• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.8 Teknik Analisis Data

4.2.2 Hasil Penelitian Input

4.2.2.1 Sumber Tenaga Manusia (SDM)

Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan jumlah tenaga bidan dan latar belakang pendidikan puskesmas di Puskesmas Bandarharjo saat ini berjumlah tiga orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan utama sebagai berikut:

“…..Untuk PNS nya sendiri ada tiga, terus untuk magangnya ada empat tapi cuti satu untuk sementara ini yang aktif sudah DIII semua sih, menurut saya belum cukup aaa yang jelas karna memang jumlah penduduknya yang banyak, kemudian e kita terbagi dalam empat puskesmas kan, satu puskesmas induk tiga puskesmas pembantu sedangkan standarnya puskesmas pembantu kan ya memang gak bisa dipungkiri harusnya setara walaupun jumlahnya gak sama tapi kan untuk misalnya petugas ada yang dari loketnya, ada dari PB nya, ada dari KIA nya sendiri, kemudian dari ee apotiknya itu kan harus terstandar sebenarnya tapi kenyataannya tidak, petugas loket mungkin ya administrasi ya, terus petugas apa untuk di BP nya juga seharusnya kan ada satu Tim juga ada dokternya, ada perawatnya tapi ternyata gak juga karna dari sekian kita dokter cuman ada dua aa perawat paling akhirnya, sehinggakan sudah itu sudah aaa sudah gak standar menurut saya ya kan, terus untuk bidan dimana bidan juga seharusnya magang tidak dipasrahi untuk sebagai tanggungjawab aa pengelolaan klinik di puskesmas dia hanya membantu kalua diserahin tanggungjawabkan tidak bisa……”

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata hasil wawancara sesuai dokumen Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas Bandarharjo tahun 2016 dimana di dalam dokumen tersebut Puskesmas Bandarharjo masih membutuhkan tiga orang bidan lagi. Semua informan utama menyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo mengalami kekurangan sumber daya manusia terutama untuk tenaga bidan. Hasil wawancara dengan informan utama di atas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan anak Dinas Kesehatan Kota Semarang yang menyatakan bahwa tidak ada standar khusus untuk jumlah bidan yang melayani pelayanan “Piye yo, karna ini sudah dibantu anak-anak magang, trus kita bertiga anak magangnya empat ya, yaa apa lumayanlah. Ya semuanya DIII, kalau dimaksimalkan saya kira sudah cukup, ada empat kelurahan nanti kalau anu ya tenaga yang opo nanti pegawainya harus tiap wilayah harus membawai satu kelurahan jadi setiap bidan bertanggungjawab satu-satu, jadi ya anu ya kalo dikatakan kurang ya sebenarnya memang kurang kalau cukup yaa lumayanlah soalnya ada yang bantu dari magang yaa, sudah cukuplah kalau ditambah satu atau tiga yaa lebih baik karna saya sudah mau pensiun juga ..”

(Informan Utama 2)

“yang jelas kurang mbak karna kita mempunyai sasaran segitu banyaknya ya, dengan bidan yang PNS nya cuman tiga dan kebetulan emang ada tambahan magang tiga sih, tapi dengan sasaran 1110 kalau di bagi enam kan brarti masih kurang, itu kalau kita untuk mengawasinya yang segitu banyaknya belum lagi untuk neonatusnya kan dengan pekerjaan lain itu istilahnya sangat kurang sekali, tenaga disini khususnya ya karna memang kita tidak ada bidan desa, belum juga pemantauannya juga, menurut saya ya tenaganya kurang ..”

antenatal terpadu untuk kunjungan ibu, akan tetapi harus ada seorang pemegang program, namun dalam pelaksanaan program nanti, jumlah SDM dipengaruhi oleh wilayah kerja Puskesmas dan tipe puskesmas, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi:

Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data dari dokumen adalah, Puskesmas Bandarharjo sejak tiga tahun kebelakang ini merasa kekurangan SDM terutama bidan untuk pelayanan program antenatal terpadu dan pelayanan lainnya yang membutuhkan tenaga bidan, dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang menyatakan tidak ada patokan untuk jumlah bidan untuk melayani kunjungan ibu, hanya menyesusaikan keadaan puskesmas masing-masing, yang terpenting adalah harus ada pemegang program untuk pelayanan antenatal terpadu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga informan utama terkait komponen input (sumber daya manusia) yang mempengaruhi capaian target keberhasilan cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Bandarharjo, dapat diambil kesimpulan bahwa Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang secara berkala sejak tiga tahun kebelakang

“Jadi gini dek, untuk tenaga kami memang sangat terbatas sekali, kurang malah bahkan kurang, jadi untuk melayani ibu hamil yang menangani itu adalah bidan, bidan kami sangat kurang. Kami punya cuma 143 bidan se puskesmas yang berkaitan dengan program antenatal terpadu ibu hamil ada juga KIA jadi kalau hanya bidan kami terus terang kurang, jadi untuk ANC terpadu ini memang tidak bisa sendiri harus link dengan tenaga yang lainnya…

… Oh kalau standarnya, harus ada pemegang program itu meskipun itu bidan, nah nanti untuk pelaksanaan programnya, tergantung dari pihak puskesmasnya mau bagaimana, apakah SDM nya cukup atau tidak kan tergantung dari pihak Puskesmasnya apakah wilayah kerjanya pada penduduk atau berada di tengah kota… itu juga bisa berpengaruh…”

selalu mendelegasikan sumber daya manusianya yang bertugas di pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang berikut adalah kutipan wawancara dengan ketiga informan utama:

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata hasil wawancara sesuai dengan dokumentasi arsip surat masuk Puskesmas Bandarharjo tahun 2014 dan tahun 2015, dimana pada arsip tersebut ditemukan beberapa surat undangan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mengundang perwakilan bidan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang melakukan pelatihan,

“… Oo banyak, pelatihan macem-macem dari Dinas, misalnya pelatihan apa saja? Wis terus di update terus ada seminar setiap 3 bulan, dari rumah sakit ada, dari dinas juga ada terus-terusan. Pelatihan-pelatihan sudah cukup ada cara penanganannya bagaimana terus, seminar-seminar sudah misalnya ANC nya darahnya tinggi dan harus bagaimana itu sudah ada kelompoknya…”

(Informan Utama 2)

“Mmmm.. itu ada mbak, cuman kayaknya itu digilir toh mbak, missal nanti ada yang ditugaskan bidan siapa kan gitu, cuman nanti yang berangkat memberikan sosialisasi ke kita gitu, sudah ada…”

(Informan Utama 3) “… Ya ada sih, kalau kita pertemuan setiap bulan sehingga pada saat bulan itu ada hal baru gak, misalnya ada hal baru diberikan misalnya tidak ya refresing atau ndak nanti konsultasi ahli segera disampaikan, dilaksanakan di DKK…. Ada yang bentuknyanya seperti seminar, ada yang bentuknya seperti pelatihan, workshop macem-macem beberapa hari. Kalau tipenya skill misalnya ditempat yang memang ada seperti kayak ada seperti instrumennya kita praktek biasanya di diklatlah atau mungkin di tempat instansi rumah sakit, seperti itu…”

beberapa pelatihan yang diadakan Dinas Kesehatan Kota Semarang adalah pelatihan KIA walaupun tidak interval khusus dalam pelaksanaan pelatihan tersebut. Hasil wawancara dengan informan utama ternyata juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan anak Dinas Kesehatan Kota Semarang dan kepala Puskesmas Bandarhajo yang menyatakan bahwa setiap tahun terutama tiga tahun terakhir ini Dinas Kesehatan Kota Semarang telah mengadakan pelatihan-pelatihan untuk bidan pelayanan antenatal terpadu untuk pelayanan ibu, walaupun hanya berupa refreshing berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi:

Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data dokumen adalah, Dinas Kesehatan Kota Semarang aktif melakukan pelatihan dan seminar yang biasanya dilakukan beberapa kali dalam setahun yang ditujukan untuk bidan atau pegawai puskesmas-puskesmas di Kota Semarang termasuk “ Eee.. kalau pengenalan ANC terpadu itu dilakukan tahun 2011 kemudian kalau pelatihan secara khusus itu tidak ada dek, tapi setiap kali ada pertemuan-pertemuan sama bidan terkait dengan 10T selalu solusi permasalahan yang dihadapi…

Kalau pelatihan KIA tiap tahunnya pasti ada, meskipun maksudnya gini ya tiap tahun materinya beda-beda kadang kayak kita refresing terkait dengan programnya….”

(Informan Triangulasi 1)

“Yo kalau pelatihan kita mengikuti dari DKK, yang diadakan DKK kadang-kadang juga ngikuti apa yang dilaksanakan oleh IBI, IBI itu kan mengadakan pelatihan untuk para bidan, dilaksanakan sewaktu-waktu dari DKK …”

Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas Bandarharjo juga aktif untuk mendelegasikan anggotanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang.