapat di Lampung, muncul ide untuk membentuk Arisan Ibu Bersalin atau dikenal dengan ARLIN.

Di Kabupaten Malang Kecamatan Singosari Jawa Timur terdapat kesepakatan diantara warga sendiri untuk menghimpun dana masyarakat dalam bentuk Peduli Ibu Hamil. Sedangkan di Nusa Tenggara Barat (NTB), telah pula dikembangkan Tabulin (tabungan ibu bersalin) yang dikelola oleh bendahara desa.

Dalam pengumpulan dana, masyarakat NTB juga ada yang melakukan pengumpulan dana untuk membantu ibu bersalin dalam bentuk "Jimpitan". Bahkan LSM Yayasan Swadaya Mitra juga menyediakan dana bersalin. Konsep Tabulin pertama kali dikembangkan di NTB.

Di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, pengumpulan dana bersalin yang dipelopori oleh PKK telah mengadakan penggalangan dana dari para pengusaha, dan juga melalui kotak amal yang bertuliskan "Sisihkan Uang Untuk GSI" di loket penyebrangan pelabuhan.

Propinsi Sumatera Selatan, warga masyarakat yang terlibat dalam penanganan GSI sebagai Satgas GSI desa menggalang dana bersalin melalui kotak amal yang diadakan disetiap Masjid pada waktu dilaksanakan sholat Jum'at.

Di Tulung Agung, Jawa Timur terdapat kelompok LSM yang mendukung GSI dengan mengembangkan upaya bantuan berupa peminjaman biaya persalinan bagi ibu hamil yang berasal dari Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I. Mereka meminjamkan biaya persalinan sebesar Rp 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) dengan bunga semampunya. Disamping itu terdapat 3 (tiga) pondok pesantren yang rata-rata mempunyai modal sebesar Rp 10.000.000,- memberikan pinjaman untuk bersalin sesuai dengan kebutuhan.

• Donor Darah

Dalam memenuhi kebutuhan donor darah untuk membantu persalinan, dalam kegiatan GSI warga masyarakat telah mengembangkan berbagai cara, diantaranya seperti yang terdapat di Malang Jawa Timur, masyarakat Malang khususnya Kecamatan Singosari membentuk kelompok donor darah bagi ibu melahirkan, yang terdiri dari laki-laki dewasa.

Di Subang Jawa Barat serta beberapa propinsi lain, telah dilakukan pemetaan para pendonor darah.

Seringkali masalah kebutuhan transportasi untuk membantu ibu hamil yang akan melahirkan menjadi masalah yang sangat penting, maka dalam menanggulangi permasalahan tersebut, warga masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Sayang Ibu telah melakukan terbosan dengan menyediakan Ambulan Desa. Ambulan Desa tersebut dapat berupa becak atau mobil roda empat milik warga yang dipinjamkan. Ide Ambulan Desa pertama kali muncul di Nusa Tenggara Barat dan beberapa daerah lain dalam bentuk yang serupa.

• Pondok Sayang Ibu

Pondok Sayang Ibu pertama kali muncul atas ide PKK Lampung. Untuk membantu ibu-ibu hamil yang akan melahirkan, tetapi tempat tinggalnya jauh dari tempat pelayanan. Pondok Sayang Ibu membantu untuk memberikan tempat singgah. Dan saat ini telah berkembang di berbagai daerah.

• Pendataan Ibu Hamil

Untuk mendeteksi ibu hamil khususnya yang beresiko tinggi dan untuk mengetahui ibu hamil yang hendak melahirkan, warga masyarakat yang tergabung dalam kegiatan GSI mengadakan pendataan ibu hamil dan sekaligus dicantumkan dalam peta. Bagi ibu hamil yang beresiko tinggi diberi tanda biru, untuk yang normal diberi tanda kuning. Ide ini dikembangkan dari Sumatera Selatan dan telah banyak dikembangkan didaerah lain. • Kemitraan Bidan – Dukun Bayi

• Kegiatan KIE

Masyarakat melakukan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) GSI melalui pengajian, penyuluhan bagi calon pengantin, Posyandu, khotbah Jum'at, bahkan di Sumatera Utara telah mengembangkan secara mandiri pembuatan billboard GSI sampai di desa. Bahkan di Bone kegiatan KIE GSI telah dikembangkan dalam bentuk nyanyian, tarian, operet, puisi sayang ibu.

Kegiatan KIE GSI banyak mendapat dukungan dan bimbingan dari para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Petugas Depag, Dinas Kesehatan dan sebagainya. Keberhasilan pelaksanaan GSI mempunyai kaitan dengan komitmen pemerintah daerah, sektoral, organisasi masyarakat, serta masyarakat. Dan masyarakat akan terlibat apabila mereka dibekali informasi tentang GSI dan pengetahuan mengenai Hak dan Kesehatan Reproduksi, sehingga mereka dapat memahaminya. Selama ini dukungan dari berbagai pihak seperti Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, Depsos, PKK, Muslimat NU, Aisyah, LSM sangat tinggi.

Dan GSI dalam pelaksanaannya akan selalu dikembangkan baik programnya, model pendekatan dan sebagainya sesuai dengan tuntutan perkembangan program dan masyarakat yang semakin kritis dan pandai.

BAB 3

PENGEMBANGAN KOMPONEN

Dalam dokumen Pedoman Manajemen PONEK 24 Jam (Halaman 35-39)