• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PERKEMBANGAN INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA

11. Portland Mixed Cement (SNI-2049-2004)

Tipe ini digunakan untuk konstruksi umum yang tidak membutuhkan persyaratan khusus, dan pada saat tanah dan air pada daerah tersebut mengandung sulfat dengan rentang 0.0-0.10%. Contoh konstruksi umum adalah yang digunakan yaitu, segala high-rise buiding, paving, pavement concretes, base concrete, water tanks, railway sleepers, auxillary highway structure.

Dari kesebelas tipe produk semen tersebut di atas, tipe nomor lima dan enam, yaitu semen portland dan portland pozzolan cement (PPC) yang paling banyak digunakan. Hal ini tidak terlepas dari mayoritas jenis konstruksi bangunan yang dikerjakan di Indonesia, seperti bangunan rumah tinggal, jembatan, dermaga, dan bangunan irigasi, yang memang dalam penggunaan jenis semennya lebih cocok menggunakan kedua tipe tersebut.

Pada umumnya, semua produsen semen menggunakan bahan yang sama, yakni batu kapur atau batu gamping dan tanah liat atau tanah lempung. Batu kapur merupakan hasil tambang yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO). Sedangkan tanah lempung mengandung silica dioksida (SiO2) serta alumunium oksida (Al2O3). Kedua bahan ini kemudian mengalami proses pembakaran hingga meleleh. Semakin baik mutu semen bila semakin lama proses pengerasannya (dalam kondisi semen sudah dicampur dengan air), dengan angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus: (%SiO2 + %Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO). Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga > 0,5 (keras sekali). Namun demikian, dalam industri semen, angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 0,5.

Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir besi. Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen yaitu:

1. Batu kapur digunakan sebanyak ± 81 %.

Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3 (Calcium Carbonat),pada umumnya tercampur MgCO3

dan MgSO4. Batu kapur yang baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air ± 5%

2. Pasir silika digunakan sebanyak ± 9 %

Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Pasir

silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 ± 90%

3. Tanah liat digunakan sebanyak ± 9 %.

Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O. Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air ± 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi ± 46 %

4. Pasir besi digunakan sebanyak ± 1%.

Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe3O2 ± 75% – 80%.

Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen.

5.3. KAPASITAS PRODUKSI SEMEN NASIONAL

Produksi semen nasional tumbuh sebesar 10,0% pada tahun 2008, dari 35,32 juta ton pada 2007 menjadi 38,53 juta ton. Penjualan semen dalam negeri pada tahun 2008 juga terus tumbuh sebesar 12,7%, dari 33,77 juta ton menjadi 38,07 juta ton. Tingginya konsumsi dalam negeri menyebabkan ekspornya mengalami penurunan sebesar 45,0% dari 2,97 juta ton menjadi hanya 1,63 juta ton meskipun impornya meningkat sebesar 12,4%.

Gambar 5.5.

Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen, 2002-2008

Sumber : CIC, 2009

Dari Gambar 5.5 terlihat bahwa selama periode 2002 - 2008, konsumsi semen dalam negeri tumbuh pesat (dengan laju rata-rata 6,2% per tahun) yang menyebabkan produksi dan impor semen cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan konsumsi yang jauh lebih besar daripada produksi (hanya 3,9% per tahun) menyebabkan impor semen cenderung meningkat dan sebaliknya ekspornya terus menurun

Tabel 5.11.

Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen Nasional, 2002-2008

Tahun Stok Awal

Tahun Produksi Impor Ekspor Dalam Negeri Penjualan Stok Akhir Tahun 2002 1.207.926 30.720.177 - 4.183.583 26.695.240 1.049.276 2003 1.049.276 30.646.958 - 3.073.286 27.586.302 1.036.646 2004 1.036.646 33.230.143 - 2.945.533 30.514.831 806.425 2005 806.425 33.916.980 1.054.577 3.289.299 31.595.221 893.462 2006 894.162 33.032.454 1.261.086 2.245.397 32.123.898 818.405 2007 818.405 35.032.526 1.409.632 2.969.091 33.768.259 523.213 2008 53738 38.533.335 1.583.816 1.632.391 38.071.618 906.444 Sumber : CIC, 2009

Selama tiga tahun terakhir, hampir tidak ada perubahan yang mencolok yang dialami oleh pabrik-pabrik semen yang ada, terutama dilihat dari kinerjanya.

Apa yang terjadi selama 2008, tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan yang dicapai selama tahun 2006. Kondisi yang demikian ini terkait dengan situasi pasar yang kelihatanya juga tidak banyak bergerak. Pasokan semen berbagai wilayah juga tidak ada masalah, sehingga tidak ada kelangkaan semen.

Sejak tahun 2006 hingga 2008 yang lalu, belum ada perubahan yang berarti dalam jumlah pabrik maupun kapasitas produksi semen di Indonesia jumlah perusahaan semen masih tetap 9 buah yang mengelola pabrik-pabrik di 12 lokasi, yaitu Pulau Jawa (Cibinong/Jawa Barat, cirebon/ Jawa Barat, Cilacap/ Jawa Tengah, Tuban/Jawa Timur, Lhok Nga/Aceh, Padang/Sumatera Barat, Baturaja/Sumatera Selatan, Maros/Sulawesi Selatan, Pangkep/Sulawesi Selatan dan Tarjun/Kalimantan Selatan.

