• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN SUMBER DAYA INVESTASI Jln. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN SUMBER DAYA INVESTASI Jln. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan"

Copied!
296
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN RANTAI PASOK SEMEN UNTUK

MENDUKUNG INVESTASI INFRASTRUKTUR

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

PUSAT PEMBINAAN SUMBER DAYA INVESTASI

Jln. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Tahun Anggaran 2012

(2)

KATA PENGANTAR

Laporan Akhir Kajian Rantai Pasok Semen Untuk Mendukung Investasi

Infrastruktur ini merupakan hasil dari keseluruhan kegiatan studi yang

disampaikan oleh Konsultan kepada Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum, sebagai tanggung jawab Konsultan berdasarkan Kontrak Kerja Nomor KU.02.08-Ki.1/V/851 tertanggal 23 Mei 2012.

Secara garis besar, Laporan Akhir ini berisikan hal-hal pokok berikut:

 Latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup kerja, keluaran yang diharapkan, lokasi studi, dan durasi pekerjaan;

 Tinjauan terhadap kebijakan / peraturan yang terkait dengan pembangunan infrastruktur dan industri semen nasional;

 Metodologi kajian;

 Pelaksanaan survey;

 Gambaran umum industri semen nasonal;

 Kondisi tata niaga semen nasional;

 Analisis;

 Konsep pengembangan sistem rantai pasok dan distribusi semen nasional yang efektif dan efisien;

 Kesimpulan dan saran (rekomendasi).

Dengan tersusunnya Laporan Akhr ini, Konsultan menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum, yang selama ini telah mempercayai Konsultan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Mudah-mudahan hasil studi ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi Pemerintah dalam proses penyusunan kebijakan di masa mendatang.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1-1

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1-5

1.3 SASARAN 1-5

1.4. LINGKUP KEGIATAN 1-6

1.5. KELUARAN YANG DIHARAPKAN 1-6

1.6. LOKASI KEGIATAN 1-6

1.7. REFERENSI HUKUM 1-6

1.8. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN 1-8

BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

DAN PENYELENGGARAAN INDUSTRI SEMEN NASIONAL KE

DEPAN

2.1. KERANGKA KEBIJAKAN RPJP NASIONAL DI BIDANG INFRASTRUKTUR (2005-2025) 2-1 2.2. KERANGKA KEBIJAKAN RPJM NASIONAL – II (2010-2014) 2-4 2.3. KERANGKA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DALAM KONTEKS RPJP

DAN RPJMN-II BIDANG PEKERJAAN UMUM 2-6

2.4. PROFIL RENCANA INVESTASI DALAM KONTEKS KEBIJAKAN MP3EI 2-16

2.5. KERANGKA KEBIJAKAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL 2-20

(4)

2.7. KEBIJAKAN INDUSTRIALISASI YANG RESPONSIF TERHADAP ISU PERUBAHAN

IKLIM 2-28

BAB 3 METODOLOGI STUDI

3.1. KERANGKA PIKIR STUDI (MAKRO) 3-1

3.2. KERANGKA OPERASIONAL STUDI (MIKRO) 3-3

3.3 TAHAPAN STUDI 3-5

3.3.1 Tahap Awal 3-6

3.3.2. Tahap Kompilasi dan Olah Data 3-7

3.3.3. Tahap Analisis 3-8

3.3.4. Tahap Formulasi Model dan Rekomendasi 3-10

3.4. KONSEP PENDEKATAN DAN METODE ANALISIS 3-12

3.4.1. Supply Chain Management (SCM) 3-12

3.4.2. Komponen Supply Chain Management 3-14

3.4.3. Struktur dan Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Supply Chain Management 3-16

3.4.4. Pemodelan Sistem 3-18

3.4.5. Simulasi Sistem 3-21

3.4.6. Sistem Dinamik 3-22

3.4.7. Implementasi Pengelolaan Supply Chain suatu Komoditi Berbasis Sistem

Dinamik 3-24

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

4.1. PERSIAPAN KEGIATAN SURVEY 4-1

4.2. GAMBARAN UMUM LOKASI SURVEY 4-2

4.2.1. Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan 4-5

4.2.2. Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat 4-7

4.2.3. Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah 4-9

4.2.4. Kota Jayapura, Provinsi Papua 4-11

4.3. DATA HASIL SURVEY LAPANGAN 4-12

4.4. KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN SURVEY 4-29

4.5. PELAKSANAAN FOCUSED GROUP DISCUSSION 4-29

(5)

5.1. PROFIL PELAKU INDUSTRI SEMEN NASIONAL 5-1

5.1.1. Semen Gresik Group 5-1

5.1.2. PT. Holcim Indonesia Tbk. 5-6

5.1.3. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 5-7

5.1.4. Semen Andalas Indonesia 5-8

5.1.5. Semen Baturaja 5-9

5.1.6. Semen Kupang 5-10

5.1.7. Semen Bosowa Maros 5-12

5.2. SISTEM PRODUKSI SEMEN NASIONAL 5-14

5.2.1. Siklus Hidup Semen 5-14

5.2.2. Katalog Produk Semen 5-25

5.2.3. Bahan Baku Produksi Semen 5-28

5.3. KAPASITAS PRODUKSI SEMEN NASIONAL 5-30

5.4. PANGSA PASAR SEMEN NASIONAL 5-35

5.4.1. Pangsa Pasar Semen Dalam Negeri 5-35

5.4.2. Pangsa Pasar Semen Per Pulau 5-40

5.4.3. Konsumsi Semen Berbasis Provinsi di Indonesia 5-51

5.4.4. Daerah Tujuan Ekspor Semen Nasional 5-54

5.5. PERKEMBANGAN PRODUKSI, KONSUMSI DAN UTILISASI SEMEN NASIONAL 5-56 5.5.1. Perkembangan Produksi dan Utilisasi Semen Nasional 5-56

5.5.2. Perkembangan Impor Semen 5-59

5.5.3. Perkembangan Ekspor Semen 5-60

5.5.4. Perkembangan Terkini Produksi dan Konsumsi Semen Nasional 5-61 5.6. TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI SEMEN NASIONAL KE DEPAN 5-65

BAB 6 KONDISI TATA NIAGA SEMEN NASIONAL SAAT INI

6.1. POLA SUPPLY-DEMAND PRODUK SEMEN NASIONAL SAAT INI 6-1 6.1.1. Karakterisik Supply-Demand Semen Nasional 6-2

6.1.2. Market Share Semen Nasional 6-6

6.2. MEKANISME DISTRIBUSI (LOGISTIK) SEMEN NASIONAL SAAT INI 6-8

BAB 7 ANALISIS

7.1. KECENDERUNGAN PERMINTAAN PRODUK SEMEN NASIONAL DI MASA

(6)

7.2. ESTIMASI KEBUTUHAN PASOKAN SEMEN BERBASIS ANGGARAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DALAM KERANGKA RPJM NASIONAL-II DAN MP3EI 7-7 7.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SEMEN NASIONAL 7-32 7.4. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DALAM SISTEM PRODUKSI SEMEN NASIONAL

SAAT INI 7-35

7.5. KONDISI DAN PERMASALAHAN SISTEM DISTRIBUSI SEMEN NASIONAL 7-38 7.5.1. Sistem Distribusi Semen Nasional yang Berlaku Saat Ini 7-38 7.5.2. Kendala Distribusi Semen Nasional Saat Ini 7-41 7.5.3. Dampak Ketidakefisienan Akibat Sistem Distribusi yang Terkendala 7-44 7.6. KONDISI DAN PERMASALAHAN TEKNOLOGI YANG TERKAIT DENGAN PRODUKSI

