DI DESA GUNUNG MENYAN
5.2 Representasi Sosial Program SPP PNPM Mandiri Pedesaan
5.2.4 Tipe IV: Pinjaman SPP PNPM Bermanfaat
Representasi sosial terhadap Program SPP PNPM yang ke empat adalah “pinjaman SPP PNPM bermanfaat”. Dari 52 orang responden, sebanyak lima orang responden (9,62 persen) memiliki representasi sosial tipe IV. Mereka menganggap bahwa pinjaman SPP PNPM yang diberikan oleh pemerintah bisa mereka manfaatkan untuk berbagai hal, baik sebagai modal usaha mereka maupun untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Karakteristik responden yang memiliki representasi sosial tipe IV dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden yang Memiliki Representasi Sosial tipe IV berdasarkan Karakteristik Individu (n=52)
Karakteristik Individu Uraian Jumlah
N %
Usia <25 tahun 1 20
25-35 tahun 1 20
36-46 tahun 1 20
>46 tahun 2 40
Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD 0 0
SD atau sederajat 5 100
SMP atau sederajat 0 0
SMA atau sederajat 0 0
Status Perkawinan Kawin 4 80
Cerai 0 0
Janda 1 20
Sumber pendapatan Suami 2 40
Istri 1 20
Istri dan suami 2 40
Anak 0 0
Pendapatan istri Tidak memiliki pendapatan 2 40
<Rp. 300.000,- 2 40
Rp.300.000,- sampai Rp.600.000,-
1 20
>Rp.600.000,- 0 0
Pendapatan Suami Tidak memiliki pendapatan 1 20
<Rp. 500.000,- 0 0
Rp.500.000,- sampai Rp.1000.000,-
3 60
>Rp.1000.000,- 1 20
Jumlah Tanggungan Tidak memiliki tanggungan 2 40
1-3 orang 3 60
4-5 orang 0 0
Lebih dari 5 orang 0 0
Berdasarkan data di lapangan terlihat bahwa` dari lima responden representasi sosial tipe IV memiliki usia yang beragam dengan sebagian responden berada pada tingkat usia lebih dari 46 tahun (40 persen). Namun, jumlah tersebut lebih sedikit bila dibandingkan dengan tiga responden lainnya yang memiliki usia dibawah 46 tahun. Bisa dikatakan bahwa responden tersebut masih produktif dalam bekerja atau berusaha.
Responden dengan representasi sosial tipe IV memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu SD atau sederajat (100 persen). Sebanyak empat orang responden (80 persen) berstatus kawin dan 1 orang responden (20 persen) berstatus janda. Dari segi sumber penghasilan keluarga, jumlah antara responden yang sumber penghasilannya hanya berasal dari suami (40 persen) setara dengan
jumlah responden yang sumber penghasilannya berasal dari suami dan istri. Istri yang bekerja rata-rata memiliki penghasilan kurang dari Rp. 300.000,- dan suami yang bekerja rata-rata memiliki penghasilan diantara Rp. 500.000,- hingga Rp. 1000.000. Sedangkan dari segi jumlah tanggungan keluarga, secara umum memiliki tanggungan sebanyak satu sampai tiga orang (60 persen). Beban yang dirasakan oleh responden dengan representasi sosial tipe IV ini dirasakan lebih ringan bila melihat tidak ditemukannya responden yang memiliki tanggungan lebih dari tiga orang (lihat Tabel 11).
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari lima responden yang memiliki representasi sosial tipe IV, hanya dua orang diantara mereka yang benar-benar menggunakan uang pinjaman sebagai modal usaha. Sementara tiga responden yang lainnya mengakui bahwa mereka menggunakan pinjaman SPP PNPM tersebut untuk memenuhi kebutuhan, seperti: untuk membayar biaya sekolah anak, untuk membayar hutang, membeli kebutuhan hidup sehari-hari, serta untuk membangun rumah. Hal tersebut merujuk kepada ungkapan semua responden yang memiliki representasi sosial tipe IV sebagai berikut:
‘uang pinjamannya harus digunakan untuk usaha. Agar usaha nya bisa berkembang dan memberi keuntungan untuk kita teh’. (YT, 53 tahun)
‘pinjamannya digunakan untuk dagang, lebih mudah digulirkan’. (WJR, 60 tahun)
‘kalo saya mah uang pinjaman nya saya gunain untuk membangun rumah. Kan lumayan buat bayar biaya bangun rumah teh. Kalau usaha saya mah tidak butuh modal yang banyak. Jadi yaudah, untuk bangun rumah aja uangnya’. (SLT, 28 tahun)
‘lumayan teh, buat bayar hutang dan beli kebutuhan sehari-hari’. (UF, 23 tahun)
‘saya gunain pinjamannya buat bayar sekolah anak teh. Soalnya sekarang biaya sekolah anak mahal’. (IJ , 40 tahun)
Berdasarkan pernyataan responden di atas, bisa dikatakan pemanfaatan uang pinjaman SPP PNPM tersebut tidak sesuai dengan ketentuan program. Jika kita
merujuk kepada petunjuk aturan teknis Program SPP PNPM 10
, hal tersebut tentu tidak sesuai, karena pada petunjuk aturan teknis disebutkan bahwa pinjaman SPP PNPM digunakan untuk memenuhi pendanaan kegiatan usaha bagi kelompok perempuan produktif. Namun, bagi responden menggunakan uang pinjaman SPP PNPM untuk menambah modal usaha bukan merupakan suatu keharusan. Mereka menganggap uang pinjaman bebas digunakan untuk hal apapun, asalkan pembayaran cicilannya lancar tiap bulan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa representasi sosial tipe IV “pinjaman SPP PNPM dapat dimanfaatkan” yang dimiliki oleh responden tidak sesuai dengan maksud pemanfaatan pinjaman SPP PNPM yang sesungguhnya.
Merujuk pada data yang tersaji di atas, dapat dilihat bahwa keempat tipe representasi sosial program SPP PNPM memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan pada karakteristik respondennya. Reponden dari masing- masing tipe respresentasi sosial memiliki kesamaan pada aspek pendapatan istri, pendapatan suami, dan jumlah tanggungan keluarga. Namun, diantara responden yang memiliki representasi sosial tipe I, II, III, dan IV tersebut terdapat beberapa perbedaan karakteristik pada aspek usia responden, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan sumber penghasilan keluarga. Perbedaan-perbedaan tersebut memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap pembentukan representasi sosial responden mengenai Program SPP PNPM. Namun, pada penelitian ini hubungan antara karakteristik responden dengan pembentukan respresentasi sosial mengenai Program SPPN PNPM tidak dibahas lebih lanjut.
Tipe-tipe respresentasi sosial Program SPP PNPM dapat diperbandingkan pada suatu tabel untuk diambil intisarinya. Perbandingan keempat tipe representasi sosial program SPP PNPM disajikan pada Tabel 12.
10
Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan, op.cit., hal:58 (Penjelasan IV)
Tabel 12. Perbandingan Representasi Sosial Program SPP PNPM Tipe I, II, III, dan IV berdasarkan Karakteristik Dominan Responden
Aspek Karakteristik Individu
Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV
Usia >36 tahun 25-35 tahun Beragam, usia
25-35 tahun seimbang dengan usia >36 tahun Beragam, dominan >46 tahun
Tingkat Pendidikan SD atau sederajat
SD dan SLTP SD atau sederajat
SD atau sederajat Status Perkawinan Kawin,
terdapat
status cerai dan janda
Kawin Kawin dan
Janda Kawin Sumber Penghasilan Keluarga Beragam, jumlah istri yang bekerja lebih besar Suami Beragam, sebagian besar dari suami Beragam, sebagian besar dari suami
Pendapatan Istri Beragam, dominan tidak memiliki Pendapatan Dominan tidak memiliki pendapatan Dominan tidak memiliki pendapatan <Rp. 300.000,00 Pendapatan Suami Rp. 500.000,00- Rp. 1000.000,00 Rp. 500.000,00- Rp. 1000.000,00 Rp. 500.000,00- Rp. 1000.000,00 Rp. 500.000,00- Rp. 1000.000,00 Jumlah Tanggungan 1-3 orang 1-3 orang 1-3 orang 1-3 orang.
Ikhtisar
Representasi sosial terhadap Program SPP PNPM pada responden di Desa Gunung Menyan terbagi menjadi empat tipe, yaitu: (I) SPP PNPM adalah pinjaman, (II) Program SPP PNPM memuaskan, (III) pinjaman SPP PNPM mengkhawatirkan, dan (IV) pinjaman SPP PNPM bermanfaat. Representasi sosial Program SPP PNPM yang terbentuk hanya secara umum atau representasi sosial komunitas, dan bukan secara khas dari setiap kelompok yang terlibat. Walaupun berada pada satu kelompok yang sama, representasi sosial program SPP PNPM yang terbentuk berbeda-beda.
Hasil representasi sosial mengenai program SPP PNPM memperlihatkan sebagian besar peserta sadar bahwa dana SPP PNPM adalah pinjaman (63,45 persen). Responden anggota kelompok yang menggunakan pinjaman SPP PNPM akan memaknai pinjaman sebagai sesuatu kewajiban yang apabila tidak dilunasi
akan menjadi tanggung jawab kelompok secara bersama, sehingga anggota
kelompok tersebut bersikap santai dan kurang bertanggung jawab terhadap
perilaku mereka. Selain itu, jumlah responden yang merepresentasikan program SPP PNPM dengan makna positif (representasi sosial tipe II dan IV) lebih besar (19,24 persen) dari pada jumlah responden yang merepresentasikan SPP PNPM dengan makna negatif (representasi sosial tipe III), yaitu sebesar 17,31 persen.
Berdasarkan karakteristik individu, antara responden yang memiliki representasi sosial tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut berupa perbedaan pada aspek usia responden, status perkawinan, tingkat pendidikan responden, dan sumber penghasilan keluarga. Pada aspek tingkat usia, responden dengan tipe representasi sosial I, III, dan IV memiliki sebaran usia yang beragam. Sementara itu responden dengan representasi sosial tipe II memiliki usia yang relatif lebih muda, yaitu sebagian besar berada pada usia 25-35 tahun. Pada aspek status perkawinan, responden dengan representasi sosial tipe II dan IV seluruhnya berstatus kawin. Hal ini berbeda dengan responden dengan tipe representasi I dan III yang juga terdapat responden berstatus janda atau cerai. Responden dengan representasi sosial tipe II memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada responden yang lainnya, yaitu sebagian dari mereka memiliki tingkat pendidikan hingga SMP atau sederajat.
Responden merepresentasikan program SPP lebih didominasi oleh aspek emosional atau perasaan mereka terhadap program, dan bukan berdasarkan manfaat yang mereka rasakan mengenai program. Jika mereka memiliki perasaan yang positif terhadap program, maka mereka cenderung akan merepresentasikan program secara lebih positif (tipe II dan tipe IV). Sebaliknya, jika mereka memiliki perasaan yang cenderung negatif terhadap program, maka mereka juga akan cenderung merepresentasikan program secara negatif (sebagian responden di tipe I dan tipe III).