• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan 10T

3.8 Teknik Analisis Data

4.2.3 Hasil Penelitian Proses

4.2.3.1 Pelaksanaan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan 10T

Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan yang ada di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo mengatakan bahwa pelayanan antenatal terpadu yang ada telah melaksanakan pelayanan dengan 10T, berikut adalah kutipan wawancara dengan bidan terkait pelaksanaan antenatal yang ada:

“Sudah dilaksanakan, ya periksa mulai dari keadaan semuanya, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, LiLA, TFU, Presentasi janin, DJJ, HB itu waktu awal periksa, golongan darah itu sama HIV dan Hepatitis B, mmm selanjutnta imunisasi TT juga, kalau waktu awal itu pasti 10T mbak …

… pemeriksaan trimester pertama yang jelas lengkap sih, pemeriksaannya lebih lengkap dari pada trimester dua dan tiga karena untuk penjaringan untuk skrining dia masuk restinya, gitu kan. Dimasukan di fasilitas apa ini, faktor-faktor resiko apa saja, resiko tinggi aa komplikasi dipantau dari awal sudah walaupun kita selalu setiap kali pemeriksaan selalu kita lakukan skrining ulang …”

(Informan Utama 1)

“Mmm, pelaksanaannya sudah sesuai dengan 10T kok …”

(Informan Utama 2)

10T, sudah dilaksanakan mbak, dari pemeriksaan timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, LiLA sampai konseling sudah dilaksanakan …”

Kesimpulan dari hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen proses (pelaksanaan pelayanan berkualitas sesuai standar 10T) yang mempengaruhi cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, semua informan utama menyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo sudah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar 10T kepada ibu hamil. 4.2.3.2 Perencanaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait dengan komponen proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo melakukan penetapan target cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil berdasarkan dari breakdown dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, berikut adalah kutipan wawancara dari informan utama:

“Eee… ya emang kita pengusulan tenaga pasti, terus kalau untuk penerimaan magang itu karena hubungannya dengan operasional sistem penggajian dan segala macam belum ada intruksi yang jelas aturan yang jelas, secara legal ya kalau itu kita gak kita lakukan, istilahnya kita butuh tenaga…

… ya itukan breakdown dari dinas, jadi karna da itung-itungannya, jadi jumlah ibu hamil dalam satu wilayah itu sekian, sekian ribu ibu hamil itu ada, jadi seperti itu, jadi target itu mengacu pada ee apa ya, mulai dari cakupan pusat, provinsi, turun ke dinas kesehatan kota semarang, baru breakdown ke puskesmas …”

(Informan Utama 1)

“Mmmm, kita sesuai dengan tupoksinya mbak, misalkan kita ada rekam medis pasien sudah berusaha kita lengkapi sudah dimasukan disitu. Targetnya itu mengacu mulai dari SPM… itu breakdown dari dinas mbak..”

Hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi yang menyatakan bahwa pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang menentukan besaran target dari program antenatal terpadu, berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi:

Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama dan informan triangulasi adalah Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala Puskesmas Bandarharjo sama-sama menggunakan SPM untuk menentukan capaian target suatu program, termasuk program antenatal terpadu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian target kunjungan ibu di Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo melakukan perencanaan sumber daya manusia tiap tahun, hal tersebut dilihat pada tahun 2014 dan tahun 2015 Puskesmas Bandarharjo telah melakukan analisis beban kerja atau analisis jabatan guna melihat apakah puskesmas memerlukan sumber “ Itu kan dari renstra dan SPM, kalo yang sampai tahun 2016 ini juga berpatokan pada MDGs kan sampai tahun 2016, tapi kan kita setiap kota karna da senstranya masing-masing nah itu yang dipakai, sama SPM standar pelayanan minimal …”

(Informan Triangulasi 1)

“Itu kan prosesnya kita lihat data tahun yang lalu, kemudian o dibahas di DKK kita menerima biasanya dinaikan antara 1 sampai 2% dari jumlah yang ada, targetnya tetap sesuai dengan SPM mbak…”

daya manusia lagi atau tidak, dan ternyata beberapa informan utama merasakan kurangnya sumber daya manusia (bidan) yang hingga kini masih belum ada penambahan sumber daya manusia (bidan) hanya saja sudah dibantu kasurkes, berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan utama:

Hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata sesuai dengan data dokumen Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas Bandarharjo Tahun 2016, di dalam dokumen tersebut memang Puskesmas Bandarharjo telah menyatakan kekurangan SDM bidan. Berdasarkan pernyataan dari informan utama dengan data dokumen ternyata dapat dijelaskan dari Pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang terkait hal tersebut, pihak dinas mengatakan bahwa apabila puskesmas memang merasa mengalami kekurangan SDM dapat mengajukan ke dinas melakukan analisis lagi, biasanya dengan melakukan relokasi SDM, akan tetapi walaupun dapat diajukan tiap tahun namun hal tersebut tidak pasti akan langsung dilakukan penambahan, ada beberapa pertimbangan kepegawaian yang harus

