• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASAR MAKIN PROSPEKTIF NAMUN MAKIN PROTEKTIF ?*

ABSTRAK

Pertumbuhan pendapatan (pertumbuhan ekonomi) di negara/kawasan konsumsi minyak sawit dunia (Indonesia, India, Eropa, China, Pakistan, Malaysia Thailand, Bangladesh, USA, dan Nigeria) diproyeksikan meningkat atau setidaknya lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sehingga konsumsi minyak sawit dunia tahun 2018 cenderung meningkat dibandingkan dengan tahun 2017. Demikian juga pertumbuhan ekonomi tahun 2018 untuk negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia (China, Eropa, India, Amerika Serikat, Pakistan, Bangladesh) menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Perbaikan pertumbuhan ekonomi di negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia tersebut, berpotensi meningkatkan impor minyak sawit dari Indonesia atau meningkatkan ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tersebut. Walaupun pertumbuhan ekonomi cukup baik bila dibandingkan tahun sebelumnya, namun demikian, tiga negara/kawasan tujuan ekspor minyak sawit Indonesia yakni Uni Eropa, Amerika Serikat dan India, sejak beberapa tahun lalu telah mengeluarkan kebijakan yang dapat menghambat ekspor minyak sawit ke negara tersebut. Kepiawaian Indonesia bersama dengan negara-negara produsen minyak sawit dunia lainnya dalam melakukan lobby/diplomasi ke negara/kawasan tersebut untuk tidak merealisasikan hambatan perdagangan minyak sawit menjadi agenda penting dalam tahun 2018.

Keyword : pertumbuhan ekonomi, ekspor, anti dumping, tarif impor

*) Dimuat pada PASPI Monitor, Volume IV No. 11/2018

Pendahuluan

Ekonomi dunia tahun 2018 tampaknya lebih bergairah dibandingkan tahun sebelumnya. International Monetary Fund (IMF), bulan Januari yang lalu telah merilis perkiraan baru ekonomi dunia atau World Economic Outlook (WEO) Januari 2018 yang menunjukkan kondisi yang optimis bahwa ekonomi dunia tahun 2018 akan lebih baik.

Sebagai bahan pangan dan energi, konsumsi minyak sawit dan produk turunannya disetiap negara juga dipengaruhi peningkatan pendapatan penduduk atau pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Meskipun minyak sawit bukan tergolong pada bahan konsumsi barang mewah yang bersifat income elastic demand yang tinggi, namun konsumsi minyak sawit umumnya masih meningkat jika pendapatan penduduk meningkat. Oleh karena itu dengan proyeksi bahwa perekonomian dunia yang makin baik terutama pada negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, diharapkan akan membawa gairah baru bagi industri sawit nasional.

Namun demikian, beriringan dengan optimisme bahwa perekonomian dunia yang makin baik tersebut juga ada pesimisme terutama yang terkait dengan berbagai kebijakan yang makin protektif di negara-negara tujuan ekspor minyak sawit. Tiga negara/kawasan tujuan ekspor minyak sawit Indonesia yakni Uni Eropa, Amerika Serikat dan India, sejak beberapa tahun lalu telah mengeluarkan kebijakan yang dapat menghambat ekspor minyak sawit ke negara tersebut.

Tulisan ini akan mendiskusikan bagaimana proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2018 khususnya di negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia. Selain itu

Industri Sawit 2018: Pasar Makin Prospektif Namun Makin Protektif? 2081

juga didiskusikan hambatan perdagangan dari negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia khusus di Uni Eropa, Amerika Serikat dan India.

Pertumbuhan Ekonomi Di Negara Konsumen Utama Minyak Sawit

Negara utama (10 besar) konsumen minyak sawit dunia tahun 2010-2017 berturut-turut adalah Indonesia, India, Eropa, China, Pakistan, Malaysia Thailand, Bangladesh, USA, dan Nigeria (Gambar 11.1). Pada tahun 2017, negara peringkat pertama konsumsi minyak sawit dunia adalah Indonesia yakni dengan pangsa 14.9, urutan kedua India dengan pangsa 14.9 persen, urutan ketiga yakni Eropa dengan pangsa 10.4 persen, disusul China dengan pangsa 7.6 persen, Pakistan dan Malaysia dengan pangsa 4.9 persen, Thailand 3.9 persen, Bangladesh 2.6 persen, USA 2.3, serta Nigeria dengan pangsa 2.2 persen.

Sedangkan negara lainnya (Row) dengan pangsa 29.5 persen.

Gambar 11.1 Negara Konsumen Utama Minyak Sawit (Sumber : USDA, 2018)

Menurut perkiraan IMF (World Economic Outlook, Januari 2018), perekonomian dunia tahun 2018 diproyeksikan lebih baik dibandingkan tahun 2017. Secara umum ekonomi global tahun 2018 mengalami perbaikan setidaknya masih lebih baik dari tahun 2017. Meskipun ekonomi Cina dan EU sedikit mengalami perlambatan, negara-negara/kawasan tujuan ekspor minyak sawit Indonesia (Cina, India, EU, USA, Afrika) umumnya bertumbuh lebih baik. Artinya negara-negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2018 diperkirakan akan menikmati gairah baru pertumbuhan pendapatan yang lebih baik dari tahun sebelumnya, sehingga diperkirakan akan meningkatkan impor minyak sawit tahun 2018.

Secara global pertumbuhan ekonomi tahun 2018 meningkat menjadi 3.9 persen dari 3.7 persen (2017).

Lokomotif tradisional ekonomi dunia yakni negara-negara maju (advanced economies) bertumbuh dari 1.7 persen tahun 2016 menjadi 2.3 persen tahun 2017 dan tahun 2018 diproyeksikan tetap yakni 2.3 persen. Dipihak lain lokomotif baru perekonomian dunia yakni negara-negara berkembang Asia (Emerging and Developing Asia) pada tahun 2018 diproyeksikan akan stabil yakni 6.5 persen disajikan pada Gambar 11.2. Demikian juga pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 akan tumbuh dari 5.2 persen menjadi 5.3 persen. Sedangkan ekonomi MEA diproyeksikan stabil pada 5.3 persen.

Dengan demikian secara umum, pertumbuhan pendapatan (pertumbuhan ekonomi) di negara/kawasan konsumsi minyak sawit dunia diproyeksikan meningkat atau setidaknya lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sehingga konsumsi minyak sawit dunia tahun

Industri Sawit 2018: Pasar Makin Prospektif Namun Makin Protektif? 2083

2018 cenderung meningkat dibandingkan dengan tahun 2017.

Gambar 11.2. Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2018 (Sumber : IMF, 2018)

Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Sawit Indonesia

Selain sebagai konsumen minyak sawit, Indonesia juga sebagai produsen dan sekaligus mengekspor minyak sawit.

Komposisi pasar tujuan ekspor minyak sawit Indonesia disajikan pada Gambar 11.3. Secara umum volume ekspor minyak sawit Indonesia menunjukkan peningkatan yang konsisten untuk hampir semua negara-negara tujuan ekspor. Jika dilihat distribusi pasar tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, terlihat bahwa diversifikasi negara-negara tujuan ekspor terus bertumbuh. Distribusi tujuan ekspor minyak sawit Indonesia yakni ke China, Eropa, India, Amerika Serikat, Pakistan, Bangladesh serta negara lainnya (ROW).

Negara-negara utama tujuan ekspor minyak sawit Indonesia yakni India, EU, China, Pakistan dan Bangladesh

0.00

serta USA diproyeksikan naik walaupun sebagian negara lainnya mengalami penurunan (Gambar 11.4). Ekonomi India yang merupakan pasar ekspor terbesar minyak sawit Indonesia, diproyeksikan naik dari 6.7 persen (2017) menjadi 7.4 persen (2018). Sedangkan ekonomi EU diperkirakan mengalami penurunan dari 2.4 persen (2017) menjadi 2.2 persen (2018), meskipun masih lebih baik dibandingkan tahun 2016. Perlambatan ekonomi juga terjadi di Cina yakni dari 6.8 persen (2017) menjadi 6.4 persen (2018).

Tujuan pasar minyak sawit Indonesia yang sedang bertumbuh juga menunjukkan perbaikan pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun sebelumnya. Perekonomian USA diproyeksikan bertumbuh dari 2.3 persen (2017) menjadi 2.7 persen (2018). Demikian juga kawasan Sub Saharan Afrika setelah mengalami perlambatan besar tahun 2016 kembali percepatan pertumbuhan dari 2.7 persen (2017) menjadi 3.3 persen tahun 2018.

Gambar 11.3 Volume Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Negara/Kawasan (Database PASPI)

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ribu Ton

Row China

Europe Union India

USA Pakistan+Bangladesh

Industri Sawit 2018: Pasar Makin Prospektif Namun Makin Protektif? 2085

Gambar 11.4 Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor/Konsumsi Sawit 2018 (Sumber : IMF)

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi tahun 2018 untuk negara tujuan ekspor minyak sawit indonesia menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Perbaikan pertumbuhan ekonomi (pendapatan ekonomi) di negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia tersebut, akan meningkatkan impor minyak sawit dari Indonesia atau meningkatkan ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tersebut.

Pasar Tujuan Ekspor Minyak Sawit Makin Protektif

Sebagai kelanjutan dari kebijakan tahun 2017, tiga negara/kawasan yang menjadi tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, tahun 2018 tampaknya masih protektif.

Berbagai kebijakan impor minyak sawit dan produk

1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

2016 2017 2018*

turunannya ke Uni Eropa, Amerika Serikat dan India makin menghambat ekspor minyak sawit ke negara/kawasan tersebut.

Kebijakan impor minyak sawit Uni Eropa. Sejak tahun 2013, EU menerapkan kebijakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) biodiesel sawit ke negara tersebut sekitar 8.8 - 23.3 persen dan menggugat biodiesel sawit Indonesia ke WTO dengan tuduhan dumping dan subsidi. Tuduhan dumping/subsidi pada biodiesel sawit Indonesia tersebut berhasil digugat dan dimenangkan Indonesia di Mahkamah Uni Eropa dan WTO, sehingga terhitung 16 Maret 2018, BMAD tersebut akan dihapuskan oleh Uni Eropa.

Selain itu, ekspor minyak sawit ke Eropa (EU) menghadapi ancaman/hambatan perdagangan yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah. Resolusi sawit yang dikeluarkan Parlemen Eropa pada awal Bulan April 2017 lalu, mengancam embargo minyak sawit yang dikaitkan dengan sejumlah isu lingkungan seperti deforestasi, kebakaran hutan, emisi GHG dan gambut.

Bahkan Uni Eropa merencanakan akan mengembargo penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel mulai 2021. Kebijakan energi di Uni Eropa merencanakan penghapusan minyak nabati (biofuel generasi pertama) mulai tahun 2030, namun untuk penghapusan penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku energi direncanakan lebih awal yakni tahun 2021.

Rencana kebijakan embargo minyak sawit ke Eropa tersebut perlu menjadi perhatian pemerintah baik melalui jalur soft diplomacy maupun hard diplomacy seperti retaliasi perdagangan.

Kebijakan impor biodiesel sawit Amerika Serikat.

Amerika Serikat yang juga salah satu tujuan ekspor minyak

Industri Sawit 2018: Pasar Makin Prospektif Namun Makin Protektif? 2087

sawit Indonesia yang sedang bertumbuh. Mengikuti langkah EU, USA tanggal 23 Maret 2017 lalu mulai mendesak Kementerian Perdagangan USA untuk memberlakukan kebijakan anti dumping terhadap biodiesel sawit dengan alasan biodiesel sawit Indonesia memperoleh subsidi. Akhir Bulan Agustus 2017 lalu merencanakan memberlakukan kebijakan anti dumping berupa Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas biodiesel sawit dari Indonesia. Tarif BMAD yang direncanakan oleh Departemen Perdagangan Amerika Serikat (USDOC) berkisar 34.5 - 64.73 persen. Jika kebijakan protektif tersebut benar-benar dilaksanakan akan mengancam ekspor biodiesel sawit ke negara Paman Sam tersebut.

Rencana kebijakan impor biodiesel sawit Amerika Serikat tersebut perlu menjadi perhatian pemerintah baik melalui jalur soft diplomacy maupun hard diplomacy seperti retaliasi perdagangan. Data-data menunjukkan bahwa sesungguhnya biodiesel kedelai di pasar Amerika meningkmati subsidi sampai 63 persen, sehingga tuduhan terhadap biodiesel sawit hanya bersifat pengalihan isu.

Kebijakan impor minyak nabati India. Awal Agustus 2017 India menaikkan tarif impor minyak sawit. Tarif impor CPO meningkat dari 7.5 menjadi 15 persen (Agustus 2017) kemudian naik lagi 20 persen (sejak November 2017). Sementara untuk Refine Palm Oil naik dari 15 persen menjadi 25 persen (Agustus 2017) kemudian naik lagi 40 persen (sejak November 2017).

Selain minyak sawit, impor minyak nabati lain juga mengalami kenaikkan menjadi 25-30 persen (crude) dan menjadi 30-35 (refined). Kenaikan tarif impor minyak sawit (refined) adalah yang tertinggi yakni 40 persen (Tabel 11.1).

Tabel 11.1 Perubahan Tarif Impor Minyak Nabati India (%)

2017

Agustus November

Crude SBO 17.5 30.0

Refined SBO 20.0 30.0

Crude PO 15.0 20.0

Refined PO 25.0 40.0

Crude SFO 12.5 25.0

Refined SFO 20.0 35.0

Crude RSO 12.5 25.0

Refined RSO 20.0 35.0

Sumber : Indian Economic November 2017

Di satu sisi India memang menerapkan kebijakan

“make in India” yang berupaya mengembangkan industri hilir di CPO di India. Namun Indonesia yang sejak tahun 2011 mempercepat hilirisasi didalam negeri untuk merubah ekspor CPO menjadi ekspor olahan termasuk refined, kebijakan India tersebut merugikan Indonesia.

Oleh sebab itu pemerintah perlu melakukan langkah diplomasi perdagangan atas kebijakan India tersebut.

Kesimpulan

Pertumbuhan pendapatan (pertumbuhan ekonomi) di negara/kawasan konsumsi minyak sawit dunia (Indonesia, India, Eropa, China, Pakistan, Malaysia Thailand, Bangladesh, USA, dan Nigeria) diproyeksikan meningkat atau setidaknya lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sehingga konsumsi minyak sawit dunia tahun 2018 cenderung meningkat dibandingkan dengan tahun 2017.

Industri Sawit 2018: Pasar Makin Prospektif Namun Makin Protektif? 2089

Demikian juga pertumbuhan ekonomi tahun 2018 untuk negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia (China, Eropa, India, Amerika Serikat, Pakistan, Bangladesh) menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Perbaikan pertumbuhan ekonomi di negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia tersebut, berpotensi meningkatkan impor minyak sawit dari Indonesia atau meningkatkan ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tersebut.

Walaupun pertumbuhan ekonomi cukup baik bila dibandingkan tahun sebelumnya, namun demikian, tiga negara/kawasan tujuan ekspor minyak sawit Indonesia yakni Uni Eropa, Amerika Serikat dan India, sejak beberapa tahun lalu telah mengeluarkan kebijakan yang dapat menghambat ekspor minyak sawit ke negara tersebut.

Kepiawaian Indonesia bersama dengan negara-negara produsen minyak sawit dunia lainnya dalam melakukan lobby/diplomasi ke negara/kawasan tersebut untuk tidak merealisasikan hambatan perdagangan minyak sawit menjadi agenda penting dalam tahun 2018.

PASPI Monitor, Volume 1 No. 24/2015

POTENSI STRATEGIS KEMITRAAN SAWIT