Keterangan

NO. PERUSAHAAN LOKASI

1 PT. Semen Andalas Indonesia (SAI) Lhok Nga - Nanggroe Aceh Darussalam

2 PT. Semen Padang (SP) Indarung - Sumatera Barat

3 PT. Semen Baturaja (SB) Baturaja-Sumsel, Palembang-Sumsel,

Panjang-Lampung

4 PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk. Citeureup-Jabar, Palimanan-Jabar, Tarjun-Kalsel

5 PT. Holcim Indonesia Tbk. (HI) Narogong-Jabar, Cilacap-Jateng

6 PT. Semen Gresik Tbk. (SG) Gresik-Jatim, Tuban-Jatim

7 PT. Semen Tonasa (ST) Pangkep-Sulsel

8 PT. Semen Bosowa Maros (SBM) Maros-Sulsel

9 PT. Semen Kupang (SK) Kupang-NTT

Gambar 5.6.

Sebaran Pabrik Semen di Indonesia pada tahun 2008

Sumber: CIC, 2009

Sampai dengan akhir tahun 2011, total kapasitas industri semen nasional mencapai 43,257 juta ton untuk klinker dan 56,920 juta ton untuk semen.

Perkembangan Kapasitas Produksi Semen Nasional 2001-2008

Tahun Kapasitas Design

(000 ton) (000 ton) Produksi Penjualan (000 ton) Cement Import

(000 ton) Konsumsi Dalam Negeri (000 ton) Konsumsi per kapita (kg)

Clinker Cement Clinker Utility (%) Cement Utility (%) Dalam Negeri Export Total

Clinker Cement 2002 44.425 47.490 33.248 75% 30.720 65% 27.173 4.184 3.791 35.148 60 27.233 130 2003 44.425 47.490 32.629 73% 30.647 65% 27.528 4.270 3.073 34.871 11 27.539 130 2004 43.340 47.490 34.886 80% 33.230 70% 30.192 4.673 2.946 37.811 17 30.208 140 2005 42.690 46.090 34.004 80% 33.917 74% 30.432 3.407 3.289 37.128 1.055 31.487 144 2006 40.730 44.890 34.970 86% 33.032 74% 30.695 5.023 2.245 37.963 1.280 31.975 145 2007 40.730 44.890 35.914 88% 35.033 78% 32.763 4.873 2.929 40.565 1.410 34.172 152 2008 40.730 44.890 37.630 92% 38.533 86% 36.539 3.301 1.641 41.481 1.532 38.072 152 2009 40.941 43.257 35.639 87% 36.884 85% 37.667 2.797 1.219 41.683 1.383 39.050 169 2010 43.257 53.010 34.515 80% 39.475 74% 39.180 2.141 763 42.084 1.597 40.778 172 2011 43.670 56.820 37.537 86% 45.237 80% 46.990 959 228 48.177 1.009 47.999 200 Sumber: ASI, 2012

Industri semen nasional dikuasai tiga pemain besar, yaitu Semen Gresik Group, Indocement Group dan Holcim Group. PT Semen Gresik TBK atau semen gresik group yang merupakan gabungan dari tiga pabrik semen milik pemerintah (BUMN) adalah yang terbesar, dengan total kapasitas produksi mencapai 18 juta ton. Tabel 5.13 dan Tabel 5.14 berikut ini menunjukkan besaran kapasitas dan produksi masing-masing perusahaan untuk produk klinker dan semen di Indonesia pada tahun 2010-2011.

Tabel 5.13.

Kapasitas dan Produksi klinker di Indonesia

Perusahaan 2010 2011

Kapasitas Produksi Utilitas

(%) Kapasitas Produksi Utilitas (%)

PT. Lafarge Cment Indonesia 1.200.000 - 0% 1.200.000 - 0%

PT. Semen Padang 5.577.000 5.122.655 92% 5.610.000 5.288.630 94%

PT. Semen Baturaja 1.200.000 1.062.101 89% 1.200.000 1.056.948 88%

PT. Indocement Tunggal Prakarsa 15.600.000 11.173.048 72% 15.600.000 12.223.211 78%

PT. Holcim Indonesia 6.400.000 5.587.293 87% 6.400.000 6.406.923 100%

PT. Semen Gresik 7.568.000 6.791.430 90% 7.880.000 7.616.212 97%

PT. Semen Tonasa 3.612.000 3.267.825 90% 3.680.000 3.127.981 85%

PT. Semen Bosowa Maros 1.800.000 1.510.676 84% 1.800.000 1.818.073 101%

PT. Semen Kupang 300.000 - 0% 300.000 - 0%

Total 43.257.000 34.515.028 80% 43.670.000 37.537.978 86% Sumber: ASI, 2012

Tabel 5.14.