DAN PENGGUNAAN SEMEN NASIONAL 7-45

7.7. KONKLUSI PERMASALAHAN SISTEM PRODUKSI DAN TATA NIAGA SEMEN

NASIONAL 7-46

BAB 8 KONSEP PENGEMBANGAN SISTEM RANTAI PASOK DAN

DISTRIBUSI SEMEN NASIONAL YANG EFEKTIF DAN

EFISIEN

8.1. PENDEKATAN DAN ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM

RANTAI PASOK SEMEN NASIONAL 8-1

8.2. KERANGKA KEBIJAKAN SISTEM RANTAI PASOK DAN DISTRIBUSI SEMEN

NASIONAL YANG EFEKTIF DAN EFISIEN 8-7

8.3. STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN 8-9

8.3.1. Aspek Produksi (supply) 8-10

8.3.2. Aspek Konsumsi (demand) 8-14

8.3.3. Aspek Distribusi 8-16 8.3.4. Aspek Teknologi 8-17 8.4. TAHAPAN IMPLEMENTASI 8-18

BAB 9 PENUTUP

9.1. KESIMPULAN 9-1 9.2. REKOMENDASI 9-2 DAFTAR BACAAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kendala Pengembangan Sektor Pariwisata Nasional 2-12 Tabel 2.2. Prediksi PDB dan Kebutuhan Investasi Pembangunan

Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman tahun

2010-2014 (dalam Triliun Rp) 2-14

Tabel 2.3. Estimasi Kebutuhan Semen sampai dengan 2025 2-15 Tabel 2.4. Estimasi Kebutuhan Semen berdasarkan anggaran

infrastruktur RPJMN-II dan MP3EI 2-15

Tabel 2.5. Estimasi Kebutuhan Investasi infrastruktur dalam kerangka

MP3EI 2-20

Tabel 2.6. Tarif bea masuk produksi semen berdasarkan HS Tahun

2008 2-24

Tabel 3.1. Komponen Kajian 3-5

Tabel 3.2. Metode Analisis Komponen Kajian 3-9

Tabel 3.3. Situasi Kelangkaan Minyak Solar 3-35

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Survey Lapangan 4-2 Tabel 4.2. Nilai Konstruksi Menurut Kelompok Jenis Bangunan di Kota

Palembang 4-7

Tabel 4.3. Rata-rata Harga Semen Tonasa di Kota Palu (Rp) 4-11

Tabel 4.4. Jenis Data Hasil Survey Lapangan 4-14

Tabel 4.5. Hasil Survey Lapangan (interview) di wilayah Palembang 4-16 Tabel 4.7. Hasil Survey Lapangan (interview) di wilayah Papua 4-19 Tabel 4.8. Hasil Survey Lapangan (interview) di wilayah Palu 4-24 Tabel 4.9. Hasil Survey Lapangan (interview) di wilayah Pontianak 4-28 Tabel 4.10. Butir-butir Masukan Stakeholders dalam Kegiatan FGD

Rantai Pasok Semen 4-30

Tabel 4.11. Respon Pihak Industri terhadap Permasalahan Sistem

Produksi dan Distribusi Semen Nasional 4-34 Tabel 5.1. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen Gresik

Group, 2002-2008 5-3

Tabel 5.2. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen Gresik,

2002-2008 5-4

Tabel 5.3. Perkembangan produksi dan penjualan Semen Padang,

2002-2008 5-5

Tabel 5.4. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen Tonasa,

2002-2008 5-6

Tabel 5.5. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen PT Holcim

(8)

Tabel 5.6. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen PT

Indocement Tunggal Prakarsa, 2002-2008 5-7 Tabel 5.7. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen Andalas,

2002-2008 5-9

Tabel 5.8. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen Baturaja,

2002-2008 5-10

Tabel 5.9. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen Kupang,

2002-2008 5-12

Tabel 5.10. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen Bosowa

Maros, 2002-2008 5-13

Tabel 5.11. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen Nasional,

2002-2008 5-31

Tabel 5.12. Perkembangan Kapasitas Produksi Semen Nasional

2001-2008 5-33

Tabel 5.13. Kapasitas dan Produksi klinker di Indonesia 5-34 Tabel 5.14. Kapasitas dan Produksi Semen di Indonesia 5-34 Tabel 5.15. Perkembangan Penjualan Semen Dalam Negeri, 2002-2008 5-36 Tabel 5.16. Perkembangan Penjualan Semen Dalam Negeri menurut

Produsen, 2002-2008 5-37

Tabel 5.17. Pertumbuhan Konsumsi Semen Per Wilayah di Indonesia,

1999 – 2008 (000) 5-41

Tabel 5.18. Konsumsi Semen Per Wilayah dan Pangsanya, 1999 - 2008

(dalam ribu ton) 5-42

Tabel 5.19. Perkembangan konsumsi Semen di Pulau Sumatera 1999–

2008 5-44

Tabel 5.20. Konsumsi Semen Per Kapita di Pulau Sumatera, 1999-2008 5-44 Tabel 5.21. Perkembangan Konsumsi Semen di Pulau Jawa, 1999-2008 5-46 Tabel 5.22. Konsumsi Semen per kapita di Pulau Jawa, 1999-2008 5-46 Tabel 5.23. Perkembangan Konsumsi Semen di Wilayah Kalimantan,

1999-2008 5-47

Tabel 5.24. Konsumsi Semen per kapita di Wilayah Kalimantan, 1999-

2008 5-48

Tabel 5.25. Perkembangan Konsumsi Semen di Pulau Sulawesi,

1999-2008 5-49

Tabel 5.26. Konsumsi Semen per kapita Pulau Sulawesi, 1999-2008 5-49 Tabel 5.27 Perkembangan Konsumsi Semen di Nusa Tenggara dan Bali,

1999 – 2008 5-50

Tabel 5.28. Konsumsi Semen per kapita di Nusa Tenggara dan Bali,

1999 – 2008 5-50

Tabel 5.29. Perkembangan Konsumsi Semen di Maluku dan Papua, 1999

– 2008 5-51

Tabel 5.30. Konsumsi Semen per kapita di Maluku dan Papua, 1999 –

2008 5-51

(9)

Tabel 5.32. Negara Tujuan Ekspor Klinker dan Semen Nasional 5-54 Tabel 5.33. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen Nasional,

2002-2008 5-58

Tabel 5.34. Perkembangan Kapasitas Produksi Semen Nasional

2001-2008 5-59

Tabel 5.35. Perkembangan Impor Semen, 2005-2008 5-60 Tabel 5.36. Perkembangan Volume Ekspor Semen melalui Produsen,

2002-2008 5-61

Tabel 7.1. Estimasi Kebutuhan Material dan Alat Berat untuk Mendukung Pembangunan Infrastruktur dalam Kerangka

RPJMN-II dan MP3EI (selama 2012-2014) 7-7 Tabel 7.2. Estimasi Kebutuhan Anggaran Pengadaan Material Semen

dalam Kerangka RPJMN-II dan MP3EI (selama 2012-2014) 7-8 Tabel 7.3. Estimasi Kebutuhan Anggaran Pembangunan Infrastruktur

dalam Kerangka RPJMN-II 2010-2014 7-10

Tabel 7.4. Estimasi Kebutuhan Anggaran Pembangunan Infrastruktur

dalam Kerangka MP3EI 2011-2025 7-21

Tabel 7.5. Estimasi Tambahan Kebutuhan Semen setiap Tahun dalam kerangka waktu Implementasi Kebijakan MP3EI selama

2011-2025 7-29

Tabel 7.6. Estimasi Tambahan Kebutuhan Semen dalam Kerangka MP3EI menurut Koridor Ekonomi (2011-2025) – dalam Juta

Ton 7-31

Tabel 7.7. Biaya Logistik Nasional dan Komparasinya dengan Negara

Lain 7-43

Tabel 7.8. Pokok-pokok Masalah dalam Sistem Produksi dan Tata

Niaga Semen Nasional 7-47

Tabel 8.1. Perkembangan Utilisasi Semen Nasional (2002-2011) 8-4 Tabel 8.2. Peramalan Ketersediaan Semen Nasional (2012-2025) 8-6

Tabel 8.3. Tahapan Implementasi Kebijakan 8-19

Tabel 8.4. Kondisi yang Diharapkan dalam Implementasi Rantai Pasok dan Distribusi Semen Nasional dalam Kerangka

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tahapan Pembangunan Nasional 2005-2025 2-6 Gambar 2.2. Dua Puluh Dua Kegiatan Ekonomi Utama dalam MP3EI 2-17 Gambar 2.3. Hubungan antara MP3EI dengan rencana pembangunan

Pemerintah 2-18

Gambar 2.4. Enam Koridor Ekonomi Utama dalam MP3EI 2-19 Gambar 2.5. Kerangka Kerja Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS) 2-21 Gambar 2.6. Kerangka Keterkaitan Industri Semen 2-28

Gambar 3.1. Kerangka Pikir Studi (Makro) 3-1

Gambar 3.2. Kerangka Operasional Studi (Mikro) 3-4

Gambar 3.3. Tahapan Pelaksanaan Studi 3-6

Gambar 3.4. Tahapan dalam Metode Sistem Dinamis 3-11

Gambar 3.5. Konsep Supply Chain Management 3-12

Gambar 3.6. Cakupan Supply Chain Management 3-14 Gambar 3.7. Paradigma Lama Supply Chain Management 3-17 Gambar 3.8. Paradigma Baru Supply Chain Management 3-17

Gambar 3.9. Diagram Input – Output 3-26

Gambar 3.10. Big Picture Mapping Supply Chain pada Industri Semen 3-27

Gambar 3.11. Causal Loop aktual 3-27

Gambar 3.12. Causal Loop Diagram 3-28

Gambar 3.13. Model Dinamika Sistem Distribusi Minyak Solar 3-32 Gambar 4.1. Posisi Kota Palembang dalam Konstelasi Wilayah Provinsi

Sumatera Selatan 4-5

Gambar 4.2. Posisi Kota Pontianak dalam Konstelasi Wilayah Provinsi

Kalimantan Barat 4-8

Gambar 4.3. Posisi Kota Palu dalam Konstelasi Wilayah Provinsi

Sulawesi Tengah 4-10

Gambar 4.4. Posisi Kota Jayapura dalam Konstelasi Wilayah Provinsi

Papua 4-13

Gambar 5.1. Komposisi Saham PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. 5-1

Gambar 5.2. Siklus Hidup Semen Nasional 5-15

Gambar 5.3. Pola Saluran Distribusi Semen 5-18

Gambar 5.4. Wilayah Distribusi Dari Tiga Pemain Utama Semen, 2008 5-23 Gambar 5.5. Perkembangan Produksi dan Penjualan Semen, 2002-2008 5-30

(11)

Gambar 5.6. Sebaran Pabrik Semen di Indonesia pada tahun 2008 5-32 Gambar 5.7. Kapasitas Pabrik Semen di Indonesia, 2008 5-35 Gambar 5.8. Perkembangan Produksi, impor, Ekspor Dan Penjualan

Dalam Negeri Semen, 2002-2008 5-36

Gambar 5.9. Porsi Penjualan Semen Menurut Kemasan 2008 5-40 Gambar 5.10. Perkembangan Konsumsi Semen Per Wilayah, 1999 – 2008 5-40 Gambar 5.11. Laju Pertumbuhan Konsumsi Semen Perwilayah, 1999 –

2008 5-41

Gambar 5.12. Perkembangan Produksi dan Utilisasi Industri Semen

Nasional, 2001 – 2008 5-57

Gambar 5.13. Perkembangan Ekspor Semen, 2002-2008 5-60 Gambar 5.14. Proyeksi Kapasitas, Produksi dan Konsumsi Tahun 2010–

2020 5-66

Gambar 6.1. Pola Supply Semen Nasional di wilayah Sumatera

(2007-2011) 6-2

Gambar 6.2. Pola Supply Semen Nasional di wilayah Jawa (2007-2011) 6-3 Gambar 6.3. Pola Supply Semen Nasional di wilayah Bali dan Nusa

Tenggara (2007-2011) 6-4

Gambar 6.4. Pola Supply Semen Nasional di wilayah Kalimantan

(2007-2011) 6-5

Gambar 6.5. Pola Supply Semen Nasional di wilayah Sulawesi

(2007-2011) 6-5

Gambar 6.6. Pola Supply Semen Nasional di wilayah Maluku dan Papua

(2007-2011) 6-6

Gambar 6.7. Perkembangan Market share Semen Nasional berbasis

wilayah (2010-2011) 6-7

Gambar 6.8. Perkembangan Market share Semen Nasional berbasis

Perusahaan (2010-2011) 6-8

Gambar 6.9. Skema Jalur Distribusi Semen 6-10

Gambar 6.10. Pola Pengangkutan Produk Semen 6-15

Gambar 7.1. Proyeksi Semen dan Laju Pertumbuhannya, 2009-2014 7-1 Gambar 7.2. Proyeksi Konsumsi Semen menurut Wilayah, 2009 – 2014 7-2 Gambar 7.3. Proyeksi Pangsa Konsumsi Semen Menurut Wilayah, 2009 –

2014 7-3

Gambar 7.4. Pola Fluktuasi Pasokan Semen Nasional selama 2007-2011 7-4 Gambar 7.5. Pola Fluktuasi Pasokan Semen di Wilayah Papua dan Maluku

selama 2007-2011 7-5

Gambar 7.6. Pola Fluktuasi Penjualan Semen Gresik secara Nasional

selama 2007-2011 7-6

Gambar 7.7. Pola Fluktuasi Penjualan Semen Holcim secara Nasional

selama 2007-2011 7-6

Gambar 7.8. Grafik Perkiraan Laju Konsumsi Semen Nasional selama

(12)

Gambar 7.9. Evolusi Fokus Manajemen Operasi di bidang Industri 7-32 Gambar 7.10. Grafik Perkembangan Consumer Confidence Index Indonesia

Januari 2008-Januari 2012 7-35

Gambar 7.11. Grafik Perkembangan Produksi BBM domestik dan impor

2005-2011 7-37

Gambar 7.12. Pola Jaringan Distribusi Semen dari Lokasi Pabrik ke Lokasi

Pemasaran 7-39

Gambar 7.13. Pola Jaringan Distribusi Semen dari Lokasi Pabrik ke Lokasi

Pemasaran pada Perusahaan Semen Holcim 7-40 Gambar 7.14. Skema Alur Sistem Monitoring Aktivitas Order dan

Pengangkutan Semen pada Perusahaan Semen Holcim 7-41 Gambar 8.1. Causal Loop Supply and Demand Semen Nasional 8-2 Gambar 8.2. Diagram Alir Supply and Demand Semen Nasional 8-3 Gambar 8.3. Diagram Alir Supply and Demand Semen Nasional Berbasis

Skenario 3 8-5

Gambar 8.4. Siklus Perencanaan, Distribusi, dan Konsumsi Komoditas

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

“Infrastruktur” mengacu pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,

air, bangunan, dan fasilitas publik lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara ekonomi dan sosial. Dalam hal ini, Infrastruktur berperan sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi dan sebaliknya, apabila mengabaikannya akan menurunkan produktivitas. Untuk itu, diperlukan peningkatan laju pembangunan infrastruktur guna mendorong sektor riil agar tetap bergerak, dan memacu roda perekonomian suatu Negara.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terus ditingkatkan apabila didukung dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai. Dewasa ini, kondisi infrastruktur Indonesia dianggap sebagai salah satu penghambat masuknya investasi diberbagai kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, dibutuhkan percepatan pembangunan infrastruktur. Salah satu program yang dicanangkan pemerintah dalam memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6.4%-7.5% pada tahun 2011-2014, dan 8%-9% pada periode 2015-2025. Terkait hal ini, pemerintah menetapkan fokus investasi yang akan dikembangkan pemerintah hingga tahun 2025 yaitu sektor

(14)

pangan, infrastruktur, dan energi. Adapun biaya untuk mendukung program MP3EI diproyeksikan sebagai berikut.

Tabel 1.1.

Indikasi Investasi Untuk Infrastruktur Dalam MP3EI

No Bidang Indikasi Alokasi Dana

(IDR Triliun)

1 Infrastruktur Jalan 339

2 Infrastruktur Pelabuhan 117

3 Infrastruktur Power & Energi 681

4 Infrastruktur Bandar 32

5 Infrastruktur Rel Kereta 326

6 Utilitas Air 18

7 Telematika 242

8 Infrastruktur Lainnya 31

Total 1.786

Sumber: Bappenas

*Catatan: Jumlah tersebut terdiri dari investasi dari Pemerintah, Badan Usaha milik Negara, dan sektor swasta

Seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur yang dicanangkan pemerintah, diproyeksikan pembangunan infrastruktur dalam skala besar akan terjadi secara bersamaan. Penyelenggaraan infrastruktur berskala besar tersebut membutuhkan dukungan berbagai sumber daya, antara lain sumber daya manusia, biaya, material dan peralatan. Kurangnya dukungan ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak pada terhambatnya pembangunan infrastruktur.

