• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Terhadap Praktek Pencucian Uang Melalui Penyertaan Modal Di Koperasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Yuridis Terhadap Praktek Pencucian Uang Melalui Penyertaan Modal Di Koperasi"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PRAKTEK PENCUCIAN UANG MELALUI PENYERTAAN MODAL DI KOPERASI

SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH : KASTRO SITORUS

NIM : 100200032

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PRAKTEK PENCUCIAN UANG MELALUI PENYERTAAN MODAL DI KOPERAS

Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara SKRIPSI

OLEH : KASTRO SITORUS

NIM : 100200032

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

(Windha, SH.,M.HUM. NIP. 197501122005012002

)

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr.T.Keizeirina Devi.Azwar,SH.,M.Hum) (Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum NIP. 197002012002122001 NIP. 197302202002121001

)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK Kastro Sitorus*

Dr. T. Keizeirina Devi Azwar, S.H.,C.N,M.Hum** Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum***

Koperasi sebagai ekonomi kerakyatan merupakan salah satu bentuk usaha yang cukup dikenal oleh masyarakat secara luas. Koperasi banyak memberikan kontribusi perkembangan suatu Negara, terutama dalam bidang ekonomi, misalnya pemasukan Negara dalam bentuk pajak maupun devisa. Sehingga dampak koperasi tampak sangat positif. Namun disisi lain, koperasi juga tidak jarang menciptakan dampak negatif. Namun dalam prakteknya koperasi tidak dapat berjalan tanpa adanya modal yang menjadi dasar bagi koperasi untuk menjalankan usahanya. Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan non-bank juga menjadi salah satu target para pelaku kejahatan pencucian uang untuk melancarkan aksinya. Hal ini disebabkan tidak adanya kewajiban bagi koperasi sebagai usaha masyarakat menengah kebawah untuk melaporkan transaksi keuangannya. Sehingga hal ini menjadi kesempatan bagi para pelaku pencucian uang untuk menempat uang hasil kejahatan tersebut kedalam kopersai.

Pengerjaan skripsi ini menggunakan metode literature/library research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder, yang merupakan bahan hukum primer, sekunder dan tertier, yang berasal dari peraturan perundang-undangan, buku dan media-media elektroni, yaitu internet. Kemudian data-data tersebut dianalisa secara deskriptif, guna memperoleh penjelasan yang lengkap dari permasalahan yang dibahas.

Praktek pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi merupakan salah satu modus kejahatan yang sampai saat ini menjadi sarana bagi para pelaku kejahatan pencucian uang melancarkan aksinya. Mengingat bahwa koperasi sejauh ini bukanlah salah satu penyedia jasa keuangan yang diwajibkan melaporkan setiap transaksi keuangannya. Secara umum, tujuan dilakukannya pemberantasan tindak pidana pencucian uang yaitu karena tindak pidana ini dapat merusak stabilitas perekonomian negara dan agar orang yang melakukan atau pelaku tindak pidana Pencucian Uang tidak bisa menikmati hasil kejahatannya itu. Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Custumer) dapat diterapkan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidan pencucian uang. Dengan menerapkan prinsip mengenal nasabah ini maka setiap penyedia jasa keuangan termasuk koperasi dapat mengenali orang-orang yang akan melakukan penyertaan modal di koperasi. Sehingga ketika ada transaksi keuangan yang mencurigakan dapat segera melaporkannya.

*Mahasiswa

(4)

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat yang telah diberikan-Nya selama ini, sehingga Penulis bisa menyelesaikan karya tulis skripsi ini dengan baik dan benar.

Penulisan Skripsi yang berjudul: Kajian Yuridis terhadap Praktek Pencucian

Uang Melalui Penyertaan Modal di Koperasi adalah guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa hasil penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari para pembaca skripsi ini. Kelak dengan adanya saran dan kritik tersebut, maka penulis akan dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik dan berkualitas, baik dari segi substansi maupun dari segi cara penulisannya.

Secara khusus, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua Penulis yang telah membesarkan, mendidik, dan mendukung Penulis hingga bisa menyelesaikan pendidikan formal Strata Satu (S1) ini.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

(5)

4. Bapak OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

5. Ibu Windha, S. H., M. Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala saran dan kritik yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Ramli Siregar, S.H., M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Departemen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan dalam perkuliahan.

7. Bapak Dr.T.Keizeirina Devi.Azwar,SH.,M.Hum

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Ekonomi dan Dosen Pembimbing II. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan, kritikan, saran, bimbingan, dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Dosen Hukum Ekonomi dan Dosen Pembimbing I. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

9. Sulaiman S.H. selaku Dosen Wali. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan sejak baru menjadi mahasiswa sampai sekarang selesai menyelesaikan pendidikan.

10. Para Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh staf administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Ayah dan Ibuku tercinta, K. Sitorus dan R. Manurung, yang telah memberikan doa, cinta kasihnya, dan semangat yang tiada hentinya bagi saya.

Medan, 16 April 2014

(6)

100200032

Kastro Sitorus

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... vi

ABSTRAKSI... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... ..9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 9

D. Keaslian Penulisan... 10

E. Tinjauan Kepustakaan... 12

F. Metode Penulisan... 14

G. Sistematika Penulisan... 16

BAB II : PERATURAN PENYERTAAN MODAL DALAM KOPERASIAN DI INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. Sejarah singkat koperasi di Indonesia... 19

B. Landasan dan Asas Koperasi di Indonesia... 26

C. Bentuk dan Jenis Koperasi di Indonesia ... 31

D. Aspek Yuridis Koperasi... 32

1. Pendirian Koperasi... 32

2. Organ Koperasi... 36

3. Modal Koperasi... 42

(7)

E. Penyertaan Modal dalam Koperasi di Indonesia... 45

BAB III: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MELALUI PENYERTAAN MODAL DI KOPERASI A. Aspek Yuridis Tindak Pidana Pencucian Uang... 50

1. Pengertian tindak pidana pencucian uang... 50

2. Sejarah tindak pidana pencucian uang... 53

3. Objek tindak pidana pencucian uang... 58

4. Tujuan tindak pidana pencucian uang... 60

5. Modus operandi tindak pidana pencucian uang... 62

6. Transaksi yang mencurigakan... 70

B. Struktur Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang... 78

1. PPATK (Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan)... 89

2. Penyidikan... 91

3. Pengadilan... 91

C. Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penyertaan Modal di Koperasi ...96

1. Proses dan Modus tindak pidana pencucian uang yang dapat terjadi melalui penyertaan modal di Koperasi... 96

2. Koperasi sebagai lembaga keuangan non-lapor... 103

(8)

A. Kajian yuridis terhadap praktek pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi... 117

B. Pencegahan dan Pemberantasan tindak pidana pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi... 126

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan... 136 2. Saran... 138

(9)

ABSTRAK Kastro Sitorus*

Dr. T. Keizeirina Devi Azwar, S.H.,C.N,M.Hum** Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum***

Koperasi sebagai ekonomi kerakyatan merupakan salah satu bentuk usaha yang cukup dikenal oleh masyarakat secara luas. Koperasi banyak memberikan kontribusi perkembangan suatu Negara, terutama dalam bidang ekonomi, misalnya pemasukan Negara dalam bentuk pajak maupun devisa. Sehingga dampak koperasi tampak sangat positif. Namun disisi lain, koperasi juga tidak jarang menciptakan dampak negatif. Namun dalam prakteknya koperasi tidak dapat berjalan tanpa adanya modal yang menjadi dasar bagi koperasi untuk menjalankan usahanya. Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan non-bank juga menjadi salah satu target para pelaku kejahatan pencucian uang untuk melancarkan aksinya. Hal ini disebabkan tidak adanya kewajiban bagi koperasi sebagai usaha masyarakat menengah kebawah untuk melaporkan transaksi keuangannya. Sehingga hal ini menjadi kesempatan bagi para pelaku pencucian uang untuk menempat uang hasil kejahatan tersebut kedalam kopersai.

Pengerjaan skripsi ini menggunakan metode literature/library research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder, yang merupakan bahan hukum primer, sekunder dan tertier, yang berasal dari peraturan perundang-undangan, buku dan media-media elektroni, yaitu internet. Kemudian data-data tersebut dianalisa secara deskriptif, guna memperoleh penjelasan yang lengkap dari permasalahan yang dibahas.

