• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PERKEMBANGAN INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA

6. Sistim Distribusi

Penyaluran semen dari pabrik ke konsumen akhir, ditempuh melalui beberapa sistim, yang pada prinsipnya adalah untuk mencapai mekanisme pasar yang paling efisien. Selama ini produsen semen menunjuk main distributor untuk memasarkan semen melalui dealer di propinsi, lalu dealer kabupaten hingga ke pengecer dan terakhir ke konsumen akhir atau ke masyarakat. Sedangkan konsumen besar seperti perusahaan ready mix concrete bisa langsung memperoleh dari distributor utama atau dealer propinsi, karena konsumsi mereka pada umumnya adalah kondisi curah (bulk). Berikut pola jalur distribusi semen yang berlaku pada umumnya (lihat Gambar 5.3).

Gambar 5.3.

Pola Saluran Distribusi Semen

Sumber : CIC, 2009

Setelah tidak berlakunya sistem pemasaran melalui HPS (Harga Pedoman Setempat) sejak November 1997, sistem pendistribusian semen secara teoritis menjadi bebas. Tetapi pada kenyataannya, pendistribusian semen hingga saat ini tidak jauh berbeda, dan wilayah pasar masing-masing produsen selama ini tidak banyak mengalami perubahan. Ada beberapa produsen yang memang mencoba untuk menggeser merk lain di beberapa wilayah dan berhasil tetapi dominasi merk di daerah dekat pabrik tetap sulit digeser. Secara umum, produsen semen dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yakni pemain utama dan pemain lainnya. Pemain utama, yang terdiri dari tiga

Sub Distrik Distrik/ kabupaten Pabrik Distributor tunggal Dealer (Provinsi) Retailer End users

produsen, yakni Semen Gresik Group, Indocement, dan Holcim memiliki jaringan distribusi yang luas dan mencakup sebagian besar atau seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan pemain lainnya, meskipun sebagian telah mencoba untuk memperluas pemasarannya, akan tetapi hampir seluruh produknya dipasarkan di wilayah sendiri.

Karakter semen yang bersifat bulky sehingga nilainya sangat rendah dibandingkan dengan beratnya, menyebabkan masalah distribusi menjadi komponen yang sangat penting dalam pemasaran komoditi tersebut. Unsur transportasi atau pengangkutan menjadi masalah yang krusial dan menurut studi dari LPEM-UI biaya angkutan semen (termasuk pergudangan) mencapai 35% dari harga jualnya. Karena sifatnya yang bulky tersebut maka angkutan laut dan darat menjadi moda utama untu transportasi produk tersebut. Penggunaan angkutan udara hanya dilakukan apabila penggunaan kedua jenis angkutan tidak memungkinkan. Penggunaan angkutan udara jelas tidak ekonomis karena mahal dan daya angkut yang terbatas.

Transportasi semen yang dimaksud disini adalah angkutan semen yang berasal dari pabrik. Sedangkan angkutan yang digunakan yaitu dari toko atau pelabuhan bongkar, tidak termasuk dalam definisi ini. Angkutan ini dapat berupa angkutan danau, angkutan sungai, angkutan dengan truk mini (pick up), angkutan perahu dan sebagainya. Berbagai jenis angkutan yang dipakai selain angkutan tersebut di atas, khususnya mendistribusikan lebih lanjut ke konsumen akhir adalah angkutan sungai, ferry, angkutan dengan gerobak dan sebagainya dan bahkan menggunakan angkutan udara apabila jalan darat atau jalan laut/sungai tidak memungkinkan. Berikut ini dibahas tentang masing-masing sektor transportasi yang digunakan dalam angkutan semen.

Penggunaan angkutan kereta api untuk jarak jauh (lebih dari 50 km) akan lebih efisien mengingat kapasitas muat dalam satu trip lebih besar daripada menggunakan truck dan tarifnya pun pada umumnya lebih murah bila dibandingkan dengan truck. Saat ini tidak seluruh pabrik semen menggunakan Kereta Api untuk angkutan semen, baik ke pusat-pusat distribusi maupun ke pelabuhan-pelabuhan muat. Pabrik yang belum menggunakan kereta Api untuk mengangkut semen adalah pabrik-pabrik yang berada di daerah yang tidak mempunyai sarana angkutan kereta api, seperti Semen Tonasa, PT semen Andalas Indonesia dan Semen Kupang. Pabrik-pabrik semen yang saat ini sudah menggunakan kereta api untuk mengangkut semen sebagai berikut:

1) PT. Semen Padang; untuk mengangkut semen curah dari pabrik ke pelabuhan teluk bayur dan disimpan di silo yang selanjutnya dikemas di pelabuhan dan kemudian dimuat ke kapal atau langsung dimuat keatas kapal curah tanpa dikemas. Untuk mengangkut semen dalam kantong dari gudang ke bukit putus ke kota-kota yang dilewati jalur kereta api maupun pelabuhan teluk bayur untuk selajutnya dimuat ke kapal.