Salah satu sumber daya material yang bernilai sangat strategis dalam penyelenggaraan konstruksi adalah material semen. Konsumsi semen di Indonesia akan linier dengan pertumbuhan perekonomian nasional serta pembangunan infrastruktur dan property. Penggunaan semen sangat luas dalam pembangunan, baik di proyek-proyek besar seperti infrastruktur publik dan bangunan gedung berskala besar, maupun pemenuhan kebutuhan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya

(15)

seperti perbaikan rumah, prasarana lingkungan, dan sebagainya. Diperkirakan kebutuhan semen untuk mendukung kegiatan non-konstruksi sebesar 70-75% dari konsumsi semen nasional. Dengan kondisi infrastruktur di Indonesia yang masih kurang memadai, industri semen makin prospektif karena semen akan banyak dibutuhkan seiring percepatan pembangunan infrastruktur yang dicanangkan pemerintah.

Kapasitas produksi semen nasional dari 9 pabrik semen besar yang beroperasi di berbagai wilayah indonesia adalah 53,01 juta ton pada tahun 2010. Selama tahun 2011 industri semen Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan kapasitas produksi semen yang cukup signifikan -sebesar 7,14%- apabila dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah volume mencapai 56,796 juta Ton.

Dilain pihak, konsumsi semen di Indonesia berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyebutkan, penjualan semen di Indonesia 2010 sebanyak 40,77 juta ton atau meningkat 4,42% dari tahun 2009 sebesar 39,05 juta ton. Dan pada tahun 2011 penjualan semen dalam negeri mencapai angka 48,0 juta ton atau naik 17,71% dari tahun 2010. Berdasarkan data tersebut, rasio utilitas yaitu perbandingan antara konsumsi semen terhadap kapasitas produksi semen pada tahun 2011 mencapai 85%.

Mengacu pada rasio utilitas di atas, seharusnya supply dan demand semen di Indonesia sudah memadai. Namun, masih ditemukan berbagai permasalahan terkait dengan dukungan semen terhadap penyelenggaraan infrastruktur. Pertama, sampai saat ini belum dapat dirumuskan kebutuhan semen secara nyata. Para pengguna semen belum banyak yang melaporkan kebutuhan dan penggunaan semen sesuai dengan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Kebutuhan semen seyogyanya dirumuskan berdasarkan daftar volume pekerjaan yang terdapat dalam dokumen perencanaan teknis atau

(16)

sekurang-kurangnya berdasarkan statistic penggunaan semen tahun-tahun sebelumnya.

Kedua, kapasitas produksi belum menunjukkan produksi maksimum yang dapat segera dioperasikan pada saat terjadinya peningkatan kebutuhan semen. Oleh karena itu, pengguna masih mengalami keraguan dalam meningkatkan kebutuhan semen.

Ketiga, pada satu sisi kebutuhan semen semakin meningkat dari tahun ke tahun, di sisi lain pengembangan kapasitas produksi semen menghadapi tantangan terkait dengan lingkungan hidup. Oleh karena itu, perlu dirumuskan upaya-upaya mitigasi dampak lingkungan yang lebih efektif dan dapat diterima oleh masyarakat penerima dampak disekitar rencana lokasi pengembangan industri semen. Selain masalah lingkungan, pengembangan industri semen nasional harus tetap dijaga sebagai modal industri nasional yang telah banyak memberikan manfaat ekonomi bagi rakyat Indonesia. walaupun demikian, industri semen nasional dan tata niaga semen harus tetap mengutamakan efisiensi sehingga mampu memberikan harga semen yang berdaya saing.

Keempat, masih terjadi disvarietas harga di wilayah tertentu khususnya pada saat kebutuhan semen mencapai puncaknya. Walaupun secara nasional ketersediaan semen memadai, tetapi di wilayah tersebut semen sulit diperoleh, sehingga harga semen menjadi lebih mahal. Salah satu penyebab dari kelangkaan tersebut adalah sistim distribusi semen ke wilayah tersebut. Di Balikpapan misalnya, kapasitas pelabuhan menjadi relative terbatas karena kegiatan ekonomi sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan distribusi semen terhambat oleh kegiatan bongkar-muat komoditi lainnya yang menjadi prioritas utama dalam peekonomian, misalnya bahan pokok. Untuk lebih menjamin pasokan semen secara berkelanjutan, permasalahan distribusi seperti contoh di atas perlu di petakan.

(17)

Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi bermaksud menyelenggarakan kegiatan Kajian Pengelolaan Rantai Pasok Semen Untuk Mendukung Investasi Konstruksi. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memperoleh informasi terkait kondisi dan permasalahan rantai pasok semen serta membangun kesepahaman diantara pemangku kepentingan yang terkait untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi, sehingga penyelenggaraan infrastruktur di Indonesia dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

 Maksud kegiatan ini adalah untuk mengkaji keseimbangan ketersediaan dan kebutuhan serta tata niaga semen untuk mendukung program penyelenggaraan infrastruktur

 Tujuan kegiatan ini adalah untuk merumuskan rekomendasi kebijakan peningkatan efektifitas dan efisiensi rantai pasok dan tata niaga semen nasional

1.3. SASARAN

1. Siklus hidup produk semen

2. Rumusan permasalahan rantai pasok semen 3. Katalog produk semen

4. Sistem produksi semen

5. Pasokan bahan baku untuk produksi semen

6. Porsi penggunaan dan produksi semen untuk penyelenggaraan konstruksi/infrastruktur

7. Rumusan ketersediaan semen nasional 8. Rumusan kebutuhan semen nasional

9. Keseimbangan ketersediaan dan kebutuhan semen 10. Tata niaga pasokan semen nasional

(18)

12. Potensi pengembangan industri semen nasional yang berkelanjutan 13. Rumusan rekomendasi kebijakan peningkatan efektifitas dan efisiensi

rantai pasok dan tata niaga semen nasional.

1.4. LINGKUP KEGIATAN

1. Desk study dan referensi benchmark 2. Konsinyasi dan rangkaian diskusi 3. Penyebaran questioner

4. Field Study

5. Wawancara dengan pemasok, produsen, pengguna, investor 6. Focus Group Discussion

7. Workshop

8. Analisis dan rekomendasi 9. Pelaporan

1.5. KELUARAN YANG DIHARAPKAN

Tersusunnya Dokumen Rekomendasi Studi Kajian Rantai Pasok Semen untuk Mendukung Investasi Konstruksi yang dituangkan dalam laporan secara bertahap, yaitu: Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Draft Final, Laporan Final dan Executive Summary.

1.6. LOKASI KEGIATAN

Kegiatan kajian ini berpusat di Jakarta, dengan lokasi pengumpulan data di: 1. Palembang

2. Palu 3. Papua 4. Pontianak

(19)

1. UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan;

2. UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 3. UU No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;

4. PP No. 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi;

5. PP No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

6. PP No. 30 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi;

7. PP No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol;

8. PP No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

9. PP No. 44 tahun 2009 tentang Amandemen PP No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol;

10. PP No. 4 tahun 2010 perubahan PP No. 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi;

11. PP No. 59 tahun 2010 perubahan PP No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

12. PP No. 92 tahun 2011 perubahan kedua PP No. 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi;

13. PP No. 35 tahun 2009 tentang Keikutsertaan Pemerintah dalam Pendirian Perseroan Terbatas untuk Penjaminan Infrastruktur;

14. Perpres No. 67 tahun 2005 tentang Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta(KPS) dalam Penyediaan Infrastruktur;

15. Perpres No. 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan;

16. Perpres No. 13 tahun 2010 tentang Perubahan Perpres No. 67 tahun 2005;

17. Perpres No.78 tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur;

(20)

18. Permenko Perekonomian No: Per-04/M.EKON/06/2006 tentang Tata Cara Evaluasi Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Yang Membutuhkan Dukungan Pemerintah

19. Permen Keuangan No. 38/PMK.OI/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian Risiko Atas Penyediaan Infrastruktur;

20. Permen Keuangan No. 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama pemerintah dengan Badan Usaha;

1.8. JANGKA WAKTU PELAKSANAN

Waktu pelaksanaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah 6 bulan atau 180 (seratus delapan puluh hari) kalender.