Praktek pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi merupakan salah satu modus kejahatan yang sampai saat ini menjadi sarana bagi para pelaku kejahatan pencucian uang melancarkan aksinya. Mengingat bahwa koperasi sejauh ini bukanlah salah satu penyedia jasa keuangan yang diwajibkan melaporkan setiap transaksi keuangannya. Secara umum, tujuan dilakukannya pemberantasan tindak pidana pencucian uang yaitu karena tindak pidana ini dapat merusak stabilitas perekonomian negara dan agar orang yang melakukan atau pelaku tindak pidana Pencucian Uang tidak bisa menikmati hasil kejahatannya itu. Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Custumer) dapat diterapkan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidan pencucian uang. Dengan menerapkan prinsip mengenal nasabah ini maka setiap penyedia jasa keuangan termasuk koperasi dapat mengenali orang-orang yang akan melakukan penyertaan modal di koperasi. Sehingga ketika ada transaksi keuangan yang mencurigakan dapat segera melaporkannya.

*Mahasiswa

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Koperasi sebagai ekonomi kerakyatan merupakan salah satu bentuk usaha yang cukup dikenal oleh masyarakat secara luas. Dalam kenyataannya banyak bentuk badan usaha yang dikenal seperti Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perusahaan Perseorangan dan Firma. Namun, satu-satunya badan usaha yang cocok dengan jiwa gotong royang bangsa Indonesia hanya koperasi. Itu sebabnya pemerintah memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan koperasi.

Sebagai badan ekonomi rakyat, koperasi dapat didirikan oleh siapapun asalkan memiliki sifat gotong-royong dan keinginan untuk maju bersama. Dari sisi nilai investasi, modal awal pendirian koperasi tidak sebesar Perseroan Terbatas (PT). Dari segi kepemilikan, setiap orang boleh menjadi anggota koperasi dengan syarat-syarat ringan seperti simpanan pokok yang tidak memberatkan.1

Dari sudut sosial, setiap anggota koperasi biasanya sudah saling mengenal sehingga kegiatan bisnisnya dimulai dari rasa saling percaya. Dari kaca mata bisnis, koperasi memiliki peluang yang besar untuk memenangi kegiatan pengadaan barang

1

Zulkarnain Lubis, Koperasi Untuk Ekonomi Kerakyatan, (Medan: Citapustaka Media Perintis, 2008), hal. xiv

(11)

dan jasa (tender) yang diadakan oleh pemerintah karena pemerintah mestinya memberikan prioritas kepada usaha kecil menengah termasuk koperasi.2

Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanyadari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka. Koperasi merupakan Kinder Not yang maksudnya “anak yang lahir dari kesengsaraan”, hal ini mengandung arti bahwa dalam suatu masyarakat dimana para anggotanya berkeadaan ekonomi lemah, maka koperasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengatasi/menanggulangi kesulitan-kesulitan ekonominya.3

Dengan segudang kelebihan itu, tak berlebihan jika koperasi menjadi pilihan yang tepat bagi rakyat untuk berbisnis. Hal ini bisa dimulai dari pemilihan lapangan usaha yang tepat bagi koperasi. Seringkali pemilihan jenis usaha koperasi hanya terpaku pada patron yang sudah ada seperti konsumsi, simpan pinjam dan serbaguna. Padahal seiring dengan perkembangan masa, jenis usaha koperasi dapat diperluas kebidang-bidang lain seperti perhotelan dan bisnis internet beserta turunannya. Dengan demikian koperasi bisa menjadi solusi yang tidak kalah menjanjikan dibanding dengan wadah bisnis lainnya.4

Konsep koperasi adalah konsep umum di dunia. Diberbagai Negara, koperasi ini dijadikan sebagai salah satu bentuk dari suatu badan usaha yang dimiliki oleh banyak orang dengan prinsip satu orang satu suara. Malahan ide koperasi sesungguhnya berasal dari Negara Eropa. Tetapi ketika konsep koperasi ini

2

Ibid. Hal.xiv 3

Kartasapoetra, Bambang S, Setiady , Koperasi Indonesia yang Bedasarkan Pancasila & UUD 1945, (Jakarta; PT Asdi Mahasatya, 2001), hal. 1

4

(12)

diterapkan di Indonesia yang digagas oleh Bung Hatta, maka perbedaan peran koperasi Indonesia dan di Negara lain terjadi karena koperasi Indonesia dilatarbelakangi oleh kondisi kemiskinan struktural yang saat ini semakin diperparah dengan berlakunya pasar bebas. Dalam konteks tersebut diatas, maka membangun koperasi di Indonesia tidak semudah dan secepat prosesnya seperti membangun koperasi diberbagai Negara-negara di dunia.5

Percepatan proses globalisasi secara fundamental telah mengubah struktur dan pola hubungan perdagangan dan keuangan internasional. Hal ini menjadi fenomena yang penting sekaligus merupakan satu “era baru” yang ditandai dengan adanya pertumbuhan perdagangan internasioal yang tinggi, semakin besarnya perkembangan pasar modal internasional, penyebaran investasi secara langsung, dan tingginya mobilitas pemasukan modal portofolio swasta antara Negara-negara maju dan berkembang.6

Disamping itu, interaksi berskala global antara perusahaan-perusahaan multinasional melalui aliansi eksternal yang semakin beragam cakupannya, antara lain seperti : joint venture, sub-contracting, licencing dan persekutuan antar perusahaan (inter-firm agreement) lainnya menandai pola baru dari hubungan aktifitas industri internasional ( international inter-industrial linkage).

7

Apabila suatu Negara ingin masuk dan menjadi bagian dari jaringan hubungan global (global relation network) yang efisien dan berdaya saing tinggi dalam rangka memanfaatkan peluang bagi kepentingan kesejahteraan nasionalnya, maka Negara tersebut harus memenuhi tuntutan liberalisasi dan reformasi dibidang

5 Zulkarnaen lubis,

Op.Cit. hal.xviii 6

Hadi Soesatro, Aida Budiman, Ninasapti Triaswati, Armida Alisjahbana dan Ari Adiningsih (ed), Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir, Buku 5 (1997-2005) Krisis dan Pemulihan Ekonomi, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius & ISEI, 2005), hal.48.

7

(13)

ekonomi dan keuangan. Dalam lingkungan bisnis internasional yang tercipta melalui perkembangan globalisasi ini, Negara yang ingin terlibat langsung didalamnya perlu memperhatikan dan mengantisipasi dua hal pokok. Pertama, tingginya ketergantungan antar Negara-negara, dan Kedua, semakin tajamnya persaingan pasar di dunia.8

Bagi Indonesia yang sistem perekonomiannya bersifat terbuka akan lebih mudah dipengaruhi oleh prinsip-prinsip perekonomian global dan liberalisasi perdagangan tersebut. Karena perekonomian Indonesia akan berhadapan secara langsung dan terbuka lebar dengan perekonomian Negara lain, terutama melalui kerjasama ekonomi dengan mitra dagang Indonesia diluar negeri, seperti pada sektor-sektor ekspor-impor ; investasi baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung; serta pinjam-meminjam. Pengaruh dari sistem perekonomian global dan liberalisasi perdagangan ini menjadi tantangan bagi perumusan kembali kebijaksanaan nasional, bagi dunia ekonomi dan pelaku ekonomi di masa mendatang.9

Kemajuan teknologi informasi dan globalisasi mengakibatkan makin mendunianya perdagangan barang dan jasa serta arus finansial yang mengikutinya. Di satu sisi kemajuan teknologi membawa pengaruh positif dalam perkembangan bisnis, namun sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi telah menimbulkan dampak lain yaitu timbulnya kejahatan dimensi baru dengan modus operandi baru bersifat lintas Negara (transnational crime).10

8

Ibid. Hal.48

9

Nasution Bismar, Hukum Kegiatan Ekonomi. (Bandung, BooksTerrace & library Pusat Informasi Hukum Indonesia. 2009). Hlm.2.

10

(14)

Pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional merupakan hal baru dibanyak Negara termasuk Indonesia. Namun sekarang ini Indonesia merupakan “surga” baru untuk melekukan pencucian uang (money laundering). Indonesia mendapat kesan buruk dimata dunia internasional dan telah masuk barisan daftar hitam (blacklist) sebagai Non-cooperative countries and Terrories (NCCT’s) sejak tahun 2001 oleh FATF. Hal ini terjadi karena kondisi Negara Indonesia yang mendukung terjadinya tindak pidana Pencucian Uang yaitu :

a) Ketatnya ketentuan mengenai kerahasiaan bank sehingga tidak mungkin sembarang orang untuk mengetahui asal-usul uang sehingga amanlah uang tersebut dibersihkan oleh lembaga keuangan.

b) Sistem devisa bebas sehingga otoritas moneter sulit untuk mendeteksi lalu lintas modal, dana, uang, dari manapun datangnya.

c) Tidak adanya ketentuan pembatasan atau larangan kepada orang asingyang masuk kewilayah Indonesia dalam hal membawa valuta asing juga tidak adanya kewajiban pelaporannya sehingga orang bebas membawa uang keluar masuk berapapun besarnya.

d) Kebebasan yang diberikan oleh pemerintah dalam hal perpajakan yang menyangkut deposito dan simpanan, yaitu asal-usul uang tersebut tidak dapat diusut.

e) Dan ketentuan lainnya. 11

Perbuatan pencucian uang disamping sangat merugikan masyarakat, juga sangat merugikan Negara. Banyak Negara didunia sependapat bahwa pencucian uang dapat mempengaruhi atau merusak stabilitas perekonomian nasional/internasional

11

(15)

atau keuangan Negara dengan meningkatnya berbagai kejahatan. Money laundering dapat membahayakan efektivitas operasi system perekonomian dan bisa pula menimbulkan kebijakan-kebijakan ekonomi buruk. Pada ekonomi nasional, pencucian uang menyebabkan ketidakstabilan karena dapat menyebabkan nilai tukar suku bunga mengalami fluktuasi yang relative tajam.12

Selain itu, uang hasil pencucian uang dapat beralih dari suatu Negara yang perekonomiannya baik ke Negara lain dengan perekonomian yang kurang baik, sehingga pasar financial dapat hancur secara perlahan-lahan dan kepercayaan publik kepada sistem financial semakin berkurang. Keadaan seperti ini dapat mendorong kenaikan tingkat resiko dan ketidakstabilan sistem perekonomian dan pada akhirnya angka pertumbuhan ekonomi dunia semakin menurun.

13

Koperasi banyak memberikan kontribusi perkembangan suatu Negara, terutama dalam bidang ekonomi, misalnya pemasukan Negara dalam bentuk pajak maupun devisa. Sehingga dampak koperasi tampak sangat positif. Namun disisi lain, koperasi juga tidak jarang menciptakan dampak negatif. Namun dalam prakteknya koperasi tidak dapat berjalan tanpa adanya modal yang menjadi dasar bagi koperasi untuk menjalankan usahanya.

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban.14

12

Bismar nasution, Rejim Anti-Mone Laundering Di Indonesia , (Bandung: Books Terrace & Library Pusat Informasi Hukum Indonesia, 2005), hal.1.

Semakin maju peradaban manusia maka kejahatanpun berkembang bahkan lebih maju dari peradaban manusia itu sendiri. Kejahatan pencucian uang atau dalam istilah istilah Inggrisnya disebut money laudering merupakan salah satu kejahatan yang paling berkembang pesat

13 Ibid.

14

(16)

seiring dengan perdaban manusia.dampak yang ditimbulkan akibat kejahatan pencucian uang sedemikian luas dan besar, sehingga menjadikannya sebagai salah satu tantangan internasional.15

Harta kekayaan merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu organisasi kejahatan. Dengan kata lain, harta kekayaan sebagai hasil kejahatan ibarat “darah dalam satu tubuh”. Apabila harta kekayaan yang “dialirkan” melalui sistem perbankan itu diputuskan, maka organisasi kejahatan tersebut lama-kelamaan akan menjadi lemah, aktivitasnya menjadi berkurang, bahkan bisa menjadi mati. Hal inilah yang mendorong organisasi kejahatan untuk melakukan pencucian uang agar asal-usul harta kekayaan yang sangat mereka butuhkan itu sulit atau tidak dapat dilacak oleh penegak hukum.

16

Praktik kejahatan pencucian uang disamping merugikan masyarakat, juga sangat merugikan negara karena dapat mempengaruhi atau merusak stabilitas perekonomian nasional atau keuangan negara. Oleh sebab itulah upaya untuk mencegah dan memberantas praktik pencucian uang telah menjadi perhatian interasional. Berbagai upaya telah ditempuh oleh masing-masing negara untuk mencegah dan memberantas praktik pencucian uang termasuk dengan cara melakukan kerjasama internasional, baik melalui forum secara bilateral maupun multilateral.17

Para pelaku praktik pencucian uang semakin hari semakin kreatif untuk melakukan transaksi kejahatan pencucian uang. Dari sektor lembaga keuangan bank

15 Saprudin Yusup, Money Laundering(kasus L/C Fiktif BNI 1946), (Jakarta: Grafika Indah,

2006), hal 1.

16

Bismar Nasution. Op.cit. hal 138.

17

(17)

hingga sektor keuangan non bank dalam hal ini termasuk koperasi. Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan non-bank juga menjadi salah satu target para pelaku kejahatan pencucian uang untuk melancarkan aksinya. Hal ini disebabkan tidak adanya kewajiban bagi koperasi sebagai usaha masyarakat menengah kebawah untuk melaporkan transaksi keuangannya. Sehingga hal ini menjadi kesempatan bagi para pelaku pencucian uang untuk menempat uang hasil kejahatan tersebut kedalam kopersai.

Melihat hal tersebut maka sangat penting pencegahan dan pemberantasan pencucian uang yang menjadi dasar dibentuknya undang-undang yang bersifat nasional mengenai pencucian uang yaitu UU No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat satu skripsi yang berjudul “Kajian Yuridis terhadap Praktek Pencucian Uang melalui Penyertaan Modal di Koperasi” untuk melihat bagaimana peraturan perundang-undangan yang ada bekerja untuk mengatasi praktek pencucian uang melalui penyartaan modal di koperasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, penulis memilih beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas antara lain:

(18)

2. Bagaimanakah pencucian uang dapat terjadi di koperasi melalui penyertaan modal?

3. Bagaimana pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah diatas , maka tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain:

1. Mengetahui peraturan mengenai penyertaan modal dalam perkoperasian di Indonesia.

2. Mengetahui mekanisme pencucian uang yang terjadi di koperasi melalui penyertaan modal.

3. Mengetahui pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi.

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini, antara lain:

1. Secara Teoritis:

Secara teoritis skripsi ini diharapkan memberikan sumbangsih atau masukan bagi ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum pencucian uang dan hukum koperasi sekaligus memperkaya serta menambah wawasan ilmiah.

2. Secara Praktis:

(19)

perundang-undangan yang ada melihat kejahatan pencucian uang uang yang terjadi di koperasi sebagai suatu tindakan yang merugikan masyarakat secara luas. Sedangkan manfaat bagi penulis adalah untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan penulis menerapkan ilmu yang diperoleh, serta memberikan manfaat bagi setiap pihak yang berkepentingan dalam kaitannya dengan praktik pencucian uang melalui penyertaan modal dikoperasi. Juga bagi masyarat luas dapat memberikan pemahaman tentang praktik pencucian uang ini melalui penyertaan modal.

D. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul “kajian yuridis terhadap praktek pencucian uang melalui penyertaan modal dalam koperasi”, terlebih dahulu telah dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 04 januari 2014, menyatakan ada beberapa judul yang memiliki sedikit kesamaan. Adapun judul skripsi tersebut antara lain :

1. Ketentuan Pemberantasan Money Laundering dalam Penyedia Jasa Keuangan (disusun oleh Erika Asima T.F.Sitohang / 010200001)

(20)

3. Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal melalui Prinsip Mengenal Nasabah (know your customer principles) Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam No.476/BL/2009 (disusun oleh Sarah Cascarina S / 070100136)

4. Prinsip Akuntabilitas dan Transparansi Yayasan dalam Rangka Mencegah Praktik Pencucian Uang (Money Laundering) (disusun oleh Dwi Cesaria Sitorus / 080200258)

Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Sekalipun ada, hal itu adalah diluar sepengetahuan penulis dan tentu saja substansinya berbeda dengan substansi dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Oleh karena itu, penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E.Tinjauan Kepustakaan

Penulisan skripsi ini berkisar tentang Kajian Yuridis terhadap Praktek Pencucian Uang melalui Penyertaan Modal di Koperasi. Adapun tinjauan kepustakaan tentang skripsi ini adalah antara lain:

1. Pencucian Uang

“Pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini”.18

18

(21)

Pencucian uang telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Menurut Welling, “ money laudering”adalah “Money Laundering is the

process by wich one counceals the existance, illlegal source, or illegal aplication of income and than disguises that income to make it appear legitimate”.19

Dalam konteks penegakan hukum, istilah money laundering bukanlah suatu konsep yang sederhana, melainkan sangat rumit karena maslahnya begitu kompleks sehingga cukup sulit untuk merumuskan delik-delik hukumnya (kriminalisasi) secara objektif dan efektif. Hal ini tercermin dari batasan pengertiannya yang cukup banyak dan bervariasi. Batasan pengertian (definisi) yang relative tidak sama (berbeda-beda) itu juga terdapat pada Negara-negara yang sama-sama memiliki ketentuan (undang-undang) anti pencucian uang. Demikian juga halnya diantara lembaga-lembaga dan organisasi internasional yang kompeten dibidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Penegakan hukum yang banyak disorot dunia internasional yang adalah penegakan dalam tindak pidana pencucian uang (money laundering). Penanganan perkara ini dinilai masih bersifat tebang pilih, kurangnya political will dan moral hazard dari pemegang kekuasaan, serta belum ada harmonisasi dari seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uangdi Indonesia. Diakui atau tidak, pemberantasan (pencucian uang adalah suatu proses, dimana salah satu bentuknya dapat berupa sumber-sumber ilegal kemudian menyamarkan pendapatan tersebut sehingga kelihatan sebagai pendapatan yang sah).

19

(22)

tindak pidana pencucian uang menghadapi kendala baik yang bersifat teknis maupun non teknis.20

2. Penyertaan Modal

Penyertaan Modal adalah modal Koperasi yang diperoleh dari Anggota atau calon Anggota yang menyertakan sahamnya sebagai kapital atau modal koperasi. Modal penyertaan ini dapat disebut sebagai Simpanan Saham Sukarela (S3) yang tidak dapat ditarik sebelum tahun buku berakhir. Penyertaan modal disetor secara kontan sebagai modal Koperasi dan tidak mendapat Jasa Simpanan, tetapi diperlakukan sebagai pemilik saham yang akan mendapat deviden pada akhir tahun buku. Penghitungan deviden dari Modal Penyertaan sama dengan penghitungan Simpanan saham.

3. Koperasi

Defenisi Koperasi menurut Kartasapoetra adalah:

“suatu badan usaha bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang pada umunya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas adasar persamaan hak , berkewajiban melakukan sesuatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya”.21 Definisi menurut UU No. 17/2012:

“Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi

20

Halim Phatorang, Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pencucian Uang di Era Globalisasi, (Jakarta:Total Media, 2003), hlm. 4-5

21

(23)

aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi”.22

Dari beberapa pengertian diatas sehingga dapat disimpulkan, bahwa Koperasi adalah suatu perkumpulan orang orang atau badan hukum yang tujuannya untuk kesejahteraan bersama dan didalam perkumpulan tersebut mengandung azas kekeluargaan yang saling bergotong royong dan tolong menolong diantara anggota koperasi

F. Metode Penulisan

Diperlukan metode penelitian sebagai suatu tipe pemikiran secara sistematis yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian skripsi ini, yang pada akhirnya mencapai keilmiahan dari penulisan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yuridis normative yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan yang dalam hal ini anatara lain: Undang-Undang no 17 tahun 2012 tentang perkoperasian, Undang-undang no 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan penjelasan yang seteliti mungkin tentang keadaan yang menjadi objek penelitian yaitu koperasi.

Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis normative, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan

22

(24)

terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian yuridis normative menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode, baik secara komersial maupun nonkomersial.23

Data sekunder yang dipakai penulis adalah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait, antara lain:

1. Undang-Undang, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Pokok-Pokok Perkoperasian dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tenang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang 2. Peraturan-peraturan terkait Kperasi dan Tindak Pidana Pencucian Uang b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul

skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.

c. Bahan hukum tertier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini

23

(25)

3. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi pustaka (literature research) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu internet. Untuk memperoleh data dari sumber ini penulis memadukan, mengumpulkan, menafsirkan dan membandingkan buku-buku dan arti-arti yang berhubungan dengan judul skripsi “Kajian Yuridis terhadap Praktek Pencucian Uang melalui Penyertaan Modal di Koperasi”.

4. Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisisnya.24

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan dan Penyajian suatu penelitian harus terdapat keteraturan agar terciptanya karya ilmiah yang baik. Maka dari itu, penulis membagi skripsi ini dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi ini sifatnya berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.

Sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan yang semunya berkaitan dengan kajian Yuridis

24

(26)

terhadap praktek pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi.

BAB II: PERATURAN PENYERTAAN MODAL DALAM

KOPERASIAN DI INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Dalam bab ini, yang menjadi pembahasan adalah Landasan dan Asas Koperasi di Indonesia , Bentuk dan Jenis Koperasi di Indonesia. Aspek yuridis koperasi yang meliputi: Pendirian koperasi, organ koperasi, modal koperasi juga tata kelola koperasi penyertaan modal dalam koperasi di Indonesia serta bagaimana peraturan penyertaan modal dalam koperasian di indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan, Sejarah singkat koperasi di Indonesia

BAB III: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MELALUI

PENYERTAAN MODAL DI KOPERASI

Pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah Aspek Yuridis Tindak Pidana Pencucian Uang , Struktur Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang bagaimana tindak pidana pencucian uang dapat terjadi di koperasi melalui penyertaan modal.

(27)

Yang menjadi pembahasan dalam bab ini adalah kajian yuridis terhadap praktek pencucian uang melalui penyertaan modal dalam koperasi dan juga pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

(28)

BAB II

PERATURAN PENYERTAAN MODAL DALAM KOPERASIAN DI INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN F. Sejarah Singkat Koperasi di Indonesia

Sejarah perkembangan koperasi tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan perkembangan sosialisme yang merupakan antitesis dari kapitalisme yang berkembang di Eropa. Kinerja kapitalisme yang memburuk berupa terjadinya depresi ekonomi (kelangkaan barang, pengangguran yang meluas berkepajangan) mendorong munculnya dari orang-orang yang tertindas dan terpinggirkan seperti gerakan kaum buruh dan ide tentang koperasi.25

Mula-mula koperasi tumbuh pada awal abad ke 19, sebagai hasil usaha spontan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas serta akibat penderitaan sosial ekonomi yang timbul dari sistem kapitalisme. Kemudian mereka mempersatukan diri untuk menolong diri mereka sendiri, serta ikut mengembangkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.26

25

Hudiyanto Koperasi: Ideologi dan Pengelolaanya. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2002.

26

(29)

Dengan latar belakang seperti itu, tidak mengherankan jika keberadaan koperasi sangat erat kaitannya dengan perjuangan untuk mewujudkan keadilan sosial. Pada mulanya, pertumbuhan koperasi memang tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya ide-ide tentang pembaharuan masyarakat yang dipelopori oleh kaum sosialis. Hal inilah antara lain yang menyebabkan kuatnya pengaruh pemikiran-pemikiran sosialis dalam perkembangan koperasi.27

Dua alasan yang mendasari pengaruh sosialisme itu adalah sebagai berikut : Pertama, terdapatnya kesamaan motif antara gerakan koperasi dengan gerakan sosialis. Sebagai reaksi terhadap penderitaan kaum buruh dalam sistem perekonomian kapitalis, baik gerakan koperasi maupun gerakan sosialis sama-sama bermaksud membebaskan kaum buruh dari hisapan kaum kapitalis. Kedua, sebagai suatu bentuk organisasi ekonomi yang berbeda dengan bentuk organisasi ekonomi kapitalis, koperasi menawarkan kerangka dasar tatanan sosial yang berbeda dengan tatanan sosial masyarakat kapitalis. Oleh gerakan sosialis, bentuk usaha koperasi dipandang sebagai cara praktis bagi kaum buruh dan produsen kecil untuk melepaskan diri mereka dari tindasan kaum kapitalis. Sebab itu mereka sangat menganjurkan berdirinya koperasi.28

Namun dalam perkembangan selanjutnya, gerakan koperasi menemukan jalan sendiri yang berbeda dengan cara-cara dan langkah-langkah yang ditempuh oleh gerakan sosialis. Sebagai suatu gerakan, koperasi sangat menjungjung tinggi cara-cara demokratis untuk melawan kekuasaan kaum kapitalis yang menindas. Dengan sikap semacam itu, tidak mengherankan bila kemudian sistem politik demokratis. Dinegara-negara kapitalis yang demokratis , koperasi cenderung berkembang sebagai

27

Revrisond Baswir; Koperasi Indonesia. (Yogyakarta: BPFE, 2000), hal 30.

