• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Luar Biasa

Dalam dokumen I NYOMAN BAYU PRAMARTHA S0861102007 (Halaman 159-193)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Praktik Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Luar Biasa

Bagian A Negeri Denpasar-Bali.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah mengarah pada pencapaian pembentukkan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan ( Soesetijo, 2010: 464).

Pendidikan karakter adalah terobosan baru dalam pendidikan Indonesia untuk memoles dan mengembangkan karakter siswa yang unik dan orisinal. Ini jelas bukan tugas mudah bagi guru. Untuk dapat mengimplementasikan pendidikan karakter dengan baik dan benar maka dibutuhkan persepsi yang benar tentang pendidikan karakter. Dengan memahami arti fundamen pendidikan karakter secara benar, maka serangkain tindakan guru untuk proses integrasi akan lebih terarah dan terpola. Terpola berarti sesuai dengan hakekat, makna dan tujuan dari pendidikan karakter. Jadi secara singkat pendidikan karakter hanya akan menjadi sekedar wacana jika tidak dipahami secara lebih utuh dan menyeluruh dalam konteks pendidikan kita. Bahkan pendidikan karakter yang dipahami secara parsial dan tidak tepat sasaran justru malah bersifat kontraproduktif bagi pembentukkan karakter siswa (Soesetijo, 2010: 465).

Guru mempunyai peran sangat fundamental dalam Integrasi nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa. Menurut Karen Bohlin, Deborah Farmer dan

commit to user

Kevin Ryan dalam Megawangi (2004) ada tujuh kompetensi yang harus

dimiliki oleh para pendidik atau guru dalam membangun karakter siswa: 1). Para pendidik harus dapat menjadikan dirinya sebagai contoh berkarakter yang baik dan mempunyai komitmen untuk menegakkan kebenaran; 2). Para pendidik harus mampu menjadikan tujuan pembentukkan karakter muridnya sebagai suatu yang prioritas dan merupakan bagian terpenting dari pekerjaan profesionalnya; 3). Para pendidik harus dapat menyampaikan secara diplomasi (bijak) mengenai posisinya pada isu-isu etika, tanpa harus membebani mereka dengan pendapat dan opini pribadi; 4). Para pendidik harus senantiasa mengadakan diskusi tentang isu-isu moral dengan murid-muridnya; 5). Para pendidik harus dapat mengajarkan empati terhadap orang lain; 6). Para pendidik harus dapat menciptakan suasana kelas yang bernuansa karakter. 7) Para pendidik harus dapat membuat serangkaian aktivitas untuk mempraktikkan nilai-nilai karakter di rumah, di sekolah dan di komunitas lingkungan. Jadi dapat diasumsikan bahwa seorang pendidik seperti guru mempunyai peran fundamental dalam mensukseskan realisasi implementasi pendidikan karakter di sekolah.

Dalam lingkungan sekolah pendidikan karakter bisa diaplikasikan pada proses pembelajaran di kelas. Pada pembelajaran di kelas secara tidak langsung terjadi proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter. Dalam proses pembelajaran di kelas proses integrasi itu dilakukan secara sistemik. Yang dimaksud sistemik adalah dillalui melalui sistem yang sudah terstruktur yang menjadi kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Untuk proses pembelajaran

commit to user

sesuatu bisa dikatakan sistem karena dilakukan dari tahap perencanaan sampai evaluasi.

jadi dari hasil wawancara, observasi, serta analisis dokumen pada tahap implementasi pendidikan karakter di SLB/A Negeri tingkat SMPLB. Pada proses pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran IPS, IPA, dan Kesenian dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Mata Pelajaran IPS

Pendidikan karakter pada umumnya bisa diintegrasikan pada semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Salah satunya pada mata pelajaran IPS. Proses integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran IPS bahwasanya dilakukan pada pembelajaran di dalam kelas.

Sebelum proses pembelajaran diimplementasikan guru wajib melakukan perencanaan yang matang. Karena proses pembelajaran yang baik hanya hanya bisa diciptakan melalui perencanaan yang baik dan tepat. Keberhasilan suatu proses pembelajaran diawali dengan perencanaan yang sangat matang (Lukmanul, 2008: 1). Menurut hasil observasi dalam perencanaan pembelajaran khususnya pada mta pelajaran IPS guru mempunyai perangkat pembelajaran antara lain: Silabus, Program Tahunan, Program semester, dan Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP). Perencanaan yang baik akan menentukan setiap tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPS di SLB/A Negeri Denpasar. Tapi jika dianalisis secara dokumen Silabus dan RPP dari guru belum

commit to user

memenuhi standar pendidikan karakter. Pada RPP dan Silabus belum ada analisis perencanaan nilai-nilai karakter yang akan diintegrasikan kepada siswa-siswi di sekolah.

Untuk pelajaran IPS pada tahap awal pembelajaran guru mengucapkan salam kepada siswa dan siswa pun memberikan salam kepada guru (merupakan bentuk karakter bangsa saling menghormati antar sesama). Jika kita kaitkan dengan pelajaran IPS ini merupakan interaksi sosial antara guru dan siswa. jadi jika kita kaitkan dengan sosiologi, proses sosial seperti interaksi sosial memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengertian mengenai segi yang dinamis dari masyarakat (Soerjono, 2007: 53). Maka dari pengetahuan tersebut karakter positif dari manusia akan terbentuk. Kemudian sebelum pelajaran dimulai terlebih dahulu diselingi dengan doa (doa mengajarkan siswa untuk selalu patuh dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa: bentuk nilai karakter religius). Nilai religius merupakan ciri dari agama yang merupakan ciri sosial manusia yang universal (Ishomuddin, 2002: 29).

Jadi pada tahap awal perencanaan pembelajaran di kelas jika ditinjau secara observasi, secara tidak langsung 2 nilai karakter bangsa telah diajarkan guru kepada siswa di dalam kelas seperti: karakter sosial, religius, . Kurikulum yang dipakai pedoman dalam mengajar adalah kurikulum KTSP.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran seorang guru tidak bisa lepas dari metode. Metode pembelajaran merupakan fundamen penting dalam keberhasilan integrasi ilmu yang dilakukan guru pada mata pelajaran yang

commit to user

diajarkan. Metode dimaknai sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil observasi di lapangan menunjukkan dalam pemilihan metode guru menggunakan metode yang bervariatif. Metode yang bervariatif berfungsi untuk memberikan variasi dalam proses pembelajaran agar pembelajaran tidak bersifat monotun dan membuat pembelajaran lebih lebih inovatif dan mengasikkan. Fakta ini dapat terlihat ketika pada mata pelajaran IPS di kelas VIII, pada saat proses pembelajaran di dalam kelas guru menggunakan metode ceramah, dan sekali-sekali guru mendekati siswa yang dirasa kurang faham tentang materi yang telah dijelaskan. Pendekatan individual mendominasi pada setiap proses pembelajaran yang berlangsung.

Untuk model pembelajaran yang digunakan. Guru menggunakan

model Contextual Teaching Learning (CTL). CTL Merupakan model

pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar di kelas. Faktanya dapat terlihat ketika guru ketika guru menjelaskan materi ajar, acap kali guru selalu mengaitkannya dengan kehidupan nyata, artinya guru menyesuaikan materi yang diajarkan dengan konteks atau isu-isu yang beredar pada jaman sekarang sehingga siswa berhasil menggali pengetahuannya tidak hanya dari sekolah tapi juga dari luar sekolah. Kebanyakan sistem CTL berhasil karena sistem ini meminta siswa untuk bertindak dengan cara yang alami. Cara itu sesuai dengan fungsi otak psikologi dasar manusia. jadi dengan kata lain semua orang memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk menemukan makna dalam kehidupan mereka (Jhonson, 2009: 62). Makna itulah yang sebenarnya yang

commit to user

dimaksudkan oleh guru pada mata pelajaran IPS di SLB/A Negeri Denpasar untuk memberikan pengetahuan kepada siswa sekaligus melakukan proses integrasi nilai-nilai pendidikan karakter.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran IPS. Media pembelajaran pada mata pelajaran IPS berguna untuk menunjang keberhasilan di dalam mencapai tujuan pembelajaran IPS. Media pembelajaran merupakan suatu sarana yang sangat penting di dalam menunjang kreativitas siswa untuk belajar. Media pembelajaran juga bisa digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai- nilai positif pada siswa.