(21)

BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

DAN PENYELENGGARAAN

INDUSTRI SEMEN NASIONAL KE

DEPAN

2.1. KERANGKA KEBIJAKAN RPJP NASIONAL DI BIDANG INFRASTRUKTUR (2005-2025)

Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 – 2025 merupakan dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) yang berisikan arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap (lima tahunan) untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam dokumen perencanaan ini, arah pembangunan nasional ke depan adalah:

1. Pembangunan ekonomi; yang diarahkan kepada pemantapan sistem ekonomi nasional untuk mendorong kemajuan bangsa dengan ciri-ciri:

 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan;

 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara;

 Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;

(22)

 Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional;

 APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan memperhatikan hak warga negara serta kewajibannya untuk berperan dalam pembangunan. 3. Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pembangunan,

pelaksanaan pemerintahan daerah didasarkan pada otonomi yang luas. Pelaksanaan otonomi di daerah diupayakan untuk mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan.

Berdasarkan tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun mendatang (selama kurun waktu 2005 hingga 2025) serta dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan faktor-faktor strategis yang muncul, amanat pembangunan sebagai yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, maka Visi Pembangunan Nasional Tahun 2005 – 2025 adalah:

Indonesia yang Maju dan Mandiri, Adil dan Demokratis, serta Aman dan Bersatu dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Visi Pembangunan Nasional Tahun 2005 – 2025 ini mengarah pada pencapaian tujuan pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam mewujudkan Visi tersebut, ditempuh Misi Pembangunan Nasional sebagai berikut.

1. Misi Mewujudkan Indonesia Yang Maju dan Mandiri; adalah mendorong pembangunan yang menjamin pemerataan yang seluas-luasnya didukung

(23)

oleh sumber daya manusia yang berkualitas, infrastruktur yang maju, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berwawasan lingkungan; serta didukung oleh pelaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif. 2. Misi Mewujudkan Indonesia Yang Adil dan Demokratis; adalah

mendorong pembangunan yang menjamin penegakan hukum yang adil, konsekuen, tidak diskriminatif, mengabdi pada kepentingan masyarakat luas, serta meneruskan konsolidasi demokrasi bertahap pada berbagai aspek kehidupan politik agar demokrasi konstitusional dapat diterima sebagai konsensus dan pedoman politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Misi Mewujudkan Indonesia Yang Aman dan Bersatu adalah mendorong pembangunan yang mampu mewujudkan rasa aman dan damai, mampu menampung aspirasi masyarakat yang dinamis, menegakkan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta melindungi segenap bangsa dari setiap ancaman.

Sasaran-sasaran pembangunan ekonomi dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian hal berikut.

1. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh dimana pertanian (dalam arti luas) dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang menghasilkan produk-produk secara efisien dan modern, industri manufaktur yang berdaya saing global menjadi motor penggerak perekonomian, dan jasa menjadi perekat ketahanan ekonomi.

2. Pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai sekitar US$ 6000 dengan tingkat pemerataan yang relatif baik dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5%.

3. Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga.

(24)

Terkait dengan studi ini, pembangunan infrastruktur menjadi hal yang krusial untuk mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, sebagai salah satu arah kebijakan RPJP Nasional 2005-2025. Ketersediaan infrastruktur yang maju diharapkan dapat meningkatkan daya saing nasional sebagai faktor kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada.

2.2. KERANGKA KEBIJAKAN RPJM NASIONAL – II (2010-2014)

Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana dimaksud di atas, pembangunan jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu, tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1, tetapi semua itu memiliki berkesinambungan dari periode ke periode dalam rangka mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka panjang.

Gambar 2.1.

Tahapan Pembangunan Nasional 2005-2025

(25)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ke-2 (2010–2014) merupakan kelanjutan dari pembangunan lima tahunan pertama yang telah dilaskanakan selama periode 2004-2009. Dalam RPJM ke-2 ini, Pemerintah memprioritaskan pembangunan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian.

Sasaran pembangunan ekonomi dan kesejahteraan dalam RPJM ke-2 ini tidak terlepas dari persoalan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dalam kondisi tersebut, Pemerintah bertekad untuk melanjutkan proses percepatan pembangunan ekonomi selama lima tahun ke depan. Dengan pulihnya perekonomian global dalam 1-2 tahun mendatang, capaian tertinggi yang pernah dicapai oleh laju pertumbuhan perekonomian Indonesia sebelum krisis sekitar 7% sudah dapat dipenuhi sebelum tahun terakhir masa 2010-2014.

Percepatan laju pertumbuhan ekonomi ini diharapkan mampu menurunkan tingkat pengangguran terbuka hingga sekitar 5-6% pada akhir tahun 2014, dan kesempatan kerja yang tercipta antara 9,6 juta-10,7 juta pekerja selama periode 2010-2014. Kombinasi antara percepatan pertumbuhan ekonomi dan berbagai kebijakan intervensi pemerintah yang terarah diharapkan dapat mempercepat penurunan tingkat kemiskinan menjadi sekitar 8-10% pada akhir 2014.

Untuk mendukung sasaran tersebut di atas, Pemerintah telah memformulasikan strategi dan arah kebijakan pembangunan infrastruktur dalam kerangka pembangunan jangka menengah kedua (RPJMN-II tahun 2010-2014), sebagai berikut.

1. Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana sesuai Standar Pelayanan Minimal.

(26)

2. Mendukung peningkatan daya saing sektor rill. 3. Meningkatkan kerjasama Pemerintah dan Swasta.

Sarana dan prasarana yang dimaksudkan di sini meliputi: sumber daya air, transportasi, perumahan dan permukiman, komunikasi dan informatika, energi dan kelistrikan, dan penanggulangan semburan lumpur Sidoarjo. Dalam konteks pembangunan sarana dan prasarana tersebut, peranan industri produk semen sangat penting untuk mendukung pelaksanaan pembangunan konstruksi (fisik).

2.3. KERANGKA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

DALAM KONTEKS RPJP DAN RPJMN-II BIDANG PEKERJAAN UMUM

Tahapan dan skala prioritas utama dalam RPJPN untuk RPJM tahap ke-2 (2010 – 2014) untuk bidang pekerjaan umum dan permukiman adalah: 1. Kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan

akuntabel. makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintahan.

2. Kesejahteraan rakyat terus meningkat yang ditunjukkan dari menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran, menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan antardaerah, dan dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan potensial di luar Jawa.

3. Daya saing perekonomian meningkat antara lain melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha yang antara lain didukung oleh pengembangan jaringan infrastruktur transportasi, pengembangan sumber daya air dan pengembangan infrastruktur perumahan dan permukiman.

4. Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi

(27)

sumber daya alam dan lingkungan hidup, menguatnya partisipasi aktif masyarakat; mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; dan yang didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.

Berdasarkan arah pembangunan jangka panjang tersebut, maka prioritas dan fokus pembangunan infrastruktur PU dan permukiman 2010–2014 ditetapkan sebagai berikut:

a. Prioritas Pembangunan

1. Pencapaian pembangunan yang berkelanjutan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Prioritas sebagai bagian dari upaya dan komitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman, dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip efisiensi dan kebertangungjawaban dalam pemanfaatan seluruh sumberdaya yang langka, baik sumber daya alam, manusia, maupun sumberdaya ekonomi. 2. Percepatan pembangunan infrastruktur untuk peningkatan daya saing

perekonomian dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkualitas. Prioritas ini menekankan pentingnya pencapaian kondisi infrastruktur Pekerjaan Umum dan permukiman yang memadai demi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional melalui tersedianya infrastruktur yang memadai dan mampu meningkatkan penyerapan dan penampungan jutaan tenaga kerja.

3. Peningkatan kesejahteraan dan penurunan kesenjangan kesejahteraan antarkelompok masyarakat, dan antardaerah. Prioritas pembangunan ini diarahkan bagi pemenuhan dan memperluas akses terhadap hak-hak dasar yang terkait bidang Pekerjaam Umum dan permukiman seperti

(28)

perumahan, air bersih, sanitasi, permukiman dan lingkungan hidup yang layak, serta percepatan pembangunan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan wilayah-wilayah strategis yang maish tertinggal, terpencil dan kawasan perbatasan.

4. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel yang ditandai dengan terpenuhinya Standar Pelayanan Minimum (SPM) di semua tingkatan pemerintahan. Prioritas ini ditujukan bagi upaya peningkatan kinerja pengelolaan bidang pekerjaan umum dan permukiman yang memenuhi prinsip-prinsip good governance dan mendorong pemerintah daerah untuk dapat memenuhi seluruh jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan permukiman sesuai dengan kewajibannya.

b. Fokus Pembangunan

1. Integrasi Rencana Tata Ruang ke dalam dokumen perencanaan pembangunan dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang. Fokus pembangunan ini ditujukan pada upaya agar rencana tata ruang dijadikan sebagai acuan utama di dalam setiap perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan di tingkat nasional maupun daerah, serta mewujudkan keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis penataan ruang. Upaya ini disertai dengan peningkatan pengawasan dan pengendalian dan pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

2. Pengelolaan sumber daya air untuk peningkatkan ketersediaan air baku bagi domestik, pertanian, dan industri secara berkelanjutan serta mengurangi tingkat resiko akibat daya rusak air. Fokus pembangunan ini ditujukan pada upaya menjaga dan meningkatkan ketahanan air yang dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya air, pola distribusi sumber daya air, dan pola pemanfaatan sumber daya air. Fokus pembangunan

(29)

juga ditujukan pada upaya peningkatan dukungan infrastruktur sumber daya air, khususnya infrastruktur irigasi, mengingat masih tingginya ketergantungan lahan pertanian pangan pada keandalan ketersediaan air baku. Di samping itu fokus pembangunan juga ditujukan pada upaya penyediaan air baku untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bagi permukiman (perkotaan maupun domestik), khususnya penyediaan air baku untuk air minum. Serta fokus pembangunan juga ditujukan untuk mengendalikan tingkat resiko yang diakibatkan oleh daya rusak air seperti banjir, kekeringan, dan abrasi pantai.

3. Pengembangan jaringan infrastruktur transportasi jalan bagi peningkatkan kelancaran mobilitas barang dan manusia serta aksesibilitas wilayah. Fokus pembangunan ini ditujukan pada upaya preservasi dengan pemeliharaan jalan yang tepat waktu agar kondisi jalan semakin membaik, yang selanjutnya dapat menurunkan biaya perbaikan jalan. Di sisi lain, upaya peningkatan jumlah lajur kilometer, yang dilakukan melalui pelebaran jalan, pembangunan jalan layang maupun underpass serta pembangunan jalan baru, untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh peningkatan besaran kendaraan kilometer dan tonase kilometer. Apabila peningkatan ekonomi yang dicerminkan oleh besaran kendaraan kilometer dan tonase kilometer mampu dipenuhi oleh peningkatan kapasitas jalan yang dicerminkan oleh besaran lajur kilometer secara proporsional, maka kecepatan rata-rata kendaraan akan meningkat, sehingga menurunkan biaya ekonomi yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing nasional.

4. Pengembangan perumahan dan permukiman untuk peningkatan hunian yang layak dan produktif. Fokus pembangunan ini ditujukan pada upaya penambahan jumlah hunian (rumah) yang layak bagi masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR); peningkatan kualitas permukiman yang diindikasikan dengan terpenuhinya sarana

(30)

dan prasana permukiman yang memadai seperti air minum, air limbah, drainase dan persampahan; serta upaya revitalisasi maupun penyediaan infrastruktur permukiman di berbagai kawasan yang memiliki peran strategis secara nasional.

Dalam rencananya, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Rencana Strategis (RENSTRA) tahun 2010-2014, telah merumuskan arah kebijakan pembangunan di bidang pekerjaan umum yang menjadi kewenangannya. Terdapat 5 (lima) tujuan yang merupakan sasaran strategis Kementerian PU yang akan dicapai, yaitu sebagai berikut.

a. Tujuan 1: Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk

terlaksananya pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Sasaran: Terwujudnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis bidang penataan ruang, dengan outcome-nya: Tercapainya kesesuaian program pusat dan daerah dengan rencana tata ruang dalam rangka pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah, dan terselesaikannya norma, standar, prosedur, dan kriteria bidang penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan.

b. Tujuan 2: Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur

pekerjaan umum dan pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan daya saing melalui pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan, ketahanan air dan ketahanan energi.

Sasaran:

1) Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan, dengan outcome-nya: Meningkatnya kinerja pengelolaan sumber daya air.

(31)

2) Berkurangnya luas kawasan yang terkena dampak banjir, dengan outcome-nya: Meningkatnya kinerja pengelolaan sumber daya air. 3) Meningkatnya layanan jaringan irigasi dan rawa, dengan

outcome-nya: Meningkatnya kinerja pengelolaan sumber daya air.

4) Meningkatnya kapasitas jalan nasional sepanjang 19.370 km, dengan outcome-nya: (a) meningkatnya panjang peningkatan struktur/pelebaran jalan; dan (b) meningkatnya panjang jalan baru yang dibangun.

5) Meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah, dengan outcome-nya: (a) meningkatnya fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah untuk menuju 60 % kondisi mantap; (b) meningkatnya kondisi mantap jaringan jalan nasional; dan (c) meningkatnya penggunaan jalan nasional.

c. Tujuan 3: Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan

pelayanan infrastruktur dasar bidang permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sasaran:

1) Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang, 1. dengan outcome-nya: (a) terlaksananya pembangunan rusunawa; (b) berkurangnya kawasan kumuh perkotaan; (c) meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman; dan (d) terwujudnya revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan.

2) Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan, dengan outcome-nya: (a) meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman; (b) meningkatnya

(32)

jumlah pelayanan sanitasi; (c) terlaksananya pembinaan kemampuan Pemda/PDAM; (d) meningkatnya cakupan pelayanan air minum; dan (e) berkurangnya potensi timbunan sampah.

3) Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat, dengan outcome-nya: (a) meningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan; dan (b) menurunnya kesenjangan antarwilayah.

4) Meningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada pembangunan infrastruktur permukiman, dengan outcome-nya: (a) meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman; dan (b) tersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak.

d. Tujuan 4: Meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian

pelaksanaan, dan akuntabilitas kinerja untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan umum.

Sasaran: Terwujudnya peningkatan kepatuhan dan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan infrastruktur yang bebas Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), dengan outcome-nya: meningkatkan kualitas pengawasan dan pembinaan serta pemeriksaan terhadap pelaksanaan tugas di lingkup Kementerian PU;

d. Tujuan 5: Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan

jasa konstruksi serta penelitian dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan jasa konstruksi.

(33)

1) Meningkatnya koordinasi, administrasi dan kualitas perencanaan, pengaturan, pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara (BMN), dengan outcome-nya: Terwujudnya pelayanan administrasi pemerintah yang baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. 2) Meningkatnya kualitas kelembagaan dan Sumber Daya Manusia

(SDM) aparatur, dengan outcome-nya: Terwujudnya pelayanan administrasi pemerintah yang baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

3) Meningkatnya kualitas prasarana, pengelolaan data, informasi dan komunikasi publik, dengan outcome-nya: Terwujudnya dukungan sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang memadai di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

4) Meningkatnya kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi di pusat dan daerah, dengan outcome-nya: (a) meningkatnya kualitas kelembagaan, SDM dan kebijakan pembina jasa konstruksi pusat dan daerah; (b) memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha konstruksi yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi; dan (c) meningkatnya kompetensi SDM konstruksi sesuai standar kompetensi kerja nasional dan internasional.

5) Meningkatnya IPTEK dan NSPM (K) siap pakai, dengan outcome-nya: (a) meningkatnya Litbang yang masuk bursa pilihan teknologi siap pakai; (b) meningkatnya kesiapan IPTEK untuk diterapkan stakeholder; (c) diberlakukannya SPMK dan teknologi oleh stakeholder; (d) diterimanya rekomendasi IPTEK oleh stakeholder; dan (e) Peningkatan layanan penyelenggaraan Litbang.