Kapasitas dan Produksi Semen di Indonesia

Perusahaan 2010 2011

Kapasitas Produksi Utilitas

(%) Kapasitas Produksi Utilitas (%)

PT. Lafarge Cment Indonesia 1.600.000 - 0% 1.600.000 - 0%

PT. Semen Padang 6.300.000 5.676.227 90% 6.300.000 6.151.635 98%

PT. Semen Baturaja 1.250.000 1.131.299 91% 1.250.000 1.241.043 99%

PT. Indocement Tunggal Prakarsa 18.600.000 12.637.968 68% 21.100.000 15.102.254 72%

PT. Holcim Indonesia 8.300.000 5.618.469 68% 8.700.000 7.130.625 82%

PT. Semen Gresik 9.100.000 8.939.142 98% 9.700.000 9.791.522 101%

PT. Semen Tonasa 4.290.000 3.660.595 85% 4.600.000 3.887.693 85%

PT. Semen Bosowa Maros 3.000.000 1.811.847 60% 3.000.000 1.933.186 64%

Total 53.010.000 39.475.547 74% 56.820.000 45.237.958 80% Sumber: ASI, 2012

Industri semen nasional dikuasai tiga pemain besar, yaitu Semen Gresik Group, Indocement Group dan Holcim Group. PT Semen Gresik TBK atau semen gresik group yang merupakan gabungan dari tiga pabrik semen milik pemerintah (BUMN) adalah yang terbesar, dengan total kapasitas produksi mencapai 18 juta ton.

Terbesar kedua adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa yang pabriknya terletak di Cibinong (Jawa Barat) dan satu unit di Tarjun (Kalimantan Selatan) dengan kapasitas seluruhnya sebesar 15.650 ribu ton per tahun. sedangkan PT Holcim Indonesia Tbk (yang sebelumnya bernama PT Semen Cibinong) memiliki kapasitas produksi sebesar 9700 ribu ton dari pabrik yang berlokasi di Cibinong (Jawa Barat) dan Cilacap ( Jawa Tengah).

Gambar 5.7.

Kapasitas Pabrik Semen Terbesar di Indonesia, 2008

5.4. PANGSA PASAR SEMEN NASIONAL 5.4.1. Pangsa Pasar Semen Dalam Negeri

Konsumsi semen dalam negeri dapat didekati dari penjualan semen dalam negeri, yang angkanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002, penjualan semen dalam negeri baru mencapai 26,7 juta ton. Angka tersebut meningkat menjadi 30,6 juta ton pada tahun 2004 mencapai 33,8 juta ton pada tahun 2007. Pada tahun 2008 lalu, penjualan semen dalam negeri telah mencapai 38,1 juta ton. Lebih jelasnya, lihat tabel berikut.

Tabel 5.15.

Perkembangan Penjualan Semen Dalam Negeri, 2002-2008

Tahun Stok Awal

Tahun Produksi Impor Ekspor Dalam Negeri Penjualan Stok Akhir Tahun 2002 1.208 30.720 0 4.184 26.695 1.049 2003 1.049 30.647 0 3.073 27.586 1.037 2004 1.037 33.230 0 2.946 30.515 806 2005 806 33.917 1.055 3.289 31.595 893 2006 894 33.032 1.261 2.245 32.124 818 2007 818 35.033 1.410 2.969 33.768 523 2008 537 38.533 1.584 1.632 38.072 906 Sumber : CIC, 2009

Kecenderungan konsumsi domestik semen yang mendekati angka produksi nasional menyebabkan menurunnya ekspor dari tahun ke tahun yang diikuti dengan meningkatnya impor semen ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 5.8.

Perkembangan Produksi, impor, Ekspor Dan Penjualan Dalam Negeri Semen, 2002-2008

Sumber : CIC, 2009

Semen Gresik menjadi pemasok utama semen di dalam negeri dengan pangsa 43,7% pada tahun 2008 lalu. Pada posisi kedua. adalah Indocement dengan pangsa 31,7%, disusul oleh Holcim (14,1%). Tiga besar pemasok semen tersebut mampu menguasai pasar domestik hampir 90%, yang berarti bahwa produsen semen lainnya hanya menguasai pasar sekitar 10%. Posisi berikutnya, berturut-turut adalah Semen Andalas, Semen Bosowa, Semen Baturaja serta Semen Kupang, Semen Andalas, dengan mengandalkan semen impor seluruhnya, mampu menempati posisi keempat dengan pangsa 4,1%, lebih tinggi dibandingkan Semen Bosowa (3.6%).

Apabila dilihat dari volumenya, penjualan Semen Gresik Group pada tahun 2008, mencapai 16,66 juta ton, meningkat 12,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 14,78 juta ton. Sementara itu, penjualan Indocement mengalami peningkatan sebesar 14,1%, dari 10,56 juta ton pada 2007 menjadi 12,05 juta ton pada 2008, sedangkan

Holcim meningkat 9,3% dari 4,92 juta ton menjadi 5,37 juta ton. Diantara semua produsen semen di Indonesia, hanya Semen Kupang yang mengalami pertumbuhan penjualan negatif (-68,6%), dari 66,68 ribu ton menjadi tinggal 20,97 ribu ton, akibat kesulitan keuangan dan pasokan energi pada tahun 2008, seperti yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 5.16.