Berdasarkan obrsevasi terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS di SLB/A Negeri Denpasar jika ditinjau secara universal pada jenjang SMPLB media pembelajaran yang digunakan guru dalam menunjang proses pembelajaran dan integrasi pendidikan karakter antara lain: Buku-buku IPS terpadu untuk SLTP kelas VII, VIII, IX. Buka pegangan guru serta buku

khusus tulisan Braillo untuk siswa. tujuan penyediaan media pembelajaran

berupa buku Brailo khusus siswa. Agar siswa dapat membaca buku pelajaran

yang telah disediakan. Pada intinya media pembelajaran yang baik akan menunjang prestasi siswa di dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajara IPS terpadu. Penggunaan media pembelajaran berimplikasi pada hal positif, seperti guru dapat menambah keterampilan mereka di dalam mengajar dan siswa dapat menambah wawasan dengan media yang digunakan dalam proses pembelajaran.

commit to user

Untuk proses evaluasi pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi, hasil analisis wawancara dapat dilaporkan bahwa jenis evaluasi yang dilakukan oleh guru IPS di dalam melakukan penilaian pada saat berlangsungnya proses belajar - mengajar meliputi evaluasi proses dan evaluasi produk atau hasil.

Penilaian proses berlangsung ketika guru IPS melakukan tanya jawab kepada siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung contoh yang bisa diamati ketika guru IPS memberikan pertanyaan secara lisan kepada siswa. Pada proses kegiatan tanya jawab secara lisan, guru memberikan pertanyaan kepada siswa, kemudian siswa menjawab pertanyaan yang ditanyakan kepada guru. Siswa yang berhasil menjawab akan dicatat pada sebuah buku agenda guru. Instrumen yang digunakan antara lain: Pertanyaan lisan, yang ditanyakan secara spontan oleh guru kepada siswa Sedangkan penilaian hasil dilakukan guru ketika memberikan test berupa pertanyaan tertulis. Pertanyaan tentu saja berhubungan dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk format penilaian pada hasil observasi, guru tidak mempunyai format penilaian yang jelas. Sebenarnya format penilaian merupakan hal sangat penting di dalam menentukkan jenis penilaian yang kita lakukan pada siswa di sekolah. dengan penentuan yang jelas maka guru akan dapat memberikan penilaian yang objektif.

Pada pelajaran IPS di SLB/A Negeri Denpasar tingkat SMPLB guru telah melaksanakan evaluasi baik dari segi proses maupun hasil. Kedua evaluasi merupakan syarat dari KTSP. Pada intinya evaluasi proses dilakukan

commit to user

melalui pengamatan terhadap seluruh aktivitas yang dilakukan siswa, dan evaluasi hasil dilakukan dengan memberi tugas siswa, dengan jenis instrumen seperti pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Jawaban ditulis

menggunakan Pen dan tulisan Braillo. Jadi evaluasi mutlak diperlukan untuk

mengetahui hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran di sekolah.

Hasil obsevasi wawancara dan analisis dokumen. Format penilaian kurang jelas sehingga dari segi ilmiah yang dilakukan melalui evaluasi dapat dikatakan tidak berhasil karena belum adanya bukti otentik berupa penilaian khusus untuk pendidikan karakter pada mata pelajaran IPS.

Jadi dalam potret pembelajaran IPS secara utuh di SLB/A Negeri Denpasar. Proses pembelajaran IPS di kelas VIII tingkat SMPLB. Pada pengamatan tersebut dapat diamati implementasi proses integrasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru. Implementasinya direalisasikan dalam bentuk tindakan nyata di dalam kelas dari awal proses pembelajaran sampai akhir proses pembelajaran. Tindakan yang nyata dan bukan semata bukan dalam bentuk teoritis saja diperlukan untuk untuk mencapai hasil yang pasti dari pelaksanaan pembelajaran khususnya IPS.

Pada proses pembelajaran IPS dapat diamati kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas VIII tingkat SMPLB. Dalam proses pembelajaran tersebut Standar Kompetensi: Memahami proses kebangkitan nasional; Kompetensi dasar: Menguraikan proses terbentuknya keasadaran nasional, identitas Indonesia, dan pergerakan kebangsaan. Proses pembelajaran pada

commit to user

pertemuan itu indikatornya antara lain: 1. Jalan menuju lahirnya nasionalisme; 2. Perkembangan pergerakan nasional.

Dalam catatan dokumentasi melalui RPP, jika mengacu pada RPP maka secara tidak langsung terdapat karakter yang sudah dintegrasikan guru kepada siswa-siswa tunanetra. contohnya pada indikator mengandung unsur karakter kebangsaan yang secara tidak sengaja diintegrasikan kepada siswa yaitu dalam indikator pertama dan kedua mengandung karakter kebangsaan yaitu: Cinta tanah air, yang ditunjukkan dengan cara siswa diajak untuk menganalisis pengaruh yang ditimbulkan terbentuknya kesadaran nasional dan siswa diharapkan mampu memahami perkembangan pergerakan nasional di Indonesia.

Dalam pengamatan yang dilakukan materi pokok yang diajarkan antara lain: 1. Terbentuknya kesadaran nasional. Materi tersebut mengajarkan siswa untuk selalu mencintai tanah air mereka. Cinta tanah air merupakan nilai-nilai pendidikan karakter yang harus di integrasikan pada setiap generasi penerus bangsa. Langkah-langkah pembelajaran di SLB/A Negeri Denpasar pada mata pelajaran IPS, guru seperti biasa mengucapkan salam kepada siswa. Kemudian siswa juga mengucapkan salam kepada guru. Sebelum terjadinya proses pembelajaran terlebih dahulu diselingi dengan doa. Doa sebelum pembelajaran dimulai merupakan nilai karakter religius. Karakter religius merupakan karakter penting yang harus selalu dijunjung oleh siswa, guru, dan masyarakat secara kompleks.

commit to user

Kegiatan pendahuluan. Pada kegiatan pendahuluan terjadi proses tanya jawab antara guru dengan siswa. Tanya jawab berbagai hal yang terkait dengan wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan: pada kegiatan tersebut pertanyaan yang diajukan seperti: Coba jelaskan secara singkat tiga program politik etis, guru sengaja memancing daya kritisi siswa agar siswa selalu siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti. Kegiatan inti pada proses pembelajaran sangat penting untuk dilaksanakan karena dalam kegiatan inti terjadi proses integrasi mata pelajaran serta nilai-nilai fundamental seperti pendidikan karakter. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan tiga program politik etis setelah itu kemudian guru memberikan penjelasan tentang organisasi-organisasi awal pergerakan nasional seperti budi utomo, serikat islam, indische partij dan juga organisasi pergerakan kedaerahan, pergerakan pada masa radikal serta pergerakan masa modern. Pada proses pembelajaran guru menggunakan pendekatan individual kepada siswa. Dalam prinsip individual guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara mendalam, baik dari segi kemampuan ataupun ketidakmampuan untuk menyerap materi pelajaran di sekolah (Aqila Smart, 2012: 80). Pendekatan individual dilakukan karena notabennya siswa-siswa di SLB/A Negeri Denpasar adalah anak tunanetra. Metode yang digunakan untuk menjelaskan materi adalah metode ceramah. Ceramah merupakan metode konvensional yang masih eksis digunakan guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Pada saat menjelaskan materi sejarah pada pertemuan itu, terjadi proses integrasi

commit to user

pendidikan karakter. Pada saat itu guru menjelaskan kepada siswa agar selalu mengingat perjuangan pahlawan-pahlawan kita. Secara tidak langsung guru mengajarkan siswa untuk selalu mempunyai semangat kebangsaan, serta rasa cinta tanah air.

