• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

B. HASIL PENELITIAN

2. Pelaksanaan Pembinaan Keterampilan

Pelaksanaan adalah upaya penyelenggara untuk memberikan dorongan kepada sasaran kegiatan supaya menjalankan kegiatan dengan menggunakan potensi yang ada pada dalam dirinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, Petugas Pemasyarakatan membangkitkan motivasi Warga Binaan Perempuan dalam mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan, sehingga mereka melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Kegiatan pembinaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan jadwal yang telah dibuat oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan. Akan tetapi untuk pembinaan keterampilan tidak ada jadwal khusus yang diberlakukan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan ole ibu “AS” selaku pembina teknis pembinaan keterampilan bahwa :

“Kalau untuk pembinaan keterampilan seperti ini tidak ada pembagian jadwal, jadi kita fleksibel aja. Mereka ikut pembinaan keterampilan setiap hari, kalau mereka tidak ada kegiatan ya mereka ikut kegiatan keterampilan, tapi kalau mereka ada jadwal kegiatan lain ya ikut yang itu dulu. Soalnya mereka ini tinggal praktek-praktek saja, lha nanti kalau misal ada waktu senggang mereka manfaatkan untuk kegiatan membuat keterampilan saat di blok, misalnya di sambi merajut apa buat handycraft kayak gitu”.

Dari penuturan diatas dapat diketahui bahwa tidak ada jadwal yang diberlakukan untuk pelaksanaan kegiatan pembinaan keterampilan dikarenakan pelaksanaan pembinaan keterampilan bersifat fleksibel. Artinya para warga binaan perempuan dapat mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan setiap hari, akan tetapi jika ada jadwal kegiatan selain

91

pembinaan keterampilan warga binaan perempuan dipersilahkan mengikuti kegiatan tersebut terlebih dahulu, kemudian jika sudah selesai warga binaan perempuan diperbolehkan melanjutkan kegiatan pembinaan keterampilan kembali.

Bentuk kegiatan pembinaan keterampilan untuk warga binaan perempuan berupa pemberian pelatihan keterampilan yang bersifat praktis, yaitu keterampilan yang dapat diaplikasikan dan dilanjutkan di kehidupan selanjutnya setelah mereka dinyatakan bebas dari Lapas. Diharapkan dengan bekal keterampilan tersebut mereka tidak melakukan tindak kriminal kembali dengan alasan faktor ekonomi. Pembinaan keterampilan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta setelah dilakukan tahap perencanaan yaitu meliputi pembinaan keterampilan menjahit, merajut, membatik dan handycraft. Pembinaan tersebut bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada warga binaan perempuan agar mempunyai keterampilan sesuai dengan potensi mereka yang kemudian dikembangkan dan bermanfaat dalam kehidupan mereka kelak saat kembali berbaur dengan masyarakat. Hal tersebut seperti yang yang diungkapkan oleh ibu “KD” bahwa :

“Untuk pembinaan disini dibagi menjadi 2, ada pembinaan kepibadian dan pembinaan kemandirian.Kalau pembinaan kepribadian itu meliputi pembinaan jasmani melalui kegiatan keolahragaan, ada pembinaan kerokhanian ada juga pembinaan intelektual.Kalau pembinaan kemandirian ada pembinaan bakat dan keterampilan. Pembinaan keterampilan khusus untk warga binaan perempuan yang saat ini masih berjalan itu ada keterampilan menjahit, terus mbatik, merajut ada juga

92

handycraft itu daari manik-manik dibuat menjadi tas atau dompet atau bunga hias seperti ini”

Hal senada juga diungkapkan oleh ibu “KS” yakni :

“Iya disini pembinaan ada 2 macem mbak, ada pembinaan kepribadian itu kegiatannya ada kegiatan olahraga, ada juga kegiatan kerokhanian menurut agama yang mereka anut, ada juga pembinaan kesehatan.Kalau untuk pembinaan kemandirian itu ada pembinaan menurut bakat dan pembinaan keterampilan.Kalau pembinaan bakat saat ini ada kegiatan menyanyi, ada menulis puisi, ada juga menari.Untuk pembinaan keterampilannya ada mbatik tapi khusus batik tulis seperti ini, ada menjahit, rajut dan handycraft”

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa program kegiatan pembinaan keterampilan yang diberikan khusus untuk warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan saat ini ada pembinaan keterampilan menjahit, batik tulis, merajut dan handycraft yakni membuat tas, dompet atau bunga hias dari manik-manik. Berikut adalah pelaksanaan kegiatan pembinaan keterampilan untuk warga binaan perempuan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan :

a) Pembinaan Keterampilan Menjahit

Pembinaan keterampilan menjahit yang dilakukan kepada Warga Binaan Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta bertujuan untuk memberikan bekal keterampilan menjahit kepada warga binaan perempuan agar mereka memiliki skill yang dapat dikembangkan dan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan mereka selanjutnya ketika sudah bebas atau kembali berbaur di masyarakat.

93

Pembinaan menjahit merupakan pembinaan yang berawal dari adanya bantuan berupa alat mesin jahit dari pihak Romo Kisser dari Pusat Katholik Yogyakarta. Jumlah bantuan mesin jahit yang diberikan adalah 3 (tiga) buah. Kemudian mendapat bantuan mesin jahit juga dari GKR Hemas. Pembinaan menjahit diikuti oleh 3 orang warga binaan perempuan yang aktif mengikuti kegiatan menjahit.

Materi yang diberikan dalam pembinaan keterampilan menjahit berupa penyampaian materi dasar kemudian praktek. Materi dasar yang disampaikan meliputi materi tentang cara mengukur, membuat pola dasar, mengenal alat-alat menjahit. Kemudian setelah warga binaan paham tentangmateri dasar yang diberikan, warga binaan diajarkan bagaimana cara menjahit menggunakan esin jahit listrik/ dinamo.

Dengan adanya pembinaan keterampilan menjahit ii diharapkan dapat memberikan bekal kepada para warga binaan perempuan dalam bidang mejahit. Selain itu, pembinaan ini juga memfasilitasi para warga binaan perempuan yang mempunyai minat dan potensi dalam bidang menjahit serta menyalurkan kreatifitas mereka dalam membuat kreasi hasil keterampilan menjahit yang berupa baju, tas, sprei, dll serta dapat bernilai ekonomis dan menambah pendapatan ketika di dalam Lapas.

b) Pembinaan Keterampilan Handycraft

Pembinaan handycraft yang diberikan untuk Warga Binaan Perempuan yaitu berupa membuat kerajinan tangan yang mempunyai nilai jual. Kerajinan tangan yang dibuat berupa tas, dompet, gantungan kunci

94

dan assesoris yang dibuat dari manik-manik. Selain itu, dibuat juga hiasan bunga dari bahan akrilik. Pembinaan keterampilan handycraft diikuti oleh 6 orang yang aktif, tetapi sebagian besar warga binaan perempuan sudah memiliki kemampuan yang cukup dalam merangkai manik-manik ataupun akrilik menjadi berbagai macam kerajinan tangan. Sehingga kegiataaan tersebut dapat dilakukan kapan saja ketika para warga binaan perempuan memiliki waktu senggang selam berada di Blok Wanita.

Dalam pelaksanaan pembinaan keterampilan membuat handycraft ini tidak ada materi khusus yang diberikan, jadi hanya pengenalan alat dan bahan yang dibutuhkan kemudian praktek langsung membuat kerajinan tangan. Dalam pelaksanaan pembinaan ini juga mendapatkan bantuan dari pihak luar Lapas, contohnya bekerjasama dengan Bella Accessories Jogja

yang memberikan pelatihan berupa membuat bunga hias dari bahan akrilik. Bantuan yang diberikan masyarakat atau pihak di luar Lapas sangat membantu dalam pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Lapas. Sehingga warga binaan perempuan mempunyai bekal keterampilan praktis untuk diaplikasikan saat mereka kembali berbaur di masyarakat.

c) Pembinaan Keterampilan Membatik

Pembinaan keterampilan membatik yang dilakukan di Lapas Wirogunan berawal dari pelatihan membuat batik tulis yang diberikan oleh mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogakarta. Dikarenakan ada yang berminat untuk melanjutkan membatik, maka pembinaan membatik tersebut dilanjutkan untuk memfasilitasi warga binaan perempuan yang

95

memiliki minat di bidang tersebut. Pembinaan tersebut diikuti oleh 3 orang yang aktif mengikuti pembinaan membatik.

Materi awal yang diberikan dalam keterampilan membatik tersebut adalah cara membuat dan menggambar desain atau pola batik tulis dengan kain polos, mengenal alat dan bahan yang digunakan, kemudian cara membatik, proses pewarnaan batik serta cara melorot batik. Kemudian dibuat menjadi selendang, kemeja, atau menjadi mukena. Namun tidak semua proses pembuatan batik tulis tersebut dilakukan di Blok Wanita dikarenakan faslitas atau tempat yang terbatas dan tidak memungkinkan dilakukan di Blok Wanita, sehingg ada sebagian proses pembuatan batik tulis yang dilakukan di Bimker Pria.

Tujuan diadakannya pembinaan keterampilan membatik tersebut adalah untuk memfasilitasi para warga binaan yang berminat dalam bidang membatik. Selin itu, pembinaan keterampilan ini juga dapat memberi wawasan dan keterampilan kepada warga binaan perempuan untuk melestarikan kebudayaan khususnya kebudayaan yang ada di Kota Yogyakarta yaitu berupa batik tulis. Oleh karena itu, Lapas Wirogunan juga disediakan buku-buku mengenai keterampilan membatik untuk para warga binaan perempuan yang ingin mempelajari membatik lebih dalam.

d) Pembinaan Keterampilan Merajut

Pembinaan keterampilan merajut yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta bertujuan untuk memberikan bekal keterampilan merajut kepada warga binaan perempuan agar dapat

96

menambah keterampilan praktis dan bernilai ekonomis. Pembinaan merajut awalnya diikuti oleh semua warga binaan perempuan yang ada di Lapas Wirogunan, tetapi karena ada warga binaan perempuan yang berminat di kegiatan pembinaan lain maka yang aktif mengikuti kegiatan pembinaan merajut kurang lebih ada 10 orang.

Tidak ada materi khusus yang disampaikan dalam pembinaan keterampilan merajut, hanya pengenalan alat dan bahan yang digunakan kemudian praktek cara merajut beserta tekniknya. Adapun barang atau produk yang dihasilkan warga binaan perempuan yang mengikuti pembinaan merajut ini adalah berupa tas rajut dan dompet yang kemudian hasilnya dijual di lingkungan Lapas,dikutkan di acara pameran, ditawarkan kepada pengunjung serta kadang mendapat pesanan atau orderan dari luar Lapas Wirogunan. Kegiatan ini dilakukan untuk membekali para warga binaan perempuan agar dapat menjadi bekal usaha ketika berbaur di masyarakat kembali, mengingat produk yang dihasilkan dari keterampilan merajut bernilai ekonomi tinggi dan mudah dalam pemasaran.