• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MELALUI PENYERTAAN MODAL DI KOPERASI

F. Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penyertaan Modal di Koperasi 3. Proses dan Modus tindak pidana pencucian uang yang dapat terjadi

1. Pasar Modal

Dalam arti sempit pengertian pasar merupakan tempat para penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi. Artinya pembeli dan penjual langsung bertemu untuk melakukan transaksi dalam suatu lokasi tertentu. Lokasi atau tempat pertemuan tersebut adalah pasar . namun dalam arti luas pengertian pasar merupakan tempat melakukan transaksi antara pembeli dan penjual, dimana pembeli dan penjual tidak harus bertemu dalam suatu tempat atau bertemu langsung, akan tetapi dapat dilakukan melalui srana informasi yang ada seperti sarana elektronika.

Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek dipasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek.

2. Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing

Pasar uang (money market) di indonesia masih relatif baru jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Namun dalam perkembangan dunia sekarang ini maka pasar uang di indonesia juga ikut berkembang walaupun tidak semarak perkembangan pasar modal (capital market).

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa antara pasar uang dan pasar modal terdapat perbedaan yang cukup jelas seperti dari jangka waktunya intrumen yang diperjualbelikan, tempat penjualannya serta tujuan daripada para penjual dan pembeli dari kedua pasar tersbut.

3. Pegadaian

Secara umum pengertian usaha gadai kegiatan menjaminbarang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha gadai memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

· Terdapat barang-barang berharga yang digadaikan

· Nilai jumlah pijaman tergantung nilai barang yang digadaikan · Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali

4. Sewa Guna Usaha (Leasing)

Perusahaan sewa guna usaha di indonesia lebih dikenal dengan nama laesing. Kegiatan utama perusahaan sewa guna adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan disini maksudnya jika seorang nasabah membutuhkan barang-barang modal pihak leassing dapat membiayai keinginan nasaba sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak. Keterbatasan leasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakkan oleh bank seperti memberi simpanan dan kredit dalam bentuk uang.

Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor (perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.

5. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi merupakan salah satu bentuk badan hukum yang sudah lama dikenal di indonesia. Pelopor pengembangan perkooperasian di indonesia adalah Bung Hatta, dan sampai saat ini beliau sangat dikenal sebagai bapak Koperasi Indonesia.

Koperasi merupakam suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai tujuan atau kepentingan bersama. Jadi keoperasi merupakan bentukan dari sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Secara umum sumber dana kooperasiaan adalah iuran wajib, iuran pokok, dan iuran sukarela.

Koperasi simpan pinjam (koperasi kredit) adalah koperasi yang anggota-anggotanya setiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dibidang perkreditan. Tujuan dari koperasi kredit adalah sebagai berikut:115

a. Membantu keperluan kredit para anggotanya yang sangat membutuhkan dengan syarat dan bunga yang ringan.

b. Mendidik para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri.

c. Mendidik para anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya.

d. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

Untuk menambah modal koperasi, maka sebagian keuntungan tidak dibagikan kepada anggota, tetapi dicadangkan. Bila modal koperasi besar, kemungkinan pemberian kredit kepada anggota dapat diperluas. Untuk

115

Muhammad Firdaus, Agus Edhi Susanto, Perkoperasian, Sejarah, Teori & Praktek, (Bogor: Ghalian Indonesia, 2004), hal.68.

mencapai tujuan pemberian kredit, perlu adanya pengawasan terhadap pemberian kredit yang telah diberikan sehingga penyelewengan dapat dihindarkan.116

6. Perusahaan Asuransi

Di indonesia pengertian Asuaransi menurut undang-undang Nomor 1Tahun 1992 Tentang Usaha Asuransi adalah sebagai berikut :

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang ddiharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.117

7. Anjak Piutang (Factoring)

Perusahaan anjak piutang yang memang kegiatan utamanya adalah bergerak dibidang penagihan piutang. Perusahaan anjak piutang dapat mengambil alih pengelolaan piutang baik dengan cara dikelolah atau dengan cara dibeli serta dapat pula melakukan pengelolaan administrasi piutang suatu perusahaan.

Pengertian perusahaan anjak piutang atau yangh lebih dikenal dengan nama factoring adalah perusahaan yang kegiatannya adalah melakukan penagihan

116

Ibid. Hal.68. 117

dan pembelian, atau pengambilalihan atau pengelolaan hutang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran tertentu milik perusahaan. 8. Modal Ventura

Perusahaan modal ventura yang berani melakukan investasi dimana investasi tersebut mengandung suatu resiko tinggi. Keputusan ini dibuat dengan berbagai pertimbangan tentunya dan hal ini sesuai pula dengan maksud dan tujuan didirikannya perusahaan modal ventura yaitu melakukan penanaman modal dalam suatu usaha yang mengandung resiko tinggi.

Meskipun resiko yang dihadapi tinggi, pihak modal ventura mengharapkan suatu keuntungan yang tinggi pula dari penyertaan modalnya berupa capital gain atau deviden. Perusahaan yang pembiayaan dari modal ventura disebut Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) atau investee company. 9. Dana Pensiun

Pengertian perusahaan dana pensiun secara umum dapat dikatakan merupakan perusahaan yang memungut dana dari karyawan suatu perusahaan dan memberikan pendapatan kepada peserta pensiun sesuai dengan perjanjian.

Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 11 Tahun 1992 Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelolah dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dengan demikian jelas bahwa yang mengelolah dana pensiun adalah perusahaan yang memiliki adan hukum seperti bank umum atau asuransi jiwa.

Pengertian pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. 10. Kartu Plastik (Kartu Kredit)

Kartu plastik atau yang lebih dikenal dengan nama kartu kredit atau uang plastik yang mampu menggantikan fungsi uang sebagai alat pembayaran. Disamping itu kartu plastik ini dapat pula digunakan untuk berbagai keperluan sehingga kegunaannya menjadi multi fungsi.

Kartu plastik merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga non bank. Kartu plastik ini diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran diberbagai tempat yang memakai ATM (automated teller Machine) seperti dipusat perbelanjaaan, hiburan dan perkantoran.

Penggunaan kartu plastik di indonesia masih relatif baru yaitu sekitar tahun delapan puluhan. Keluarnya keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember telah mengubah peta penyebaran kartu plastik semakin luas. Berdasarkan surat keputusan tersebut bisnis kartu plastik digolongkan sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan.

Dalam UU TPPU, terdapat ketentuan yang mengatur kewajiban pelaporan PJK kepada PPATK yang dimulai dari Pasal 13 hingga 16. Pasal 13 ayat 1 huruf a dan huruf b masing-masing menyatakan bahwa PJK wajib menyampaikan STR dan CTR kepada PPATK. Pasal 13 ayat 2 mengatur bahwa STR harus sudah disampaikan paling lambat 3 hari kerja sejak PJK “mengetahui” adanya unsur transaksi keuangan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 1 ayat 7. Apabila PJK mengetahui salah satu dari 3 (tiga) unsur transaksi keuangan mencurigakan, sudah cukup bagi PJK untuk menyampaikannya kepada PPATK sebagai laporan transaksi keuangan mencurigakan (STR). Mengenai hal ini, PPATK telah menyediakan pedoman teknis pengidentifikasian transaksi mencurigakan.118

Di samping STR, terdapat pelaporan lain yang wajib dilaksanakan oleh PJK yaitu laporan transaksi keuangan tunai (CTR) sebagaimana diatur dalam pasal 13 ayat 3 UU

TPPU selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak terjadinya transaksi tunai (pasal 13 angka 1 huruf b). CTR merupakan sumber informasi rutin kedua terpenting bagi PPATK. Dalam prakteknya, pengertian jumlah kumulatif telah menimbulkan masalah tersendiri bagi PJK, sehingga tanpa dukungan sistem informasi yang canggih PJK akan mengalami kesulitan besar dalam melakukan kewajiban pelaporannya. Untuk mempermudah pelaporan bagi PJK, PPATK telah menerbitkan Pedoman Pelaporan Transaksi Tunai. Mengingat tingginya frekuensi pelaporan CTR, terdapat transaksi yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan transaksi tunai sebagaimana diatur dalam pasal 13 ayat 4 dan ayat 5 UU TPPU. Transaksi tunai yang dikecualikan pada umumnya merupakan transaksi tunai yang secara rutin terjadi dan terjadinya dapat diperkirakan. Misalnya, transaksi dengan pemerintah, transaksi tunai dengan Bank Sentral, transaksi tunai antar bank, transaksi tunai dalam rangka pembayaran gaji pegawai, dan transaksi tunai yang dilakukan oleh usaha yang dalam penyelesaian transaksinya

118

DR. Yunus Husein ketua PPATK (Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan) yang pertama

(settlement) lebih banyak menggunakan uang tunai (cashbased bussiness). Untuk menghindari kesulitan teknis yang berlebihan, Kepala PPATK diberi wewenang untuk mengecualikan transaksi tunai tertentu dari kewajiban pelaporan. Pengecualian baru akan diberikan bila kriteria dan prosedur tertentu telah dipenuhi. Kedudukan Penyedia Jasa Keuangan di dalam rezim anti pencucian uang Indonesia adalah sebagai counterpart utama yang berperan sebagai pendeteksi awal indikasi pencucian uang. Melalui mekanisme pelaporan transaksi keuangan mencurigakan, PJK menyampaikan informasi awal mengenai beberapa kriteria yang telah ditentukan di dalam Pasal 1 angka 7 UU TPPU yang memuat kriteria transaksi keuangan mencurigakan sebagai berikut:119

a. Menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan;

b. patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; atau

c. dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari Hasil Tindak Pidana.

Dalam kaitan ini, maka didalam penanganan perkara tindak pidana pencucian uang peran PJK sangat membantu baik di dalam memberikan keterangan mengenai nasabah maupun simpanannya, dan membantu PPATK dan instansi penegak hukum untuk mentrasir aliran dana dari pihak yang dimintakan oleh PPATK dan instansi penegak hukum. Untuk membantu PJK

119 Ibid.

dalam mengidentifikasi transaksi keuangan mencurigakan dan melaporkannya kepada PPATK, PPATK telah menerbitkan Keputusan Kepala PPATK No. 2/4/KEP.PPATK/2003 Tentang Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan, tanggal 15 Oktober 2003. Pedoman ini berlaku bagi PJK berbentuk bank umum, BPR, perusahaan efek, pengelola reksa dana, bank kustodian, perusahaan perasuransian, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan. Pedoman ini dikeluarkan dalam rangka memberikan pemahaman dan acuan kepada PJK tentang bagaimana melakukan identifikasi transaksi keuangan mencurigakan dengan tepat, untuk menghasilkan laporan LTKM yang berkualitas. PPATK juga telah mengeluarkan Keputusan Kepala PPATK No. 2/6/KEP.PPATK/2003 Tentang Pedoman Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan, tanggal 15 Oktober 2003.

Pedoman ini berlaku bagi PJK bank umum, BPR, perusahaan efek, pengelola reksa dana, bank kustodian, perusahaan perasuransian, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan. Pedoman ini diperlukan agar penyampaian laporan transaksi keuangan mencurigakan olehPJK dapat dilakukan secara tepat, benar dan dapa dipertanggungjawabkan, mengingat laporan tersebut merupakan salah satu sumber informasi utama yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas PPATK.

Kedua pedoman di atas melengkapi Keputusan Kepala PPATK No. 2/1/KEP.PPATK/2003 Tentang Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Bagi Penyedia Jasa

Keuangan, tanggal 9 Mei 2003, yang berlaku bagi seluruh PJK. Tujuan pedoman umum ini adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai rezim anti pencucian uang yang dapat digunakan sebagai acuan bagi PJK untuk membantu mendeteksi kegiatan pencucian uang. Selain itu juga untuk memberikan pemahaman yang sama kepada setiap PJK atau pihak lain yang terkait dalam penanganan tindak pidana pencucian uang. Di samping itu, ketentuan lain yang telah dikeluarkan oleh PPATK, yaitu :

a. Keputusan Kepala PPATK No. 2/5/KEP.PPATK/2003 tentang Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi PJK (Pedoman III) b. Keputusan Kepala PPATK No. 2/5/KEP.PPATK/2003 tentang Tata Cara

Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi PJK (Pedoman III) c. Keputusan Kepala PPATK No. 2/7/KEP.PPATK/2003 tentang Tata Cara

Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi PVA dan UJPU (Pedoman IIIA)

d. Keputusan Kepala PPATK No. 3/1/KEP.PPATK/2004 tentang Pedoman Laporan Transaksi Tunai dan Tata Cara Pelaporannya Bagi PJK (Pedoman IV)

e. Keputusan Kepala PPATK No. 3/9/KEP.PPATK/2004 tentang Transaksi Keuangan Tunai Yang Dikecualikan Dari Kewajiban Laporan.

BAB IV

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PRAKTEK PENCUCIAN UANG MELALUI