28

(30)

bentuk perusahaan alternatif yang berfungs untuk mengimbangi kelemahan bentuk-bentuk perusahaan kapitalis.29

Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia terbagi pada: (a) pada masa Belanda,

(b) pada masa Jepang,

(c) pada masa kemerdekaan, dan (d) setelah orde baru (1965). a. Masa Belanda

Koperasi pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Raden Aria Wiraatmaja, seorang Patih di Purwokerto dengan mendirikan bank yang dikhususkan untuk menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh para rentenir. Badan usaha yang dibentuk adalah Bank Penolong dan Tabungan (Hulp en Spaarbank). Koperasi yang pada awalnya hanya diperuntukkan bagi pegawai rendahan kemudian berkembang kearah koperasi untuk sektor pertanian (Hulp spar en Landbouwcredit Bank).30

Pada zaman Belanda perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan, terutama ekonomi dari penduduk pribumi. Hal ini bisa dikaitkan dengan penggolongan dan diskriminasi penduduk Indonesia kedalam penduduk golongan Eropa dan Timur Asing (India, Cina) disatu pihak dengan penduduk pribumi dipihak lain. Dalam keadaan diperlakukan secara berbeda maka muncul gerakan-gerakan politik seperti Boedi Oetomo (1908), Serikat Dagang Islam (1911), Muhammadiyah

29

Ibid. hal 32

30

(31)

(1912), Partai Nasional Indonesia (1927) yang mencoba menggerakkan semangat nasionalisme.31

Sejalan dengan itu lalu muncul gerakan koperasi, misalnya dengan munculnya keputusan raja tanggal 7 April 1915 berkaitan dengan berlakunya peraturan mengenai koperasi (Verorderning op de Cooperatieve Vereeniging) yang berlaku baik bagi penduduk Eropa, Timur Asing maupun pribumi. Namun demikian karena peraturan itu merupakan terjemahan dari peraturan koperasi di belanda, maka koperasi seakan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda dan Cina. Hal ini mengingat dalam pendirian koperasi disyaratkan beberapa hal yang tidak bisa dipenuhi oleh penduduk pribumi yaitu (1) akte pendirian harus dibuat dengan perantaraan notaris yang tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit; (2) biaya materai sekurang-kurangnya 50 gulden, dan (3) hak atas tanah harus diatur menurut aturan hukum eropa.32

Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan (politik) yang cukup kuat karena memiliki cantolan konstitusional, yaitu berpegang pada Pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah Koperasi. Tafsiran itu sering pula dikemukakan oleh Mohammad Hatta, yang sering disebut sebagai perumus pasal tersebut.33

31

Ibid. hal 47.

32

Soeharto Djojosoempeno, Pola Koperasi Indonesia dan Perkembangannya, (Jogja :Sinar Asia, 1964), hal 48.

33

(32)

Pada penjelasan konstitusi tersebut juga dikatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia didasarkan pada asas demokrasi ekonomi, di mana produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya dapat ditafsirkan sebagai koperasi.Dalam wacana sistem ekonomi dunia, koperasi disebut juga sebagai the third way, atau jalan ketiga, istilah yang akhir-akhir ini dipopulerkan oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai jalan tengah antara kapitalisme dan sosialisme.Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Ia mendirikan Koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. R. Aria Wiriatmadja atau Tirto Adisuryo, yang kemudian dibantu pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah.34

Seorang pejabat pemerintah Belanda, yang kemudian menjadi sarjana ekonomi, Booke, juga menaruh perhatian terhadap koperasi. Atas dasar tesisnya, tentang dualisme sosial budaya masyarakat Indonesia antara sektor modern dan sektor tradisional, ia berkesimpulan bahwa sistem usaha koperasi lebih cocok bagi kaum pribumi daripada bentuk badan-badan usaha kapitalis. Pandangan ini agaknya disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga pemerintah kolonial itu mengadopsi kebijakan pembinaan koperasi. Meski koperasi tersebut berkembang pesat hingga tahun 1933-an, pemerintah Kolonial Belanda khawatir Koperasi akan dijadikan tempat pusat perlawanan, namun koperasi menjamur kembali hingga pada masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan.35

b. Zaman Jepang

34 Ibid. 35

(33)

Pendudukan Jepang menggantikan Belanda di Indonesia mengubah banyak hal. Susunan dan tata pemerintahan di daerah bekas belanda diatur menurut kebutuhan perang, dan tidak lagi merupakan suatu daerah pemerintahan . pemerintah mengeluarkan undang-undang no 23 tahun 1942 yang antara lain menentukan bahwa untuk mendirikan perkumpulan dang mengadakan rapat harus minta ijin terlebih dahulu pada syuutjokan (residen). Dengan undang-undang maka koperasi praktis tidak memiliki ruang gerak.36

c. Zaman awal Kemerdekaan

Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa indonesia membawa arah baru bagi pengembangan koperasi dengan dicantumkannya usaha koperasi dalam pasal 33 UUD 1945. Disebutkan bahwa perekonomian Indonesia disusun berdasarkan asas kekeluargaan. Sebagaimana diuraikan dalam penjelasan pasal 33, bangun usaha yang cocok dengan ayat itu adalah koperasi. Agar pengembangan koperasi bisa lebih sejalan dengan pasal 33 akhirnya dilakukan reorganisasi dimana jawatan (departemen) yang mengurusi koperasi dipisahkan dari jawatan koperasi dan perdagangan dalam negeri. Urusan koperasi diserahkan sepenuhnya kepada jawatan koperasi.37

Akhir tahun 1958 dikeluarkan undang-undang tentang perkoperasian dengan mendasarkan diri kepada UUD sementara pasal 38. Karena masih mengacu pada pasal 38 UUD Sementara maka sering dikatakan bahwa jiwa dari Undang-undang

36

Hudiyanto, op.cit. hal 49 37

(34)

tentang koperasi itu dianggap bertolak belakang, sehingga koperasi yang berdiri merupakan koperasi yang masih bersemangat liberal dan setengah revolusioner.38

d. Zaman Orde Baru

Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Bung Hatta meneruskan tradisi pemikiran ekonomi sebelumnya. Ketertarikannya kepada sistem koperasi agaknya adalah karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Walaupun ia sering mengaitkan koperasi dengan nilai dan lembaga tradisional gotong-royong, namun persepsinya tentang koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia pernah juga membedakan antara koperasi sosial yang berdasarkan asas gotong royong, dengan koperasi ekonomi yang berdasarkan asas-asas ekonomi pasar yang rasional dan kompetitif. Bagi Bung Hatta, koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Karena itu koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi.39

Menurut Bung Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, ini tidak berarti, bahwa koperasi itu identik dengan usaha

38 Soeharto Djojosoempeno, Pola Koperasi Indonesia dan Perkembangannya, (Jogja, Sinar

Asia, 1964), hal.30

(35)

skala kecil. Koperasi bisa pula membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari anggotanya, baik anggota koperasi primer maupun anggota koperasi sekunder. Contohnya adalah industri tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) dan berbagai Koperasi batik primer.Karena kedudukannya yang cukup kuat dalam konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan dan program pembinaan koperasi. Semua partai politik, dari dulu hingga kini, dari Masyumi hingga PKI, mencantumkan koperasi sebagai program utama. Hanya saja kantor menteri negara dan departemen koperasi baru lahir di masa Orde Baru pada akhir dasarwarsa 1970-an. Karena itu, gagasan sekarang untuk menghapuskan departemen koperasi dan pembinaan usaha kecil dan menengah, bukan hal yang mengejutkan, karena sebelum Orde Baru tidak dikenal kantor menteri negara atau departemen koperasi. Bahkan, kabinet-kabinet yang dipimpin oleh Bung Hatta sendiri pun tidak ada departemen atau menteri negara yang khusus membina Koperasi.

G.Landasan dan Asas Koperasi di Indonesia

(36)

cepat daripada perubahan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat sehingga koperasi dalam kenyataannya belum berkembang secepat yang diinginkan meskipun memiliki landasan hukum yang kuat.

Tentang landasan-landasan koperasi dapat terbagi atas : landasan idiil, landasan struktural dan gerak, serta landasan mental.

1. Landasan idiil koperasi Indonesia

The equitable pioneers of Rochdale, sebagai para pelopor yang tulus iklas melaksanakan cita-cita berkoperasi di Inggris (Rochdale), yang telah berhasil dalam perjuangannya berkoperasi, mempunyai cita-cita yang luhur yaitu menjadikan badan koperasi yang bertujuan untuk mengubah perbaikan ekonomi dan perbaikan hidup di dunia.40

Yang dimaksud landasan idiil koperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita koperasi. Koperasi sebagai sekumpulan sekelompok orang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Gerakan koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh UUD 19945 akan bertujuaan untuk mencapai kesejahteraan adil dan makmur. Jadi tujuannya sama dengan apa yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa indonesia, karena itu landasan idiil Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila. Karenanya maka Pancasila dengan kelima silanya yaitu:

a) Ketuhanan Yang Maha Esa

b) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab c) Persatuan Indonesia

40

(37)

d) Kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus dijadikan dasar atau landasan serta dilaksanakan dalam kehidupan berkoperasi, karena sila-sila tersebut memang menjadi sifat dan tujuan koperasi dan selamanya merupakan aspirasi anggota-anggota koperasi. Karena pancasila memang menjadi falsafah negara dan bangsa Indonesia.

2. Landasan Strukturil Koperasi Indonesia

Yang dimaksud dengan landasan Strukturil Koperasi adalah tempat berpijak koperasi dalam susunan hidup bermasyarakat. Tata kehidupan didalam suatu negara diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa dan karena kopreasi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satu bagian yang penting adalah kehidupan ekonomi yaitu segala kegiata dan usaha untuk mengatur dan mencapai atau memenuhi kebutuhan dan keperluan hidup. Segala kegiatan dan usaha ini uga telah diatur dalam UUD 1945 pada Pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “ perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dan didalam penjelasan Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa bangun usaha yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Dengan demikian koperasi merupakan perwujudan dari Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 tersebut.

(38)

berdasarkan dan bertitik tolak dari jiwa Pasal 33 ayat 1 UUD 1945. Di dalam Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 ini hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok perekonomian, oleh karena itu, maka koperasi masih perlu diatur secara khusus dalam suatu bentuk Undang-Undang Koperasi.

3. Landasan Mental Koperasi Indonesia

Landasan Mental Koperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi. Rasa setia telah ada sejak dulu dan merupakan sifat asli bangsa Indonesia. Sifat ini tercermin dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku yang nyata sebagai kegiatan gotong-royong. Tetapi landasan setia kawan saja hanya dapat memelihara persekutuan dalam masyarakat yang statis bukan dinamis dan karenanya tidak dapat mendorong kemajuan. Oleh sebab itu rasa setia kawan haruslah disertai dengan kesadaran akan harga diri berpribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menaikkan derajat penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam koperasi harus tergabung kedua landasan mental diatas, yaitu setia kawan dan kesadaran berpribadi sebagai dua unsur yang dorong- mendorong, hidup menghidupi dan awas-mengawasi.41

Koperasi sudah ada sejak zaman kemerdekaan, hadirnya koperasi memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi bangsa indonesia hingga saat ini. Asas koperasi bangsa indonesia disukai oleh sebagian besar masyarakat karena dianggap bisa memberikan manfaat yang besar terhadap pembangunan nasional. Pada awalnya, koperasi digunakan leh para penjajah dinegeri ini dalam rangka memeras keringat rakyat dengan sistem rentenir atau riba.

41

(39)

Para penjajahlah yang berperan aktif dalam mempopulerkan koperasi. Masyarakat yang mengaambil pinjaman dikoperasi akan dijebak sehingga seluruh harta kekayaanya lenyap. Setelah Indonesia meraih kemerdekaan dari penjajah Jepang dan mengusir tentara sekutu, diselenggarakan kongres koperasi pertama di Tasikmalaya pada tanggal 12 Juli 1947, perhelatan besar ini ditujukan untuk membangkitkan gerakan koperasi ditanah air. Dan sampai sekarang, tanggal 12 Juli menjadi momentum peringatan Hari Koperasi Indonesia.

Asas koperasi Indonesia adalah kekeluargaan dan gotong royong. Asas ini digunakan sebagai patokan dan tolak ukur dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Dasar kekeluargaan dan gotong royong adalah buah hasil pikiran manusia yang ingin meraih kebaikan dan manfaat bersama. Pengertian asas koperasi di negeri ini sangat cocok dengan sistem pemerintahan demokrasi dan demokrasi ekonomi.

Logo atau lambang koperasi bisa menjelaskan asas atau dasar koperasi. Berikut ini adalah penjelasan detail mengenai hal tersebut.42

1. Rantai

Gamabar rantai diibaratkan sebagai persahabatan yang erat. Koperasi tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak ada persahabatan yang harmonis diantara para anggota.

2. Roda Bergigi

Gambar roda bergigi diartikan sebagai asas koperasi kerja keras untuk meraih kesuksesan bersama. Kerja keras adalah hal lumrah dilakukan setiap pekerja dan karyawan serta pengusaha. Organisasi ekonomi koperasi harus selalu bekerja tanpa lelah untuk meraih impian bersama.

42

(40)

3. Padi dan Kapas

Padi dan kapas memberikan arti bahwa kemakmuran rakyat adalah hal yang harus diwujudkan oleh koperasi. Koperasi adalah badan keuangan masyarakat yang tdak boleh mengutamakan asas keuntungan semata.

4. Timbangan. Timbangan ini melambangkan asas koperasi keadilan sosial harus selalu dipegang oleh seluruh anggota dan pengurus koperasi. Pembagian SHU harus dilakukan secara adil dan merata.43

H. Bentuk dan Jenis Koperasi di Indonesia.

Jenis koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian terdiri dari:44

a. Koperasi konsumen; b. Koperasi produsen; c. Koperasi jasa;

d. Koperasi simpan pinjam.

Dalam pasa 84 undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Koperasi konsumen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang penyediaan barang kebutuhan Anggota dan non-Anggota. Koperasi produsen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan Anggota kepada Anggota dan non-Anggota. Koperasi jasa menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non-simpan pinjam yang diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota dan Koperasi Simpan Pinjam

43

Penjelasan asas Koperasi di Indonesia.

44

(41)

menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha yang melayani Anggota.

Koperasi Konsumsi berusaha untuk menyediadakan barang-barang yang dibutuhkan para anggotanya, baik barang-barang keperluan sehari-hari maupun barang-barang kebutuhan sekunder yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya, dalam arti dapat dijangkau oleh daya belinya. Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Kredit yang berusaha untuk mencegah para anggotanya terlibat dalam jeratan hukum lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang atau barang keperluan hidupnya, dengan jalan menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang atau barang dengan bunga yang serendah-rendahnya. Koperasi Produksi yang berusaha untuk menggiatkan para anggotanya dalam menghasilkan produk tertentu yang biasa diprodusirnya serta sekaligus mengkoordinir pemasarannya, dengan demikian para produsen akan memperoleh kesamaan harga yang wajar/layak dan mudah memasarkannya.45

Bentuk – Bentuk Koperasi dalam Undang-undang No.12 tahun 1967 tentang

Pokok-pokok perkoperasian masih mengaitkan bentuk-bentuk koperasi itu dengan

wilayah administrasi pemerintahan (pasal 16) tetapi tidak secara ekspresif

mengatakan bahwa koperasi pusat harus berada di IbuKota Kabupaten dan Koperasi

Gabungan harus berada ditingkat Propinsi.

Pasal 16 butir (1) Undang0undang No.12/1967 hanya mengatakan: daerah

kerja koperasi Indonesia pada dasarnya, didasarkan pada kesatuan wilayah

administrasi Pemerintahan dengan memperhatikan kepentingan ekonomi.46

I. Aspek Yuridis Koperasi 45

Kartasapoetra, Op.Cit. hal 133 46

(42)

5. Pendirian Koperasi

Sebagai organisasi ekonomi yang bertujuan memperjuangkan kepentingan ekonomi para anggotanya, serta masyarakat pada umumnya, kehadiran koperasi terutama sangat dibutuhkan oleh masyarakat golongan ekonomi lemah. Tapi bila diperhatikan kenyataan yang terdapat dilapangan, justru masyarakat golongan ekonomi lemah inilah yang masih banyak belum memahami pentingnya arti koperasi bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka. Mereka masih cenderung memandang koperasi sebagai sebuah organisasi ekonomi yang hanyaa bermanfaat bagi golongan masyarakat tertentu saja. Bahkan tidak jarang mereka menolak kehadiran koperasi sebagai lembaga ekonomi alternatif yang dapat meningkatkan harkat dan martabat kehidupan mereka.47

Bertolak dari kenyataan itu dapat dilihat betapa besarnya tugas yang dipikul oleh koperasi untuk menumbuhkan pengertian dan kepercayaan masyarakat terhadap arti pentingnya koperasi. Padahal masyarakat baru akan menerima dan berusaha mendirikan koperasi bila mereka telah memiliki pengertian yang jelas mengenai lembaga ini. Dengan demikian, agar masyarakat terdorong untuk mendirikan koperasi, kepada mereka perlu ditanamkan pengertian dan kegunaan koperasi, baik bagi perwujudan perekonomian nasional yang berasas kekeluargaan padaa umumnya maupun bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat golongan ekonomi lemah pada khususnya.48

Secara jelas, pendirian koperasi diatur di dalam pasal 7-15 UU No 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian. Dalam pasal 7 dikatakan bahwa koperasi primer didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan memisahkan

47

Baswir Revrisond. Op.cit hal 109

(43)

sebagian kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal koperasi, sedangkan koperasi sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) koperasi primer.49

Didalam undang-undang ini juga dijelaskan bahwa koperasi Koperasi mempunyai tempat kedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditentukan dalam Anggaran Dasar. Wilayah keanggotaan Koperasi ditentukan dalam Anggaran Dasar. Tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus merupakan kantor pusat Koperasi. Koperasi mempunyai alamat lengkap di tempat kedudukannya. Dalam semua surat menyurat, pengumuman yang diterbitkan oleh Koperasi, barang cetakan, dan akta dalam hal Koperasi menjadi pihak harus disebutkan nama dan alamat lengkap Koperasi.

Adapun akta pendirian koperasi tersebut harus memuat anggaran dasar dan keterangan yang berkaitan dengan pendirian koperasi. Keterangan yang dimaksud adalah:nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan pekerjaan pendiri perseorangan atau nama, tempat kedudukan, dan alamat lengkap, serta nomor dan tanggal pengesahan badan hukum Koperasi pendiri bagi Koperasi Sekunder; dan susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan pekerjaan Pengawas dan Pengurus yang pertama kali diangkat. Dalam pembuatan Akta Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seorang pendiri dapat diwakili oleh pendiri lain berdasarkan surat kuasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Permohonan Akta Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis oleh para pendiri secara bersama-sama atau kuasanya kepada Menteri untuk mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum. Ketentuan mengenai tata cara dan persyaratan permohonan pengesahan Koperasi

49

(44)

sebagai badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.

Sebelum mendirikan koperasi terdapat beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh para pemrakarsa pendirian Koperasi yaitu:

(1) . Tidak ada manfaatnya mendirikan koperasi jika para pendiri koperasi tidak mengetahui persoalan-persoalan pokok tentang koperasi pada umumnya. Perlu diketahui bahwa sebuah koperasi yang gagal dan bubar akan memberi pengaruh yang lebih buruk daripada koperasi yang tidak penah berdiri sama sekali.

(2) . Walaupun koperasi dimulai dengan 20 orang, namun harus diusahakan sedemikian rupa sehingga koperasi itu dapat menerima anggota-anggota baru secara sukarela dan terbuka. Bahkan harus disadari sepenuhnya bahwa pertambahan anggota adalah sumber kekuatan koperasi untuk berkembang lebih lanjut.

(3) . Koperasi tidak mungkin dapat mencapai tujuannya dalam jangka pendek, melainkan memerlukan waktu yang cukup lama. Sebab itu, upaya mengembangkan koperasi menuntut adanya ketekunan dan kesabaran.

(45)

pembinaan, permodalan serta bantuan teknis lainnya, akan makin berkurang jumlahnya.50

Untuk mendirikan koperasi langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:

1. Mengadakan pertemuan pendahuluan diantara orang-orang yang ingin mendirikan koperasi;

2. Mengadakan penelitian mengenai lingkungan daerah kerja koperasi;

3. Mengadakan hubungan dengan kantor koperasi setempat; 4. Membentuk panitia pendirian koperasi yang bertugas

memepersiapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; 5. Mengadakan rapat pembentukan koperasi. Hal-hal yang

harus dilakukan dalam rapat pembentukan koperasi ini adalah:

a) Memilih pengurus; b) Memilih pengawas;

c) Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; 6. mengajukan permohonan status badan hukum koperasi

dengan melampirkan petikan berita acara rapat pembentukan koperasi serta daftar nama anggota pengurus dan pengawas.51 6. Organ Koperasi

Organ koperasi ada 3 yaitu: 1. Rapat Anggota

50 Ibid.

(46)

Rapat anggota merupakan suatu kesempatan bagi pengurus untuk melaporkan keada para anggota tentang kegiata-kegiatan selama tahun yang lalu. Bersama-sama dengan anggota menelaah rencana kerja tahun mendatang untuk meningkatkan kemajuan usaha koperasi.52

Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi di tata kehidupan koperasi yang berarti berbagai persoalan mengenai suatu koperasi hanya ditetapkan dalam rapat anggota. Di sini para anggota dapat berbicara, memberikan usul dan pertimbangan, menyetujui suatu usul atau menolaknya, serta memberikan himbauan atau masukan yang berkenaan dengan koperasi. Oleh karena jumlah siswa terlalu banyak, maka dapat melalui perwakilan atau utusan dari kelas-kelas. Rapat Anggota Tahunan (RAT) diadakan paling sedikit sekali dalam setahun, ada pula yang mengadakan dua kali dalam satu tahun, yaitu satu kali untuk menyusun rencana kerja tahun yang akan dan yang kedua untuk membahas kebijakan pengurus selama tahun yang lampau. Agar rapat anggota tahunan tidak mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka rapat dapat diadakan pada masa liburan tahunan atau liburan semester. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi sekolah, rapat anggota mempunyai wewenang yang cukup besar.

Dalam pasal 33 UU No.17 tahun 2012, dikatakan bahwa yang menjadi wewenang Rapat Anggota adalah:

a. menetapkan kebijakan umum Koperasi; b. mengubah Anggaran Dasar;

c. memilih, mengangkat, dan memberhentikan Pengawas dan Pengurus;

52

(47)

d. menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi;

e. menetapkan batas maksimum Pinjaman yang dapat dilakukan oleh Pengurus untuk dan atas nama Koperasi;

f. meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengawas dan Pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing; g. menetapkan pembagian Selisih Hasil Usaha;

h. memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran Koperasi; dan

i. menetapkan keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh Undang-Undang ini.

(48)

Penyelenggara rapat anggota yang dianggap sah adalah jika koperasi yang menghadiri rapat telah melebihi jumlah minimal (kuorum). Kuorum rapat anggota meliputi setengah anggota ditambah satu (lebih dari 50%). Jika tidak, maka keputusan yang diambil dianggap tidak sah dan tidak mengikat.

