• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

4.5. PELAKSANAAN FOCUSSED GROUP DISCUSSION

Untuk mendapatkan data dan informasi secara langsung dari para stakeholders yang terlibat, baik dari sisi Pemerintah, pihak industri dalam hal ini produsen semen nasional, maupun pengguna produk yang diwakili oleh asosiasi bidang konstruksi, maka dilaksanakan kegiatan focus group discussion (FGD). Tujuannya adalah untuk menggali berbagai hal yang terkait dengan permasalahan rantai pasok semen di daerah dari aspek produksi, konsumsi, distribusi, dan kondisi infrastruktur pendukung kegiatan rantai pasok semen.

yang terkait (stakeholders) tersebut untuk mengatasi memahami permasalahan yang terkait dengan penyelenggaraan rantai pasok dan permintaan akan komoditas semen nasional untuk mendukung kegiatan pembangunan infrastruktur yang berlangsung selama ini. Mengingat bahwa, ke depan, Pemerintah telah mencanangkan program akselerasi pembangunan infrastruktur yang berbasis pada potensi wilayah yang membutuhkan dukungan kepastian jaminan pasokan material atau komoditas semen nasional sebagai salah satu komponen material pokok selain baja.

Beberapa hal pokok atau point penting yang telah didiskusikan dalam kegiatan FGD tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.10.

Butir-butir Masukan Stakeholders dalam Kegiatan FGD Rantai Pasok Semen

No Stakeholders Butir Masukan

A Pihak PEMERINTAH

1. Pusat Pembinaan Sumber Daya

Investasi, Kementerian Pekerjaan Umum

Semen merupakan komoditas strategis dalam pembangunan nasional.

Masih terdapat “gap” atau disparitas harga produk di tingkat konsumen, terutama diwilayah Indonesia bagian timur.

Apakah semen berpotensi sebagai pengganti material konstruksi jalan (aspal), terutama pada daerah-daerah yang secara geografis/geologis lebih efektif menggunakan semen.

Pemerintah mendorong produk semen yang ramah lingkungan, saat ini terdapat 2 (dua) jenis produk semen yaitu: PPC dan PCC.

Terkait dengan proram akselerasi pembangunan infrastruktur secara nasional, Pemerintah memerlukan kepastian jaminan pasokan material semen untuk mendukung keberhasilan implementasinya ke depan, khususnya dalam konteks implementasi kebijakan MP3EI.

Pihak industri diharapkan dapat memprediksi kapan kapasitas produksi perlu untuk ditingkatkan guna mengantisipasi permintaan di masa-masa mendatang.

Pusbin PU telah mengindikasikan kebutuhan semen dalam kerangka RPJMN-2 dan MP3EI yang dapat diakses secara on-line.

Perlu dikaji isu-isu perubahan iklim terkait dengan pengembangan industri semen nasional ke depan.

B Pihak ASOSIASI

pendistribusian dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana pengangkutan, dalam hal ini kapal laut (sarana) dan fasilitas bongkar muat di sisi pelabuhan.

Ketidakefisienan dikarenakan sisi transportasi telah meningkatkan harga akhir produk di tangan konsumen. Transport cost kurang lebih mencapai 21% dari harga akhir produk.

Angkutan semen menggunakan sarana truk dipandang lebih fleksibel dibandingkan KA, seperti kasus yang terjadi di Palembang.

Upaya peningkatan efisiensi yang dilakukan oleh industri antara lain:

o Mendirikan packing plant di daerah-daerah lokasi pemasaran yang saat ini memiliki keterbatasan sarana prasarana pendistribusian.

o Shifting dari zak ke bentuk curah (bulk) terutama untuk memenuhi pasokan semen bagi proyek skala besar.

o Penggunaan semen ready mix dapat membantu produsen dalam menekan biaya produksi. Konsumsi semen di wilayah KTI masih relatif rendah dibandingkan daerah-daerah di wilayah

Indonesia bagian barat (KBI). Diharapkan ke depan, permintaan semen di wilayah KTI mampu menyerap 400 ton per hari.

Trend kebutuhan/konsumsi semen hingga 2015 sebesar 8%/tahun, sementara pasca 2015 diperkirakan naik hingga 10%/tahun.

Import semen saat ini dilakukan dalam bentuk bulk atau curah, sementara packaging dilakukan di Indonesia.

2. Gabungan Pelaksana

Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI)

Semen diperlukan “kapan” dan “di mana” saja dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat (konsumen).

Saat ini, perolehan/pembelian produk semen dipersyaratkan harus melalui retail terdekat, yang pada umumnya harga produk di level konsumen sudah naik. Misalnya dari harga standard sebesar 50 ribu

rupiah menjadi 58 ribu rupiah karena adanya biaya tambahan yaitu transport cost.

C Pihak SWASTA

1. PELINDO-II, Jakarta Jadwal pengiriman semen ke pelabuhan Tanjung Priok masih banyak yang tidak sesuai dengan rencana/bahkan kadang tidak direncanakan, sehingga hal ini membawa implikasi terhadap layanan angkutan barang secara menyeluruh di wilayah pelabuhan.

Informasi mengenai kedatangan/keberangkatan kapal pengangkut semen harus dipastikan kepada pihak pelabuhan.

Keterlambatan bongkar muat kapal disebabkan oleh tidak jelasnya skedul kedatangan/

keberangkatan kapal sehingga terpaksa harus menunggu kapal pengangkut komoditas yang lain. Shifting dari zak ke curah (menggunakan sistem kontainerisasi dalam penanganan produk) dapat

dilakukan khususnya untuk tujuan antarpulau.

Kasus: pengiriman berupa curah yang dilakukan Semen Padang mampu menurunkan harga jual produk di tingkat konsumen akhir.

Untuk pelabuhan-pelabuhan tujuan yang belum memiliki fasilitas bongkar muat, disarankan untuk menggunakan kapal yang telah dilengkapi alat “crane”.

Perlu adanya jaringan sistem logistik secara nasional (dari Sabang hingga Merauke) untuk mengatasi masalah pengangkutan semen dengan dukungan kapal berdaya muat besar.

Perlu didorong penggunaan teknologi handling yang lebih efisien (cepat) sehingga dapat menekan biaya logistik.

Ketersediaan sistem informasi perjalanan kapal akan sangat membantu pihak pelabuhan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan.

2. PT. BOSOWA Selama ini, pihak industri menggunakan jasa pihak ketiga melalui distributor dalam pengiriman produk semen dari pabrik ke lokasi pendistribusi.

Terkait aspek produksi, untuk menghasilkan 1 ton semen diperlukan 95-100 kwH ton energi (batubara).

Permasalahan yang dihadapi, kekhawatiran kekurangan pasokan batubara yang akhir-akhir ini banyak diekspor ke China.

Persoalan tingginya harga jual produk di tingkat konsumen akhir, khususnya di wilayah Papua, disebabkan oleh tingginya transport cost yang selama ini masih memanfaatkan angkutan udara untuk mengangkut produk semen.

Keterbatasan infrastruktur pelabuhan menyebabkan proses kegiatan bongkar muat banyak dilakukan secara manual.

Batu bara rendah kalori sangat cocok untuk pembuatan semen ready mix.

3. PT. Indocement Sarana pengangkutan semen di Jawa mayoritas menggunakan truk, pihak industri kesulitan mendapatkan kapal.

4. PT. Semen Padang Peningkatan kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru terkendala faktor perijinan yang selama ini membutuhkan waktu 3-4 tahun.

Disamping itu, isu ketersediaan lahan juga masih menjadi kendala dalam pembangunan pabrik semen baru.

Tahapan implementasi pembangunan infrastruktur dalam konteks MP3EI harus jelas sehingga akan memudahkan pihak industri dalam mengantisipasi kebutuhan semen ke depan.

Dari sisi bisnis, pengembangan pabrik semen di lokasi proyek memang sangat efektif untuk menekan harga jual produk di lokasi setempat.

Pengangkutan menggunakan KA terkendala aspek teknis yaitu double handling yang pada akhirnya akan menaikkan transport/logistics cost.

Perlu diidentifikasi “pintugerbang” (pelabuhan) mana yang paling cocok (efisien) untuk transhipment point dalam proses delivery produk semen.

Disamping informasi di atas, selama kegiatan FGD tersebut telah terjaring informasi penting terkait beberapa hal pokok berikut, seperti disajikan pada Tabel 4.11.

Respon Pihak Industri terhadap Permasalahan Sistem Produksi dan Distribusi Semen Nasional

No Pertanyaan Asosiasi Semen Indonesia PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

PT. Semen Padang PT. Semen Bosowa

1 Apakah faktor bahan baku menjadi permasalahan dalam sistem produksi semen

Ya Tidak Ya Tidak

Alasan: menjadi masalah ketika menghadapi masalah ijin penambangan dari LH terkait isu-isu lingkungan.

Alasan: deposit bahan baku utama masih cukup untuk produksi

2 Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap harga jual

Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh

Terhadap:

kenaikan harga bahan baku, biaya produksi, dan biaya transportasi

Terhadap: kenaikan biaya transportasi

Terhadap:

kenaikan harga bahan baku, biaya produksi, dan biaya transportasi

Terhadap: kenaikan harga bahan baku, biaya

transportasi, dan biaya produksi

3 Pengaruh kenaikan tarif dasar listrik terhadap harga jual:

Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh

Terhadap:

kenaikan harga bahan baku, biaya produksi, dan biaya transportasi

Terhadap: kenaikan biaya produksi dan biaya transportasi

Terhadap: kenaikan harga bahan baku, biaya

produksi, dan biaya transportasi

Terhadap: kenaikan harga bahan baku, biaya

transportasi, dan biaya produksi

Prakarsa Tbk. 4 Bagaimana kapasitas

industri semen saat ini terhadap permintaan?

Memerlukan peningkatan kapasitas

Perlu peningkatan kapasitas produksi

5 Antisipasi industri untuk menghadapi permintaan tambahan semen dalam kerangka MP3EI maupun RPJMN-2? Meningkatkan kapasitas produksi meningkatkan kapasitas produksi Melakukan import - pengaturan sistem distribusi perbaikan sarana infrastruktur lainnya pengaturan sistem distribusi produk 6 Sinkronisasi perencanaan produksi semen dengan pemerintah untuk kegiatan pembangunan infrastruktur (MP3EI, RPJMN ke-2)

Diperlukan dan sudah dilakukan

diperlukan dan sudah dilakukan

Prakarsa Tbk. yang diproduksi dengan

yang dibutuhkan

Diperlukan sosialisasi mengenai jenis-jenis semen terutama untuk jenis Portland Composite Cement (PCC)

Perusahaan saat ini

memproduksi jenis semen yang penggunaannya secara umum

8 Standarisasi semen tidak terdapat perbedaan kualitas

terdapat perbedaan kualitas walaupun telah SNI, selain itu, adanya range yang cukup luas pada SNI

kualitas yang diproduksi di atas persyaratan SNI

mengacu kebijakan masing-masing pabrikan tetap mengacu ke SNI

9 Peran pemerintah dalam tata niaga semen nasional

Subsidi BBM dan subsidi biaya transportasi

stabilisasi harga produk, subsidi BBM, subsidi biaya transportasi

stabilisasi harga, subsidi BBM, subsidi biaya transportasi

subsidi BBM, subsidi biaya transportasi

10 Infrastruktur

transportasi yang sangat dibutuhkan untuk mendukung efektifitas dan efisiensi distribusi

infrastuktur jaringan jalan, ketersediaan kapal

pengangkutan muatan, fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan kontainer, dan gudang di pelabuhan

infrastruktur jaringan jalan, ketersediaan kapal angkut, fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukkan dan pergudangan di pelabuhan

infrastuktur jaringan jalan, ketersediaan kapal

pengangkutan muatan, fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan kontainer, dan gudang di pelabuhan

infrastruktur jaringan jalan, ketersediaan kapal

pengangkut muatan, fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan kontainer, dan gudang di pelabuhan

11 Jenis fasilitas dasar yang diperlukan dari layanan

transportasi, material handling, pergudangan, transportasi, material handling, pergudangan, transportasi, material handling, pergudangan, teknologi sistem informasi,

transportasi, pergudangan, teknologi sistem informasi

Prakarsa Tbk.

BAB 5 PERKEMBANGAN INDUSTRI SEMEN

Dokumen terkait