Penutup, guru merangkum materi yang telah diuraikan. Keterampilan menutup pembelajaran sangat penting bagi seorang guru (Made Wena, 2010: 20). Proses merangkum materi merupakan bagian refleksi yang bertujuan untuk mengingatkan kembali mengenai materi yang telah diuraikan di kelas. Kemudian dalam proses selanjutnya guru memberikan tugas rumah kepada siswa. Tujuan pemberian tugas rumah agar siswa belajar mandiri dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. Terakhir guru mengucapkan salam penutup kepada siswa tahap interaksi terakhir dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Pada proses pembelajaran IPS guru sudah berusaha untuk mengintegrasikan pendidikan karakter pada materi yang diajarkan. Jadi intinya tahapan-tahapan yang terstruktur akan menghasilkan hasil pembelajaran yang maksimal khususnya pada proses integrasi materi pelajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter.

commit to user b. Mata Pelajaran IPA

IPA Merupakan salah satu mata pelajaran Terpadu yang selalu diajarkan di sekolah. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk karakter siswa. Melalui pelajaran IPA nilai-nilai pendidikan karakter dapat diintegrasikan pada siswa. berikut tahapan-tahapan proses pembelajaran serta proses integrasi pendidikan karakter pada setiap tahapannya.

Dalam tahap perencanaan pembelajaran guru mata IPA pada tingkat SMPLB mempunyai perangkat pembelajaran yang hampir sama dengan mata pelajaran kesenian. perangkat pembelajaran itu meliputi: Silabus, Program Tahunan, Program Semester, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Tujuan dari penyusunan perangkat pemebelajaran ini agar pembelajaran lebih berjalan secara tersrtuktur. Jadi dari hasil observasi dan wawancara guru mata pelajaran IPA menyadari betapa pentingnya perencanaan pembelajaran sebagai realisasi dari proses implementasi pembelajaran secara holistic.

model dan metode yang digunakan guru dalam proses integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran IPA. Menggunakan berbagai macam metode. Hal ini dapat terlihat ketika pada mata pelajaran IPA di kelas VII, VIII, IX jenjang SMPLB guru menggunakan berbagai macam pendekatan untuk memberikan internalisasi kepada siswa mengenai hakikat dari pembelajaran IPA.

Untuk metode pembelajaran guru menggunakan metode pendekatan individual. Prinsip individual dalam prinsip pembelajaran untuk anak

commit to user

tunanetra merupakan prinsip umum dalam pembelajaran manapun (Aqila Smart, 2012: 82). Jadi hal tersebut dilakukan untuk mengetahui secara detail karakter masing-masing individu anak-anak tunanetra. Untuk model pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran IPA sesuai dengan hasil observasi lapangan dan hasil observasi dokumen berupa RPP guru

menggunakan model dan Direct Instruction dan Cooperatif Learning. Kedua

model pembelajaran secara tidak langsung menyatu dalam proses pembelajaran IPA di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran guru memberikan arahan langsung kepada. Pada saat proses pemberian arahan

langsung, guru telah menjalankan prinsip Direct Instruction. Cara ini lazim

digunakan oleh guru yang menggunakan model pembelajaran Cooperatif

Learning. Seperti pada hasil observasi secara langsung guru memberikan ceramah terlebih dahulu sebelum guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi secara langsung.

Jika ditinjau secara holistic model Direct Instruction berlangsung

ketika guru membimbing siswa untuk jalan-jalan ke lapangan. . Dalam kegiatan lapangan guru memberikan instruksi kepada siswa untuk mencatat apa yang ditemukan dilapangan dengan cara meraba dan mendengarkan. Seperti dalam intruksi guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengintepretasikan sendiri. Setelah mengintepretasikan sendiri siswa diajak mendiskusikan hasil temuan mereka untuk dipresentasikan.

media pembelajaran yang digunakan dalam menunjang proses pembelajaran antara lain: alat-alat peraga seperti tiruan tubuh manusia,

commit to user

kerangka manusia dan alat-alat media pembelajaran seperti buku Braillo.