2) PT. Semen Gresik; untuk mengangkut semen ke daerah-daerah pemasaran di Jawa Tengah (Semarang, Solo, Yogyakarta) dan Jawa Timur (Madiun, Malang, Kediri, Surabaya, Mojokerto, Banyuwangi, Bojonegoro dan Blitar).

3) PT. Indocement Tunggal Prakarsa; untuk mengangkat semen ke Jawa Tengah (Semarang) dan Jawa Timur, karena belum ada fasilitas kereta api di pabrik, maka semenya masih harus diangkut ke stasiun terdekat (bekasi atau kerawang) dan kemudian baru dimuat ke kereta api. Cara pengangkutan ini ditunjukkan baru dimuat untuk mengurangi beban angkutan teruk meskipun kurang

efisien (memerlukan bongkar muat tiga kali lipat dari pabrik ke truck, dari truck ke kereta api, dari kerat api ke truck dan terakhir dari truck ke gudang pembeli).

4) PT. Holcim; untuk mengangkut semen ke Jawa Tengah (Semarang) dan Jawa Timur. Situasi yang sama dengan PT ITP juga dihadapi oleh pabrik ini. Kurangnya rencana pembangunan jalan kereta api melalui kedua pabrik hingga saat ini belum ada realisasinya.

5) PT. Semen Baturaja; kereta api digunakan untuk mengangkut klinker dari unit pabrik di Baturaja ke unit-unit pabrik di Palembang dan Panjang dimana klinker tersebut diolah menjadi semen dan kemudian dikemas kedalam kantong ukuran 40kg. Semen yang sudah dikantongi dibawa kembali ke Baturaja dan kota-kota yang dilalui oleh kereta api yang menjadi daerah pemasaran PT. Semen Baturaja.

Dalam jangka panjang kereta api akan lebih efisien menggantikan angkutan truck terutama untuk jarak jauh. Kesulitan utama adalah investasi. Untuk mengadakan/menambah jaringan kereta api akan memerlukan invetsasi yang sangat besar yang tidak mungkin dipikul oleh pabrik semen sendiri. Hingga saat ini pembangunan moda transportasi ini masih kecil porsinya karena keterbatasan jaringan klereta api, sehingga jadwal perjalanan masih tidak menjamin kepastian.

b) angkutan truck

Moda angkutan ini merupakan yang paling penting dan seluruh pabrik semen yang ada menggunakan sarana angkutan ini untuk menyalurkan produksinya ke distributor atau agen. Di Pulau Jawa, walaupun tersedia jaringan rel kereta api, tetapi penggunaan truck masih dominan. Akan tetapi, di luar Jawa sering terjadi masalah dalam pengangkutan semen melalui truck. Di samping belum tersedianya

prasarana jalan yang memadai untuk kendaraan truck, juga minimnya jaringan kereta api. Untuk itu, penggunaan moda transportasi jenis lain seperti, angkutan sungai dan angkutan perahu cukup penting dalam mendukung kelancaran pengadaan semen di luar Pulau Jawa.

c) Angkutan laut

Angkutan laut merupakan moda transportasi utama untuk semen. Hal imi terlihat dari fakta keseluruhan pabrik semen beroperasi di Indonesia memiliki akses ke laut. Kondisi geografis indonesia yang luas dan berpulau-pulau menyebabkan angkutan laut menjadi moda utama untuk transportasi semen. Dari seluruh sarana transportasi yang diperlukan untuk angkutan semen, maka sekitar 20 % dari total angkutan semen untuk kebutuhan dalam negeri menggunakan angkutan laut. Semen yang diangkut melalui laut dapat berupa semen curah maupun semen dalam kantong. Pabrik-pabrik yang mengangkut semen dalam curah dewasa ini adalah PT. SAI, PT. SP, dan PT. ITP. Pengangkutan semen curah memerlukan sarana khusus untuk pemuatan dan pembongkaran di pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar serta menggunakan kapal khusus semen curah. Sarana bongkar muat tersebut termasuk silo-silo dan unit pengantongan di pelabuhan bongkar. Dalam waktu dekat, PT. ST juga akan membangun fasilitas bongkar muat semen curah diberbagai tempat di Indoensia Timur dan Kalimantan untuk menampung hasil produksi dari unit perluasan pabrik ini. Dengan makin banyaknya silo yang dibangun di berbagai tempat diharapkan kelancaran distribusi lebih terjamin. Pada saat ini banyak menggunakan sarana angkutan laut adalah PT. SP dan PT. ST karena lebih dari 60% hasil produksinya diangkut melalui laut. Lebih dari 50 pelabuhan besar dan kecil menjadi tujuan-tujuan kapal-kapal yang dimuat dari kedua pabrik semen tersebut. PT. SP untuk mensupply ke daerah pemasaran PT. ST yang mencakup

Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTT, NTB dan Papua. Dengan pola distribusi semacam ini jelas memperlihatkan adanya efisiensi dalam distribusi semen melalui laut. Pendirian pabrik baru atau perluasan pabrik yang sudah ada di Indonesia Timur diharapkan memecahkan masalah kerawanan pasokan dan sekaligus meningkatkan efisiensi distribusi semen melalui laut.

d) Pelabuhan

Pelabuhan bongkar muat semen dalam rangka distribusi semen ke daerah-daerah pada umumnya belum memiliki fasilitas yang memadai. Hal ini sering menyebabkan terlambatnya kelancaran distribusi semen. Apalagi jika pelabuhan tersebut merupakan jalan masuk satu-satunya ke pasaran di daerah yang bersangkutan. Pelabuhan muat, kongesti sering terjadi baik karena memang jumlah kapal yang melaksanakan bongkar muat meningkat sangat banyak melampaui kemampuan pengembangan sarana pelabuahan. Masih sering terjadi kapal harus menunggu kesiapan dermaga baik untuk muat maupun bongkar semen dalam waktu lebih dari 2 minggu. Pabrik-pabrik baru terpaksa membangun dermaga khusus semen apabila kapal-kapalnya tidak ingin terkena kongesti.

Gambar 5.4.

Wilayah Distribusi Dari Tiga Pemain Utama Semen, 2008

Sumber : CIC, 2009

Dari Gambar 5.4 terlihat bahwa Semen Gresik Group memiliki wilayah distibusi ke seluruh Indonesia, berkat lokasi pabriknya yang stategis, yakni Semen Padang untuk wilayah Indonesia Barat, Semen Gresik untuk wilayah Indonesia Tengah dan Semen Tonasa untuk wilayah Indonesia Timur. Terlihat pula bahwa SGG menguasai pasar di hampir seluruh wilayah nusantara. PT Indocement juga memiliki wilayah distribusi yang luas ke seluruh Indonesia dan memiliki pangsa yang berimbang dengan SGG untuk Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Sementara itu, Holcim baru memiliki jaringan distribusi yang terdapat di Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

e) Gudang

Pada umumnya pabrik-pabrik di Indonesia menurut ASI tidak mempunyai gudang sendiri untuk menyimpan semen-semen yang sudah dikantongkan, baik pusat-pusat distribusi maupun di daerah-daerah pemasarannya. Gudang-gudang yang ada di daerah-daerah-daerah-daerah pemasaran atau di pusat-pusat distribusi, biasanya dimiliki atau disewa oleh Distributor/Sub-Distributor. Keharusan memiliki gudang bagi Distributor dan Sub-Distributor memang dipersyaratkan oleh Kementerian Perdagangan agar dapat ditunjuk atau diangkat sebagai Distributor/Sub-Distributor semen.

Pemilikan gudang sendiri oleh pabrik-pabrik semen hanya akan menyebabkan tambahan terhadap biaya penjualan. Gudang untuk semen curah yang berwujud silo umurnnya ada dipabrik. Dewasa ini silo-silo tersebut mulai dikembangkan di pusat-pusat pemasaran seperti di Batam yang dimiliki oleh PT SP dan PT SAI, di Jakarta yang

dimiliki oleh PT SP, di Surabaya yang dimiliki oleh PT ITP dan tempat-tempat lain sedang dibangun oleh PT ST (Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara). Pada proyek-proyek besar, penggunaan silo-silo kecil adalah untuk menampung semen curah yang dikirim langsung dari pabrik.untuk daerah-daerah tertentu dimana transportasi menjadi kesulitan umum, adanya gudang-gudang penumpukan memang bisa menghindari terjadinya kerawanan stock semen. Tetapi hal ini tidak akan memecahkan persoalan untuk jangka panjang karena masalah utamanya adalah kesulitan transportasi. Dengan pembangunan silo-silo yang dilengkapi dengan unit-unit pengepakan diharapkan dapat diatasi masalah kerawanan stock semen di daerah-daerah, akan tetapi pembangunan silo ini membutuhkan investasi yang cukup besar, oleh karenanya hanya dapat dilaksanakan apabila kebutuhan di daerah yang bersangkutan cukup tinggi agar pembangunan silo tersebut layak (sekitar 100-150.000 ton semen setahun).

7. Konsumen

Konsumen atau pasar dari hasil produksi semen di Indonesia adalah konsumen dalam negeri dan luar negeri.

5.2.2. Katalog Produk Semen

Berikut ini adalah beberapa jenis semen yang secara umum banyak terdapat di pasaran dan diproduksi oleh pabrikan di Indonesia serta beberapa informasi tentang kegunaannya:

Dokumen terkait