• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Responden dan Representasi Sosial Program SPP PNPM Bagian ini membahas tentang tingkat partisipasi responden terhadap

MANDIRI DI DESA GUNUNG MENYAN

6.1 Partisipasi Responden dan Representasi Sosial Program SPP PNPM Bagian ini membahas tentang tingkat partisipasi responden terhadap

Program SPP PNPM serta hubungan antara tingkat partisipasi responden dengan representasi sosial Program SPP PNPM .

6.1.1 Tingkat Partisipasi Responden terhadap Program SPP PNPM

Partisipasi responden terhadap Program SPP PNPM dilihat dari keterlibatan mereka di dalam program mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, hingga evaluasi. Pada tahap perencanaan, partisipasi responden dilihat dari keikutsertaan mereka dalam merencanakan program, memutuskan jumlah pinjaman yang akan mereka ambil, kehadiran mereka saat sosialisasi, serta memberi pendapat saat sosialisasi. Secara umum responden tidak terlibat dalam perencanaan program. Mereka hanya menerima ketentuan-ketentuan program yang dijelaskan oleh pihak kecamatan. Jarang diantara mereka memberi pendapat atau masukan pada saat perencanaan program. Bahkan proposal pengajuan dana SPP PNPM yang seharusnya ikut dirancang oleh peserta, dibuat oleh petugas program.

‘proposal pengajuan yang bikin kita para pihak TPK (Tim Pengelola Kegiatan) desa neng. Kelompok hanya menerima dan menyiapkan syarat-syarat yang diperlukan untuk mendapatkan pinjaman’. (NAS, 43 tahun)

Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa partisipasi peserta program, terutama dalam perencanaan, belum optimal. Seharusnya mereka juga terlibat dalam perancangan proposal tersebut agar mereka mengetahui dan bisa lebih

mandiri untuk kedepannya. Meskipun demikian mereka diberi kebebasan untuk menentukan pinjamannya sendiri.

‘emang dari kecamatan mereka nentuin jumlah pinjaman yang boleh kita ambil. Tetapi setelah itu mereka nanyain kita teh, kira-kira mau diambil berapa’. (MSR, 47 tahun)

Seluruh anggota kelompok peserta program yang mengikuti Program SPP PNPM, hadir pada sosialisasi awal sebelum dana dicairkan. Apabila ada salah satu peserta program yang tidak hadir, maka kelompok tersebut akan didiskualifikasi. Kehadiran mereka pada acara sosialisasi program pun terkesan “asal hadir”, tanpa ikut serta dalam memberi masukan atau pendapat mengenai program.

‘Pas sosialisasi pun, mereka asal datang aja. Kasih pendapat atau usulan pun mah mereka ga’. (NAS, 43 tahun)

Partisipasi responden pada tahap pelaksanaan dilihat dari waktu keterlibatan mereka terhadap program, jumlah pinjaman yang mereka gunakan, serta perilaku mereka dalam mengembalikan pinjaman secara tepat waktu dan jumlah yang sesuai dengan ketetapan. Secara umum, waktu keterlibatan responden dalam Program SPP PNPM sudah cukup lama, sekitar 2-3 tahun (dapat dilihat pada Gambar 8). Hal ini berarti bahwa kebanyakan dari responden telah mengerti dan terbiasa dengan Program SPP PNPM. Keterlibatan mereka pada waktu yang sudah cukup lama tersebut juga mengisyaratkan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dengan jumlah yang cukup besar (diatas Rp.1000.000,-). Tetapi, pada kenyataan yang ada di lapangan, penunggakan banyak dilakukan oleh responden yang mendapatkan pinjaman di atas Rp.1000.000,-. Mereka mengaku bahwa mereka terkadang merasa keberatan dengan jumlah cicilan yang besar, karena mereka juga harus memenuhi kebutuhan hidup yang lain. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:

‘saya suka nunggak sampe 3 bulan neng. Merasa berat buat bayar cicilan. Uangnya ada, tetapi kepake buat berobat neng. Jadinya, yauda, pake aja dulu uang cicilannya buat berobat’. (HD, 57 tahun) Tetapi, terdapat juga responden yang selalu memaksakan untuk membayar cicilan walaupun sulit. Responden tersebut berpikiran bahwa hutang harus

   

dibayar, apapun caranya. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:

‘kalau ga bayar cicilan tiap bulannya saya takut nanti cicilannya malah numpuk teh. Jadi, walaupun saya ga ada uang bakal saya paksain buat bayar. Namanya juga hutang, harus dibayar’. (KMR, 36 tahun)

Berdasarkan dua pernyataan di atas, maka didapatkan kesimpulan bahwa pembayaran cicilan tergantung pada kesadaran anggota untuk membayarnya. Anggota yang memiliki kesadaran akan mengusahakan dengan segala cara untuk membayar cicilan setiap bulannya. Sebaliknya, anggota yang tidak memiliki niat dan kesadaran untuk membayar, walaupun ada uang, akan merasa enggan untuk membayar cicilan. Hal ini juga diungkapkan oleh NAS, 43 tahun.