Perkembangan Penjualan Semen Dalam Negeri menurut Produsen, 2002-2008

Produsen 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 SMGR 12.039.467 12.021.343 13.586.025 14.437.565 14.981.968 14.779.330 16.655.241 ITP 8.528.313 8.079.446 9.068.467 9.340.084 9.765.399 10.561.045 12.050.892 Holcim 3.294.505 4.407.249 4.606.663 4.851.576 4.108.759 4.917.398 5.372.601 S Andalas 1.121.333 1.103.094 1.171.280 1.047.508 1.228.870 1.421.901 1.551.128 Baturaja 766.235 814.285 910.359 892.442 1 929.369 1.015.754 1.062.524 Kupang 87.858 72.994 85.996 69.330 81.276 66.683 20.968 Bosowa 857.529 1.087.891 1.086.041 956.716 .028.257 1.006.148 1.358.264 TOTAL 26.695.240 27.586.302 30.514.831 31.595.221 32.123.898 33.768.259 38.071.618 Trend (%) -- 3,3% 10,6% 3,5% 1,7% 5,1% 12,7% Sumber : CIC, 2009

Berdasarkan data dari ASI, konsumsi semen domestik pada bulan Januari 2009 mengalami penurunan sebesar 3,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sulawesi. Pada bulan Januari tersebut, ekspor semen juga merosot sebesar 28,1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika dihitung dengan klinker, maka total penurunan ekspor mencapai 56,1%. Pada bulan Februari, pasar semen domestik masih lemah, terlihat dari angka konsumsi yang -3,2% dibandingkan dengan jumlah bulan yang sama tahun 2008. Ekspor semen, meskipun memperlihatkan kenaikan sebesar 12% namun total (dengan klinker) masih -43,4%. Secara keseluruhan, hingga akhir mei 2009, konsumsi semen nasional mengalami penurunan sebesar 8,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Wilayah Maluku dan Papua mengalami penurunan terbesar, yakni 15,6%, disusul oleh Jawa 9,3%), Sumatera

(-8,3%), dan Nusa Tenggara (-8,1%). Dari sisi ekspor, ekspor semen mengalami penurunan sebesar 18,7%, sedangkan ekspor klinker turun 26,0%, sehingga secara total ekspor semen dan klinker turun 23,6%. Selama periode tahun 2004 hingga tahun 2008, sektor konstruksi mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yakni rata-rata delapan persen pertahun. Hal ini seharusnya mampu mendorong kenaikan konsumsi semen seirama dengan pertumbuhan sektor konstruksi tersebut. Namun pada kenyataannya, laju pertumbuhan konsumsi semen lebih rendah dari angka pertumbuhan sektor nampak pada angka pada tahun 2005 dan 2006, dimana sektor konstruksi tumbuh sebesar 7,5% dan 8,3% sementara konsumen semen hanya tumbuh sebesar 3,5% dan 1,7%.

Hal itu memperlihatkan bahwa pembangunan sektor konstuksi dalam periode tersebut sebagai besar adalah pembangunan infrastruktur yang tidak banyak menggunakan semen. Sedangkan kegiatan pembangunan yang bayak menyerap semen, terutama pembangunan perumahan oleh rakyat, terlihat mengendor. Situasi ekonomi makro yang kondusif, ditambah dengan adanya kenaikan harga BBM telah berpengaruh terhadap kemampuan dan daya beli masyarakat.

Seperti diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi makro selama beberapa tahun terakhir ini amat dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat. Sekitar 60% dari pembentukan produk domestik bruto (PDB) merupakan pengeluaran rumah tangga, sehingga peranan masyrakat dalam mengkonsusmsi berbagai jenis barang dan jasa hingga saat ini masih sangat besar. Hal ini juga termasuk kemampuan masyarakat untuk membangun rumah ataupun renovasi rumah berkaitan dengan semen juga ikut menentukan bahkan berperan besar dalam pemasaran semen. Selama ini konsumsi semen oleh masyarakat secara retail jauh lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi oleh proyek-proyek dalam

bentuk curah atau bulk. Pada tahun 2008 lalu, porsi penjualan semen dalam bentuk curah hanya sekitar 15% saja dari total penjualan semen nasional, sebagian besar dalam bentuk karung (sak).

Pada tahun 2007 dengan pertumbuhan PDB sebesar 8,6%, konsumsi smen dalam negeri tumbuh sekitar lima persen pertumbuhan konsumsi semen yang tinggi justru terjadi pada tahun 2008 lalu. Pengembangan gencar membangun proyek-proyek besar sperti perumahan real estate dan bangunan tinggi pemicunya antara lain adalah kondisi perekonomian nasional yang yang memburuk akibat krisi global pada kuartal keempat ternyata tak menyurutkan proyek-proyek yang tengah berjalan sehingga konsumsi semen tetap menunjukkan pertumbuhan sampai akhir tahun.

Gambar 5.9.

Porsi Penjualan Semen Menurut Kemasan 2008

5.4.2. Pangsa Pasar Semen Per Pulau

Sampai dengan tahun 2008 lalu, Jawa dan Sumatera masih merupakan pasar utama semen di dalam negeri. Dari total konsumsi semen nasional sebesar 36 juta ton pada tahun 2008, sebanyak 28,13 juta ton diserap oleh kedua wilayah tersebut. Dengan demikian, konsumsi semen untuk wilayah lainnya di Indonesia hanya mencapai 7,91 juta ton.

Gambar 5.10

Perkembangan Konsumsi Semen Per Wilayah, 1999 - 2008

Sumber: CIC, 2009

Meskipun jawa merupakan konsumen semen terbesar di Indonesia, namun laju pertumbuhan terutama dalam tiga tahun terakhir paling rendah dibandingkan dengan wilayah lainya. Laju konsumen pulau jawa pada tahun 2006-2008 hanya sebesar 3,2%, sebagian angka rata-rata nasional mencapai 7,2%. Kalimantan memiliki laju konsumen tertinggi (16,0% per tahun), disusul oleh maluku dan papua (15,8%) dan bali dan nusa tenggara (14,6%). Seperti terlihat pada grafik berikut.

Gambar 5.11.

Laju Pertumbuhan Konsumsi Semen Perwilayah, 1999 – 2008

Sumber: CIC, 2009

Laju pertumbuhan konsuinsi semen menurut wilayah selama tahun 1999-2008, secara rinci dapat dilhat pada tabel berikut.

Tabel 5.17.

Pertumbuhan Konsumsi Semen Per Wilayah di Indonesia, 1999 – 2008 (000)

Wilayah 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sumatera (%) 3.889,1 4.682,2 5.283,2 5.565,9 5.767,5 6.293,6 6.496,7 7.024,8 8.042,8 8.921,2 -- 20,4% 12,8% 5,4% 3,6% 9,1% 3,2% 8,1% 14,5% 10,9% Jawa (%) 11.562,9 13.920,0 15.992,4 16.959,2 15.676,8 17.020,4 17.561,7 16.793,7 17.680,6 19.205,4 - 20,4% 14,9% 6,0% -7,6% 8,6% 3,2% -4,4% 5,3% 8,6% Kalimantan (%) 680,8 832,0 1.009,6 1.242,8 1.342,5 1.454,9 1.571,4 1.654,2 1.985,6 2.438,5 22,2% 21,3% 23,1% 8,0% 8,4% 8,0% 5,3% 20,0% 22,8% Sulawesi (%) 1.214,6 1.296,7 1.372,5 1.51'1,5 '1.597,2 1.755,0 1.738,3 1.927,9 2.072,6 2.596,4 6,8% 5,8% 10,1% 5,7% 9,9% -1,0% 10,9% 7,5% 25,3% Nusa Tenggara (%) 1.136,1 1.379,5 1.596,4 1.429,1 1.275,8 1.443,0 1.460,2 1.499,4 1.662,8 2.022,6 - 21,4% 15,7% -10,5% -10,7% 13,1% 1,2% 2,7% 10,9% 21,6%

Maluku & Papua (%)

231,9 218,3 275,4 371,4 478,8 473,5 550,2 597,7 750,2 848,6

Wilayah 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah (%) 18.715,4 22.328,8 25.529,6 27.079,9 26.138,6 28.440,4 29.378,3 29.497,7 32.194,6 36.032,7 19,3% 14,3% 6,1% -3,5% 8,8% 3,3% 0,4% 9,1% 11,9% Sumber: CIC, 2009

Melambatnya laju konsumsi semen di Jawa menyebabkan pangsa konsumsi semen di pulau tersebut mengalami penurunan, d.ari 61,8% pada tahun 1999 menjadi 53,3% pada tahun 2008 lalu. Sementara pangsa Sumatera meningkat dari 20,8% menjadi 24,8%, Sulawesi meningkat dari 6,5% menjadi 7,2% dan Kalimantan meningkat dari 3,6% menjadi 6,8%.

Gambar 5.12.

Pangsa Konsumsi Semen Menurut Wilayah, 1999 - 2008

Sumber: CIC, 2009

Pangsa konsumsi semen menurut wilayah secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.18.

Tabel 5.18.

Konsumsi Semen Per Wilayah dan Pangsanya, 1999 - 2008 (dalam ribu ton)

Wilayah 1999 20010 2002 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sumatera (%) 3.889,1 4.682,2 5.283,2 5.565,9 5.767,5 6.293,6 6.496,7 7.024,8 8.042,8 8.921,2 20.8% 21.0% 20.7% 206% 22.1% 22.1% 22.1% 23.8% 25.0% 24.8% Jawa (%) 11.562,9 13.920,0 15.992,4 16.959,2 25.676,8 17.020,4 1 7.561,7 16.793,7 17.680,6 19.205,4 61.8% 62.3% 62.6% 62.6% 60.0% 59.8% 59.8% 56.9% 54.9% 53.3% Kalimantan (%) 680,8 832,0 1.009,6 1.242,8 1.342,5 1.454,9 1.571,4 1.654,2 1.985,6 2.438,5 3.6% 3.7% 4.0% 4.6% 5.1% 5.1% 3.3% 5.6% 6.2% 6.8% Sulawesi (%) 1.214,6 1.296,7 1.372,5 1.511,5 1.597,2 1.735,0 1.748,3 1.927,9 2.072,6 2.596,4 6.5% 5.8% 5.4% 5.6% 6.1% 6.2% 5.9% 6.5% 6.4% 7.2% Nusa Tenggara (%) 1.136,1 1.379,5 1.596,4 1.429,1 1.275,8 1.443,0 1.460,2 1.499,4 1.662,8 2.022,6 6.1% 6.2% 6.3% 5.3% 4.9% 5.1% 5.0% 5.1% 5.2% 5.6%

Maluku & Papua (%) 231,9 218,3 275,4 371,4 478,8 473,5 550,2 597,7 750,2 848,6 1.2% 1.0% 1.1% 1.4% 1.8% 1.7% 1.9% 2.0% 2.3% 2.4% Jumlah (%) 18.715,4 22.328,8 25.529,6 27.079,9 26.138,6 28.440,4 29.378,3 29.497,7 32.194,6 36.032,7 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Sumber: CIC, 2009

Berikut ini adalah penjelasan konsumsi semen per wilayah, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Selawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Karakteristik wilayah-wilayah tersebut dalam mengkonsumsi semen pada umumnya hampir sama. Semen terutama digunakan untuk membangun rumah, selain untuk pembuatan bahan bangunan serta pekerjaan konstruksi lainya. Tingkat konsumsi semen per kapita di masing-masing wilayah tersebut berbeda-beda tergantung dari kondisi ekonomi serta tingkat pendapatan penduduk di wilayah tersebut.

1. Konsumsi Semen di Pulau Sumatera

Pasaran di wilayah Sumatera, belakangan ini masih terus naik, bahkan boleh dikatakan sudah pulih kembali seperti sebelum terjadi krisis. Seperti diketahui pada saat terjadi krisis ekonomi mencapai puncaknya (1998), konsumsi semen di wilayah ini merosot hingga 21,6%, dari 4,86 juta ton menjadi hanya 3,81 juta ton tahun 1998. Setelah itu mulai merambat naik dan pada tahun 2001 lalu mencapai 5,28 juta ton. Pada tahun 2006, konsumsi semen di wilayah tersebut telah mencapai 7,02 juta ton dan pada tahun 2007 konsumsinya naik lagi menjadi 8,04 juta

ton. Pada tahun 2008, konsumsi semen untuk wilayah Sumatera telah mencapai 8,92 juta ton, yang berarti sejak tahun 1999 meningkat rata-rata 9,8%.

Tabel 5.19.

Perkembangan Konsumsi Semen di Pulau Sumatera 1999 – 2008

Provinsi 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Aceh 279.048 236.653 94.071 312.367 323.834 417.427 461.528 916.680 1.027.009 1.044.379 Sumatera Utara 954.312 1.385.145 1.495.764 1.495.182 1.537.787 1.688.723 1.783.554 1.678.390 1.936.536 2.181.622 Sumatera Barat 412.948 504.629 588.604 625.253 584.642 557.937 560.062 500.733 564.859 800.607 Riau 898.776 1.044.683 1.194.638 1.378.372 888.997 907.618 786.319 827.793 978.980 894.135 Kep. Riau - - - 575.622 587.210 628.411 631.872 680.048 760.406 Jambi 151.946 203.782 221.328 235.986 265.920 265.658 257.680 345.553 401.011 369.632 Sumatera Selatan 479.875 566.02 592.013 670.472 593.004 715.908 781.412 820.949 965.511 1.110.342 Bengkulu 134.876 139.833 142.268 22.811 172.888 261.728 282.144 333.494 370.842 428.027 Lampung 577.339 601.501 754.537 710.190 664.788 722.960 751.603 739.983 895.976 1.069.109 Bangka Belitung - - 133.399 160.000 168.442 203.937 229.349 222.061 262.972 Total Sumatera 3.889.120 4.682.246 5.283.223 5.565.931 5.767.482 6.293.611 6.496.650 7.024.796 8.042.833 8.921.231 Perubahan (%) 20.4% 12.8% 5.4% 3.6% 9.1% 3.2% 8.1% 14.5% 10.9% Sumber: CIC, 2009

Konsumsi semen per kapita untuk wilayah Sumatera pada tahun 2008 telah mencapai 184 kg/ kapita, yang berarti telah meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan angka konsumsi pada tahun 1999. Wilayah yang memiliki angka konsumsi per kapita tinggi adalah Propinsi Bangka-Belitung (259 kg/kapita), Aceh (karena adanya proyek rekonstruksi paska tsunami, mencapai 256 kg/kapita) serta Bengkulu (249 kg/kapita), Sedangkan yang memiliki angka konsumsi per kapita rendah antara lain adalah Riau (130 kg/kapita), Jambi (132 kg/kapita) serta Lampung (140 kg/kapita).

Tabel 5.20.

Konsumsi Semen Per Kapita di Pulau Sumatera, 1999-2008

Provinsi 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Aceh 72,4 60,2 74,43 78,63 81,07 103,93 114,30 226,18 252,47 255,79 Sumatera Utara 83,4 118,0 126,76 125,02 126,87 137,47 143,23 133,18 151,84 169,03 Sumatera Barat 98,5 118,8 137,57 145,10 134,72 127,66 127,23 113,07 126,79 178,63 Riau 185,5 21'1 231,48 256,08 260,88 155,01 128,73 130,17 147,86 129,72 Jambi 63,8 84,6 90,14 94,23 104,10 101,96 96,97 127,68 145,48 131,66 Sumatera Selatan 70,7 82,0 93,73 104,37 90,77 107,751 115,661 119,63 138,50 156,80

Provinsi 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Bengkulu 87,6 89,4 95,71 15,03 111,50 165,28 174,44 202,17 220,42 249,45 Lampung 87,0 89,4 110,33 102,20 94,15 100,70 103,08 100,02 119,35 140,35 Bangka Belitung - - 143,76 169,81 176,061 209,92 232,68 222,04 259,17 Sumatera 91,37 108,21 122,29 126,65 129,00 138,3 140,33 149,32 168,21 183,56 Perubahan (%) 0 18,4% 13,0% 3,6% 1,9% 7,2% 1,4% 6,4% 12,7% 9,1% Sumber : CIC, 2009

2. Konsumsi Semen di Pulau Jawa

Permintaan semen di Pulau Jawa, belakangan ini juga terus meningkat setelah tahun 1998 dan 1999 mengalami kemerosotan cukup tajam. Akan tetapi pemulihan permintaan semen di wilayah ini berjalan lebih lamban dibandingkan dengan trend pemintaan di wilayah lainnya. Pada tahun 2003 lalu konsumsi semen di Pulau Jawa ini masih belum bisa melampaui besarnya konsumsi yang terjadi pada saat sebelum terjadi krisis (1997). Pada saat itu. (1997) konsumsi semen di wilayah ini mencapai 18,84 juta ton yang kemudian merosot drastis hingga hanya 11,56 juta ton tahun 1999 dan setelah itu mulai meningkat lagi sehingga pada tahun 2002 mencapai 17.061.264 ton. Baru pada tahun 2008 konsumsi semen wilayah tersebut mencapai 19,21 juta ton.

Trend konsumsi di wilayah Pulau Jawa yang tergolong lamban terutama terjadi di DKI Jakarta. Pada tahun 2003 lalu, konsumsi di wilayah ini hanya 3,37 juta ton, padahal pada tahun 1997, konsumsi di wilayah ini telah mencapai 5,18 juta ton. Keadaan ini menggambarkan bahwa kegiatan pembangunan fisik di DKI Jakarta masih berjalan lambat setelah hampir terhenti, pada tahun 1999. Pada tahun 2008 lalu, konsumsi semen di DKI Jakarta juga belummampu menyamai konsumsi tahun 1997, hanya mencapai 3,63 juta ton.

Pasaran semen di Jawa Tengah termasuk yang cepat pulih. Pada tahun 2002, konsumsi di wilayah ini mencapai 3,46 juta ton, yang berarti telah diatas konsumsi tahun 1997 yang besarnya 3,01 juta ton. Konsumsi pada

tahun 2003 sedikit menurun, namun setelah itu terus meningkat hingga mencapai 4,35 juta ton tahun 2008. Perkembangan konsumsi semen untuk wilayah-wilayah lainnya di Pulau Jawa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.21.

Perkembangan Konsumsi Semen di Pulau Jawa, 1999 - 2008

Propinsi 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 DK1 Jakarta 1.642.774 2.401.505 2.822.770 3.071.435 3.374.170 3.540.246 3.666.752 3.294.108 3.392.884 3.632.756 Jawa Barat 3.798.515 4.505.259 5.291.746 5.650.043 4.351.758 4.971.484 5.223.285 5.022.596 4.792.657 5.335.909 Jawa Tengah 2.482.394 2.918.490 3.238.988 3.441.768 3.292.481 3.544.053 3.559.998 3.575.353 3.795.264 4.350.186 DI Yogyakarta 492.402 549.262 569.949 566.534 576.583 591.700 600.018 805.174 985.261 720.089 Jawa Timur 3.146.791 3.545.497 4.068.945 4.229.411 4.081.852 4.372.960 4.511.634 4.096.457 4.714.515 5.166.468 Banten -- -- -- 73.843 1.400.434 1.768.082 2.108.707 1.877.605 1.977.810 2.039.541 Total Jawa 11.562.876 13.920.013 992.398 16.959.191 15.676.844 17.020.443 19.670.394 16.793.688 17.680.581 19.205.408 Perubahan (%) -- 20.4% 14,9% 6.0% -7.6% 8.6% 3.2% -4.4% 5.3% 8.6% Sumber : CIC, 2009

Dari Tabel 5.21 terlihat bahwa selama 8 tahun terakhir ini konsumsi semen di Pulau Jawa rata-rata meningkat 6,1% per tahun. Konsumsi semen per kapita di Pulau Jawa pada tahun 2008 mencapai 145,9 kg. DKI Jakarta adalah wilayah yang memiliki konsumsi per kapita semen tertinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Pulau Jawa. Pada tahun 2008, konsumsi semen per kapita DKI Jakarta mencapai 409,7 kg. Daerah lainnya yang konsumsi per kapitanya cukup tinggi adalah DI Yogyakarta (213,4 kg), walaupun masih jauh di bawah angka konsumsi per kapita di DKI Jakarta, disusul oleh Banten pada posisi ketiga sebesar 201,9 kg. Sedangkan wilayah yang memiliki angka konsumsi per kapita rendah adalah Jawa Barat (129,7 kg) dan Jawa Tengah (135,0 kg).

Tabel 5.22.

Propinsi 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 DKI Jakarta 199.02 287.23 334.93 361.54 394.03 410.14 421.49 376.24 385.06 409.66 Jawa Barat 107.68 126.11 145.50 152.58 115.43 129.53 133.70 126.38 118.54 129.73 Jawa Tengah 80.43 93.47 103.30 109.31 104.13 111.62 111.64 111.73 118.19 135.00 DI Yogyakarta 158.38 175.98 180.80 177.94 179.30 182.18 182.92 243.15 294.74 213.39 Jawa Timur 91.06 101.98 116.51 120.57 115.84 123.54 126.91 114.77 131.56 143.60 Banten - - -- 8.62 159.04 195.27 226.52 196.30 201.24 201.97 Jawa 96.32 114.76 130.49 136.95 125.28 134.59 137.42 130.12 135.63 145.86 Pertumbuhan (%) - 19.1% 13.7% 4.9% -8.5% 7.4% 2.1% -5.3% 4.2% 7.5% Sumber : CIC, 2009

3. Konsumsi Semen di Pulau Kalimantan

Pasaran semen di wilayah ini telah pulih sejak tahun 200 dan tahun tersebut permintaannya sudah diatas posisi tahun 1997. Apabila tahun 1997 konsumsi semen diwilayah ini mencapai 761 ribu ton, maka tahun 2000 mencapai 832 ton atau 9,4% di atas konsumsi tahun 1997. Pada tahun 2005, konsumsi semen naik menjadi 1,57 juta ton dan tahun 2008 lalu diperkirakan telah mencapai 2,44 juta ton. Konsumsi terbesar di wilayah ini terjadi di Kalimantan Timur dan trend pertumbuhan konsumsinya juga tergolong tinggi. Pada tahun 2006 lalu konsumsi di wilayah ini mencapai 697,74 ribu ton, yang berarti jauh diatas konsumsi tahun 1997 yang 278,32 ribu ton. Pada tahun. 2008, konsumsi semen Kalimantan Timur telah mencapai 926,52 ribu ton. Wilayah lainnya yang juga tergolong tinggi kenaikan konsumsi semennya adalah Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

Tabel 5.23.

Perkembangan Konsumsi Semen di Wilayah Kalimantan, 1999 - 2008

Propinsi 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Kalimantan Barat 160,367 223,005 283,44 322,899 306,388 343,292 366,151 390,165 446.396 560,711 Kalimantan Tengah 62,294 90,049 71,272 85,269 84,675 121,975 149,260 181,413 263,434 363,067 Kalimantan Selatan 203,217 217,174 252,974 284,683 289,935 295,802 376,307 384,882 468,858 588,208

Kalimantan Timur 254,894 301,777 401,949 548,917 661,465 693,792 679,637 697,744 806,866 926,518

Total Kalimantan 680,772 832,005 1,009,635 1,242,768 1,342,463 1,454,861 1,571,355 1,654,204 1,985,554 2,438,504

Pertumbuhan (%) 0 22.2% 21.3% 23.1% 8.0% 8.4% 8.0% 5.3% 20.0% 22.8%

Sumber : CIC, 2009

Dari tabel diatas terlihat bahwa selama tahun 1999 - 2008, konsumsi semen di Kalimantan naik rata-rata 15,5% per tahun. Konsumsi semen per kapita di wilayah ini pada tahun 2008 lalu mencapai 182,5 kg, yang berarti masih berada dibawah konsumsi per kapita di Jawa atau Sumatera. Akan tetapi kenaikan konsumsi per kapita di wilayah ini lebih tinggi dibanding dengan kedua wilayah tersebut.

Tabel 5.24.

Konsumsi Semen per kapita di Wilayah Kalimantan, 1999 - 2008

Propinsi 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Kalimantan Barat 40,59 55,53 69,31 77,55 72,27 79,53 83,32 87,34 98,29 121,45 Kalimantan Tengah 34,19 48,53 37,34 43,42 41,92 58,70 69,82 82,64 116,87 156,87 Kalimantan Selatan 68,96 72,78 83,39 92,31 92,48 92,81 116,14 116,95 140,27 173,25 Kalimantan Timur 105,74 123,08 159,52 211,97 248,55 253,67 241,79 242,01 272,84 305,46 Kalimantan 61,16 73,58 87,40 105,31 111,35 118,12 124,88 128,87 151,62 182,53 Pertumbuhan (%) 20,3% 18,8% 20,5% 5,7% 6,1% 5,7% 3,2% 17,7% 20,4% Sumber : CIC, 2009

4. Konsumsi Semen di Pulau Sulawesi

Pasaran semen di wilayah Sulawesi belakangan ini juga terus meningkat. Sampai dengan tahun 2001, permintaan semen di wilayah ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan posisi tahun 1997. Ini berarti kegiatan pembangunan fisik di wilayah ini hingga tahun tersebut belum seplenuhrtya pulih. Apabila pada tahun 1997 konsumsi semen diwilayah ini mencapai 1,45 juta ton, maka pada tahun 2001 lalu hanya 1,37 juta

ton. Tetapi mulai tahun 2002 lalu, konsumsi semen telah melampui angka tahun 1997, yaitu sebesar 1,51 juta ton. Pada tahun 2008, konsumsi semen untuk wilayah Sulawesi telah mencapai 2,60 juta ton. Sulawesi Selatan yang selama ini merupakan pemakai semen terbesar di wilayah ini, hingga 2005 belum sembuh dari penglaruh resesi ekonomi.

Dokumen terkait