Berdasarkan tujuan dan sasaran yang telah diformulasikan tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum memperkirakan prosentase investasi infrastruktur ke-PU-an dan permukiman masih berkisar antara 1,8% - 2%

(34)

saja dari PDB selama 2010-2014, dengan tingkat pertumbuhan yang stabil dan merata setiap tahunnya. Dari berbagai kajian dan perbandingan dengan negara-negara lainnya diperoleh gambaran bahwa ke depan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi (PDB) sebesar 6%-7% per tahun diperkirakan dibutuhkan alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur (secara keseluruhan) paling tidak 5% dari PDB (dimana lebih kurang sebesar 2,6% – 3% di antaranya adalah infrastruktur ke-PU-an dan permukiman).

Tabel 2.2.

Prediksi PDB dan Kebutuhan Investasi Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman tahun 2010-2014 (dalam Triliun Rp)

Sumber: RENSTRA Kementerian PU 2010-2014

Berdasarkan data estimasi kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur PU dan permukiman di atas, maka pada tahun 2013-2014 dibutuhkan dana investasi kurang lebih sebesar 322 Triliun Rp. Penggunaan dana tersebut sebagian adalah untuk pembangunan konstruksi fisik di bidang PU dan permukiman yang tentunya akan membutuhkan material konstruksi seperti baja dan semen.

(35)

Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian PU memprediksikan kebutuhan material semen untuk mendukung pembangunan infrastruktur hingga tahun 2025 diperkirakan mencapai 70,82 juta ton. Angka ini didasarkan pada pertumbuhan semen selama kurun waktu 2007-2010 sebesar 3,53% per tahun dimana pada posisi 2010, demand semen nasional mencapai 43,09 juta ton.

Tabel 2.3.

Estimasi Kebutuhan Semen sampai dengan 2025

2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025

Juta ton/tahun 43,57 45,11 46,71 48,36 50,06 59,44 70,82

Kg/kapita/tahun 183 - - 197 202 229 261

Khusus untuk tahun 2012, estimasi permintaan material konstruksi berdasarkan anggaran infrastruktur RPJM Nasional-II (2010-2014) diperkirakan mencapai 48,4 juta ton, mencakup 12,1 juta ton untuk infrastruktur dan 36,3 juta ton untuk non-infrastruktur, demikian halnya dengan estimasi permintaan berdasarkan anggaran infrastruktur MP3EI 2012-2015.

Tabel 2.4.

Estimasi Kebutuhan Semen berdasarkan anggaran infrastruktur RPJMN-II dan MP3EI

(36)

2.4. PROFIL RENCANA INVESTASI DALAM KONTEKS KEBIJAKAN MP3EI

Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dilatarbelakangi oleh dinamika tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia yang makin kompleks dan tidak mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap perubahan. Secara geografis, kedudukan Indonesia berada di tengah-tengah Kawasan Timur Asia yang mempunyai potensi ekonomi sangat besar. Dalam aspek perdagangan global, dewasa ini perdagangan South to South, termasuk transaksi antara India–Cina–Indonesia, menunjukkan peningkatan yang cepat. Sejak 2008, pertumbuhan ekspor negara berkembang yang didorong oleh permintaan negara berkembang lainnya meningkat sangat signifikan (kontribusinya mencapai 54%). Hal ini berbeda jauh dengan kondisi tahun 1998 yang kontribusinya hanya 12%. Pertumbuhan yang kuat dari Cina, baik ekspor maupun impor memberikan dampak yang sangat penting bagi perkembangan perdagangan regional dan global. Impor Cina meningkat tajam selama dan setelah krisis ekonomi global 2008. Di samping itu, konsumsi Cina yang besar dapat menyerap ekspor yang besar dari negara-negara di sekitarnya termasuk Indonesia.

Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan luas kawasan terbesar, penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai kekuatan utama negara-negara di Asia Tenggara. Di sisi lain, konsekuensi dari akan diimplementasikannya komunitas ekonomi ASEAN dan terdapatnya ASEAN – China Free Trade Area (ACFTA) mengharuskan Indonesia meningkatkan daya saingnya guna mendapatkan manfaat nyata dari adanya integrasi ekonomi tersebut. Oleh karena itu, percepatan transformasi ekonomi yang dirumuskan dalam MP3EI ini menjadi sangat penting dalam rangka memberikan daya dorong dan daya angkat bagi daya saing Indonesia.

(37)

Pemerintah melalui PerPres No. 32 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 telah menetapkan 22 kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus pengembangan strategi dan kebijakan.

Gambar 2.2.

Dua Puluh Dua Kegiatan Ekonomi Utama dalam MP3EI

Sumber: Kemenko Perekonomian, 2011

Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer

(38)

yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) sebagai komitmen nasional yang berkenaan dengan perubahan iklim global.

Gambar 2.3.

Hubungan antara MP3EI dengan rencana pembangunan Pemerintah

Sumber: Kemenko Perekonomian, 2011

Pembangunan koridor ekonomi (KE) di Indonesia, sebagai wujud implementasi MP3EI, dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai negara yang terdiri atas ribuan pulau dan terletak di antara dua benua dan dua samudera, wilayah kepulauan Indonesia memiliki sebuah konstelasi yang unik, dan tiap kepulauan besarnya memiliki peran strategis masing-masing yang ke depannya akan menjadi pilar utama untuk mencapai visi Indonesia tahun 2025. Dengan memperhitungkan berbagai potensi dan peran strategis masing-masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) KE seperti yang tergambar pada Gambar 2.4.

(39)

Gambar 2.4.

Enam Koridor Ekonomi Utama dalam MP3EI

Sumber: Kemenko Perekonomian, 2011

Tema pembangunan masing-masing koridor ekonomi (KE) dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:

1. KE Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai “Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”;

2. KE Jawa memiliki tema pembangunan sebagai “Pendorong Industri dan Jasa Nasional”;

3. KE Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional”;

4. KE Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai ”Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional”;

5. KE Bali – Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan sebagai ‘’Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional’’;

6. KE Papua – Kepulauan Maluku memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan Pertambangan Nasional”.

Untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi utama, telah diindikasikan nilai investasi yang akan dilakukan di keenam koridor ekonomi

(40)

tersebut sebesar sekitar IDR 4.012 Triliun. Dari jumlah tersebut, Pemerintah akan berkontribusi sekitar 10% (401,2 Triliun Rp) dalam bentuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti: jalan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, serta rel kereta dan pembangkit tenaga listrik, sedangkan sisanya diupayakan akan dipenuhi dari swasta (51%) maupun BUMN (18%) dan campuran (21%). Dari total investasi tersebut, KE Jawa mendapatkan porsi terbesar (32%) dibandingkan 5 KE yang lain. Khusus untuk investasi di bidang infrastruktur, diperkirakan akan membutuhkan investasi sebesar 1.706 Triliun Rp dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 2.5.

Estimasi Kebutuhan Investasi infrastruktur dalam kerangka MP3EI Koridor Ekonomi Investasi (T Rp) Total Investasi (T Rp) Jalan

Pela-buhan Energi & Power

Ban-dara Rel KA Air matika Tele- Lain-nya Jemb Selat Sunda Sumatera 109 9 76 4 70 0,1 50 5 150 473 Jawa 189 45 249 16 105 24 32 138 - 799 Kalimantan 21 10 40 3 35 0,3 19 - - 128 Sulawesi 5 6 25 - - 0,1 34 - - 69 Bali-Nusa Tenggara 19 0 4 3 12 1 4 1 - 44 Papua-Kep. Maluku 57 59 13 0,2 - 2 32 0,1 - 162

Sumber: Kemenko Perekonomian, 2011

2.5. KERANGKA KEBIJAKAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL

PerPres Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS) merupakan rencana induk yang menekankan pada arah dan pola pengembangan sistem logistik nasional. Cetak biru SISLOGNAS merupakan araha dan pedoman bagi pemerintah dan dunia usaha untuk membangun sistem logisik nasional yang efektif dan efisien. Salah satu tujuan dari Cetak Biru SISLOGNAS adalah mengkoordinasikan, mensinkronkan dan mengintegrasikan para pihak terkait dalam melaksanakan kebijakan logistik nasional. Ruang lingkup SISLOGNAS difokuskan pada logistik komoditas strategis dan komoditas ekspor, sehingga

(41)

dengan demikian, produk semen sebagai salah satu komoditas strategis perlu diatur sistem distribusi dan tata niaganya agar dalam implementasinya dapat berjalan efektif dan efisien.