Fungsi dari media pembelajaran IPA yang dipergunakan guru antara lain, untuk melatih kepekaan indra peraba dari siswa tunanetra. Dengan pengenalan secara langsung kepada alat-alat atau media pembelajaran diharapakan siswa dapat mengetahui secara langsung seperti organ-organ tubuh yang ada dalam manusia, serta menambah ketertarikan siswa dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Pada intinya media pembelajaran yang baik akan menunjang prestasi siswa. Hal ini dapat dilihat pada kemampuan siswa melatih indra peraba dan pendengaran mereka untuk mengetahui bentuk dan nama-nama organ tubuh manusia yang mereka raba dan masih banyak lagi kegiatan lainnya.

Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi bertujuan untuk

mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri anak tunanetra secara optimal (Aqila Smart, 2012: 82). Hasil wawancara dan observasi menunjukkan fungsi dari media pembelajaran ini antara lain: menimbulkan rasa ingin tahu dan menumbuhkan daya kreativitas siswa dalam menambah pengetahuan mereka di bidang pelajaran IPA. Baik itu dalam hal membaca buku pelajaran IPA, serta mengetahui secara lebih lanjut tentang apa yang sebenarnya ada di dalam ala mini. sehingga dari sini bisa diamati bahwa media pembelajaran yang dipakai guru dalam memberikan pembelajaran kepada praktek siswa-siswa tunanetra tingkat SMPLB, secara tidak langsung dapat menumbuhkan karakter bangsa mengacu pada Said Hamid Hasan (2010)

commit to user

seperti: rasa ingin tahu, kreatif, dan bekerja keras untuk dapat bisa memperoleh ilmu yang dipelajari.

Secara singkat fungsi media pembelajaran pada mata pelajaran IPA melatih keterampilan proses. Keterampilan proses sangat penting untuk dilakukan karena dalam keterampilan ini yang diajarkan dalam pendidikan IPA memberi penekanan pada keterampilan-keterampilan berpikir yang dapat berkembang pada anak-anak. Jika kita kaitkan dengan nilai-nilai pendidikan karakter keterampilan berpikir merupakan karakter kebangsaan kreatif, rasa ingin tahu, dan kreatif (Said Hamid Hasan, 2010). Keterampilan berpikir melatih daya intelegensi, walaupun siswa tersebut mempunyai kekurangan di dalam indra mereka.

Untuk evaluasi. proses evaluasi yang dilakukan oleh guru IPA di dalam melakukan penilaian pada saat berlangsungnya proses belajar - mengajar meliputi evaluasi proses dan evaluasi produk atau hasil. Penilaian proses berlangsung ketika guru IPA ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi. Kemudian hasil diskusi tersebut dipresentasikan dan dijelaskan di depan kelas yang dilakukan di tempat duduk mereka masing-masing. Jenis evaluasi proses pada dasarnya mutlak diperlukan karena disamping mengetahui hasil belajar, guru juga harus melakukan penilaian dalam proses belajar (Zainal, 2011: 72). Jadi penilaian proses merupakan suatu hal yang wajib dialkukan karena peneliaan tidak mutlak harus dilakukan pada penilaian berupa test akhir. Untuk penilaian hasil dilakukan guru ketika memberikan test berupa pertanyaan tertulis. Penilaian

commit to user

hasil merupakan refleksi dari siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dijelaskan oleh guru. Jadi pada tahap refleksi tersebut karakter mandiri akan terbentuk. Jadi untuk tahap evaluasi di SLB/A Negeri Denpasar guru telah berhasil mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter yaitu selalu mengajarkan siswa untuk mandiri.

Untuk penilaian setiap pertemuan memiliki sistem penilaian yang

Dalam dokumen I NYOMAN BAYU PRAMARTHA S0861102007 (Halaman 159-193)