• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pembelajaran dan proses integrasi nilai-nilai karakter

Dalam dokumen I NYOMAN BAYU PRAMARTHA S0861102007 (Halaman 114-126)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Frofil Sekolah Luar Biasa Bagian A Negeri Denpasar Bal

2) Pelaksanaan pembelajaran dan proses integrasi nilai-nilai karakter

pada mata pelajaran Kesenian.

Hasil observasi menunjukkan bahwa proses integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran kesenian berjalan dengan baik. Guru yang mengajar mata pelajaran Kesenian pada saat proses observasi berlangsung bernama Dewa Made Sujana. Beliau merupakan guru Kesenian yang biasa memberikan pengajaran dalam bentuk materi maupun praktek di dalam kelas. Lokasi tempat proses berlangsung pembelajaran kesenian di kelas dan ruang kelas khusus yang memang dipergunakan untuk praktek bermusik. Dalam observasi tersebut guru telah berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menyisipkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam proses pembelajarn. Berikut tahap-tahap implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran Kesenian pada kelas VII tingkat SMPLB di Sekolah Luar Biasa Bagian A Negeri Denpasar Bali.

a) Tahap awal

Pada pembelajaran didalam kelas seperti biasa guru mengucapkan salam kepada siswa dan siswa pun memberikan salam kepada guru (merupakan bentuk karakter bangsa saling menghormati antar sesama). Kemudian sebelum pelajaran dimulai terlebih dahulu diselingi dengan doa (doa mengajarkan siswa untuk selalu patuh dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa: bentuk nilai karakter religius).

Jadi pada tahap awal perencanaan pembelajaran di kelas, 2 nilai karakter bangsa secara tidak langsung telah diajarkan oleh guru kepada murid

commit to user

di dalam kelas. Kurikulum yang dipakai pedoman dalam mengajar adalah kurikulum KTSP.

b) Model dan Metode Pembelajaran

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran seorang guru tidak bisa lepas dari metode. Metode merupakan fundamen-fundamen dari berhasilnya integrasi yang dilakukan guru pada mata pelajaran yang mereka ajarkan. Metode dimaknai sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara model dan metode yang digunakan guru dalam proses integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran Kesenian antara lain:

“Model pembelajaran yang sering saya gunakan dalam mengajar adalah model pembelajaran CTL. Karena dengan model ini saya bisa mengaitkan mata pelajaran saya ini dengan kehidupan sehari-hari yang dialami siswa. untuk pendekatan saya menggunakan pendekatan individual. Untuk metode saya menggunakan metode ceramah dan life skill karena pada mata pelajaran yang saya ampu ada praktek langsung misalnya praktek bermain music” (CLHW-03/02. Dewa Gede Sujana).

Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam memilih metode guru

menggunakanberbagai macam metode. Hal ini dapat terlihat ketika pada mata

pelajaran kesenian di kelas VII tingkat SMPLB. Sebelum menuju pada praktek bermusik guru terlebih dahulu memberikan arahan agar siswa mengerti tentang materi yang akan diajarkan, sembari sekali-sekali guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Tujuannya untuk melatih daya kritisi siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru di dalam kelas.

commit to user

Hal ini membuktikkan bahwa memang metode ceramah sudah terealisasikan dengan cukup baik. Pada proses pembelajaran ini guru juga menggunakan

metode lifeskill hal ini dapat terlihat ketika guru memberikan praktek

bermusik pada siswa. dalam metode lifeskill secara tidak langsung guru

mengajarkan karakter kebangsaan kepada siswa: karakter rasa ingin tahu: yaitu itu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya.

Untuk metode pendekatan menggunakan pendekatan individual. Pendekatan individual ini bertujuan untuk memberikan pelayanan khusus kepada siswa di SLB/A N Denpasar yang notabennya merupakan siswa tunanetra agar lebih terfokus dan dapat mengikuti pelajaran kesenian secara terstruktur.

Untuk model pembelajaran yang digunakan guru adalah Contextual

Teaching Learning (CTL). CTL Merupakan model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar di kelas. Model CTL dapat dilihat aplikasinya secara realitas pada pelaksanaan praktek pembelajaran Kesenian yang dimplementasikan guru kepada siswa-siswi tunanetra di sekolah. Dalam praktek yang dilakukan guru memperkenalkan jenis-jenis lagu modern yang memang popular dan sering didengarkan oleh masyarakat secara kompleks,

untuk di mainkan dalam praktek kesenian. Contohnya seperti lagu group Band

Ungu, ST 12 dan masih banyak lagi lagu-lagu popular lainnya. Dengan pengenalan terhadap lagu modern, berarti guru telah menjalankan konteks kekinian, dengan memperkenalkan lagu-lagu yang mungkin sering mereka

commit to user

dengarkan hari-hari. Dengan demikian guru telah memadukan proses pembelajaran disekolah dengan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Proses ini mengindikasikan bahwa guru kesenian yang diobservasi memang sudah menerapakan model pembelajaran CTL.

Selain memainkan lagu-lagu popular, guru juga memainkan musik- musik daerah. Tujuannya dimainkannya musik-musik daerah untuk memperkenalkan kepada siswa bahwa Indonesia merupakan negeri yang memiliki kekayaan seni yang beraneka ragam.

c) Media pembelajaran

Berdasarkan obersevasi terhadap pelaksanaan pembelajaran kesenian di SLB/A Negeri Denpasar pada jenjang SMPLB media pembelajaran yang digunakan guru dalam menunjang proses pembelajaran antara lain: alat-alat music modern seperti gitar, Drum, Bass, Keyboard, alat-alat musik tradisional seperti seperangkat gambelan serta ruang music sebagai tempat guru-guru memberikan praktek bermusik kepada siswa-siswa tunanetra khususnya jenjang SMPLB. Untuk lebih jelasnya dapat alat-alat musi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

commit to user

Gambar. 6. Alat-alat musik modern Sumber: Doc Peneliti (2012)

Gambar.7. Alat-alat musik tradisional Sumber: Doc. Peneliti (2012).

Fungsi dari alat-alat ini antara lain adalah sebagai media pembelajaran yang dapat menumbuhkan daya kreativitas serta kepekaan siswa di dalam mendengarakan suara dan memperkenalkan siswa kepada alat-alat music baik yang berjenis modern maupun yang berjenis tradisional.

commit to user

Media pembelajaran yang digunakan cukup bervariasi. Pada intinya media pembelajaran yang baik akan menunjang prestasi siswa di dalam mata pelajaran kesenian. Hal ini dapat dilihat pada kemampuan siswa tunanetra dalam berolah vocal serta bermain musik

Menurut hasil wawancara dengan guru Kesenian mengenai fungsi dari media pembelajaran tersebut antara lain:

“Fungsi dari media pembelajaran ini, kalo kita kaitkan dengan pendidikan karakter adalah sebagai sarana di dalam menumbuhkan daya kreatifitas dari siswa dan membuat pelajaran semakin menarik sehingga dengan penyediaan alat-alat musik ini siswa bisa menumbuhkan rasa ingin tahu siswa: seperti yang manakah namanya alat-alat musik tradisional dan yang manakah alat musik modern” (CLHW-04/01: I Gede Purnama Eka Saputra).

Dari hasil wawancara dan hasil observasi menunjukkan fungsi dari media pembelajaran ini antara lain: menggugah rasa ingin tahu dan

menumbuhkan daya kreativitas siswa di dalam berolah skill. Berolah skill

Baik itu dalam proses mendengarkan dan memainkannya, sehingga dari hal tersebut bisa diamati bahwa media pembelajaran yang dipakai guru dalam memberikan pembelajaran kepada praktek siswa-siswa tunanetra tingkat SMPLB, secara tidak langsung dapat menumbuhkan karakter bangsa, mengacu pada Said Hamid Hasan (2010) seperti: rasa ingin tahu, kreatif, dan bekerja keras untuk dapat bisa memperoleh ilmu yang dipelajari.

commit to user d) Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran. Jika kita kaitkan dengan sekolah wujud dari proses penilaian itu antara lain: meliputi evaluasi proses dan evaluasi produk atau hasil. Berdasarkan hasil observasi, hasil analisis dokumen dapat dilaporkan bahwa jenis evaluasi yang dilakukan oleh guru Kesenian di dalam melakukan penilaian pada saat berlangsungnya proses belajar – mengajar meliputi evaluasi proses dan evaluasi produk atau hasil.

Penilaian proses berlangsung ketika guru kesenian melakukan tanya jawab kepada siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung contoh yang bisa diamati ketika guru kesenian memberikan pertanyaan secara lisan kepada siswa. Instrumen yang digunakan antara lain: 1. Pertanyaan lisan; daftar pertanyaan. Sedangkan penilaian hasil dilakukan guru ketika memberikan test berupa pertanyaan tertulis dan praktek bermusik secara langsung. Dalam praktek bermusik walaupun mereka adalah anak tunanetra guru selalu memberikan penilaian yang objektif. Dalam penilaian praktek guru memberikan hasil penilaian secara kelompok dan secara individul. Tujuan dari penilaian ini agar siswa bisa belajar berkolaborasi dengan siswa-siswa yang lain serta selalu mengajarkan mereka untuk selalu bisa mandiri di dalam melakukan sesuatu

Dalam penilaian praktek guru memberikan pelatihan kepada siswa. kemudian guru mengindikasikan kepada siswa untuk menunjukkan

commit to user

hasil latihan yang mereka lakukan kemudian guru melakukan penilaian kepada siswa. Untuk format penilaian setiap pertemuan memiliki sistem penilaian yang berbeda-beda untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada RPP bagian lampiran. jadi dalam format penilaian pada mata pelajaran Kesenian, guru memiliki sistem penilaian yang heterogen mulai dari tahap awal penilaian yang sering disebut penilaian proses sampai pada akhir penilaian yang disebut dengan penilaian hasil. Tujuan tidak lain sebagai bahan pertimbangan dari guru di dalam memberikan penilaian yang objektif kepada siswa pada mata pelajaran Kesenian.

Dalam pelajaran Kesenian guru telah melaksanakan evaluasi baik dari segi proses maupun hasil. Kedua evaluasi inilah yang dikehendaki oleh KTSP. Pada intinya evaluasi proses dilakukan melalui pengamatan terhadap seluruh aktivitas yang dilakukan siswa, dan evaluasi hasil dilakukan dengan memberi tugas siswa, dengan jenis intrumen seperti pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Jawaban ditulis menggunakan

Pen dan tulisan Braillo. Serta penilaian praktek seperti bernyanyi dan

memainkan alat musik dan mendengarkan lagu. Tapi kembali pada format penilaian yang digunakan pada proses penilaian pendidikan karakter. Format penilaian tidak jelas sehingga guru belum bisa memberikan nilai yang pasti apakah integrasi pendidikan karakter dapat teroptimalisasikan dengan baik.

commit to user

e) Potret proses pembelajaran Kesenian tingkat SMPLB

Menurut hasil observasi potret proses pembelajaran mata pelajaran Kesenian pada tingkat SMPLB dapat diuraikan sebagai berikut:

Pada potret pembelajaran Kesenian di SLB/A Negeri Denpasar. Peneliti memotret proses pembelajaran di kelas VII tingkat SMPLB. Pada hari selasa tanggal 5 Juni 2012, pukul 11.00 Wita. Dalam proses pembelajaran tersebut dapat diamati adanya proses integrasi nilai pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru. Pada proses pembelajaran Kesenian peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas VII tingkat SMPLB. Pada saat peroses observasi guru yang mengajar bernama Dewa Gede Sujana. Dalam proses pembelajaran tersebut Standar Kompetensi: Mengapresiasi karya seni musik, Komptensi dasar: menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan lagu daerah setempat, dalam pembelajaran pada pertemuan itu indikatornya antara lain: 1. Mengidentifikasi jenis-jenis lagu etnik dari daerah setempat; 2. Mengidentifikasi elemen-elemen musik, irama, tempo, nada, dinamika dari lagu daerah tersebut; 3. Mendeskripsikan lagu (permainan pergaulan) yang ada didaerah setempat.

Dalam catatan dokumentasi melalui RPP, jika mengacu pada RPP maka secara tidak langsung terdapat karakter yang sudah dintegrasikan kepada siswa-siswi tunanetra. contohnya pada indikator mengandung unsur karakter kebangsaan yang secara tidak sengaja diintegrasikan kepada siswa yaitu dalam indikator yang pertama mengandung karakter

commit to user

kebangsaan yaitu: Cinta tanah air, yang ditunjukkan dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis lagu dari daerah etnik setempat. Yang kedua mengadung karakter kebangsaan: Rasa ingin tahu, yang ditunjukkan dengan menidentifikasi elemen-elemen musik, irama, tempo, nada, dinamika dari lagu daerah tersebut.

Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti materi yang diajarkan antara l ain: 1. Musik; 2. Praktek Musik. Adapun langkah-langkah pembelajaran di kelas VII SMPLB dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Pada saat masuk kelas guru mengucapkan salam kepada siswa kemudian siswa juga mengucapkan salam kepada guru. Kemudian sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu diselingi dengan doa. Doa

sebelum pembelajaran dimulai merupakan nilai karakter religious yang

harus selalu dijunjung tinggi oleh guru maupun siswa. Kemudian masuk ke kegiatan pendahuluan. Pada kegiatan pendahuluan terjadi proses tanya jawab antara guru dengan siswa. Tanya jawab berbagai hal yang terkait dengan wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan: pada

kegiatan tersebut pertanyaan yang diajukan seperti: coba sebutkan lagu-

lagu daerah yang kalian kenal.

Kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti. Pada kegiatan inti siswa diberikan mendengarkan lagu “Tanase” melalui kaset/ VCD. Hal ini dilakukan karena siswa tunanetra memiliki hendaya penglihatan jadi pengenalan lagu melalui media VCD adalah hal yang penting dalam proses pengenalan lagu kepada siswa-siswa di SLB/A Negeri Denpasar

commit to user

khususnya pada tingkat SMPLB. Kemudian tahap kedua setelah selesai mendengarkan lagu “Tanase” siswa diajarkan belajar memahami intpretasi lagu Tanase untuk melatig daya kognitif siswa (merupakan bentuk karakter bangsa: kreatif: yaitu sikap Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki).

Ketiga. Kegiatan selanjutnya guru dan siswa mempelajari lagu “ Tanase” dengan diiringi musik (Gitar, Drum, Kyeboard). Dalam kegiatan ini guru dengan cekatan mengajarkan siswa untuk selalu seksama mendengarkan setiap petikan nada dari setiap lagu “ Tanase”. Keempat Menyanyikan lagu “ Tanase ” dengan diiringi musik dan ekspresi permainan pergaulan. Jadi dalam tahap keempat secara tidak langsung guru mempergunakan model CTL dalam proses pembelajaran ini. Pada saat proses ini pembelajaran berlangsung secara kreatif, dinamis dan menyenangkan hal ini tampak dari ekspresi siswa yang selalu memperhatikan apa yang diarahkan oleh guru.

commit to user

Gambar.08. Proses pembelajaran Kesenian di SLB/A Negeri Denpasar.

Sumber: Doc Peneliti (2012)

Gambar. 09. Proses pembelajaran Kesenian di SLB/A N Denpasar tingkat SMPLB.

Sumber: Doc. Peneliti (2012).

Kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir diadakan test bernyanyi untuk mengetahui kemampuan siswa di dalam bernyanyi. Test bernyanyi yang diberikan guru bertujuan untuk menanamkan sifat mandiri kepada siswa

commit to user

bahwa mereka mempuyai kemampuan untuk bisa dan selalu berusaha dan bekerja keras untuk belajar. Jadi secara tidak langsung pada proses pembelajaran kesenian ini telah terintegrasi berbagai macam nilai-nilai karakter bangsa. Walaupun secara holistik belum bisa diintegrasikan, tapi menurut hasil observasi nilai-nilai karakter yang diajarkan dapat terintegrasikan dengan baik (CLHOB-03). Tapi jika ditinjau dari evaluasi masih belum jelas apakah integrasi dapat direaliasasikan secara optimal.

d. Proses Integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran Penjaskes

Dalam proses pembelajaran Penjaskes banyak sekali nilai-nilai pendidikan karakter yang bisa diintegrasikan. Berikut proses pembelajaran penjaskes serta nilai-nilai karakter apa saja yang terintegrasi ke dalamnya. Berikut implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran Penjaskes.

Dalam dokumen I NYOMAN BAYU PRAMARTHA S0861102007 (Halaman 114-126)