Bagaimana mewujudkan sistem distribusi (logistik) semen nasional yang efektif dan efisien perlu dibangun dengan mengkaitkan atau menselaraskan dengan kebijakan SISLOGNAS. Sinkronisasi tersebut diharapkan agar mampu memberi kontribusi pada upaya mendukung implementasi kebijakan pemerintah sebagaimana telah diformulasikan dalam berbagai dokumen perencanaan seperti MP3EI, disamping sebagai upaya dalam rangka peningkatan daya saing ekonomi nasional.

Gambar 2.5.

Kerangka Kerja Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS)

Sumber: PerPres 26/2012

Dalam tataran operasional, sistem distribusi semen nasional dalam konteks SISLOGNAS adalah terletak pada level Mikro. Dalam Gambar 2.4 ditunjukkan bagaimana proses aliran barang dari Pemasok, Pengadaan, Sistem Produksi & Proyek, Distribusi, dan Konsumen berjalan, dimana di dalamnya terdapat

(42)

aliran informasi dan finansial. Dalam konteks ini, pemasok dapat diidentikkan dengan penyedia bahan baku semen, pengadaan dapat diidentikkan dengan entitas para pemasok bahan baku pada level yang lebih tinggi, misalnya pengepul. Sistem produksi dapat diidentikkan dengan proses industri semen (dalam hal ini adalah Pabrik semen), sedangkan distribusi diidentikkan dengan proses pengangkutan/pengiriman dan pemasaran produk semen kepada konsumen akhir.

2.6. ROAD MAP PENGEMBANGAN INDUSTRI SEMEN 2011-2014

Pengembangan industri nasional sebagaimana diamanatkan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, yang mengamanatkan perlunya peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu. Industri semen merupakan salah satu basis industri manufaktur yang memerlukan peta panduan pengembangan klaster industri semen. Dengan landasan itulah dilahirkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Semen yang dituangkan dalam Permen Nomor : 104/M-Ind/Per/10/2009 Tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Semen tertanggal 14 Oktober 2009.

Peraturan tersebut mencakup 4 (empat) kelompok pembahasan, yaitu: (1) ruang lingkup; (2). Sasaran; (3). Strategi dan kebijakan; (4). Dan Program /rencana aksi.

RUANG LINGKUP

(43)

1. Semen merupakan komoditi strategis yang memanfaatkan potensi sumber daya alam bahan galian non logam berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi dan gipsum (diimpor) melalui proses pembakaran temperatur tinggi (di atas 1.0000 C).

2. Industri semen mempunyai karakteristik : a. Padat modal (capital intensive);

b. Padat energi berupa batubara dalam proses pembakaran dan energi listrik;

c. Bersifat padat (bulky) dalam volume besar sehingga biaya transportasi tinggi.

3. Produsen semen nasional telah mampu memproduksi 11 jenis semen menurut kegunaannya, namun yang paling banyak digunakan adalah semen Portland (tipe I – V), semen komposit/campur dan semen putih. 4. Hasil produksi diutamakan untuk memenuhi kebutuhan nasional untuk

mendukung pembangunan infrastruktur dan perumahan, sedangkan kelebihan produksi diekspor agar proses produksi berkesinambungan dan silo-silo tidak penuh.

5. Industri semen nasional mempunyai daya saing yang tinggi dan termasuk kelompok komoditi yang diperdagangkan tanpa hambatan tarif (BM = 0%) sesuai dengan kesepakatan perdagangan bebas hambatan (FTA).

B.2. Pengelompokan Industri Semen

1. Produsen semen mampu memproduksi berbagai jenis (saat ini ada 11) semen menurut kegunaannya;

2. Tarif Bea Masuk semen sejak tahun 1995 adalah 0% dan mulai tahun 2010 akan menjadi 5%;

3. Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk semen telah direvisi dan akan dinotifikasikan ke Sekretariat WTO bidang standardisasi untuk diberlakukan secara wajib.

(44)

Tabel 2.6.

Tarif bea masuk produksi semen berdasarkan HS Tahun 2008

HS Deskripsi BM PPN (%) SNI 2523.21.00.00 Portland Putih 0 10 15-0129-2004 2523.29.90.00 Portland Pozoland 0 10 15-0302-2004 2523.29.10.00 Portland Type I – V 0 10 15-2049-1004 2523.29.29.00 Portland Campur 0 10 15-3500-2004 2523.90.00.00 Masonry 0 10 15-3758-2004

2523.29.29.00 Semen Portland Komposit 0 10 15-7064-2004 2523.90.00.00 Oil Well Cement (OWC) 0 10 15-3044-1992 Sumber: Buku Tarif Bea Masuk Indonesia Tahun 2008

Ruang lingkup menguraikan karakteristik semen sebagai komoditi industri strategi dengan berbagai komposisi material penyusunnya. Termasuk didalamnya pelaku industri yang mempunyai kemampuan produksi yang mampu mencukupi kebutuhan semen Nasional maupun Internasional.

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam road map ini terbagi atas 2 sasaran umum, yaitu: (1). Sasaran jangka menengah (2010-2014); (2). Sasaran jangka panjang (2010-2025).

SASARAN

B.3. Sasaran Jangka Menengah (2010 -2014)

1. Meningkatnya utilitas produksi dari 70% menjadi 80% yang didukung kemampuan produksi berbagai jenis semen dengan spesifikasi khusus; 2. Terpenuhinya kebutuhan semen nasional;

3. Diterapkannya secara wajib SNI No. 35/M-IND/ PER/4/2007 tanggal 31 Agustus 2007 terhadap produk semen.

B.4. Sasaran Jangka Panjang (2010-2025)

1. Terpenuhinya kebutuhan semen nasional di seluruh pelosok tanah air dengan harga jual yang tidak jauh berbeda di masing-masing daerah; 2. Terjaminnya pasokan energi khususnya batubara untuk periode jangka

(45)

3. Tersedianya tenaga kerja operator pabrik yang kompeten; 4. Makin menguatnya daya saing industri semen;

5. Terwujudnya kemampuan rekayasa dan fabrikasi pembangunan pabrik semen.

Sasaran jangka pendek lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan semen nasional serta peningkatan efisiensi dengan peningkatan utilitas produksi serta penerapan standar (SNI) produk semen. Sedangkan sasaran jangka panjang telah mengakomodir faktor distribusi semen, bahan baku dan sumber daya manusia yang terlibat dalam produksi semen, serta pengembangan inovasi terkait teknologi semen indonesia.

Sasaran tersebut diharapkan dapat terwujud dengan penerapan strategi dan kebijakan dengan terlebih dahulu memberikan visi dan arah pengembangan industri, strategi kebijakan, penyusunan indikator pencapaian, serta tahapan inplementasi.

STRATEGI DAN KEBIJAKAN

B.5. Visi dan Arah Pengembangan Industri Semen

1. Visi Industri Semen

Menjadikan industri semen nasional berdaya saing tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

2. Arah Pengembangan

Arah pengembangan industri semen adalah meningkatkan daya saing melalui efisiensi penggunaan energi dan diversifikasi produk semen.

B.6. Strategi Kebijakan

1. Memenuhi kebutuhan nasional;

2. Melakukan persebaran pembangunan pabrik semen ke arah luar Pulau Jawa;

Gambar

Gambar 3.3.      FOR MUL ASI    TAHAP   KO MP IL ASI    TAHAP  AW AL MEN DASI DAN  O LAH  D ATA

Referensi

Dokumen terkait

- Mengetahui pengaruh pemasangan bodi pengganggu berbentuk oriented square dan circular cylinder terhadap pressure drop aliran fluida yang melewati instalasi duct pada

Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk mengekstraksi

 Bila sampel diambil dari saluran atau sungai yang terdiri dari aliran-aliran yang terpisah;.. sampel harus diambil dari

Selain itu, karena audit medis merupakan peer review maka dalam pelaksanaan audit medis wajib melibatkan Kelompok Staf Medis terkait, dan dapat pula

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa substitusi tepung terigu dengan tepung ubi jalar memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap kadar air roti manis

Dari hasil penelitan dengan judul Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Motivasi Usaha terhadap Minat Berwirausaha (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

Ilyas Masudin, S.T., MlogSCM., Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Industri sekaligus Pembimbing I, dan juga mentor dalam berbagai hal bagi penulis, yang telah mendorong,