Hal yang dibicarakan rapat anggota tahunan

1. Penilaian kebijaksanaan pengurus selama tahun buku yang lampau. 2. Neraca tahunan dan perhitungan laba rugi.

3. Penilaian laporan pengawas 4. Menetapkan pembagian SHU 5. Pemilihan pengurus dan pengawas

6. Rencana kerja dan rencana anggaran belanja tahun selanjutnya 7. Masalah-masalah yang timbul.53

2. pengurus

Dalam Pasal 55 UU No.17 tahun 2012 tentang Pokok-Pokok perkoperasian dikatakan bahwa:

1. Pengurus dipilih dari orang perseorangan, baik Anggota maupun non-Anggota.

2. Orang perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:

a. mampu melaksanakan perbuatan hukum;

53

Diakses dari

(49)

b. memiliki kemampuan mengelola usaha Koperasi;

c. tidak pernah menjadi Pengawas atau Pengurus suatu Koperasi atau komisaris atau direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan Koperasi atau perusahaan itu dinyatakan pailit; dan

d. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan korporasi, keuangan negara, dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.

3. Persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi Pengurus diatur dalam Anggaran Dasar.

Pengurus koperasi dipilih dari kalangan dan oleh anggota dalam suatu rapat anggota.54 Ada kalanya rapat anggota tersebut tidak berhasil memilih seluruh anggota Pengurus dari kalangan anggota sendiri.55 Hal demikian umpamanya terjadi jika calon-calon yang berasal dari kalangan-kalangan anggota sendiri tidak memiliki kesanggupan yang diperlukan untuk memimpin koperasi yang bersangkutan, sedangkan ternyata bahwa yang dapat memenuhi syarat-syarat ialah mereka yang bukan anggota atau belum anggota koperasi (mungkin sudah turut dilayani oleh koperasi akan tetapi resminya belum meminta menjadi anggota).56

3. pengawas

Pengawasan dalam koperasi telah secara jelas diatur di dalam pasal 96 dan pasal 97 UU No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian. Dalam pasal 96 dikatakan

54

Djazh, Dahlan Pengetahuan Koprasi (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1980) hal. 162,163

55 Ibid.

(50)

bahwa pengawasan terhadap Koperasi wajib dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan para pihak terhadap koperasi. Pengawasan terhadap Koperasi sebagaimana dimaksud dilakukan oleh Menteri.

Dalam Pasal 97 Undang-Undang tersebut dikatakan bahwa:

(1) . Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 dilakukan melalui pelaporan, pemantauan, dan evaluasi terhadap Koperasi.

(2) . Kegiatan pengawasan melalui pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara:

a. meneliti laporan pertanggungjawaban tahunan, dokumen-dokumen, dan keputusan-keputusan Rapat Anggota;

b. meminta untuk hadir dalam Rapat Anggota; dan/atau

c. memanggil Pengurus untuk diminta keterangan mengenai perkembangan Koperasi.

(3) . Kegiatan pengawasan melalui pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengamati dan memeriksa laporan.

(4) . Apabila dari hasil pemantauan dan evaluasi terbukti terjadi penyimpangan, Menteri wajib mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

(51)

Setelah rapat anggota menetapkan kebijakan-kebijakan yang harus dijalankan oleh pengurus dapat mengangkat sejumlah pegawai untuk membantu pelaksanaan tugas-tugas tersebut. Walaupun demikian, hal itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk mampengurangi tanggung jawab pengurus. Disamping itu, pengawas jua berfungsi embuat laporan tertulis mengenai hasil pengawasan yang telah dilakukan dan menyampaikan kepada rapat anggota. Sebagai pertanggung jawaban atas pelaksaan tugasnya, pengawas wajib membuat dan menyampaikan laporan tertulis mengenai hasil pengawasannya kepada rapat anggota. Dalam melaksanakan pengawasan berlaku ketentuan bahwa pengawas harus dapat menjamin kerahasiaan hasil pengawasnnya terhadap pihak ketiga. Sesuai dengan funsinya maka anggota-anggota yang menjadi sebagai pengawas harus mempunyai pengalaman dibidang organisasi dan usaha koperasi.

7. Modal Koperasi

Dalam pasal 66 ayat 1 UU NO.17/2012 tentang perkoperasian di katakan bahwa:

(1) Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai modal awal.

(2) Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) modal Koperasi dapat berasal dari:

a. Hibah;

b. Modal Penyertaan;

c. modal pinjaman yang berasal dari: 1. Anggota;

(52)

3. bank dan lembaga keuangan lainnya;

4. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau 5. Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

dan/atau

d. sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

Setoran Pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh seseorang pada saat yang bersangkutan mengajukan permohonan keanggotaan Koperasi Maju. Setoran Pokok merupakan sarana hak suara Anggota di Rapat Anggota Koperasi Maju.

Setoran Pokok dibayarkan oleh Anggota pada saat yang bersangkutan mengajukan permohonan sebagai Anggota dan tidak dapat dikembalikan. Setoran Pokok harus telah disetor penuh dengan bukti penyetoran yang sah. Dan Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara penetapan Setoran Pokok pada suatu Koperasi diatur dalam Anggaran Dasar.57

Sertifikat Modal Koperasi (SMK) adalah bukti penyertaan Anggota dalam modal Koperasi Maju. SMK merupakan sarana untuk perhitungan Selisih Hasil Usaha yang akan diterima oleh Anggota.

8. Tata Kelola Koperasi

Good governance cooperative merupakan implementasi konsep good corporate governance yang ditengarai sebagai satu inovasi di bidang organisasi dan

57

(53)

manajemen. Konsep inti tata kelola yang baik, mengarahkan suatu organisasi, terkelola dengan baik dan sehat sehingga menjamin terciptanya efisiensi, efektifitas untuk pencapaian tujuan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sebagai suatu konsep dan inovasi yang berlaku universal, maka valid untuk diterapkan pada koperasi sebagai good governance cooperative.58

Tata kelola yang baik secara konsepsional telah lengkap, yang menjelaskan mengapa, apa, bagaimana, dimana dan kapan diterapkan. Dengan cara pikir yang sama, maka penerapan tata kelola yang baik pada koperasi, juga menjawab dan menjelaskan mengapa, apa, bagaimana, dimana dan kapan good governance cooperative ini diterapkan pada koperasi. Penerapan good governance cooperative memberi manfaat dan nilai tambah bagi koperasi.59

Koperasi menjadi organisasi yang terkelola dengan baik dan sehat, mencapai efisiensi dan efektivitas untuk meraih tujuannya, serta menjaga kesinambungan kemajuan koperasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Untuk meraih manfaat dan nilai tambah itu, koperasi perlu melakukan penataan dan perubahan di internal koperasi. Urut pertama, tentu komitmen para pengambil keputusan di internal koperasi untuk, untuk mengembangkan good governance cooperative. Urut kedua dan berikut, yaitu menyempurnakan kembali isi dan kualitas anggaran dasar, anggaran rumah tangga atau peraturan khusus untuk memenuhi kriteria yang dipersyaratkan dalam good governance cooperative. Aturan dan ketentuan internal

58

Prijambodo , tata kelola yang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan tidak adannya pedoman yang menjadi acuan dalam pengawasan pembangunan gedung sekolah pada Dinas X, diindikasikan menjadi maslah yang sangat signifikan dalam

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1) Mengingat kredit macet di PD. BPR BKK

Kontrak Pekerjaan Yang Sedang Dilaksanakan (jika ada) Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima

BTKLPP Medan merupakan Unit Pelaksanaan Unit (UPT) bidang teknik kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular adalah unit pelaksanaan teknik di lingkungan

Laporan Akhir dengan judul ” Isolasi Antosianin Alami dari Buah Senduduk Bulu ( Clidemia hirta (L) D.Don) dengan Teknik Maserasi sebagai Produk Pewarna.. Makanan ” merupakan

Tolong katakan kepada saya, untuk beragam aspek dalam proses pemilu yang akan saya bacakan berikut ini, apakah Ibu/Bapak merasa telah mendapatkan informasi yang cukup atau

Untuk mengecek keseimbangan tanda kurung, maka dapat memanfaatkan struktur data STACK, dimana jika program melihat ada identifier '(', maka program akan memanggil prosedur PUSH

Pengujian hipotesis minor 2 (H0 2 ) yaitu pengujian kelas eksperimen 2 dengan kelas control, nilai F yang diperoleh dari perhitungan (F-hitung = 6.48) lebih