‘semua mah tergantung niat mereka neng. Kalo mereka emang niat bayar, pasti bakal diusahain buat bayar’. (NAS, 43 tahun)

Partisipasi responden pada tahap pemanfaatan dilihat dari cara mereka dalam memanfaatkan pinjaman, baik digunakan untuk memodali usaha mereka sendiri ataupun untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan pada tahap evaluasi, keterlibatan responden dilihat dari keikutsertaan mereka mengawasi ataupun mengingatkan peserta program lain yang belum membayar angsuran pinjaman SPP PNPM. Sebagian dari responden tidak terlibat dalam hal evaluasi ataupun pengawasan karena mereka menganggap hal tersebut bukan urusan mereka. Di bawah ini adalah beberapa pernyataan responden yang berpikiran bahwa melakukan pengawasan terhadap anggota lain bukan lah urusan mereka:

‘saya malas ah teh, buat ngingatin anggota lain yang belum bayar. Kan saya bukan ketua kelompok. Cukup ketua kelompok aja yang ngingatin mereka buat bayar’.(NHY, 35 tahun)

‘saya takut orang yang belum bayar cicilan itu tersinggung kalau saya ingatin’. (IM, 40 tahun)

‘kalau diingatin takut salah. Nanti mereka malah nanyain saya ‘emang kamu uda lunas?’ saya sendiri aja masih banyak yang nunggak teh’. (NGS, 38 tahun)

Oleh karena itu, keterlibatan responden dalam melakukan evaluasi dan pengawasan belum maksimal. Hal tersebut disebabkan oleh adanya anggapan responden bahwa mereka tidak harus bertanggung jawab atau memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan anggota yang lain dalam membayar cicilan.

Secara umum, partisipasi responden terhadap Program SPP PNPM berada pada tingkat sedang. Berdasarkan pada kenyataan dilapangan, didapatkan data dari 52 responden terdapat 33 orang responden (63,46 persen) yang memiliki tingkat partisipasi sedang, sembilan orang responden (17,31 persen) memiliki tingkat partisipasi yang rendah, dan sepuluh orang responden (19,23 persen) memiliki tingkat partisipasi yang tinggi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa secara umum responden telah memiliki partisipasi yang cukup dalam mengikuti program meskipun pada tahap perencanaan dan evaluasi dirasakan masih kurang baik. Gambaran dari tingkat partisipasi responden terhadap program dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Tingkat Partisipasi Responden terhadap Program SPP PNPM

Mandiri Pedesaan (n=52)

6.1.2 Hubungan Tingkat Partisipasi Responden terhadap Representasi Sosial Program Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) PNPM Hubungan tingkat partisipasi responden terhadap representasi sosial Program SPP PNPM dianalisis dengan menggunakan uji chi square pada α=0,1. Penjelasan hubungan tingkat partisipasi responden terhadap representasi sosial Program SPP PNPM di Desa Gunung Menyan dapat dilihat pada Gambar 14 berikut. 0 20 40 60 80

Rendah  Sedang Tinggi

17.31 63.46 19.23 Persentase   Partisipasi   (%)  

   

*P- value x²= 0,199

Gambar 14. Persentase Hubungan antara Tingkat Partisipasi Responden terhadap Representasi Sosial Program SPP PNPM (n=52)

Berdasarkan Gambar 14 di atas, diketahui bahwa responden dengan representasi sosial tipe I, sebesar 57,58 persen memiliki tingkat partisipasi yang sedang. Begitu juga halnya responden dengan representasi sosial tipe II, III, dan IV sebagian besar juga memiliki tingkat partisipasi sedang dengan nilai masing- masing sebesar 100 persen, 66,67 persen, dan 60 persen. Dengan demikian, secara umum responden memiliki tingkat partisipasi yang sedang. Selain itu, responden yang memiliki tingkat partisipasi yang rendah hanya terdapat pada representasi sosial Program SPP PNPM tipe I (18,18 persen)dan tipe III (33,33 persen) yang memiliki perasaan khawatir dalam mengikuti program.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji chi square (dapat dilihat pada Gambar 14), hubungan antara tingkat partisipasi responden terhadap representasi sosial mengenai Program SPP PNPM meiliki p-value=0,199. Hal ini menunjukkan bahwa p-value>0,1 sehingga tidak ada hubungan antara tingkat partisipasi dengan representasi sosial peserta terhadap Program SPP PNPM. Oleh karena itu, hipotesa yang menyatakan “diduga bahwa ada hubungan antara tingkat partisipasi dengan representasi sosial Program SPP PNPM” ditolak.

Hubungan antara tingkat partisipasi responden terhadap representasi sosial yang mereka miliki mengenai program, selain merujuk kepada hasil perhitungan uji chi square, jika melihat kenyataan yang ada di lapangan memang terlihat jelas bahwa tingkat partisipasi responden dalam mengikuti program tidak berhubungan dengan representasi sosial yang mereka miliki terhadap program. Semua

0 20 40 60 80 100

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV 18.18 0 33.33 0 57.58 100 66.67 60 24.24 0 0 40 Persentase   Tingkat   Partisipasi   Responden   (%)

Representasi Sosial Program SPP PNPM

Tingkat Partisipasi  Rendah Tingkat Partisipasi  Sedang Tingkat Partisipasi  Tinggi

responden dari setiap tipe representasi cenderung memiliki tingkat partisipasi yang sama terhadap program. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tingkat partisipasi terhadap representasi sosial Program SPP PNPM pada kasus ini tidak memiliki pola hubungan yang jelas (Gambar 14).

Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat partisipasi responden terhadap representasi sosial Program SPP PNPM disebabkan oleh cara responden dalam merepresentasikan program SPP PNPM. Mereka merepresentasikan program SPP PNPM dengan cara yang lebih didominasi oleh aspek emosional atau perasaan mereka dalam mengikuti program dan bukan karena partisipasi dalam mengikuti program. Jika mereka memiliki perasaan yang positif terhadap program, maka mereka cenderung akan merepresentasikan program secara lebih positif (tipe II dan tipe IV). Sebaliknya, jika mereka memiliki perasaan yang cenderung negatif terhadap program, maka mereka juga akan cenderung merepresentasikan program secara negatif (sebagian responden di tipe I dan tipe III).

6.2 Intensitas Komunikasi Responden dan Representasi Sosial Program