“… Tentunya ada analisis jabatan atau analisis beban kerja, tentunya itu sudah kita hitung, kalau minta itu selalu ya tapi untuk dikasih atau enggaknya kan pegawai PNS itu kaitannya banyak, hanya saja untuk saat ini PNS nya sendiri sekarang ada tiga tetapi saat ini kita di bantu oleh kasurkes untuk memantau ibu hamil, jadi ya cukup membantu ya …”

(Informan Utama 1)

“Kalau menambah itu dari dulu sudah diwacanakan, tapi kita nggak mungkin menambah dengan menambah gitu aja, mereka kan butuh bayaran, butuh apa gitu ya, jadi kita tidak bisa dengan seenaknya mendatangkan sendiri orang …”

difikirkan, seperti ada atau tidaknya belanja pegawai. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi:

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan triangulasi dan data dokumen dapat disimpulkan bahwa, Puskesmas Bandarharjo telah merasakan kekurangan tenaga bidan, Puskesmas Bandarharjo juga sudah melakukan analisis beban kerja dan jabatan. Puskesmas Bandarharjo juga telah mengajukan permohonan tambahan tenaga kerja bidan berdasarkan analisis beban kerja yang sudah dibuat, ke Dinas Kesehatan Kota Semarang. Dinas kesehatan Kota Semarang juga membenarkan bahwa alur untuk mengajukan dan mendapatkan sumber daya manusia tambahan melalui mereka, tetapi dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang juga tidak bisa serta merta dapat langsung melakukan penambahan SDM karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo melakukan perencanaan sarana dan prasarana tiap tahun, ternyata semua informan utama mengatakan bahwa tidak ada kendala pada

“Ya biasanya mengajukan kesini, lalu dari pihak sini akan merelokasikan lagi, missal puskesmas mana yang bidan terlaku banyak jadi untuk sementara dapat dialihkan dulu ke puskesmas yang kekurangan ya… tapi itu nggak bisa tiap tahun to ya, paling enggak tiap puskesmas ada satu bidan dan satu pemegang programnya …

… ya, kalau itu ada banyak faktor yang mempengaruhi kan kita instansi pemerintah jadi kita juga terikat pada dan peraturan kepegawaian seperti belanja pegawai, ada anggarannya atau tidak, gitu …”

perencanaan sarana dan prasarana, karena semua sarana dan prasarana sudah sesuai standar dan dalam kondisi baik, sehingga Puskesmas Bandarharjo tidak melakukan pengajuan penambahan dan pergantian sarana dan prasarana yang besar. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan utama:

Hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata sesuai dengan data dokumen (RTP Puskesmas Bandarharjo Tahun 2016), di dalam dokumen tersebut memang Puskesmas Bandarharjo menyatakan semua sarana dan prasarana penunjang pelayanan sudah terpenuhi sesuai dengan standar dan dalam kondisi baik. Dinas Kesehatan Kota Semarang juga membenarkan bahwa alur untuk mendapatkan penambahan atau perbaikan sarana dan prasarana dengan cara “Peralatan sudah lumayan ya mbak, tidak ada masalah terkait dengan sarana dan prasarana, sudah lengkap mbak insyaallah …”

(Informan Utama 3) “Kita dalam pelayanan mengacunya standar, terus kemudian kalau standarnya sudah tercapai ya yasudah seperti itu, sampai saat ini sih nggak ada permasalahan ya, peralatan standar untuk pelayanan ibu hamil kita ada, semua sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, sudah lengkaplah …”

(Informan Utama 1)

“Kalau kendala tidak ada ya mbak, paling ya itu SDM nya, kita peralatan kita yo semua udah ada udah lumayanlah, membuat usulan, usulan kebutuhan, kita tiap tahun membuat usulan kebutuhan alat kesehatan ya… Di kita pengadaan barang tidak ada kendala insyaallah, dan kita selama ini pengadaan barang-barang yang besar alat-alat kesehatan yang mahal itukan di penuhi dari dinas kesehatan …”

mengajukan usulan kebutuhan. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi:

Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama, informan triangulasi dan data dokumen adalah, Puskesmas Bandarharjo tidak mengalami kendala dalam pengadaan sarana dan prasarana karena sarana dan prasarana yang ada hingga saat ini sudah sesuai dengan standar dan dalam kondisi baik.

4.2.3.3 Pengorganisasian

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan utama terkait dengan komponen proses (pengorganisasian) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo telah melakukan monitoring program puskesmas termasuk program antenatal terpadu baik secara internal maupun eksternal yang biasanya dilakukan hari minggu pagi. Berikut adalah kutipan wawancara dengan semua informan utama:

“Ya sama dengan SDM tadi mbak, biasanya mengajukan ke sini, dengan melampirkan dokumen usulan kebutuhan yang diperlukan, nanti kita kaji lagi apakah dapat dipenuhi atau tidak, hal itu juga terkait biaya yang ada …”

Hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata sesuai dengan arsip surat masuk Puskesmas Bandarharjo, dimana ditemukan beberapa surat dari Dinas Kesehatan Kota Semarang berupa pemberitahuan atau undangan untuk melakukan monitoring terhadap program antenatal terpadu. Hasil wawancara dengan para informan utama diatas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi yang menyatakan bahwa dari pihak dinas kesehatan juga melakukan monitoring terhadap program antenatal terpadu yang biasanya dilakukan satu atau dua tahun sekali dengan cara mendatangi puskesmas terkait secara langsung dan melakukan

“Ya ada, dari pihak dinas juga ada, tiap tahun kan pasti, supervise kinerja pasti ada, intervalnya tiap tahun ada, terus kemudian pemegang progam pasti melakukan monitoring terhadap program itu, tiap bulan kan kita laporan terus…

… ada rencana kegiatannya apa, sampai kita bikin jaring-jaring kegiatan seperti kelas ibu hamil, neonatal, pemantauan ibu hamil resti, pelacakan bayi meninggal dan itu pada saat kelas hamil dilakukan rata-rata hari minggu dan itu kegiatannya dilakukan pada saat itu, dilaksanakan minggu pagi…”

(Informan Utama 1)

“Ada, ada rapat untuk monitoring, biasanya dilakukan dilakukan senin pagi itu ada brifing disana kita bisa memberikan masukan disitu… monitoring selalu ada, dari dkk juga ada, dari puskesmas juga ada, monitoring dari DKK setahun satu atau dua kali kayaknya… “

(Informan Utama 2)

“Ooo ada nggeh, dari DKK juga ada kok kegiatan monitoring…”

check list terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pihak puskesmas, berikut merupakan kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi:

Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama, informan triangulasi dan data dokumen adalah Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan monitoring secara berkala setiap tahunnya terhadap pelaksanaan program-program yang ada di puskesmas di Kota Semarang, termasuk Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas Bandarharjo sendiri juga melakukan monitoring dan evaluasi internal terhadap pelaksanaan program-program yang telah dan sedang dijalankan, monitoring dan evaluasi tersebut dilakukan secara berkala tiap minggu dan tahun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan utama terkait komponen proses (pengorganisasian) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo mengalami kendala dalam pengorganisasian sumber daya manusia, hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang ada sehingga mengakibatkan saling tumpang tindihnya “Iya, dilaksanakan setiap tahun, pasti ke 37 Puskesmas itu ada kita pembinaan program pelayanan kesehatan ibu, kita nanti kunjungan langsung ke puskesmasnya, nanti ada apa permasalahan disana kita ada cheklistnya…”

(Informan Triangulasi 1)

“Pasti ada toh mbak, itu dilaksanakan setahun satu atau dua kali, dari puskesmas ada, dari dinas kesehatan ya ada …”

pelaksanaan program antenatal terpadu. Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan utama:

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diatas ternyata hasil wawancara sesuai dengan dokumen RTP Puskesmas Bandarharjo tahun 2016 dimana, di dalam dokumen tersebut Puskesmas Bandarharjo masih membutuhkan tiga orang bidan lagi, hal tersebut ditentukan dengan menggunakan teknik analisis jabatan dan analisis beban kerja yang dilakukan Puskesmas Bandarharjo tiap tahun. “Oh ya pasti, pasti itu karena ya memang kita beban kerjanya tambahan diluar gedung tupoksi itu kadang jauh lebih banyak dan sangat membebani, tupoksinya kita itu dipelayanan tapi ya karna kita dibebani ya kadang ada menyambih jadi bendahara, bendahara itu ya otomatis kan harus mengerjai SPJ dan segala macam dan SPJ itu berhubungan harus berhubungan dengan jadwal keluar, diluar gedung, menurut saya bebannya terlalu banyak karna ya itu keterbatasan SDM tadi …”

(Informan Utama 1)

“Ya banyak, bidannya kan merangkap BOK makanya kalau untuk ANC nya sebenarnya kalau bidan nggak boleh merangkap-merangkap itu ya kalau memang gak mau tumpang tindih, mbak endang merangkap BOK …”

(Informan Utama 2)

“Aaa kebetulan ini ada kasurkes ya, dari kontak dari dinas jadi sangat membantu ya, kebetulan kayak kelas hamil itu dibagi ya bandarharjo itu sama buk marni trus tanjung mas buk erna saya yang kuningan sama dadapsari… kebetulan saya sendiri juga ada tugas sambilan untuk bendahara mbak jadi yo rodo repot sekali memang jadi saya tidak bisa fokus dipelayanan KIA terus. … yaa itu maksudnya kita tetap koordinasi dan komunikasi jadi kalau semisalnya ada yang kurang kita melapor ke Kepala.TU ini ada kurang ni ni nanti dicarikan .. memang ada keterbatasan SDM dan keterbatasan waktu ya mbak….

Hasil wawancara dengan informan utama diatas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan anak Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala Puskesmas Bandarharjo yang menyatakan bahwa tidak ada standar khusus untuk jumlah bidan yang melayani kunjungan ibu hamil pada pelayanan antenatal terpadu, akan tetapi harus ada seorang pemegang program, akan tetapi dalam pelaksanaan programnya nanti, jumlah SDM dipengaruhi oleh wilayah kerja puskesmas dan tipe puskesmas, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi: